1.1
PENGERTIAN
timbul
mendadak,
terus
menerus,
merupakan
g. Gejala-gejala lain :
Anoreksi , mual muntah, sakit perut, diare atau konstipasi
serta kejang.
Penurunan kesadaran
Menghilangnya
plasma
melalui
endotelium
ditandai
oleh
dinding
pembuluh
darah
bersifat
sementara,
dengan
pemberian cairan yang cukup shock dapat diatasi dan efusi pleura
biasanya menghilang setelah beberapa kali perawatan.
Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat pada
saluran cerna, yang timbul setelah shock berlangsung lama dan tidak
teratasi. Perdarahan ini disebabkan oleh trombositopeni serta gangguan
fungsi trobosit disamping defisiensi ringan/sedang dari faktor I, II, V, VII,
IX, X dan faktor kapiler.
Pada pemeriksaan sel-sel pagosit didapatkan peningkatan daya
pagositosis dan proliferasi sistim retikolo enditetial yang berakibat
penghancuran terhadap trombosit yang telah mengalami metamorfosis
seluler sehingga nampak adanya trombositopeni.
Aktifasi sistim komplemen juga memegang peranan penting dalam
patogenesis DHF , komplek imun biasanya ditemukan pada hari ke 5
sampai ke 7 saat terserang shock terjadi. Produksi aktivitas komplemen ini
bersifat anafilaktoksin yang menyebabkan kerusakan dinding kapiler
sehingga permeabilitas diding pembuluh darah meningkat.
1.4 Derajad DHF Menurut WHO dibagi menjadi 4 Derajat :
a. Derajat 1 :
Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
PATOFISIOLOGI DBD/DSS
DENGUE INFECTION
Thrombocytope
Fever
Hemorhagic
nia
Anorexia
Manifestatio
Hepatomegal
Ag
fomiting
complex
Ab
+
complement
Incraeased
Vascular
Grade
fermeability
Dehydration
Leakge
Dengue
of Hemokonsentra
plasma
fever
si
Hypoproteinemi
Hypopolemia
II
Pleural
efution
shock
Ascites
III
DIC
Anoxia
IV
GI Bleeding
Death
Acidosis
DHF/DSS
Minum banyak (2 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis,
sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan
hal yang paling penting bagi penderita DHF.
Pencegahan
Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :
1. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh
alamiah dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada saat
sedikit terdapatnya kasus DHF.
2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan
vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan
penderita viremia sembuh secara spontan.
3. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran
yaitu di sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga
sekitarnya.
4. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi
penularan tinggi.
Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :
1. Menggunakan insektisida.
Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam
berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk
dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida).
Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau
pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir
abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat
penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1
gram abate SG 1 % per 10 liter air.
2. Tanpa insektisida
Caranya adalah:
a. Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air
minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya
7 10 hari).
b. Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
mendiagnosis
Dengue
Haemoragic
Fever
(DHF)
dapat
melaksanakan
pemberantasan
pada
saat
hsedikit
3.
Mengusahakan
pemberantasan
vektor
di
pusat
daerah
Menurut Rezeki S,
Pemberantasan penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) ini yang paling
penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk penularan ditempat
perindukannya dengan melakukan 3M yaitu:
a. Menguras tempat tampet penampungan air secara teratur sekurang
kurangnya sxeminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke
dalamnya
b. Menutup rapat rapat tempat penampung air dan
c. Menguburkan / menyingkirkan barang kaleng bekas yang dapat
menampung air hujan seperti dilanjutkan di baliknya.
9. Penatalaksaan
Pada dasarnya pengobatan pasien Dengue Haemoragic Fever (DHF)
bersifat simtomatis dan suportif.
Dengue Haemoragic Fever (DHF) ringan tidak perlu dirawat, Dengue
Haemoragic Fever (DHF) sedang kadang kadang tidak memerlukan
perawatan,
apabila
orang
tua
dapat
diikutsertakan
dalam
Panas
disertai
renjatan.Sedangkan
penatalaksanaan
Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF IKA, 1994 ; 203 206
adalah.
Belum atau tanpa renjatan:
Grade I dan II
Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan
surface cooling. Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan
asetaminofen,asetosal tidak boleh diberikan
Umur 6 12 bulan : 60 mg / kaji, 4 kali sehari
Umur 1 5 tahun : 50 100 mg, 4 sehari
Umur 5 10 tahun : 100 200 mg, 4 kali sehari
Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari
Terapi cairan:
1.
2.
