Anda di halaman 1dari 47

PEMERIKSAN FISIK

JANTUNG
Moderator:
Dr. Dana Nur Prihadi, Sp.A, M.Kes
Presentan:
Rima Anggraini
Maulana Aziz
Jordan Simorangkir

INSPEKSI
1. Bentuk dada: simetri, deformitas
2. Denyut apeks (iktus kordis): sulit
dilihat pada bayi & anak kecil.
3. Denyut nadi pada dada
4. Denyut vena

Kelainan Bentuk Dada

Iktus Kordis
Pada anak-anak:
Anak < 3th: ICS IV midklavikula sinistra /
sedikit lateral
Anak > 3th: ICS V midklavikula sinistra /
sedikit medial
Posisi anak duduk atau sedikit membungkuk
paling baik
Sifat iktus:
Pada keadaan normal, iktus hanya
merupakan tonjolan kecil, yang sifatnya local.
Sistol ~ IK ~ denyut karotis. Dianjurkan
palpasi pada a. carotis comunis selama
auskultasi.

Denyut Nadi pada Dada


(+) pada dada bagian atas curiga
kelainan aorta
Denyut nadi ICS II kanan curiga
Aneurisma aorta ascenden
Denyut nadi ICS II kiri menunjukkan
adanya dilatasi a. pulmonalis &
aneurisma aorta descenden

Pulsasi kuat di ICS III kiri dilatasi a.


pulmonalis; ductus botalli persisten,
aneurisma a.pulmonalis
Pulsasi kuat pada lekuk
suprasternum peningkatan
tekanan nadi dalam aorta
Pulsasi kuat di ICS IV garis sternum
hipertrofi ventrikel kanan

Denyut Vena
Vena yang tampak pada dada dan
punggung
tidak
menunjukkan
denyutan
Vena yang menunjukkan denyutan
hanyalah vena jugularis interna dan
eksterna

PALPASI
1. Denyut apeks (iktus kordis):
Teraba / tidak, lalu kuat angkat / tidak
Posisi duduk / sedikit bungkuk
Anak < 3th: ICS IV midklavikula sinistra /
sedikit lateral
Anak > 3th: ICS V midklavikula sinistra /
sedikit medial

2. Aktivitas Ventrikel:
Peningkatan aktivitas ventrikel kiri (left
ventricular lift/thrust)
Peningkatan aktivitas ventrikel kanan (right
ventricular heave) teraba parasternal
kiri bawah, epigastrium

3. Detak Pulmonal
Normal, BJ II tak teraba.
Teraba pada ICS II tepi kiri sternum.
Mengeras: HTN pulmonal (et: PJB asianotik:
PDA, VSD, ASD; MS rematik, kor pulmonal)

4. Getaran Bising (thrill)


Thrill adalah getaran pada dinding dada
akibat bising jantung yg keras (4/6)
Perabaan dengan ujung-ujung jari II & III
atau telapak tangan dengan palpasi ringan.
Perhatikan :
Lokasi dari getaran (sesuai pungtum
maksimum bising)
Terjadinya getaran saat S / D
Thrill S: VSD, AS, PS, TOF, MI
Thrill D: MS,AI, PI,
lainnya: PDA (S+D), AS+AI atau PS+PI
(S+D sesuai bising to and fro)
Terabanya getaran, maka pada
auskultasi akan terdengar bising jantung

PERKUSI
Pada anak besar dilakukan dari
perifer tengah
Pada bayi & anak kecil sulit dilakukan
dengan baik, bahkan menyesatkan
Cenderung ditinggalkan

AUSKULTASI
Stetoskop:
Stetoskop binaural (mangkok &
diafragma)
Sisi mangkok menangkap bunyi & bising
nada rendah, sisi diafragma menangkap
bunyi & bising nada tinggi.
Mulai px dengan sisi mangkuk lalu
diafragma.

Teknik:
Auskultasi tidak hanya dilakukan pada 4 daerah
tradisional. Seluruh dada, punggung, leher,
abdomen.
apeks -> tepi kiri sternum bawah -> ke atas
sepanjang tepi kiri sternum -> sepanjang tepi
kanan sternum -> infra & supraklavikula ->
lekuk suprasternal -> daerah karotis leher ->
seluruh sisa dada -> samping dada -> seluruh
punggung.
Perut u/ cari bruit pada a. abdominalis
Posisi: telentang, miring, duduk, agak
menunduk
Anak diminta menarik, melepas, menahan nafas

Pada auskultasi akan diperhatikan 2 hal,


yaitu :
1. Bunyi jantung
BJ I Terjadi karena getaran menutupnya
katup atrioventrikularis, yang terjadi pada
saat kontraksi isometris dari bilik pada
permulaan systole
BJ II Terjadi akibat proyeksi getaran
menutupnya katup aorta dan a.
pulmonalis pada dinding toraks.
Ini
terjadi kira-kira pada permulaan diastole.
2. Bising Jantung (Cardiac Murmur)

Bunyi Jantung I
Daerah auskultasi untuk BJ I :
Pada iktus : katup mitralis terdengar
baik disini.
Pada ruang interkostal IV V kanan,
pada tepi sternum : katup trikuspidalis
terdengar disini
Pada ruang interkostal III kiri, pada tepi
sternum : merupakan tempat yang baik
pula untuk mendengar katup mitral.

