Anda di halaman 1dari 21

DENGUE HEMORHAGIC FEVER

1.1

PENGERTIAN

Dengue Hemoragic Fever

adalah suatu penyakit menular yang

disebabkan oleh virus dengue, terutama menyerang pada anak-anak


dengan ciri-ciri : demam tinggi mendadak disertai manifestasi perdarahan
dan bertendensi menimbulkan syok (DSS) dan kematian. Penyakit ini
ditularkan lewat nyamuk Aedes aegypti, yang membawa virus dengue
(anthropad borne viruses) atau disebut arbo virus. DHF dapat menyerang
semua umur tetapi terbanyak pada anak-anak. Dalam dekade terakhir,
terdapat kecenderungan kenaikan proporsi penderita DHF pada orang
dewasa.
1.2 TANDA DAN GEJALA
a. Demam : demam tinggi

timbul

mendadak,

terus

menerus,

berlangsung dua sampai tujuh hari turun secara cepat.


b. Perdarahan : perdarahan disini terjadi akibat berkurangnya
trombosit (trombositopeni) serta gangguan fungsi dari trombosit
sendiri akibat metamorfosis trombosit. Perdarahan dapat terjadi di
semua organ yang berupa:
Uji torniquet positif
Ptekie, purpura, echymosis dan perdarahan konjungtiva
Epistaksis dan perdarahan gusi
Hematemesis, melena
Hematuri
c. Hepatomegali :
Biasanya dijumpai pada awal penyakit
Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit
Nyeri tekan pada daerah ulu hati
Tanpa diikuti dengan ikterus
Pembesaran ini diduga berkaitan dengan strain serotipe virus
dengue
d. Syok : Yang dikenal dengan DSS , disebabkan oleh karena :
Perdarahan dan

kebocoran plasma didaerah intravaskuler melalui

kapiler yang rusak. Sedangkan tanda-tanda syok adalah:


Kulit dingin, lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki
Gelisah dan Sianosis disekitar mulut
Nadi cepat, lemah , kecil sampai tidak teraba
Tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80
mmHg atau kurang dari 80 mmHg)
Tekanan nadi menurun (sampai 20mmHg atau kurang)
e. Trombositopeni: Jumlah trombosit dibawah 150.000 /mm3 yang
biasanya terjadi pada hari ke tiga sampai ke tujuh.
f. Hemokonsentrasi : Meningkatnya nilai hematokrit
indikator kemungkinan terjadinya syok.

merupakan

g. Gejala-gejala lain :
Anoreksi , mual muntah, sakit perut, diare atau konstipasi

serta kejang.
Penurunan kesadaran

1.3 PATOFISIOLOGI DHF


Yang menentukan beratnya penyakit adalah :
a. Meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah
b. Menurunnya volume plasma darah
c. Adanya hypotensi
d. Trombositopeni
e. Diatesis hemoragic
Pada autopsi penderita DHF yang meninggal, didapatkan adanya
kerusakan sistim vaskuler dengan adanya peninggian permeabilitas diding
pembuluh darah terhadap protein plasma dan efusi pada ruang serosa, di
bawah peritonial, pleural dan perikardial.
Pada kasus berat, pengurangan volume plasma sampai 30 % atau
lebih.

Menghilangnya

plasma

melalui

endotelium

ditandai

oleh

peningkatan oleh peningkatan nilai hematokrit yang mengakibatkan


keadaan hipopolemik dan shock, yang dapat menimbulkan anoksia
jaringan, asidosis metabolik bahkan menyebabkan kematian.
Kerusakan

