Anda di halaman 1dari 17

BAB III

METODA
3.1 Waktu & Tempat
Waktu
: 07.00 08.00
Tempat
: Laboratorium Lingkungan FALTL
S : 610,2 . 4276
E : 106 4716. 1016
3.2 Alat & Bahan
Tabel 3.2.1 Alat Penetapan Isoterm Adsorbsi
No
1

Nama Alat
Gelas Piala

Jumlah
6

Spesifikasi
pyrex

2
3
4
5
6

Alat Jartest
Pipet mohr 50 ml
Corong
Kertas Saring
Spektofotometer

1
1
1

pyrex
pyrex
prexy
-

Tabel 3.2.2 Bahan Penetapan Isoterm Adsorbsi


No
1
2
3
4

Nama Bahan
Air Sampel
Pewarna tekstil
Karbon Aktif
Air Suling

Jumlah

1-6 gr

Spesifikasi
-

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Penetapan Isoterm Adsorbsi
1. Buatlah suatu larutan sampel dengan menggunakan pewarna tekstil dalam
air suling pada konsentrasi tertentu. Dengan konsentrasi sebenarnya
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

dihitung menggunakan spektrofotometer,


Siapkan 6 buah gelas piala, lalu masukan 300ml sampel,
Timbang karbon aktif dengan berat : 0,25 g ; 0,5 g ; 0,75 g ; 1 g ; 1,5 g,
Masukan karbon aktif ke dalam gelas piala yang sudah berisi air sampel,
Hidupkan alat jartes dengan kecepatan 200 rpm, gunakan selama 30 menit,
Saring larutan dengan kertas saring,
Ukur dengan spektrofotometer dengan = 610 mm,
Buat kurva dan bandingkan dengan kurva kalibrasi.

3.4 Metoda
Metoda yang digunkan dalam percoban kali ini adalah
a. Metode Jartest/spektrofotometri

BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Hasil Pengamatan Isoterm
Tabel 4.1.1 Hasil Pengamatan Isoterm

Gambar

Keterangan
Air Sampel dengan
jumlah karbon aktif 0
gram sebelum
dilakukan pengadukan

Air Sampel dengan


jumlah karbon aktif
0,25 gram sebelum
dilakukan pengadukan

Air Sampel dengan


jumlah karbon aktif
0,5 gram sebelum
dilakukan pengadukan

Air Sampel dengan


jumlah karbon aktif
0,75 gram sebelum
dilakukan pengadukan

Gambar

Keterangan
Air Sampel dengan
jumlah karbon aktif 1
gram sebelum
dilakukan pengadukan

Air Sampel dengan


jumlah karbon aktif
1,5 gram sebelum
dilakukan pengadukan

Air sampel saat


dilakukan jartest
selama 30 menit

Air Sampel setelah


dilakukan jartest
disaring dengan kertas
saring

Gambar

Keterangan
Nilai Absorbansi air
sampel yang telah
diukur dengan
spektrofotometer

4.1.2 Rumus
1) Isoterm Langmuir
y=axb
slope=

1
a xb

intercept=

1
b

Dimana:
a
= Slope
b
= Intercept
2) Isotherm Freundlich
y=slope Xintercept
Slope=

1
n

log k =intercept
Dimana :
K
= Konstanta afinitas adsorbs
n
= konstanta
b
= intercept

4.1.3 Perhitungan
No
1
2
3

C
(ppm)
0
10
20

Abs
0
0,028
0,057

4
5
6
7

30
40
50
60

0,095
0,115
0,147
0,181

Tabel 4.1.3.1 Tabel Kalibrasi

Kurva Kalibrasi Isoterm Adsrpsi


0.2
0.15
Absobansi

f(x) = 0x - 0
R = 1

Kurva Kalibrasi Isoterm


Adsrpsi

0.1

Linear (Kurva Kalibrasi


Isoterm Adsrpsi)

0.05
0
0 10203040506070
Konsentrasi (ppm)

