Anda di halaman 1dari 21

Praktikum preskripsi III

Kelompok genap

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Irsan Fahmi
Ririn Puspita
Evy Febry Firdausy
Tri Rahmi
Dzati Illiah Istiqomi
Ratna Endah Lestari
Irman Arri Putra
Nina Restu Juliana
Ayu Linda Lestari
Mahfudoh
Mely Utami Widayanti

(201210410311171)
(201210410311175)
(201210410311183)
(201210410311187)
(201210410311188)
(201210410311192)
(201210410311194)
(201210410311197)
(201210410311202)
(201210410311206)
(201210410311208)

12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.

Rizqy Amalia Putri


Nur Baiti
Laila Widatul Amali
Lalu Iwang Amisena
Nova Dewiyanti
Andhika Wahyu Alfarizi
Rani Emilia
Zaenab Qubra
Ismaya Lilia Kristina
Alfy Afifa A.T.
Putra Andi Darwis

(201210410311057)
(201210410311200)
(201210410311232)
(201210410311151)
(201210410311012)
(201210410311032)
(201210410311177)
(201210410311240)
(201210410311222)
(201210410311253)
(

PENGERTIAN ALERGI
Alergi adalah suatu reaksi sistem kekebalan tubuh (imunitas)
terhadap suatu bahan/zat asing (alergen). Bentuk reaksi itu
macam-macam, bisa berbentuk ruam kemerahan, penyumbatan
(kongesti), pilek, bersin, radang mata, asma, shock atau bahkan
kematian (jarang terjadi).
Alergi dapat berasal dari makanan atau obat. Sebagian besar
penyebab alergi makanan adalah zat-zat protein tertentu dalam
susu sapi, putih telur, gandum, kedelai, udang, dll. Sedangkan dari
obat, penisilin dan turunannya yang paling banyak menimbulkan
reaksi alergi. Jenis obat dengan kecenderungan besar
menimbulkan reaksi alergi adalah jenis sulfa, barbiturat,
antikonvulsi, insulin dan anestesi lokal.

MACAM-MACAM ALERGI KULIT


DERMATITIS
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit dan salah satunya disebabkan oleh alergi. Alergi gatal dikulit pada
penyakit ini terjadi apabila terjadi kontak secara langsung antara kulit dengan alergen, sehingga terjadi
gatal-gatal dan kemerahan. Ada juga radang kulit yang disebut Atopic Dermatitis (Eksim), yaitu kondisi
kronis (lama dan progresif) karena reaksi sistem imun yang berlebihan dipermukaan kulit. Atopic Dermatitis
(Eksim) dapat disebabkan karena alergi tertentu, protein tertentu, jamur, dan lain-lain. Pada umunya orang
dengan eksim memiliki alergi terhadap makanan yang dapat bertambah parah jka mengonsumsi makanan
pemicu tersebut
URTIKARIA
Kemerahan dan bentol-bentol pada anak atau sering disebut dengan biduran, yaitu reaksi peradangan dikulit
yang disebabkan karena pelepasan histamin yang menyebabkan gatal-gatal, kemerahan, dan bentol-bentol
besar. Biduran tersebut bisa disebabkan oleh makanan, perubahan suhu ysng ekstrim, tergigit serangga, ulat
bulu, dan obat-obatan tertentu.
ANGIOEDEMA
Angioedema hampir sama dengan urtikaria bahkan sering juga disertai urtikaria. Yang membedakannya adalah
angioedema terjadi pada bagian kulit yang lebih dalam, seperti bengkak kelopak mata, bibir/mulut atau
kelamin. Penyebabnya juga hampir sama yaitu bisa disebabkan oleh obat-obatan, serangga, atau makanan.
Sebenarnya penyakit gatal-gatal dikulit dapat ditangani dan diobati sendiri bila penderita mengetahui penyebab
gatal-gatal tersebut. Misalnya rasa gatal yang disebabkan karena mengonsumsi makanan tertentu dapat
diatasi dengan menghindari makanan yang menjadi pemicu alergi pada kulit. Alergi gatal pada kulit yang
tidak terlalu berat dapat diterapi dengan perubahan gaya hidup misalnya dengan cara menghindari bahanbahan yang menjadi pemicu timbulnya reaksi alergi, seperti logam, makanan, bahan kimia, obat-obatan,
serangga, dan lain-lain.

