Penyusun :
1.
2.
3.
4.
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN ORIENTASI CPNS KEMENTERIAN KESEHATAN RI
FORMASI TAHUN 2014
DALAM
PENELITIAN
DI
PUSAT
KESEHATAN
DAN
TEKNOLOGI
TUBERKULOSIS
TERAPAN
(TB)
EPIDEMIOLOGI KLINIK
Nama Anggota
Jabatan
Telah diperiksa laporan kegiatan orientasi CPNS Kementerian Kesehatan RI Formasi Tahun
2014
2 | PERAN SERTA LABORATORIUM TERPADU DALAM PENELITIAN TUBERKULOSIS (TB) DI PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATANDAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga Kertas Kerja Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Formasi Tahun
2014 di Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Badan Penelitian dan
Pengembangan
Kesehatan,
Kementerian
Kesehatan
Republik
Indonesia
dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini sebagai syarat dan tugas dalam rangka
mengikuti masa orientasi CPNS di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Penyusunan kertas kerja ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Siswanto, MHP, DTM selaku Kepala Pusat TTK & EK
2. DR. Sri Idaiani, M.Kes selaku Ka.Bid Epidemiologi Klinik
3. DR. Fitrah Ernawati, M.Sc selaku Ka.Bid Teknologi Terapan Kesehatan
4. DR. Nelis Imanningsih, M.Sc selaku Ka.Sub.Bid Teknologi Terapan Gizi Makanan
5. dr. M. Karyana, M.Kes selaku Ka.Sub.Bid Epidemiologi Klinik Penyakit Menular
6. drg. Lelly Andayasari, M.Kes selaku Ka.Sub.Bid Epidemiologi Klinik Penyakit Tidak
Menular
7. Dra. Excalanti Prawirawati selaku Ka.Sub.Bag KKU
8. Mutiara Prihartini, S.Gz., M.Si selaku Manajer Teknis Laboratorium Terpadu Pusat TTK
& EK
9. Seluruh Staf di Laboratorium Terpadu Pusat TTK & EK di Bogor
10. Seluruh rekan CPNS di lingkungan Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Formasi Tahun 2014
11. Semua pihak yang telah membantu kami selama kegiatan masa orientasi CPNS
berlangsung
Kami menyadari bahwa laporan kegiatan ini masih banyak kekurangan.Oleh karena
itu, kami mengharapkan saran dan kritik untuk melengkapi laporan kegiatan ini.Semoga
dapat bermanfaat bagi masyarakat dan seluruh rekan CPNS Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Jakarta, 15 Mei 2015
Penyusun
3 | PERAN SERTA LABORATORIUM TERPADU DALAM PENELITIAN TUBERKULOSIS (TB) DI PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATANDAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...............................................................................................................i
Halaman Pengesahan ..................................................................................................... ii
Kata Pengantar .............................................................................................................. iii
Daftar Isi ......................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Tujuan ........................................................................................................................ 2
C. Manfaat ..................................................................................................................... 2
D. Lingkup Bahasan ....................................................................................................... 2
BAB II PROFIL PUSAT TTK & EK
A. Sejarah Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan ....................................... 3
B. Sejarah Pusat TTK & EK ........................................................................................... 4
C. Visi dan Misi Pusat TTK & EK .................................................................................. 4
D. Struktur Organisasi Pusat TTK & EK ........................................................................ 5
E. Tugas Pokok dan Fungsi Pusat TTK & EK ............................................................... 6
F. Sumber Daya Manusia Pusat TTK & EK .................................................................. 6
G. Laboratorium Terpadu Pusat TTK & EK .................................................................. 7
BAB III PERMASALAHAN
A. Sumber Daya Laboratorium ..................................................................................... 11
B. Sumber Daya Manusia
..................................................................................... 18
.............................................................................. 23
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
........................................................................................................ 24
4 | PERAN SERTA LABORATORIUM TERPADU DALAM PENELITIAN TUBERKULOSIS (TB) DI PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATANDAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
B. Rekomendasi
..................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
5 | PERAN SERTA LABORATORIUM TERPADU DALAM PENELITIAN TUBERKULOSIS (TB) DI PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATANDAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum Pusat TTK & EK mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan
pengembangan kesehatan serta melakukan penapisan teknologi di bidang terapan
kesehatan dan epidemiologi klinik yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan melalui penelitian teknologi terapan kesehatan dalam bidang kedokteran dan
farmasi juga dalam bidang gizi dan makanan serta penelitian mengenai epidemiologi klinik
terkait penyakit menular dan penyakit tidak menular.