Intensitas BJ I akan bertambah pada apek pada:


stenosis mitral
interval PR (pada EKG) yang begitu pendek
pada kontraksi ventrikel yang kuat dan aliran darah
yang cepat misalnya pada kerja fisik, emosi,
anemia, demam dll.
Intensitas BJ I melemah pada apeks pada :
shock hebat
interval PR yang memanjang
decompensasi hebat.

Bunyi Jantung II
Intensitas BJ II aorta akan bertambah
pada :
hipertensi
arterisklerosis aorta yang sangat.

Intensitas BJ II pulmonal bertambah


pada :
kenaikan desakan a. pulmonalis, misalnya pada :
kelemahan bilik kiri, stenosis mitralis, cor
pulmonal kronik, kelainan cor congenital

BJ I dan II akan melemah pada :


orang yang gemuk
emfisema paru-paru
perikarditis eksudatif
penyakit-penyakit yang menyebabkan kelemahan
otot jantung

Bunyi Jantung III


Bernada rendah
0,10 0,12 setelah BJ II
Apeks / parasternal kiri bawah, pasien miring kiri
Anak dewasa muda
Deselerasi darah akhir pengisian cepat ventrikel saat
diastole
Mengeras, pengisian ventrikel bertambah
Ex. Dilatasi ventrikel
Mengeras disertai takikardia irama gallop (patologis)

Bunyi jantung IV
Bernada rendah
Deselerasi darah saat pengisian ventrikel
oleh atrium, bunyi atrium
Tidak terdengar pada bayi dan anak
Bunyi jantung IV mengeras (patologis)
Dilatasi ventrikel, hipertrofi ventrikel,
fibrosis miokardium

Irama Derap
BJ III &/ BJ IV terdengar keras,
disertai takikardia derap kuda
berlari
Irama derap protodiastolik. BJ I,II,III
Irama derap presistoloik BJ IV,I,II
Irama derap sumasi (summation
gallop) BJ III, IV
Pada neonatus gagal jantung

BISING JANTUNG
Apakah bising terdapat antara BJ I dan BJ II (=bising

systole), ataukah bising terdapat antara BJ II dan BJ


I (=bising diastole).
Cara untuk menentukan bising systole atau

diastole dengan membandingkan terdengarnya


bising dengan saat terabanya iktus atau pulsasi a.
carotis, maka bising itu adalah bising systole.

Tentukan lokasi bising yang terkeras.


Tentukan arah dan sampai mana
bising itu dijalarkan. Bising itu dijalarkan
ke semua arah tetapi tulang merupakan
penjalar bising yang baik, dan bising yang
keras akan dijalarkan lebih dulu.

PENILAIAN BISING JANTUNG


Fase
Kontur
Derajat
Nada atau frekuensi
Kualitas
Pungtum maksimum
Penjalaran
Perubahan intensitas dengan perubahan posisi dan
respirasi.

Fase Bising
Bising sistolik, terdengar antara bunyi

jantung I dan bunyi jantung II


Bising distolik, terdengar antara

bunyi jantung II dan bunyi jantung I


Bising keduanya

Bising Sistolik
Bising Pansistolik;

BJ I

Bising Sistolik Dini;


Bising Ejeksi Sistolik;
Bising Sistolik Akhir; BJ I

BJ II
BJ I
BJ I
BJ II

BJ II
BJ II

Bising Sistolik
Bising Pansistolik; pada Ventrikal Septal Defect,
Insufisiensi Mitral
Bising sistolik dini; pada VSD kecil, biasanya jenis
Muskular.
Bising ejeksi sistolik; pada bising inosen, bising
fungsional, stenosis Pulmonal atau Aorta, Atrial
Septal Defect, atau Tetralogi Fallot
Bising sistolik akhir; MI kecil, dan prolaps katup
mitral.

Bising Diastolik
Bising Diastolik Dini; BJ II

BJ I

Bising Mid-Diastolik; BJ II

BJ I

Bising Diastolik Akhir;


BJ I

BJ II

Bising Diastolik
Bising Diastolik Dini; pada Aorta
Insufisiensi atau Pulmonal Insufisiensi
Bising Mid-Diastolik; pada VSD besar,
Patent Ductus Arteriosus besar, ASD
besar, MI berat
Bising Diastolik Akhir; pada Mitral
Stenosis.

Derajat Bising
Derajat 1; sangat lemah, perlu pengalaman & tenang.
Derajat 2; lemah, mudah terdengar, penjalaran min.
Derajat 3; keras, tanpa getaran, penjalaran sedang.
Derajat 4; keras, dengan getaran, penjalaran luas.
Derajat 5; sangat keras, tetap terdengar bila stetoskop
sebagian saja pada dada, penjalaran luas.
Derajat 6; paling keras, terdengar walaupun stetoskop
diangkat dari dada, penjalaran sangat luas.