3.
untuk
perdarahan hebat.
anti
panas,
darah
15
cc/kgBB/hari
Panas
Lemah
Nyeri ulu hati
Mual dan tidak nafsu makan
Sakit menelan
Pegal seluruh tubuh
Nyeri otot, persendian, punggung dan kepala
Haus
2. Data Obyektif
Nadi cepat
Hiperemia tenggorokan
Epistaksis
Pembesaran limfe
Hematomesis
Melena
Gusi berdarah
Hipotensi
3. Data Penunjang
a. Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai
b. Ig.G dengue positif
c. Trombositopeni
d. Hemoglobin meningkat
e. Hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat)
f. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan
- hipoproteinemia
- hiponatremia dan
- hipokalemia
Pada hari kedua dan ketiga terjadi lekopenia, netropenia, aneosinophilia, peningkatan
limposit, monosit dan basofil , SGOT atau SGPT darah mungkin meningkat, Ureum dan Ph
darah mungkin meningkat . Waktu pendarahan memanjang pada pemeriksaan analisa gas
darah arteri menunjukkan asidosis metabolik: PCO2 < 35 40 mm Hg, HCO3 rendah
Pemeriksaan serologi
5. Diagnosa Keperawatan :
N
DIAGNOSA
HASIL YANG
O
1.
KEPERAWATAN
Peningkatan
DIHARAPKAN
TINDAKAN
-Suhu
tubuh
1. Mengkaji
suhu
tubuh normal
(hiper-termia)
37oC).
sehubungan
-Pasien
dengan
ses
RENCANA
(36bebas
saat
timbulnya
demam.
2. Mengobservasi
tanda-
penyakit
(viremia).
pening-katan
tubuh.
4. Memberikan
pada
suhu
penjelasan
pasien/keluarga
untuk
pentingnya
pasien
2.
Kebutuhan
pemenuhan
nutrisi
kebutuhan
terpenuhi; pasien
pasien
meng-
&
&
keluaran.
10.
Memberikan
Gangguan
selimut
makanan sesuai
terapi
sesuai
dengan
dengan
mual, de-ngan
muntah,
yang
anoreksia
sakit
porsi
1. Mengkaji
& diberikan/dibutu
saat hkan.
keluhan
mual,
menelan.
ma-kanan dihidangkan.
3. Memberikan
makanan
yang
mudah
seperti:
ditelan
bubur,
dihidangkan
saat
hangat.
4. Memberikan
dalam
&
masih
makanan
porsi
kecil
frekuensi sering.
5. Menjelaskan
makanan/
pasien
tim
&
manfaat
nutrisi
bagi
terutama
sa-at
pasien sakit.
6. Memberikan umpan balik
posi-tif saat pasien mau
berusaha
menghabiskan
makanannya.
7. Mencatat
jumlah/porsi
3.
Kurangnya
pengetahuan
dengan dokter).
9. Memberikan
obat-obat
Pengetahuan
& penyakit,
antasida
proses
(anti
emetik)
diet,
&
obat-obatan
perawatan
pasien
obat-obatan bagi
sehubung-an
penderita
dengan
meningkat serta
kurangnya
pasien/keluarga
informasi.
mampu
DHF
menceritakannya
kembali.
(kolaborasi
(bila mungkin).
1. Mengkaji
tingkat
pengetahuan
pasien/keluarga
tentang
belakang
pendi-dikan
pasien/keluarga.
3. Menjelaskan
proses
tentang
pe-nyakit,
diet,
&
kata-kata
yang
mudah
dimengerti/dipahami.
4. Menjelaskan
semua
prosedur
4.
yang
akan
kesempatan
pasien/keluarga
-Tidak
terjadi
terjadinya
tanda-tanda per-
perdarahan
darahan
lebih
lanjut
lanjut
sehubungan
lebih
(secara
klinis).
yang
ingin
dike-tahui
sehubungan
dengan
penyakit
dialami
yang
pasien.
6. Menggunakan leaflet atau
dengan
-Jumlah
gam-bar-gambar
trombositopeni
trombosit
memberikan
a.
meningkat.
(jika ada/memung-kinkan).
1. Memonitor
dalam
penjelasan
tanda-tanda
dengan
tanda klinis.
2. Memberikan
tanda-
penjelasan
tentang
pengaruh
trombositopenia
pasien.
3. Memonitor
pada
jumlah
pasien/keluarga
tanda-tanda
lebih
lanjut
hematemesis,
melena, epistak-sis.
6. Menjelaskan
obat-obat
yang
di
berikan
&
serta
a-
manfaatnya
5.
-Kebutuhan
aktifitas
aktifitas
sehari-hari se-
hari terpenuhi.
hubungan
-Pasien
seharimampu
dengan kondisi
mandiri sete-lah
tubuh
bebas demam.
yang
lemah.
mu-lut.
c. menghindari
tindakan
enema,
rektal thermometer
d. menggunakan pencukur
lis-trik
(jika
pasien
butuh bercu-kur).
e. memberikan tekanan 510
menit
selesai
setiap
kali
me-ngambil
darah.
1. Mengkaji keluhan pasien.
2. Mengkaji
hal-hal
yang
mampu/
tidak
dilakukan
6.
sehubungan
mampu
oleh
pasien
dengan
lemahan fisiknya.