dinding

pembuluh

darah

bersifat

sementara,

dengan

pemberian cairan yang cukup shock dapat diatasi dan efusi pleura
biasanya menghilang setelah beberapa kali perawatan.
Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat pada
saluran cerna, yang timbul setelah shock berlangsung lama dan tidak
teratasi. Perdarahan ini disebabkan oleh trombositopeni serta gangguan
fungsi trobosit disamping defisiensi ringan/sedang dari faktor I, II, V, VII,
IX, X dan faktor kapiler.
Pada pemeriksaan sel-sel pagosit didapatkan peningkatan daya
pagositosis dan proliferasi sistim retikolo enditetial yang berakibat
penghancuran terhadap trombosit yang telah mengalami metamorfosis
seluler sehingga nampak adanya trombositopeni.
Aktifasi sistim komplemen juga memegang peranan penting dalam
patogenesis DHF , komplek imun biasanya ditemukan pada hari ke 5
sampai ke 7 saat terserang shock terjadi. Produksi aktivitas komplemen ini
bersifat anafilaktoksin yang menyebabkan kerusakan dinding kapiler
sehingga permeabilitas diding pembuluh darah meningkat.
1.4 Derajad DHF Menurut WHO dibagi menjadi 4 Derajat :
a. Derajat 1 :
Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi

perdarahan ialah uji Tourniquet positif


b. Derajat 2 :
Derajat 1 disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan
lain.
c. Derajat 3 :
Ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut,
tekanan nadi menurun (<20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang
dingin, lembab, dan penderita menjadi gelisah
d. Derajat 4 :
Renjatan berat dengan nadi yang tidak diraba dan tekanan darah
yang tidak dapat diukur

PATOFISIOLOGI DBD/DSS
DENGUE INFECTION
Thrombocytope
Fever

Hemorhagic

nia

Anorexia

Manifestatio

Hepatomegal

Ag

fomiting

complex

Ab
+

complement
Incraeased
Vascular

Grade

fermeability
Dehydration

Leakge
Dengue

of Hemokonsentra

plasma

fever

si
Hypoproteinemi

Hypopolemia

II

Pleural

efution
shock

Ascites

III

DIC
Anoxia
IV

GI Bleeding
Death
Acidosis
DHF/DSS

Catatan : Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi, hemodinamika


dan biokimiawi DBD belum diketahui secara pasti, karena kesukaran
mendapatkan model binatang percobaan yang dapat dipergunakan untuk
menimbulkan gejala klinis seperti pada manusia.
5. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :

Tirah baring atau istirahat baring.

Diet makan lunak.

Minum banyak (2 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis,
sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan
hal yang paling penting bagi penderita DHF.

Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali)


merupakan cairan yang paling sering digunakan.

Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan)


jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.

Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.

Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.

Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.


a. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
b. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum,
perubahan tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium
yang memburuk.
c. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.

Pencegahan
Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :
1. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh
alamiah dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada saat
sedikit terdapatnya kasus DHF.
2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan
vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan
penderita viremia sembuh secara spontan.
3. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran
yaitu di sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga
sekitarnya.
4. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi
penularan tinggi.
Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :
1. Menggunakan insektisida.
Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam
berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk
dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida).
Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau
pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir
abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat
penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1
gram abate SG 1 % per 10 liter air.
2. Tanpa insektisida
Caranya adalah:
a. Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air
minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya
7 10 hari).
b. Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.

c. Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah


dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang
6.Pemeriksaan Dan Diagnosa
Untuk

mendiagnosis

Dengue

Haemoragic

Fever

(DHF)