Mass
a
(mg)
0

2
3
4
5
6

250
500
750
1000
1500

No

Grafik 4.1.3.1 Kurva Kalibrasi


Isoterm freundlich
Tabel 4.1.3.2 Tabel Perhitungan Isoterm Freundlich
ABS

konsentrasi

0,067

awal
22,66

akhir
22,66

0,062
0,074
0,067
0,071
0,076

22,66
22,66
22,66
22,66
22,66

20,99
24,99
22,66
23,99
25,66

selisi
h

x/m

log (x/m)

log C

1,67
-2,33
0
-1,33
-3

501
-699
0
-399
-900

2,004
-1,398
0
-0,399
-0,6

0
0,30189771
7
0
0
0
0

0
0,22271647
1
0
0
0
0

Grafik 4.1.3.2 Kurva Isoterm Freundlich

kurva isoterm adsorpsi freundlich


0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0

kurva isoterm
adsorpsi freundlich

Grafik 4.1.3.3 Kurva Perbandingan log x/m

perbandingan Log x/m dan Log c


0.35
0.3

f(x) = 1.36x - 0
R = 1

0.25
0.2

perbandingan Log x/m


dan Log c

Axis Title 0.15

Linear (perbandingan
Log x/m dan Log c)

0.1
0.05
0
0

0.1

0.2

0.3

Axis Title

Isoterm Langmuir

Tabel 4.1.3.3 Tabel Perhitungan Isoterm Langmuir

no
1
2
3
4
5
6

Massa
(mg)
0
250
500
750
1000
1500

ABS
0,067
0,062
0,074
0,067
0,071
0,076

awal
22,66
22,66
22,66
22,66
22,66
22,66

konsentrasi
akhir
selisih
22,66
0
20,99
1,67
24,99
-2,33
22,66
0
23,99
-1,33
25,66
-3

x/m

1/(x/m)

1/C

0
501
-699
0
-399
-900

0
2,004
-1,398
0
-3,99
-0,6

0
0,50
-0,72
0,00
-0,25
-1,67

0
0,60
-0,43
0,00
-0,75
-0,33

y=0,0029964 x 0,0008929
intercept=

slope=

1
0,0029964

= 1119,946

1
=373763,93
0,0029964 x0,0008929

Grafik 4.1.3.4 Kurva Isoterm Langmuir

Kurva Isoterm Langmuir


1
0.5
0
1/(x/m)

Kurva Isoterm
Adsorpsi

-0.5
-1
-1.5
-2
1/c

Grafik 4.1.3.4 Grafik Perbandingan

Grafik Perbandingn (1/(X/M)) dan (1/C)


1

Axis Title -1

0.5
f(x) = 0.95x
0 - 0.21
R
= 0.34 0
-0.5
0.5
-0.5
-1

Grafik Perbandingn (1/


(X/M)) dan (1/C)
1

Linear (Grafik
Perbandingn (1/(X/M))
dan (1/C))

-1.5
-2
Axis Title

4.2 Pembahasan

Percobaan dilakukan dengan tujuan menentukan besarnya tetapan


adsorbsi isoterm freundlich dan isotherm langmuir. Adsorbsi adalah proses
penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain. Prinsip percobaan adsorbsi
isoterm yang didasarkan pada teori freundlich yaitu banyaknya zat yang
diadsorbsi pada temperatut tetap oleh suatu adsorben tergantung dari
konsentrasi dan kereaktifan adsorbat dalam mengadsorbsi zat-zat tertentu.
Percobaan ini tergolong dalam adsorbsi fisika karena adanya gaya van deer
waals antara adsorben dengan adsorbat yang digunakan sehingga proses
adsorbsi hanya terjadi pada permukaan larutan. Sedangkan prinsip percobaan
isotherm Langmuir yaitu setiap tempat adsorpsi adalah ekivalen, dan
kemampuan partikel untuk terikat di tempat itu tidak bergantung pada di
tempati atau tidaknya tempat yang berdekatan.
Pada percobaan ini proses adsorbsi dilakukan dengan menambahkan
sejumlah karbon aktif kedalam larutan air sampel . Agar proses adsorbsi dapat
berlangsung dengan baik maka dilakukan pengadukan dengan menggunakan
jartest. Pengadukan juga berguna untuk menghomogenkan air sampel dengan
karbon aktif sehingga dapat mempermudah proses adsorbsi. Pengadukan yang
dilakukan berlangsung selama 30 menit.
Pada percobaan ini kelompok kami membuat kesalahan fatal yang
menyebabkan perhitungan negative. Nilai Abs yang didapat pada pembacaan

pertama bukanlah hasil terbesar jika dibandingkan dengan hasi Abs pada
pembacaan selanjutnya. Ini juga menyebabkan pada grafik log konsentrasi
dan log 1 per selesih konsentrasi tidak dapat dihitung dan hasilnya error.
Seharusnya pada percobaan ini jika didapatkan hasil ABS pertama
bukan yang paling besar harus dilakukan penyaringan kembali. Penyaringan
ini bertujuan agar konsentrasi lebih rendah. Kelompok kami tidak menyaring
air sampel kembali dikarenakan kurang tanggap dan praktikan tidak serius.
Untuk grafik isotherm freundlich tidak dapat dibuat grafik dikarenakan data
minus dan nol. Sedangkan untuk isotherm Langmuir masih dapat dibuat
grafik tapi grafik tidak bagus karena data yang naik turun dan tidak sesuai
dengan teori.
Pada grafik menunjukan nilai terendah terdapat pada nilai 1,40 ini
menunjukan kemampuan karbon aktif menyerap ada pada konsentrasi
tersebut.
Pada percobaan ini digunakan air sampel yang telah disediakan pihak
laboratorium yang berasal dari air limbah warna. Massa karbon aktif yang
berbeda bertujuan untuk membandingkan dan mengetahui hubungan antara
nilai berat karbon dan daya serap terhadap larutan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi adsorpsi ini adalah :
1. karakteristik komponen sistem isotherm adsorpsi (adsorbat dan
adsorben)Komponen adsorben dan adsorbat yang baik dapat menentukan
kualitas dari sistem adsorpsi.
2. Temperatur dapat mempengaruhi proses adsorpsi. Semakin tinggi
temperatur,maka laju adsorpsi akan semakin cepat dikarenakan kenaikan
energi kinetik yangmenyebabkan gerakan tumbukan partikel menjadi
semakin banyak sehingga proses adsorpsi berlangsung lebih cepat.
3. Konsentrasi Semakin banyak adsorbat yang disediakan, maka semakin
banyak zat yangmampu teradsorpsi oleh adsorben. Karena itu kemurnian
zat berpengaruh dalam proses adsorpsi ini.

BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan Isoterm Adsorbsi adalah :
1. Data yang dihasilkan tidak valid karena ada beberapa data yang minus dan
nol
2. Kesalahan praktikan tidak menyaring ulang sampel berakibat tidak dapat
dilakukan perhitungan dengan benar
3. Tidak dapat dibuat grafik karena data tidak valid sehingga analisis tidak
dapat dilakukan
4. Data minus ini disebabkan karena konsentrasi awal tidak menjadi
konsentrasi paling besar
5. Massa karbon aktif yang berbeda bertujuan untuk membandingkan dan
mengetahui hubungan antara nilai berat karbon dan daya serap terhadap
larutan.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang

Adsorbsi secara umum adalah proses penggumpalan subtansi terlarut


(soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap,
dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara subtansi dengan penyerapannya.
Adsorbsi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu ;
1. Adsorbsi fisik, yaitu berhubungan dengan gaya Van der Waals dan merupakan
suatu proses bolak balik apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dan
adsorben lebih besar daya tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya
maka zat yang terlarut akan diadsorbsi pada permukaan adsorben.
2. Adsorbsi kimia, yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat terlarut yang
teradsorbsi.
Di era sekarang ini, sistem penjernihan memiliki berberapa macam teknik,
contohnya saja sistem pengolahan air limbah dalam industri tekstil yang
menghilangkan warna yang disebut juga dengan proses koagulasi-flokulasi.
Contoh lain proses adsorpsi yaitu pada industri batik, pada proses produksinya
yang menggunakan bahan perwarna, dan limbah yang dihasilkan berbentuk cairan
yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, maka dari itu digunakan karbon
aktif yang merupakan adsorben yang berguna untuk menghilangkan warna,
dimana karbon aktif memiliki efektivitas yang cukup tinggi.

Kekuatan interaksi adsorbat dengan adsorben dipengaruhi oleh sifat dari


adsorbat maupun adsorbennya. Gejala yang umum dipakai untuk meramalkan
komponen mana yang diadsorpsi lebih kuat adalah kepolaran adsorben dengan
adsorbatnya. Apabila adsorbennya bersifat polar, maka komponen yang bersifat
polar akan terikat lebih kuat dibandingkan dengan komponen yang kurang polar.
Kekuatan interaksi juga dipengaruhi oleh sifat keras-lemahnya dari adsorbat
maupun adsorben. Sifat keras untuk kation dihubungkan dengan istilah polarizing
power cation, yaitu kemampuan suatu kation untuk mempolarisasi anion dalam
suatu ikatan. Kation yang mempunyai polarizing power cation besar cenderung
bersifat keras. Sifat polarizing power cation yang besar dimiliki oleh ion-ion
logam dengan ukuran (jari-jari) kecil dan muatan yang besar. Sebaliknya sifat
polarizing power cation yang rendah dimiliki oleh ion-ion logam dengan ukuran
besar namun muatannya kecil, sehingga diklasifikasikan ion lemah.
Berbagai adsorben anorganik maupun organik dapat dijadikan sebagai
adsorpsi seperti aluminium, bauksit, magnesia, magnesium silikat, kalsium
hidroksida, silikat gel, dan timah diatome. Diantara adsorben organik yang paling
sering digunakan adalah arang, gula dan karbon aktif.
1.2

Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan isotherm adsorbs pada
karbon aktid dengan menggunakan metode isotherm freundlich dan
langmuis sebagai adsorben pada sampel air limbah warna

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Isoterm Adsorbsi
Adsorpsi adalah suatu proses penyerapan partikel suatu fluida (cairan
maupun gas) oleh suatu padatan hingga terbentuk suatu film (lapisan tipis) pada
permukaan adsorben. Padatan yang dapat menyerap partikel fluida disebut bahan
pengadsorpsi atau adsorben. Sedangkan zat yang terserap disebut adsorbat.
Secara umum Adsorpsi didefinisikan sebagai suatu proses penggumpalan
substansi terlarut (soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau
benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara substansi dengan
penyerapnya. Penyerapan partikel atau ion oleh permukaan koloid atau yang
disebut peristiwa adsorpsi ini dapat menyebabkan koloid menjadi bermuatan
listrik.
Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut
yang ada dalam larutan oleh permukaan benda atau zat penyerap. Adsorpsi
adalah masuknya bahan yang mengumpul dalam suatu zat padat. Keduanya
sering muncul bersamaan dengan suatu proses maka ada yang menyebutnya
sorpsi. Baik adsorpsi maupun absorpsi sebagai sorpsi terjadi pada tanah liat
maupun padatan lainnya, namun unit operasinya dikenal sebagai adsorpsi.
(Giyatmi, 2008: 101).
Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya
tarik ke arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya yang mengimbangi. Adanya gayagaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi
berbeda dengan absorpsi. Pada absorpsi zat yang diserap masuk ke dalam
adsorben sedang pada adsorpsi, zat yang diserap hanya pada permukaan
(Sukardjo, 2002:190).
Sedangkancontoh contoha dsorbsi adalahsebagaiberikut:
a. Pengeringan udara atau gas gas lain,