Definisi
Adalah suatu kelompok hormon steroid yang
dihasilkan di bagian kortes kelenjar adrenal sebagai
tanggapan hormon atas hormon adrenokortrikotropik
(ACTH) yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis atau
atas angiotensin II. Hormon Kortikosteroid dihasilkan
dari kolesterol di korteks kelenjar adrenal yang
terletak di atas ginjal. Reaksi pembentukannya
dikatalisis oleh enzim golongan sitokrom, P450.
Hormon ini berperan pada banyak sistem fisiologis
pada tubuh. Misalnya tangapan terhadap
stress,tanggapan sistem kekebalan tubuh, dan
pengaturan inflamasi, metabolisme karbohidrat,
pemecahan protein,kadar elektrolit darah, serta
tingkah laku.

Fungsi dan Kegunaan


Hormon ini berperan pada banyak sistem fisiologis pada tubuh.
Misalnya tangapan terhadap stress,tanggapan sistem kekebalan
tubuh, dan pengaturan inflamasi, metabolisme karbohidrat,
pemecahan protein,kadar elektrolit darah, serta tingkah laku.
Kortikosteroid merupakan obat yang sangat banyak dan luas
dipakai di dunia kedokteran, terutama golongan glukokortikoid.
Glukokortikoid sintetik digunakan pada pengobatan nyeri sendi,
arteritis temporal, dermatitis, reaksi alergi, asma, hepatik, sistemik
lupus erythematosus, inflammatory bowel disease, serta
sarcidosis. Selain sediaan oral, terdapat pula sediaan dalam
bentuk oral luar untuk pengobatan kulit, mata, dan juga
inflammatory bowel disease. Kortikosteroid juga digunakan
sebagai terapi penunjang untuk mengobati mual, dikombinasikan
dengan antagonis 5-HT3 (misalnya ondansetron).
Glukokortikoid alami (hydrokartison dan kartison) umunya
digunakan dalam terapi pengganti dalam kondisi defisiensi
adrenokartikal.

Penggolongan Kortikosteroid
Penggolongannya :
Glukokortikoid : efek utama pada
penyimpanan glikogen hepar dan efek
anti-inflamasi yang nyata, contohnya:
korisol
Mineralokortikoid : efek utama
keseimbangan air dan elektrolit.
Contohnya: deksoksikortikosteron.

Farmakodinamika Kortikosteroid

Kortikosteroid bekerja dengan memperngaruhi kecepatan sintesis protein, induksi


sintesis protein ini merupakan perantara efek fisiologis steroid. Secara aktivitas
biologik kortikosteroid ditentukan seberapa besar efek retensi natrium dan
penyimpanan glikogen atau besarnya khasiat anti-inflamasi.
Pada waktu memasuki jaringan, glukokortikoid berdifusi atau ditranpor menembus
sel membran dan terkaid pada komplek reseptor sitoplasmik glukokortikoid heatshock protein komplek. Heat shock protein dilepaskan dan kemudian kompleks
hormon reseptor ditranspor ke dalam dan akan berinteraksi dengan respon unsur
glukokortikoid pada berbagai gen dan protein pengatur yang lain dan merangsang
atau menghambat ekspresinya. Pada keadaan tanpa hormon, protein reseptor
dihambat dari ikatannya dengan DNA; jadi hormon ini tidak menghambat kerja
reseptor pada DNA. Perbedaan kerja glukokortikoid pada berbagai jaringan
dianggap dipengaruhi oleh protein spesifik jaringan lain yang harus terikat pada
gen untuk menimbulkan ekspresi unsur respon glukokortikoid utama.
Selaim itu, glukokortikoid mempunyai beberapa efek penghambat umpan balik
yang terjadi terlalu cepat untuk dijelaskan oleh ekspresi gen, efek ini mungkin
diperantarai oleh mekanisme nontranskripsi.

HISTAMIN
Histamin adalah senyawa normal yang ada dalam jaringan tubuh, yaitu pada jaringan sel mast
dan peredaran basofil, yang berperan terhadap berbagai fisiologis penting. Histamin
dikeluarkan dari tempat pengikatan ion pada kompleks heparin-protein dalam sel mast,
sebagai hasil reaksi antigen-antibodi, bila ada rangsangan senyawa alergen. Histamin cepat
dimetabolisis melalui reaksi oksidasi, N-metilasi dan asetilasi. Sumber histamin dalam tubuh
adalah histidin yang mengalami dekarboksilasi menjadi histamin. Histamin menimbulkan efek
yang bervariasi pada beberapa organ, antara lain yaitu :
1. Vasodilatasi kapiler sehingga permeabel terhadap cairan dan plasma protein sehingga
menyebabkan sembab, rasa gatal, dermatitis, dan urtikaria.
2. Merangsang sekresi asam lambung sehingga menyebabkan tukak lambung.
3. Meningkatkan sekresi kelenjar.
4. Meningkatkan kontraksi otot polos bronkus dan usus.
5. Mempercepat kerja jantung.
6. Menghambat kontraksi uterus.

Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja histamin
dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada reseptor H1,
H2 dan H3. Efek antihistamin bukan suatu reaksi antigen antibodi karena tidak
dapat menetralkan atau mengubah efek histamin yang sudah terjadi.
Antihistamin pada umumnya tidak dapat mencegah produksi histamin.
Antihistamin bekerja terutama dengan menghambat secara bersaing interaksi
histamin dengan reseptor khas.

PENGGOLONGAN HISTAMIN

Antagonis H1, Reseptor ini ditemukan di jaringan otot, endotelium, dan sistem syaraf
pusat. Bila histamin berikatan dengan reseptor ini, maka akan mengakibatkan
vasodilasi, bronkokonstriksi, nyeri, gatal pada kulit. Reseptor ini adalah reseptor
histamin yang paling bertanggungjawab terhadap gejala alergi terutama digunakan
untuk pengobatan gejala-gejalal akibat reaksi alergi. Contoh obatnya adalah:
difenhidramina, loratadina, desloratadina, meclizine, quetiapine (khasiat antihistamin
merupakan efek samping dari obat antipsikotik ini), dan prometazina.

Antagonis H2, Ditemukan di sel-sel parietal. Kinerjanya adalah meningkatkan sekresi


asam lambung. digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada
pengobatan penderita pada tukak lambung serta dapat pula dimanfaatkan untuk
menangani peptic ulcer dan penyakit refluks gastroesofagus. Contoh obatnya adalah
simetidina, famotidina, ranitidina, nizatidina, roxatidina, dan lafutidina.

Antagonis H3, sampai sekarang belum digunakan untuk pengobatan, masih dalam
penelitian lebih lanjut dan kemungkinan berguna dalam pengaturan kardiovaskuler,
pengobatan alergi dan kelainan mental. Contoh obatnya adalah ciproxifan, dan
clobenpropit.

MEKANISME
ANTIHISTAMIN PENGHAMBAT RESEPTOR H1 (AH1) bermanfaat untuk :
Antagonisme terhadap histamin AH1menghambat efek histamin pada pembuluh
darah, bronkus dan bermacam-macam otot polos; selain itu AH1 bermanfaat
untuk mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yahg disertai
penglepasan histamin endogen berlebihan. AH1 dapat merangsang maupun
menghambat SSP. Efek perangsangan yang kadang-kadang terlihat dengan dosis
AH1 biasanya ialah insomnia, gelisah dan eksitasi. Efek perangsangan ini juga
dapat terjadi pada keracunan AH1 selain itu AH1 berguna untuk mengobati
alergi tipe eksudatif akut misalnya pada polinosis dan urtikaria. Efeknya bersifat
paliatif, membatasi dan menghambat efek histamin yang dilepaskan sewaktu
reaksi antigen-antibodi terjadi. AH 1 dapat menghilangkan bersin, rinore dan
gatal pada mata, hidung dan tenggorokan. AH1 efektif terhadap alergi yang
disebabkan debu, tetapi kurang efektif bila jumlah debu banyak dan kontaknya
lama.

Dosis

Gejala alergi Kondisi


Dewasa dan Anak di atas 12 tahun: PO 4 mg setiap 4 sampai 6
jam atau 8 sampai 12 mg pada waktu tidur (max, 24 mg / 24 hr).
Anak-anak 6 sampai 12 tahun: PO 2 mg setiap 4 sampai 6 jam
atau 8 mg sebelum tidur atau siang hari (max, 12 mg / 24 jam)
Anak-anak 2 sampai 6 tahun: PO (hanya tablet atau sirup,
berkelanjutan-release tidak dianjurkan) 1 mg setiap 4 sampai 6 jam
(max, 4 mg / 24 jam).

Kandungan
ES

Chlorpeniramini maleat 4 mg
Sistem saraf pusat: Ringan hingga sedang mengantuk, Pernapasan:
Penebalan sekresi bronchial
Hipersensitivitas terhadap antihistamin; glaukoma sudut sempit;
stenosing ulkus peptikum; hipertrofi prostat gejala; serangan asma;
obstruksi leher kandung kemih; obstruksi piloroduodenal; Terapi
MAO; digunakan pada bayi baru lahir atau prematur dan pada ibu
menyusui

kontraindikasi

Mekanisme

Interaksi

Indikasi

berkompetisi dengan histamin untuk H1-reseptor pada sel-sel


efektor pada saluran pencernaan, pembuluh darah, dan saluran
pernapasan
Alkohol dan depresan SSP: Dapat menyebabkan aditif efek
depresan SSP.
MAO Inhibitor: Dapat meningkatkan efek antikolinergik dari
klorfeniramin. ( Ato Z)
Amfetamin: Dapat mengurangi efek sedatif dari Antihistamin.
Antikolinergik: Dapat meningkatkan efek merugikan / racun dari
Antikolinergik lainnya.
Betahistin: Antihistamin dapat mengurangi efek terapeutik
Betahistin
CYP3A4 Inhibitors (Moderate): Dapat menurunkan metabolisme
CYP3A4 Substrat.
CYP3A4 Inhibitors (Kuat): Dapat menurunkan metabolisme
Substrat CYP3A4.

DIH

bantuan Sementara untuk bersin, gatal, mata berair, hidung gatal


atau tenggorokan, dan pilek yang disebabkan oleh demam (alergi)
rinitis atau alergi pernapasan lainnya

( A to Z)

( Ato Z atau
DIH)

Mekanisme
kerja:
(A to Z)
Indikasi
(A to Z)

Short-acting glukokortikoid yang menekan pembentukan, pelepasan, dan aktivitas mediator


endogen peradangan termasuk prostaglandin, kinin, histamin, enzim liposomal, dan sistem
komplemen. Juga memodifikasi respon imun tubuh.

Pengobatan insufisiensi primer atau sekunder adrenal korteks, gangguan rematik, penyakit
kolagen, penyakit kulit, alergi, alergi mata dan inflamasi, penyakit pernapasan, gangguan
hematologi (idiopatik thrombocytopenic purpura), penyakit neoplastik, edema (akibat
sindrom nefrotik) , penyakit GI (ulcerative colitis dan sariawan), multiple sclerosis, meningitis
TB, trichinosis dengan neurologis atau keterlibatan miokard.
Kontraindikasi Infeksi jamur sistemik; penggunaan IM di idiopatik thrombocytopenic purpura; pemberian
(A to Z)
vaksin virus hidup pada pasien yang menerima dosis kortikosteroid imunosupresif.
Efek samping CV : Tromboemboli atau emboli lemak; tromboflebitis; angitis nekrosis; aritmia atau
(A to Z)
perubahan EKG jantung; episode sinkop; hipertensi; ruptur miokard; CHF.
SSP : Kejang; peningkatan tekanan intrakranial dengan papilledema (pseudotumor
cerebri); vertigo; sakit kepala; neuritis; parestesia; psikosis.
Derm : Gangguan penyembuhan luka; tipis, kulit rapuh; petechiae dan ekimosis; eritema;
lupus eritematosus seperti lesi; atrofi lemak subkutan; striae; hirsutisme; letusan
acneiform; dermatitis alergi; urtikaria; edema angioneurotic; iritasi perineum;
hiperpigmentasi atau hipopigmentasi. Aplikasi topikal dapat menyebabkan pembakaran;
iritasi; eritema; kekeringan; folikulitis; hipertrikosis; pruritus; dermatitis perioral; dermatitis
kontak alergi; menyengat, retak dan mengencangkan kulit; infeksi sekunder; atrofi kulit;
striae; miliaria; telangiectasia.
EENT : katarak subkapsular posterior; peningkatan TIO; glaukoma; exophthalmos.
GI : Pankreatitis; distensi abdomen; esofagitis ulseratif; mual; muntah; peningkatan nafsu
makan dan berat badan; ulkus peptikum dengan perforasi dan perdarahan; perforasi
usus.

Dosis
(DIH)

Insufisiensi adrenal (kronis) / fisiologis pengganti: Oral: 2030 mg / hari


Anti-inflamasi atau imunosupresif: Oral, IM, IV: suksinat:
15-240 mg setiap 12 jam
Dermatosis: Topical: Terapkan untuk daerah yang terkena
2-4 kali / hari.
Syok septik (unlabeled use): IV: 50 mg setiap 6 jam (atau
200-300 mg dosis harian total) (Marik, 2008). Lancip
perlahan (untuk total 11 hari) dan tidak berhenti tiba-tiba.
Catatan: Fludrocortisone adalah opsional dengan
menggunakan hidrokortison.
Shock: IM, IV: suksinat: 500 mg sampai 2 g setiap 2-6 jam
Status asmatikus: IV: suksinat: 1-2 mg / kg / dosis setiap 6
jam selama 24 jam, maka pemeliharaan 0.5-1 mg / kg
setiap 6 jam
Stres dosis (operasi) pada pasien yang diketahui adrenallyditekan

Insufisiensi adrenal (akut): I.M/I.V. :


Bayi dan Anak-anak muda: suksinat: 1-2 mg / kg / dosis bolus,
kemudian 25-150 mg / hari dalam dosis terbagi setiap 6-8 jam
Anak-anak yang lebih tua: suksinat: 1-2 mg / kg bolus kemudian
150-250 mg / hari dalam dosis terbagi setiap 6-8 jam
Anti-inflamasi atau imunosupresif:
Bayi dan Anak-anak:
- Oral: 2,5-10 mg / kg / hari atau 75-300 mg / m2 / hari setiap 6-8
jam
- IM, IV: suksinat: 1-5 mg / kg / hari atau 30-150 mg / m2 / hari
dibagi setiap 12-24 jam
Remaja: Oral, IM, IV: suksinat: 15-240 mg setiap 12 jam
Pengganti fisiologis:
Anak-anak:
- Oral: 0,5-0,75 mg / kg / hari atau 20-25 mg / m2 / hari setiap 8
jam
- IM: suksinat: 0,25-0,35 mg / kg / hari atau 12-15 mg / m2 / hari
sekali sehari

Dermatosis:
Topical: Anak-anak> 2 tahun: Terapkan untuk daerah yang
terkena 2-4 kali / hari (Buteprate: Terapkan sekali atau dua
kali sehari).