dapat

dilakukan pemeriksaan dan didapatkan gejala seperti yang telah


dijelaskan sebelumnya juga dapat ditegakan dengan pemeriksaan
laboratorium yakni :
a. Trombositopenia (< 100.000 / mm3) , Hb dan PCV meningkat
(> 20%) leukopenia (mungkin normal atau leukositosis), isolasi
virus, serologis (UPF IKA, 1994).
b. Pemeriksaan serologik yaitu titer CF (complement fixation) dan
anti bodi HI (Haemaglutination ingibition) (Who, 1998 ; 69), yang
hasilnya adalah Pada infeksi pertama dalam fase akut titer
antibodi HI adalah kurang dari 1/20 dan akan meningkat sampai
< 1/1280 pada stadium rekovalensensi pada infeksi kedua atau
selanjutnya, titer antibodi HI dalam fase akut > 1/20 dan akan
meningkat dalam stadium rekovalensi sampai lebih dari pada
1/2560.
Apabila titer HI pada fase akut > 1/1280 maka kadang titernya
dalam stadium rekonvalensi tidak naik lagi. (UPF IKA, 1994 ; 202).
Pada renjatan yang berat maka diperiksa : Hb, PCV berulangkali
(setiap jam atau 4-6 jam apabila sudah menunjukan tanda
perbaikan) faal haemostasis x-foto dada, elektro kardio gram,
kreatinin serum.
7. Diagnosa Banding
1) Belum / tanpa renjatan :
A) Campak
B) Infeksi bakteri / virus lain (tonsilo faringitis, demam dari
kelompok pnyakit exanthem, hepatitis, chikungunya)
2) Dengan renjatan : Demam tipoid
3) Renjatan septik oleh kuman gram negatif lain
- Dengan perdarahan : Leukimia, Anemia aplastik
- Dengan kejang Ensefalitis, meningitis

8. Pencegahan Dan Pemberantasan


Pemberantasan Dengue Haemoragic Fever (DHF) seperti juga

penyakit menular laibn didasarkan atas meutusan rantai penularan,


terdiri dari virus, aedes dan manusia. Karena sampai saat ini belum
terdapat vaksin yang efektif terdapat virus itu maka pemberantasan
ditujukan pada manusia terutama pada vektornya.
Prinsip tepat dalam pencegahan DHF (Sumarmo, 1998 ; 57)
1.

manfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah


dengan

melaksanakan

pemberantasan

pada

saat

hsedikit

terdapatnya DHF / DSS


2.

memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan


vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan
penderita veremia.

3.

Mengusahakan

pemberantasan

vektor

di

pusat

daerah

pengambaran yaitu sekolah dan RS, termasuk pula daerah


penyangga sekitarnya.
4.

Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi


penularan tinggi

Menurut Rezeki S,
Pemberantasan penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) ini yang paling
penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk penularan ditempat
perindukannya dengan melakukan 3M yaitu:
a. Menguras tempat tampet penampungan air secara teratur sekurang
kurangnya sxeminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke
dalamnya
b. Menutup rapat rapat tempat penampung air dan
c. Menguburkan / menyingkirkan barang kaleng bekas yang dapat
menampung air hujan seperti dilanjutkan di baliknya.

9. Penatalaksaan
Pada dasarnya pengobatan pasien Dengue Haemoragic Fever (DHF)
bersifat simtomatis dan suportif.
Dengue Haemoragic Fever (DHF) ringan tidak perlu dirawat, Dengue
Haemoragic Fever (DHF) sedang kadang kadang tidak memerlukan
perawatan,

apabila

orang

tua

dapat

diikutsertakan

dalam

pengawasan penderita di rumah dengan kewaspadaan terjadinya syok


yaitu perburukan gejala klinik pada hari 3-7 sakit ( Purnawan dkk,
1995 ; 571) Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue
(UPF IKA, 1994 ; 203) yaitu: Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena

panas, muntah, masukan kurang) atau kejangkejang.


Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati uji torniquet
positif/negatif, kesakitan, Hb dan Ht/PCV meningkat, Panas disertai
perdarahan,

Panas

disertai

renjatan.Sedangkan

penatalaksanaan

Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF IKA, 1994 ; 203 206
adalah.
Belum atau tanpa renjatan:
Grade I dan II
Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan
surface cooling. Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan
asetaminofen,asetosal tidak boleh diberikan
Umur 6 12 bulan : 60 mg / kaji, 4 kali sehari
Umur 1 5 tahun : 50 100 mg, 4 sehari
Umur 5 10 tahun : 100 200 mg, 4 kali sehari
Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari
Terapi cairan:
1.

infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk


anak dengan BB < 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak
dengan BB < 10 10 kg bersama sama di berikan minuman oralit,

2.

air bauh susu secukupnya


Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum

3.

sebanyak banyaknya dan sesering mungkin.


Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah
cairan infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan
penderita dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai
berikut :
100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg
75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain,
antipiretik

untuk

perdarahan hebat.

anti

panas,

darah

15

cc/kgBB/hari

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Data Subyektif :

Panas
Lemah
Nyeri ulu hati
Mual dan tidak nafsu makan
Sakit menelan
Pegal seluruh tubuh
Nyeri otot, persendian, punggung dan kepala
Haus

2. Data Obyektif

Suhu tinggi selama 2 - 7 hari

Kulit terasa panas

Wajah tampak merah , dapat disertai tanda kesakitan

Nadi cepat

Selaput mukosa mulut kering

Ruam dikulit lengan dan kaki

Hiperemia tenggorokan

Epistaksis

Pembesaran hati dan nyeri tekan

Pembesaran limfe

Nyeri tekan pada epigastrik

Hematomesis

Melena

Gusi berdarah

Hipotensi

3. Data Penunjang
a. Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai
b. Ig.G dengue positif
c. Trombositopeni
d. Hemoglobin meningkat
e. Hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat)
f. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan
- hipoproteinemia
- hiponatremia dan
- hipokalemia
Pada hari kedua dan ketiga terjadi lekopenia, netropenia, aneosinophilia, peningkatan
limposit, monosit dan basofil , SGOT atau SGPT darah mungkin meningkat, Ureum dan Ph
darah mungkin meningkat . Waktu pendarahan memanjang pada pemeriksaan analisa gas
darah arteri menunjukkan asidosis metabolik: PCO2 < 35 40 mm Hg, HCO3 rendah
Pemeriksaan serologi

Pada pemeriksaan ini di lakukan pengukuran literantibodi pasien dengan cara


haemaglutination nibitron test (HIT test) atau dengan uji peningkatan komplemen pada
pemeriksaan serologi di butuhkan dua bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut atau demam
dan masa penyembuhan ( 104 minggu setelah awal gejala penyakit ) untuk pemeriksaan
serologi ini di ambil darah vena 2 5 ml. Pemeriksaan sianosis yang menunjang antara lain
foto thorak mungkin di jumpai pleural effusion, pemeriksaan USG hepatomegali dan
splenomegali.
4. Prioritas masalah Keperawatan :

Mencegah terjadinya hipopolemik syok


Intik nutrisi yang adekuat.
Mencegah komplikasi, perdarahan dan infeksi.
Informasi tentang proses penyakit
Cemas

5. Diagnosa Keperawatan :
N

DIAGNOSA

HASIL YANG

O
1.

KEPERAWATAN
Peningkatan

DIHARAPKAN
TINDAKAN
-Suhu
tubuh
1. Mengkaji

suhu

tubuh normal

(hiper-termia)

37oC).

sehubungan

-Pasien

dengan
ses

RENCANA

(36bebas

pro- dari demam.

saat

timbulnya

demam.
2. Mengobservasi

tanda-

tanda vi-tal: suhu, nadi,


tensi, pernapas-an setiap 3
jam atau lebih serring.
3. Memberikan
penjelasan

penyakit

(viremia).

tentang penyebab demam


atau

pening-katan

tubuh.
4. Memberikan
pada

suhu

penjelasan

pasien/keluarga

tentang hal-hal yang dapat


dilakukan untuk mengatasi
demam & menganjurkan
pasien/keluarga
kooperatif.
5. Menjelaskan

untuk
pentingnya

tirah baring bagi pasien &


akibatnya jika hal tersebut
tidak dilaku-kan.
6. Menganjurkan

pasien

untuk ba-nyak minum


2,5 l/24 jam & jelaskan
manfaatnya bagi pasien.
7. Memberikan
kompres
dingin (pada daerah axila
& lipat paha).
8. Menganjurkan untuk tidak
memakai

2.
Kebutuhan

pemenuhan

nutrisi

kebutuhan

terpenuhi; pasien

pasien
meng-

dari kebutuhan habiskan


se-hubungan

&

pakaian yang tebal.