b. Pemisahan bahan yang mengandung racun atau yang berbau busuk dari
udara buang,
c. Pengambilan kembali pelarut dari udara buang,
d. Penghilangan warna larutan (sebelum kristalisasi),
e. Pemisahan bahan organik dari air (bersamaan dengan pemisahan
pengotor berbentuk koloid yang sukar disaring).
Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Adsorpsi fisika adalah proses interaksi antara adsorben dengan adsorbat yang
disebabkan oleh gaya Van Der Waals. Adsorpsi fisika terjadi jika daya tarik
menarik antara zat terlarut dengan adsorben lebih besar dari daya tarik menarik
antara zat terlarut dengan pelarutnya. Kerena gaya tarik menarik yang lemah
tersebut maka zat yang terlarut akan diadsorpsi pada permukaan adsorben.
Adsorpsi fisika biasanya terjadi pada temperatur rendah sehingga keseimbangan
antara permukaan solid dengan molekul fluida biasanya cepat tercapai dan bersifat
reversibel.
2. Adsorpsi kimia adalah reaksi yang terjadi antara zat padat dengan zat terlarut
yang teradsorpsi. Adsorpsi ini bersifat spesifik dan melibatkan gaya dan kalor
yang sama dengan panas reaksi kimia. Menurut Langmuir, molekul teradsorpsi
ditahan pada permukaan oleh ikatan valensi yang tipenya sama dengan yang
terjadi antara atom-atom dalam molekul. Ikatan kimia tersebut menyebabkan pada
permukaan adsorbent akan terbentuk suatu lapisan film.
Adsorpsi memiliki kecepatan. Kecepatan adsorpsi adalah banyaknya zat yang
teradsorpsi per satuan waktu. Kecepatan adsorpsi mempengaruhi kinetika
adsorpsi. Kinetika adsorpsi adalah laju penyerapan suatu fluida oleh adsorben
dalam jangka waktu tertentu. Banyak sedikitnya zat yang teradsorpsi di pengaruhi
oleh:
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan Adsorpsi:
a.
b.
c.
d.
e.

Macam adsorben
Macam zat yang diadsorpsi (adsorbate)
Luas permukaan adsorben
Konsentrasi zat yang diadsorpsi (adsorbate)
Temperatur

Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich didasarkan atas terbentuknya lapisan


monolayer dari molekul-molekul adsorbat pada permukaan adsorben. Namun pada
adsorpsi Freundlich situs-situs aktif pada permukaan adsorben bersifat heterogen.
Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dapat dituliskan sebagai berikut.
log (x/m) = log k + 1/n log c
sedangkan kurva isoterm adsorpsinya disajikan pada gambar berikut

Bagi suatu sistem adsorbsi tertentu, hubungan antara banyaknya zat yang
teradsorpsi persatuan luas atau persatuan berat adsorben dengan konsentrasi yang
teradsorpsi pada temperatur tertentu disebut dengan isoterm adsorbsi ini
dinyatakan sebagai:
x/m = k. Cn
dalam hal ini :
x = jumlah zat teradsorbsi (gram)
m = jumlah adsorben (gram)
C = konsentrasi zat terlarut dalam larutan, setelah tercapai kesetimbangan
adsorpsi
k dan n = tetapan,
Persamaan ini mengungkapkan bahwa bila suatu proses adsorbsi menuruti
isoterm Freundlich, maka aluran log x/m terhadap log C akan merupakan garis
lurus. Dari garis dapat dievaluasi tetapan k dan n.
Dari persamaan tersebut, jika konsentrasi larutan dalam kesetimbangan
diplot sebagai ordinat dan konsentrasi adsorbat dalam adsorben sebagai absis pada
koordinat logaritmik, akan diperoleh gradien n dan intersept. Dari isoterm ini,
akan diketahui kapasitas adsorben dalam menyerap air. Isoterm ini akan
digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan, karena dengan isoterm ini dapat
ditentukan efisisensi dari suatu adsorben.

DAFTAR PUSTAKA
Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Jakarta: Bineka Cipta
http://www.kamusq.com/2013/04/adsorpsi-adalah-pengertian-dan-definisi.html.
Diakses 18 Mei 2015 16.10
Setyaningsih H. 1995. Pengolahan limbah batik dengan proses kimia dan adsorpsi
karbon aktif . Tesis. Jakarta: Program Pascasarjana, Universitas Indonesia.
http://www.iaea.org/inis/collection/NCLCollectionStore/_Public/44/091/4409140
2.pdf Diakses 18 Mei 2015 16.10
http://staff.uny.ac.id/system/files/pengabdian/endang-widjajanti-lfx-msdr/analisis.pdf. Diakses 18 Mei 2015 16.10
http://damandiri.or.id/file/nyomansukartaipbbab2.pdf. Diakses 18

Mei 2015

16.10
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29223/4/Chapter%20II.pdf.
Diakses 18 Mei 2015 16.10
Lindu,Muhammad dkk.2015. Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan1.
2015. Jakarta : Universitas Trisakti

Anda mungkin juga menyukai