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 (sebagai pengganti
Permenkes RI Nomor 1575 tahun 2005) tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan, Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Gizi dan Makanan yang
terletak di Bogor, kini menjadi bagian dari Pusat TTK & EK. Ruang lingkup Puslitbang Gizi
dan Makanan yang telah menjadi bagian dari Pusat TTK & EK mencakup Laboratorium
Terpadu Pusat TTK & EK.
Sejak 30 April 2014 Laboratorium Terpadu Pusat TTK & EK telah berhasil memperoleh
akreditasi ISO/IEC 170125 : 2008 dari Komite Akreditasi Nasional. Dengan diperolehnya
akreditasi ISO/IEC 170125 : 2008 tersebut, Laboratorium Terpadu Pusat TTK & EK wajib
menjalankan kebijakan mutu sesuai standar ISO 170125. Kebijakan mutu yang diterapkan
oleh Laboratorium Terpadu Pusat TTK & EK antara lain sebagai berikut :
1. Memberikan jasa pengujian kepada pelanggan secara profesional dengan standar
pelayanan prima.
2. Melakukan peningkatan mutu secara terus menerus.
3. Seluruh staf berperan serta dalam pencapaian kepuasan pelanggan, memahami
dokumentasi mutu, menerapkan kebijakan dan prosedur dalam melaksanakan tugas serta
bertanggung jawab untuk meyakinkan pelanggan bahwa kontribusinya efektif dan
memuaskan.
4. Berusaha untuk berkesesuaian dengan persyaratan
B. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Laboratorium Terpadu dapat turut berperan serta dalam penelitian yang dilakukan oleh
Pusat TTK & EK.
2.
Tujuan Khusus
Peningkatan standar mutu Laboratorium Terpadu Pusat TTK & EK yang turut ditunjang
dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan juga sarana prasarana di
Laboratorium Terpadu Pusat TTK & EK.
C. Manfaat
1.
2.
D. Lingkup Bahasan
Laboratorium Terpadu Pusat TTK & EK
7 | PERAN SERTA LABORATORIUM TERPADU DALAM PENELITIAN TUBERKULOSIS (TB) DI PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATANDAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
BAB II
PROFIL PUSAT TTK & EK
A. Sejarah Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Tepatnya 12 Desember 1975 lahirlah suatu lembaga penelitian kesehatan nasional yang
berada di bawah Departeman Kesehatan (Depkes) RI dengan nama Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Lembaga penelitian ini berdiri berdasarkan Keppres Nomor 44
dan 45 tahun 1974 dalam upaya penyempurnaan departemen dan satuan-satuan organisasi
yang ada di bawahnya. Selanjutnya untuk menindaklanjuti Keppres tersebut di atas,
dikeluarkanlah Kep.Menkes RI Nomor 114/1975.Tanggal dikeluarkannya Kep.Menkes ini
digunakan sebagai tanggal lahir Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.Sejak saat
itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan berkiprah dalam pembangunan
kesehatan nasional di bidang penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan.
Proses berdirinya Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan ini sebenarnya tidak
hanya oleh adanya aspek legal yang ditetapkan pemerintah namun mempunyai perjalanan
panjang sejalan dengan proses pembangunan kesehatan setelah Indonesia merdeka.
Secara historis, jauh sebelum Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan berdiri telah
ada berbagai lembaga yang berada di bawah naungan Depkes RI yang melaksanakan
berbagai penelitian di bidang kesehatan. Misalnya Lembaga Makanan Rakyat di Bogor yang
bertugas mengadakan pengembangan dan penerapan ilmu gizi bagi kesejahteraan
masyarakat, Lembaga Pusat Penyelidikan dan Pemberantasan Penyakit Kelamin di
Surabaya yang melakukan kegiatan penelitian pelayanan kesehatan khususnya penyakit
kelamin dan Hortus Medicus Tawangmangu yang melakukan pengumpulan dan uji coba
tanaman obat. Ketiga unit penelitian tersebut didirikan pada awal dekade 1950-an.
Menjelang akhir dekade 1960-an, berdasarkan Kep.Menkes Nomor 57/1969 dibentuk
Lembaga Riset Nasional yang merupakan embrio pembentukan Badan Penelitian dan
PengembanganKesehatan dengan mengintegrasikan semua unit penelitian tersebut
ditambah unit lainnya dan disesuaikan dengan kebutuhan saat itu dan masa datang.
