I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. S
Umur
: 52 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Suku Bangsa
: Makassar
Agama
: Islam
Alamat
: Bulukumba
Pekerjaan
: Tukang batu
Tanggal Pemeriksaan
: 15 Februari 2013
: 594389
Pemeriksa
: dr. A
ANAMNESIS
Keluhan utama
Anamnesis Terpimpin
III.
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
A.
Inspeksi
Palpebra
Silia
Apparatus Lakrimalis
Konjungtiva
OD
Edema (-)
Sekret (-)
Lakrimasi (+)
Hiperemis (+), Inj. Konj
OS
Edema (-)
Sekret (-)
Lakrimasi (-)
Hiperemis (-)
ODS
OD
arah jam 5
Ke segala arah
Ke segala arah
- OS
Kornea
Bilik Mata Depan
Jernih
Hifema
Iris
Pupil
Lensa
B.
(+)
Palpasi
Pemeriksaan
Tensi Okuler
Nyeri tekan
Massa Tumor
Glandula pre-aurikuler
C.
Tonometri
OD
Tn-1
(+)
(-)
Tidak ada pembesaran
Jernih
menutupi Kesan Normal
Visus
VOD : 1/~
OS
Tn
(-)
(-)
Tidak ada pembesaran
Campus visual
Tidak dilakukan pemeriksaan
F.
Color sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
G.
Light sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
H.
Penyinaran oblik
Konjungtiva
OD
Hiperemis
(+),
OS
Inj. Hiperemis (-)
5
Jernih
Jernih
Hifema (+) menutupi Kesan Normal
seluruh
BMD
s.d.e.
s.d.e.
s.d.e.
Iris
Pupil
Lensa
I.
Diafanoskopi
Tidak dilakukan pemeriksaan
J.
Oftalmoskopi
permukaan
Coklat, Kripte (+)
Bulat, Sentral, RC (+)
Jernih
Slit lamp
SLOD : Konjunctiva hiperemis (-) injeksi konj(+) subkonjunctiva
bleeding (+) di bagian superior dan inferior. Tampak
laserasi ukuran 4x5 mm Full thickness di bagian inferior
arah jam 5: Hifema (+) hampir menutupi seluruh
permukaan BMD detail lain sde
SLOS :
L.
RESUME
Seorang laki-laki, 52 tahun, datang ke UGD RSWS dengann keluhan
nyeri pada mata kanan yang dialami sejak 12 jam sebelum masuk
Rumah Sakit akibat tertusuk paku menancap di mata dan
mencabutnya sendiri. Riwayat Keluar darah (+), riwayat kelaur cairan
seperti gel (+). air mata berlebih (+) sekret mata berlebih (-) nyeri (+)
riwayat HT(-). Riwayat DM (-). Sebelumnya pasien sempat dirawat di
RS Bulukumba sebelum di rujuk ke RSWS.
Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan inspeksi pada OD tampak
konjungtiva hiperemis (+), injeksi konjungtiva (+), ubkonjungtiva
bleeding (+) superior dan inferior, tampak laserasi full thickness (+) di
bagian inferior nasal 4x5 mm arah jam 5, lakrimasi (+), pada bilik
mata depan terdapat hifema yang menutupi seluruh permukaan
sehingga iris, pupil dan lensa sulit dievaluasi. Pada OS didapatkan
dalam batas normal. Pada pemeriksaan refraksi didapatkan VOD : 1/~
dan VOS : 3/60R (pasien tidak dapat membaca huruf). Pada palpasi
ditemukan tensi okuler pada OD Tn-1 dan yang lainnya dalam batas
DIAGNOSIS
OD trauma okuli perforans
N.
TERAPI
Sistemik:
- Tirah baring 45 derajat
- IVFD RL 28 tpm
- TT 0,5 cc im (telah dilakukan di RS Bulukumba)
- Inj. Cefotaxim 1 gr/12 jam/IV skin tes
- Inj. Dexametasone 1 amp / 8 jam / IV
- Inj. Ketorolac amp / 8 jam / IV
- Inj.Ranitidin 1amp/ 8 jam
Terapi topikal:
- C. Floxa EDMD 2 tetes / jam
- P.Pred EDMD 2 tetes / jam
O.
ANJURAN TINDAKAN
OD Eksplorasi
P.
DISKUSI
Dari hasil anamnesis pada pasien ini didapatkan keluhan mata
merah pada kedua mata yang dialami 1 minggu yang lalu.Riwayat
mata merah (+) kadang-kadang. Rasa mengganjal pada kedua mata (+)
dialami sejak 3 tahun yang lalu bertambah berat secara perlahanlahan, nyeri pada kedua mata (+) kadang-kadang, air mata berlebih
(+), riwayat sering terpapar sinar matahari (+).
Pada pemeriksaan oftalmologi, VOD : 5/5, VOS : 5/5, TODS :
Tn . Pada mata kanan dan kiri ditemukan selaput segitiga di nasal,
dengan apeks melewati limbus, belum mencapai pupil, kornea jernih,
BMD kesan normal, iris coklat, kreipte (+), pupil bulat, sentral, RC
(+) dan lensa jernih.
Berdasarkan hasil anamnesis dan hasil pemeriksaan oftalmologi
tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien menderita ODS Pterigium
Stadium II.
Pterigium merupakan pertumbuhan fibrovaskuler konjungtiva
yang bersifat degeneratif dan invasif, berbentuk segitiga yang tumbuh
menjalar ke kornea dengan puncak segitiga di kornea. Pertumbuhan
ini biasanya terletak pada nasal ataupun temporal konjungtiva yang
meluas ke daerah kornea. Pterigium mudah meradang dan bila terjadi
iritasi, maka bagian pterigium akan berwarna merah.
Pterigium diduga disebabkan iritasi kronis akibat debu, cahaya
sinar matahari dan udara yang panas. Etiologinya tidak diketahui
dengan jelas dan diduga merupakan suatu neoplasma, radang dan
degenerasi.
Stadium II
Stadium III
Stadium IV
pembedahan
dilakukan
bila
terjadi
gangguan