Perhatian
(A to Z)

Kehamilan: Keselamatan tidak didirikan (penggunaan


sistemik); Kategori C (topikal).
Laktasi: diekskresikan dalam ASI.
Anak-anak: Anak-anak dapat menyerap jumlah
proporsional lebih besar dari kortikosteroid topikal dan
dengan demikian lebih rentan terhadap toksisitas
sistemik. Amati pertumbuhan dan perkembangan bayi
dan anak-anak pada terapi jangka panjang.
Lansia: Mungkin memerlukan dosis yang lebih rendah.
Supresi adrenal: berkepanjangan terapi (harian sistemik)
(> 7 hari) dapat menyebabkan penekanan hipotalamushipofisis-adrenal.
Keseimbangan cairan dan elektrolit: Dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah, retensi
garam dan air, dan peningkatan ekskresi kalium dan
kalsium. Pembatasan garam diet dan suplemen kalium
mungkin diperlukan.
Hepatitis: Mungkin berbahaya pada hepatitis kronis
aktif positif untuk antigen permukaan hepatitis B.

Perhatian
(A to Z)

Infeksi: Dapat menutupi tanda-tanda infeksi. Dapat


menurunkan mekanisme host-pertahanan.
Efek pada mata: Gunakan hati-hati pada pasien
dengan mata herpes simplex karena kemungkinan
perforasi kornea.
Ulkus peptikum: Dapat memberikan kontribusi untuk
ulkus peptikum, terutama dalam dosis besar.
Gangguan ginjal: Gunakan hati-hati; memantau
fungsi ginjal.
Suntikan Repository: Jangan menyuntikkan SC;
menghindari injeksi ke deltoid dan injeksi IM diulang
ke dalam situs yang sama.
Stres: Peningkatan dosis bertindak cepat
kortikosteroid mungkin diperlukan sebelum, selama,
dan setelah situasi stres.
Penghentian: penghentian tiba-tiba dapat
menyebabkan insufisiensi adrenal. Hentikan secara
bertahap; meningkatkan suplementasi selama masa
stres.

Interaksi
(A to Z)

Antikolinesterase: Dapat memusuhi efek antikolinesterase di


myasthenia gravis.
Antikoagulan, oral: Dapat mengubah persyaratan dosis
antikoagulan.
Barbiturat: Dapat mengurangi efek hidrokortison.
Cholestyramine: Dapat menurunkan kadar hidrokortison.
Kontrasepsi (oral) estrogen: Dapat mengurangi clearance
hidrokortison.
Hydantoins, rifampin: Dapat meningkatkan clearance dan
mengurangi efektivitas terapi hidrokortison.
Salisilat: Dapat mengurangi tingkat serum dan kemanjuran
salisilat.
Troleandomycin: Dapat meningkatkan efek hidrokortison

NO

DRP

PENYELESAIAN

CTM memiliki efek samping sedasi

Diiinformasikan kepada pasien bahwa CTM


menyebabkan ngantuk

Terdapat CTM dalam bentuk sediaan


lepas lambat

Jika yang tersedia di apotek sediaan lepas


lambat, tidak boleh di gerus

Hydrocortisone jika diaplikasikan


topikal pada kulit yang terluka, pada
area yang luas dan diapakai dengan
baju basah dapat terserap dan
menimbulkan efek sistemik

Hydrocortisone untuk topikal tidak boleh


diaplikasikan pada kulit yang terluka

Penghentian terapi hidrokortison


secara langsung dapat menyebabkan
insufisiensi adrenal
A rea yg diaplikasikan tdk boleh terkena
sinar matahari krn beresiko
meningkatkan sensitifitas dan sunburn
Hidrokortison merupakan golongan
kortikosteroid yang tidak boleh
digunakan dalam janggka panjang

Penghentian terapi hidrokortison dihentikan


secara bertahap sehingga kerja adrenal
dalam tubuh dapat menyesuaikan
Hindari pengguanaan pada kondisi tersebut
Bila penggunaan lebih dari 2 minggu belum
sembuh, segera hubungi dokter

Anda mungkin juga menyukai