Pungtum Maksimum
Bising mitral Apex.
Bising Trikuspid Parasternal kiri
bawah.
Bising Pulmonal Sela iga 2 tepi kiri
sternum.
Bising Aorta Sela iga 2 tepi kanan
atau kiri sternum

Penjalaran Bising
Bising mitral Lateral / ke Aksila
Bising Pulmonal Sepanjang tepi
kiri sternum.
Bising Aorta Apex dan daerah
karotis.

Kualitas Bising
Seperti meniup (blowing); VSD, MI,
MS
Nada tinggi dan vibrasi; bising inosen
Bising burung Camar (khas); ruptur
korda tendinei

Bising Inosen
Bising yg tdk berhubungan
dengan kelainan organik atau
kelainan struktural jantung.
Sering ditemukan pada anak
normal (>75%)
Perlu dibedakan dari bising
fungsional, yaitu akibat
hiperaktivitas fungsi jantung;
pada Anemia atau tirotosikosis.

Karakteristik bising
Inosen
Hampir selalu bising ejeksi sistolik,
kecuali dengung vena
Berderajat 3/6, shg tidak disertai
getaran.
Penjalannya terbatas
Intensitas berubah sesuai posisi (jelas
Terlentang) kec. dengung vena (duduk).
Tidak berhub. kelainan stuktural
jantung.

Defek Septum Atrium


BJ I normal atau mengeras bila defek

besar.
BJ II terpecah dan menetap.
Waktu ejeksi ventrikel kanan memanjang.
Tidak dipengaruhi oleh pernafasan.
Derajat bising <3/6.

Defek Septum Ventrikel


Pada VSD non komplikasi BJ I & BJ II
normal; pada dilatasi ventrikel BJ III keras.
Bising Pansistolik di sela iga ke-3 dan ke-4
tepi kiri Sternum menjalar sepanjang tepi
kiri sternum (KHAS).
Makin kecil defek makin keras bising.
Bising meniup, derajat 3/6 sampai 6/6.

Duktus Arteriosus
Persisten
Bising kontinu pada sela iga ke-2.
Bising Mid-diastolik di apeks bila
pirau kiri ke kanan besar.
BJ I dan II normal, BJ II sulit
diidentifikasi krn tertutup puncak
bising.

Stenosis Pulmonal
BJ I normal, BJ II trpecah lebar dan lemah.
Bising ejeksi sistolik pada sela iga ke-2
tepi kiri sternum.
Pada stenosis berat BJ II terdengar
tunggal dan makin panjang bising
terdengar.
Pada PS valvular (ringan) terdengar Klik

Tetralogi Fallot
Bunyi dan bising jantung mirip PS
tetapi makin berat stenosis makin
lemah bising.
Terdapat klik sistolik akibat dilatasi
Aorta.

Stenosis Aorta
Bising ejeksi sistolik di sela iga ke-2
tepi kanan / kiri sternum, menjalar ke
apex dan ke karotis disertai getaran
bising.
Pada Stenosis valvular terdengar klik
mendahului bising.

Insufisiensi Pulmonal
Bising diastolik dini
Akibat regurgitasi darah dari a.
pulmonal ke ventrikel kanan saat
diastol.
Pada sela iga ke-2 tepi kiri sternum.
BJ II mengeras dengan split sempit.

Insufisiensi Aorta
Mirip bising Insufisiensi pulmonal,
dengan nada sangat tinggi.
Terdengar jelas bila membran
stetoskop ditekan keras pada dada.
Bising mid-diastolik di Apeks (bising
Austin-Flint).

Insufisiensi Mitral
Gejala sisa penyakit jantung rematik.
Bising derajat 3 sampai 6
Insufisiensi ringan BJ I normal, Insufisiensi
berat BJ I melemah.
Bising Pansistolik, meniup, keras di apeks,
menjalar aksila & keras: miring kiri. (khas)
Pada MI berat: bising Mid-diastolik nada
rendah di apeks.
Pada valvulitis akut : gabungan keduanya.

Stenosis Mitral
Bising Mid-diastolik dengan bising
presistolik, nada rendah, kualitas
seperti guntur, jelas di Apeks. (khas)
BJ I pada MS organik sangat
mengeras.
BJ II normal atau terpecah.

Prolaps Katup Mitral


BJ I dan BJ II normal.
Bising sistolik akhir dan didahului klik
sistolik (click murmur syndrome).
Sering terdapat pada wanita remaja
atau dewasa muda dengan etiologi
yang belum diketahui.

Bunyi Gesekan Perikard


Jelas pada sistolik maupun diastolik.
Makin jelas bila diafragma stetoskop
ditekan lebih kuat di dada.
Terdapat pada perikarditis, adhesi
pleuroperikardium
Normal pada keadaan dekatnya
jantung
dengan
paru
(friksi
pleuroperikardial).

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai