Kelompok genap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Irsan Fahmi
Ririn Puspita
Evy Febry Firdausy
Tri Rahmi
Dzati Illiah Istiqomi
Ratna Endah Lestari
Irman Arri Putra
Nina Restu Juliana
Ayu Linda Lestari
Mahfudoh
Mely Utami Widayanti
(201210410311171)
(201210410311175)
(201210410311183)
(201210410311187)
(201210410311188)
(201210410311192)
(201210410311194)
(201210410311197)
(201210410311202)
(201210410311206)
(201210410311208)
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
(201210410311057)
(201210410311200)
(201210410311232)
(201210410311151)
(201210410311012)
(201210410311032)
(201210410311177)
(201210410311240)
(201210410311222)
(201210410311253)
(
PENGERTIAN ALERGI
Alergi adalah suatu reaksi sistem kekebalan tubuh (imunitas)
terhadap suatu bahan/zat asing (alergen). Bentuk reaksi itu
macam-macam, bisa berbentuk ruam kemerahan, penyumbatan
(kongesti), pilek, bersin, radang mata, asma, shock atau bahkan
kematian (jarang terjadi).
Alergi dapat berasal dari makanan atau obat. Sebagian besar
penyebab alergi makanan adalah zat-zat protein tertentu dalam
susu sapi, putih telur, gandum, kedelai, udang, dll. Sedangkan dari
obat, penisilin dan turunannya yang paling banyak menimbulkan
reaksi alergi. Jenis obat dengan kecenderungan besar
menimbulkan reaksi alergi adalah jenis sulfa, barbiturat,
antikonvulsi, insulin dan anestesi lokal.
Definisi
Adalah suatu kelompok hormon steroid yang
dihasilkan di bagian kortes kelenjar adrenal sebagai
tanggapan hormon atas hormon adrenokortrikotropik
(ACTH) yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis atau
atas angiotensin II. Hormon Kortikosteroid dihasilkan
dari kolesterol di korteks kelenjar adrenal yang
terletak di atas ginjal. Reaksi pembentukannya
dikatalisis oleh enzim golongan sitokrom, P450.
Hormon ini berperan pada banyak sistem fisiologis
pada tubuh. Misalnya tangapan terhadap
stress,tanggapan sistem kekebalan tubuh, dan
pengaturan inflamasi, metabolisme karbohidrat,
pemecahan protein,kadar elektrolit darah, serta
tingkah laku.
Penggolongan Kortikosteroid
Penggolongannya :
Glukokortikoid : efek utama pada
penyimpanan glikogen hepar dan efek
anti-inflamasi yang nyata, contohnya:
korisol
Mineralokortikoid : efek utama
keseimbangan air dan elektrolit.
Contohnya: deksoksikortikosteron.
Farmakodinamika Kortikosteroid
HISTAMIN
Histamin adalah senyawa normal yang ada dalam jaringan tubuh, yaitu pada jaringan sel mast
dan peredaran basofil, yang berperan terhadap berbagai fisiologis penting. Histamin
dikeluarkan dari tempat pengikatan ion pada kompleks heparin-protein dalam sel mast,
sebagai hasil reaksi antigen-antibodi, bila ada rangsangan senyawa alergen. Histamin cepat
dimetabolisis melalui reaksi oksidasi, N-metilasi dan asetilasi. Sumber histamin dalam tubuh
adalah histidin yang mengalami dekarboksilasi menjadi histamin. Histamin menimbulkan efek
yang bervariasi pada beberapa organ, antara lain yaitu :
1. Vasodilatasi kapiler sehingga permeabel terhadap cairan dan plasma protein sehingga
menyebabkan sembab, rasa gatal, dermatitis, dan urtikaria.
2. Merangsang sekresi asam lambung sehingga menyebabkan tukak lambung.
3. Meningkatkan sekresi kelenjar.
4. Meningkatkan kontraksi otot polos bronkus dan usus.
5. Mempercepat kerja jantung.
6. Menghambat kontraksi uterus.
Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja histamin
dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada reseptor H1,
H2 dan H3. Efek antihistamin bukan suatu reaksi antigen antibodi karena tidak
dapat menetralkan atau mengubah efek histamin yang sudah terjadi.
Antihistamin pada umumnya tidak dapat mencegah produksi histamin.
Antihistamin bekerja terutama dengan menghambat secara bersaing interaksi
histamin dengan reseptor khas.
PENGGOLONGAN HISTAMIN
Antagonis H1, Reseptor ini ditemukan di jaringan otot, endotelium, dan sistem syaraf
pusat. Bila histamin berikatan dengan reseptor ini, maka akan mengakibatkan
vasodilasi, bronkokonstriksi, nyeri, gatal pada kulit. Reseptor ini adalah reseptor
histamin yang paling bertanggungjawab terhadap gejala alergi terutama digunakan
untuk pengobatan gejala-gejalal akibat reaksi alergi. Contoh obatnya adalah:
difenhidramina, loratadina, desloratadina, meclizine, quetiapine (khasiat antihistamin
merupakan efek samping dari obat antipsikotik ini), dan prometazina.
Antagonis H3, sampai sekarang belum digunakan untuk pengobatan, masih dalam
penelitian lebih lanjut dan kemungkinan berguna dalam pengaturan kardiovaskuler,
pengobatan alergi dan kelainan mental. Contoh obatnya adalah ciproxifan, dan
clobenpropit.
MEKANISME
ANTIHISTAMIN PENGHAMBAT RESEPTOR H1 (AH1) bermanfaat untuk :
Antagonisme terhadap histamin AH1menghambat efek histamin pada pembuluh
darah, bronkus dan bermacam-macam otot polos; selain itu AH1 bermanfaat
untuk mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yahg disertai
penglepasan histamin endogen berlebihan. AH1 dapat merangsang maupun
menghambat SSP. Efek perangsangan yang kadang-kadang terlihat dengan dosis
AH1 biasanya ialah insomnia, gelisah dan eksitasi. Efek perangsangan ini juga
dapat terjadi pada keracunan AH1 selain itu AH1 berguna untuk mengobati
alergi tipe eksudatif akut misalnya pada polinosis dan urtikaria. Efeknya bersifat
paliatif, membatasi dan menghambat efek histamin yang dilepaskan sewaktu
reaksi antigen-antibodi terjadi. AH 1 dapat menghilangkan bersin, rinore dan
gatal pada mata, hidung dan tenggorokan. AH1 efektif terhadap alergi yang
disebabkan debu, tetapi kurang efektif bila jumlah debu banyak dan kontaknya
lama.
Dosis
Kandungan
ES
Chlorpeniramini maleat 4 mg
Sistem saraf pusat: Ringan hingga sedang mengantuk, Pernapasan:
Penebalan sekresi bronchial
Hipersensitivitas terhadap antihistamin; glaukoma sudut sempit;
stenosing ulkus peptikum; hipertrofi prostat gejala; serangan asma;
obstruksi leher kandung kemih; obstruksi piloroduodenal; Terapi
MAO; digunakan pada bayi baru lahir atau prematur dan pada ibu
menyusui
kontraindikasi
Mekanisme
Interaksi
Indikasi
DIH
( A to Z)
( Ato Z atau
DIH)
Mekanisme
kerja:
(A to Z)
Indikasi
(A to Z)
Pengobatan insufisiensi primer atau sekunder adrenal korteks, gangguan rematik, penyakit
kolagen, penyakit kulit, alergi, alergi mata dan inflamasi, penyakit pernapasan, gangguan
hematologi (idiopatik thrombocytopenic purpura), penyakit neoplastik, edema (akibat
sindrom nefrotik) , penyakit GI (ulcerative colitis dan sariawan), multiple sclerosis, meningitis
TB, trichinosis dengan neurologis atau keterlibatan miokard.
Kontraindikasi Infeksi jamur sistemik; penggunaan IM di idiopatik thrombocytopenic purpura; pemberian
(A to Z)
vaksin virus hidup pada pasien yang menerima dosis kortikosteroid imunosupresif.
Efek samping CV : Tromboemboli atau emboli lemak; tromboflebitis; angitis nekrosis; aritmia atau
(A to Z)
perubahan EKG jantung; episode sinkop; hipertensi; ruptur miokard; CHF.
SSP : Kejang; peningkatan tekanan intrakranial dengan papilledema (pseudotumor
cerebri); vertigo; sakit kepala; neuritis; parestesia; psikosis.
Derm : Gangguan penyembuhan luka; tipis, kulit rapuh; petechiae dan ekimosis; eritema;
lupus eritematosus seperti lesi; atrofi lemak subkutan; striae; hirsutisme; letusan
acneiform; dermatitis alergi; urtikaria; edema angioneurotic; iritasi perineum;
hiperpigmentasi atau hipopigmentasi. Aplikasi topikal dapat menyebabkan pembakaran;
iritasi; eritema; kekeringan; folikulitis; hipertrikosis; pruritus; dermatitis perioral; dermatitis
kontak alergi; menyengat, retak dan mengencangkan kulit; infeksi sekunder; atrofi kulit;
striae; miliaria; telangiectasia.
EENT : katarak subkapsular posterior; peningkatan TIO; glaukoma; exophthalmos.
GI : Pankreatitis; distensi abdomen; esofagitis ulseratif; mual; muntah; peningkatan nafsu
makan dan berat badan; ulkus peptikum dengan perforasi dan perdarahan; perforasi
usus.
Dosis
(DIH)
Dermatosis:
Topical: Anak-anak> 2 tahun: Terapkan untuk daerah yang
terkena 2-4 kali / hari (Buteprate: Terapkan sekali atau dua
kali sehari).
Perhatian
(A to Z)
Perhatian
(A to Z)
Interaksi
(A to Z)
NO
DRP
PENYELESAIAN