9. Mencatat
asupan

&

keluaran.
10.
Memberikan

Gangguan

nutrisi; kurang mampu

selimut

makanan sesuai

terapi

cairan in-travena & obatobatan

sesuai

dengan

program dokter (masa-lah


kolaborasi).

dengan

mual, de-ngan

muntah,

yang

anoreksia
sakit

porsi
1. Mengkaji

& diberikan/dibutu
saat hkan.

keluhan

mual,

sakit menelan & muntah


yang diala-mi oleh pasien.
2. Mengkaji cara/bagaimana

menelan.

ma-kanan dihidangkan.
3. Memberikan
makanan
yang

mudah

seperti:

ditelan

bubur,

dihidangkan

saat

hangat.
4. Memberikan
dalam

&

masih

makanan

porsi

kecil

frekuensi sering.
5. Menjelaskan
makanan/
pasien

tim

&

manfaat

nutrisi

bagi

terutama

sa-at

pasien sakit.
6. Memberikan umpan balik
posi-tif saat pasien mau
berusaha

menghabiskan

makanannya.
7. Mencatat
jumlah/porsi
3.

makanan yang dihabiskan


oleh pasien setiap hari.
8. Memberikan
nutrisi
parenteral

Kurangnya
pengetahuan

dengan dokter).
9. Memberikan
obat-obat

Pengetahuan

tentang proses pasien/keluarga


penyakit, diet, tentang
perawatan

& penyakit,

antasida

proses

(anti

emetik)

diet,

sesuai program dokter.


10.
Mengukur
berat

&

badan pasien setiap hari

obat-obatan

perawatan

pasien

obat-obatan bagi

sehubung-an

penderita

dengan

meningkat serta

kurangnya

pasien/keluarga

informasi.

mampu

DHF

menceritakannya
kembali.

(kolaborasi

(bila mungkin).
1. Mengkaji

tingkat

pengetahuan
pasien/keluarga

tentang

penya- kit DHF.


2. Mengkaji latar

belakang

pendi-dikan
pasien/keluarga.
3. Menjelaskan
proses

tentang

pe-nyakit,

diet,

perawatan & obat-obatan


pada pasien dengan bahasa

&

kata-kata

yang

mudah
dimengerti/dipahami.
4. Menjelaskan
semua
prosedur

4.

yang

akan

dilakukan & manfaat nya


bagi pasien.
5. Memberikan
pada

kesempatan

pasien/keluarga

untuk mena-nyakan hal-hal


Potensial

-Tidak

terjadi

terjadinya

tanda-tanda per-

perdarahan

darahan

lebih

lanjut

lanjut

sehubungan

lebih
(secara

klinis).

yang

ingin

dike-tahui

sehubungan

dengan

penyakit

dialami

yang

pasien.
6. Menggunakan leaflet atau

dengan

-Jumlah

gam-bar-gambar

trombositopeni

trombosit

memberikan

a.

meningkat.

(jika ada/memung-kinkan).

1. Memonitor

dalam

penjelasan

tanda-tanda

penu-runan trombosit yang


disertai

dengan

tanda klinis.
2. Memberikan

tanda-

penjelasan

tentang

pengaruh

trombositopenia
pasien.
3. Memonitor

pada
jumlah

trombosit setiap hari.


4. Menganjurkan
pasien
untuk ba-nyak istirahat.
5. Memberikan
penjelasan
pada

pasien/keluarga

untuk segera melapor jika


ada
perdarahan
seperti:

tanda-tanda
lebih

lanjut

hematemesis,

melena, epistak-sis.
6. Menjelaskan
obat-obat

yang

di

berikan

&

serta

a-

manfaatnya
5.

kibatnya bagi pasien.


7. Mengantisipasi/mencegah
terja-dinya perlukaan atau
perdarah-an:
a. menggunakan sikat gigi
lunak.
b. memelihara kebersihan
Gangguan

-Kebutuhan

aktifitas

aktifitas

sehari-hari se-

hari terpenuhi.

hubungan

-Pasien

seharimampu

dengan kondisi

mandiri sete-lah

tubuh

bebas demam.

yang

lemah.

mu-lut.
c. menghindari

tindakan

inva-sif melalui rektum


seperti: pemberian obat
suppositoria,

enema,

rektal thermometer
d. menggunakan pencukur
lis-trik

(jika

pasien

butuh bercu-kur).
e. memberikan tekanan 510

menit

selesai

setiap

kali

me-ngambil

darah.
1. Mengkaji keluhan pasien.
2. Mengkaji
hal-hal
yang
mampu/

tidak

dilakukan

6.

sehubungan

mampu

oleh

pasien

dengan

lemahan fisiknya.
3. Membantu

ke-

pasien

memenuhi

kebutuhan

aktifitasnya

sehari-hari

sesuai dengan tingkat keterbatasan pasien seperti


-Rasa

nyaman

pasien terpenuGangguan rasa

hi.

nyaman: nyeri -Nyeri berkurang


sehubungan
dengan
mekanisme
patologis

atau hilang.

mandi, makan, eliminasi.


4. Membantu pasien untukk
man- diri sesuai dengan
perkembang-an kemajuan
fisiknya.
5. Memberi

penjelasan

tentang hal-hal yang dapat


membantu

&

(proses

meningkatkan

penyakit).

kekuatan

fisik pasien.
6. Meletakkan barang-barang
ditempat

yang

mudah

terjang-kau oleh pasien.


7. Menyiapkan bel di dekat
pasien
1. Mengkaji

tingkat

yang

alami

di

nyeri
pasien

dengan memberi rentang


nyeri

(0-10),

biarkan

pasien menentukan tingkat


nyeri

yang

dialaminya,

tetapkan tipe nyeri yang


7.

dialami

pasien,

respons

pasien

terhadap

nyeri

yang dialami.
2. Mengkaji
faktor-faktor
yang mempengaruhi reaksi
pasien

terhadap

nyeri

(budaya, pendi-dikan, dll).


3. Memberikan posisi yang
-Tidak
syok
Potensial
terjadi

terjadi
hipovole-

mik.
syok -Tanda-tanda

hipovole-

vital dalam ba-

mik

tas normal.

sehubungan
dengan perdarahan hebat.

-Keadaan umum
baik.

nya-man, usahakan situasi


ruangan yang tenang.
4. Memberikan
suasana
gembira

bagi

pasien,

alihkan

perhatian

pasien

dari rasa nyeri (libatkan


keluarga).
pa-sien

Menganjurkan

untuk

membaca

buku, mendengar musik,


nonton

TV

(mengalihkan

perhatian).
5. Memberikan
pada

kesempatan

pasien

berkomunikasi

untuk
dengan

teman-temannya/orang
terdekat.
6. Memberikan
analge-tik

obat-obat
(kolaborasi

dokter).
1. Monitor

keadaan

pasien.
2. Observasi

umum

tanda-tanda

vital tiap
3. Monitor

2-3 jam.
tanda-tanda

perdarahan
4. Jelaskan

pada

pasien/keluarga
tanda-tanda
yang

tentang
perdarahan

mungkin

pasien.
5. Anjurkan

dialami

pasien/keluarga

untuk segera melapor jika


ada

8.

tanda-tanda

perdarahan.
6. Pasang infus, beri terapi
cairan

intravena

terjadi

jika

perdarah-an

(kolaborasi dengan dokter)


7. Segera
puasakan
jika
terjadi perdarahan saluran
pencernaan.
8. Cek Hb, Ht,

trombosit

(sito).
9. Perhatikan keluhan pasien
Pasien dapat:

se-perti mata berkunang-

-mengungkapkan
Koping individu

perasaannya

yang

selama

tidak

dirawatdi rumah

sehubungan

sakit.

perawatan
rumah sakit.