3. Membantu
ke-
pasien
memenuhi
kebutuhan
aktifitasnya
sehari-hari
nyaman
hi.
atau hilang.
penjelasan
&
(proses
meningkatkan
penyakit).
kekuatan
fisik pasien.
6. Meletakkan barang-barang
ditempat
yang
mudah
tingkat
yang
alami
di
nyeri
pasien
(0-10),
biarkan
yang
dialaminya,
dialami
pasien,
respons
pasien
terhadap
nyeri
yang dialami.
2. Mengkaji
faktor-faktor
yang mempengaruhi reaksi
pasien
terhadap
nyeri
terjadi
hipovole-
mik.
syok -Tanda-tanda
hipovole-
mik
tas normal.
sehubungan
dengan perdarahan hebat.
-Keadaan umum
baik.
bagi
pasien,
alihkan
perhatian
pasien
Menganjurkan
untuk
membaca
TV
(mengalihkan
perhatian).
5. Memberikan
pada
kesempatan
pasien
berkomunikasi
untuk
dengan
teman-temannya/orang
terdekat.
6. Memberikan
analge-tik
obat-obat
(kolaborasi
dokter).
1. Monitor
keadaan
pasien.
2. Observasi
umum
tanda-tanda
vital tiap
3. Monitor
2-3 jam.
tanda-tanda
perdarahan
4. Jelaskan
pada
pasien/keluarga
tanda-tanda
yang
tentang
perdarahan
mungkin
pasien.
5. Anjurkan
dialami
pasien/keluarga
8.
tanda-tanda
perdarahan.
6. Pasang infus, beri terapi
cairan
intravena
terjadi
jika
perdarah-an
trombosit
(sito).
9. Perhatikan keluhan pasien
Pasien dapat:
-mengungkapkan
Koping individu
perasaannya
yang
selama
tidak
dirawatdi rumah
sehubungan
sakit.
perawatan
rumah sakit.
kekuatan
di-
-mengidentifikasi
yang
efektif.
meman-
faatkan sumber-
program
dokter.
11.
Monitor masukan &
catat
&
ukur
-mengidentifikasi
&
lemah,
tranfusi
dengan
keluaran,
rinya.
koping
nafas.
10.
Berikan
sesuai
-mengidentifikasi
di
pusing,
efek-tif
dengan
kunang,
mengatasi
tanda-
sumber
eks-
ternal.
syok
hipovolemik,
baringkan
-menetapkan
cara
tanda
terlentang
mengatasi
masalah selama
dirawat
pasien
di
rumah sakit.
atau
datar.
14.
Berikan terapi oksige
sesuai dengan kebutuhan.
15.
Segera lapor dokter
jika tam-pak tanda-tanda
syok
hipovo-
observasi
8.
posisi
lemik
ketat
serta
percepat
infus
sambil
&
pasien
tetesan
menunggu
program
dokter
selanjutnya.
1. Membina hubungan saling
per-caya dengan pasien.
2. Bekomunikasi
dengan
bahasa
yang
mudah
pasien
da-ri
situasi stress.
3. Beri
kesempatan
dorongan
untuk
pada
&
pasien
mengungkap
kan
mengkaji
reaksi Reaksi
tranfusi
sehubungan
dengan
pemberian
tranfusi.
tranfusi
tidak terjadi.
&
pasien
mengidenti-fikasi
sebelumnya
koping
baik
yang
pasien
kekuatan
menilai
dirinya
&
kemungkinan peme-cahan
masalah.
7. Mendiskusikan
koping
8. Libatkan
pasien
dalam
perawat-an dirinya.
9. Jelaskan proses penyakit,
hasil
pemeriksaan
laboratorium,
test
diagnosis
lain
&
pengobatan
yang
tiap
kepera-watan
&
beritahukan
manfaatnya.
11.
Libatkan
keluarga
terutama
dalam
memberikan
dorongan
pada pasien.
1. Pesan
darah/komponen
darah
2. sesuai
dengan
medis.
3. Cek
ulang
instruksi
formulir
pemberian
tanda-tanda
&
aliran
infus
lancar.
5. Gunakan Blood Set untuk
pem-berian tranfusi.
DAFTAR PUSTAKA
https://krismasbayou.wordpress.com/2013/08/06/lp-askep-dhf-dengue-haemoragic-fever/
diakses pada tanggal 25 Februari 2015 pukul 10:30
http://abdul-mufti.blogspot.com/2014/01/laporan-pendahuluan-dhf.html
diakses pada tanggal 25 Februari 2015 pukul 10:30
OLEH :
ASTUTIK, S.Kep
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan dengan masalah DHF ruang IGD d
Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya disusun oleh :
Nama
: Astutik, S.Kep
Semester
: II
Prodi
: Pendidikan Ners
Praktika jiwa yang dilaksanakan pada tanggal 23 Februari 2015-04 April
Tanggal
:
Surabaya,
Februari
2015
Faculty Tutor
Preceptee
Mengetahui
PJ IGD
Preceptor