kekuatan

di-

-mengidentifikasi
yang

efektif.
meman-

faatkan sumber-

program

dokter.
11.
Monitor masukan &
catat

&

ukur

perdarahan yang terjadi,


produksi urin.
12.
Berikan obat-obatan
untuk

-mengidentifikasi
&

lemah,

tranfusi

dengan

keluaran,

rinya.
koping

nafas.
10.
Berikan
sesuai

-mengidentifikasi
di

pusing,

ekstremitas di-ngin, sesak

efek-tif
dengan

kunang,

mengatasi

perdarahan sesuai dengan


program dokter.
13.
Bila terjadi

tanda-

sumber

eks-

ternal.

syok

hipovolemik,

baringkan

-menetapkan
cara

tanda

terlentang

mengatasi

masalah selama
dirawat

pasien

di

rumah sakit.

atau

datar.
14.
Berikan terapi oksige
sesuai dengan kebutuhan.
15.
Segera lapor dokter
jika tam-pak tanda-tanda
syok

hipovo-

observasi
8.

posisi

lemik

ketat

serta

percepat

infus

sambil

&

pasien
tetesan

menunggu

program

dokter

selanjutnya.
1. Membina hubungan saling
per-caya dengan pasien.
2. Bekomunikasi
dengan
bahasa

yang

mudah

dimengerti oleh pasien &


melindungi

pasien

da-ri

situasi stress.
3. Beri
kesempatan
dorongan
untuk

pada

&

pasien

mengungkap

kan

perasaaan & persepsinya.


4. Membantu
pasien
Potensial
terjadi

mengkaji
reaksi Reaksi

tranfusi
sehubungan
dengan
pemberian
tranfusi.

tranfusi

tidak terjadi.

&

mengidentifikasi situasi &


ma-salah yang timbul saat
ini.
5. Membantu

pasien

mengidenti-fikasi
sebelumnya

koping

baik

yang

efektif maupun yang tidak


efektif
6. Bantu

pasien

kekuatan

menilai

dirinya

&

kemungkinan peme-cahan
masalah.
7. Mendiskusikan

koping

yang e-fektif yang akan


digunakan

8. Libatkan

pasien

dalam

perawat-an dirinya.
9. Jelaskan proses penyakit,
hasil

pemeriksaan

laboratorium,

test

diagnosis

lain

&

pengobatan

yang

diberikan (kolaborasi dengan dokter).


10.
Jelaskan
tindakan

tiap

kepera-watan

yang akan dilakukan pada


pasien

&

beritahukan

manfaatnya.
11.
Libatkan

keluarga

terutama

dalam

memberikan

dorongan

pada pasien.
1. Pesan
darah/komponen
darah
2. sesuai

dengan

medis.
3. Cek

ulang

instruksi
formulir

permintaan darah sebelum


dikirim.
4. Sebelum

pemberian

tranfusi ya-kinkan bahwa


daerah tusukan infus tidak
tampak
plebitis

tanda-tanda
&

aliran

infus

lancar.
5. Gunakan Blood Set untuk
pem-berian tranfusi.

DAFTAR PUSTAKA
https://krismasbayou.wordpress.com/2013/08/06/lp-askep-dhf-dengue-haemoragic-fever/
diakses pada tanggal 25 Februari 2015 pukul 10:30
http://abdul-mufti.blogspot.com/2014/01/laporan-pendahuluan-dhf.html
diakses pada tanggal 25 Februari 2015 pukul 10:30

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


Dengan Masalah DHF
Ruang IGD
Rumah Sakit Universitas Airlangga

OLEH :
ASTUTIK, S.Kep

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2014

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan dengan masalah DHF ruang IGD d
Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya disusun oleh :
Nama

: Astutik, S.Kep

Semester

: II

Prodi

: Pendidikan Ners
Praktika jiwa yang dilaksanakan pada tanggal 23 Februari 2015-04 April

2015 yang telah disahkan dan disetujui pada :


Hari

Tanggal

:
Surabaya,

Februari

2015
Faculty Tutor

Preceptee

Mengetahui
PJ IGD

Preceptor

Anda mungkin juga menyukai