Dalam menempuh keberadaannya tercatat 5 guru besar atau profesor (Dr. Julie Sulianti
Saroso, Prof. Dr. A.A. Loedin, Prof. Dr. Soemarmo Poorwo Soedarmo, Prof. Dr. Umar Fahmi
Achmadi, MPH. PhD., Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, SH, MSi, SpF) dan 6 pejabat karir
Depkes (Dr. Habib Rahmat Hapsara, Dr. Brahim, Dr. Sri Astuti S. Suparmanto, Msc.PH, Dr.
Sumaryati Arjoso, SKM, Dr. Dini K.S. Latief, Msc, dr. Triono Soendoro, PhD) yang
8 | PERAN SERTA LABORATORIUM TERPADU DALAM PENELITIAN TUBERKULOSIS (TB) DI PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATANDAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
10 | PERAN SERTA LABORATORIUM TERPADU DALAM PENELITIAN TUBERKULOSIS (TB) DI PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATANDAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
Kedokteran,
Kedokteran
Hewan,
Kimia
Makanan,
Biomedis,
Biologi,
11 | PERAN SERTA LABORATORIUM TERPADU DALAM PENELITIAN TUBERKULOSIS (TB) DI PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATANDAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
Kegiatan penelitian gizi di Indonesia mulai dikembangkan sejak pertengahan abad ke-19.
Tetapi baru dilembagakan pada tahun 1934 dengan namaInstituut voor Onderzoek der
Volksvoeding (IOVV) yang berlokasi di Bogor dan pada tahun 1939 berganti nama menjadi
Instituut voor Volksvoeding (IVV).
Arah penelitian gizi selama masa penjajahan lebih ditujukan pada kepentingan pemerintah
Hindia
Belanda.Penelitian
gizi
yang
mengarah
pada
kepentingan
nasional
baru
dikembangkan sejak tahun 1950.Setelah pengelolaan IVV diambil alih pemerintah Republik
Indonesia. IVV kemudian berganti namamenjadi Lembaga Makanan Rakyat dan pimpinan
dipercayakan kepada Prof. Dr. Poorwo Soedarmo. Pada Kongres I Persatuan Ahli Gizi
Indonesia tahun 1967 Prof. Dr. Poorwo Soedarmo ditetapkan sebagai Bapak Gizi Indonesia.
Berdasarkan Surat Kep.Men.Kes RI Nomor 114/Men.Kes.RI/75 nama Lembaga Makanan
Rakyat berubah menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Depkes RI. Kemudian
berubah menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan berdasarkan Surat
Kep.Men.Kes Nomor 1277/Menkes/SK/XI/2001.Nama Pusat Penelitian dan Pengembangan
Gizi
dan
Makanandikukuhkan
kembali
sesuai
Surat
Kep.Men.Kes
Nomor
Semenjak menjadi bagian dari Pusat TTK & EK Laboratorium Terpadu Pusat TTK & EK pun
terus berbenah diri agar standar mutu laboratorium terpadu dapat ditingkatkan menjadi lebih
baik lagi. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan Laboratorium Terpadu dalam memperoleh
akreditasi ISO/IEC 170125 : 2008 pada tanggal 30 April 2014.Sejak itulah Laboratorum
Terpadu Pusat TTK & EK berupaya menerapkan kebijakan mutu laboratorium yang sesuai
standar.
Standarisasi mutu ini mencakup dalam bidang :
1. Sarana Prasarana
Laboratorium Terpadu Pusat TTK & EK, telah memiliki :
1)
Meja spesimen
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Bak pewarnaan
8)
9)
Centrifuge
10) Autoclave
11) Refrigerator
12) Inkubator
13) Meja kerja pembacaan pembiakan dan uji kepekaan
2.Sumber Daya Manusia
Laboratorium Terpadu telah memiliki :
1)
Dokter umum
2)
Peneliti
3)
Teknisi litkayasa
4)
Tenaga administrasi
5)
Cleaning service
6)
Satpam
3. Pengendalian infeksi laboratorium biakan dan uji kepekaan yang telah memenuhi
persyaratan standar BSL I
13 | PERAN SERTA LABORATORIUM TERPADU DALAM PENELITIAN TUBERKULOSIS (TB) DI PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATANDAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
14 | PERAN SERTA LABORATORIUM TERPADU DALAM PENELITIAN TUBERKULOSIS (TB) DI PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATANDAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
KEPALA PUSAT
TTK-EK
KABID
TEKNOLOG
I TERAPAN
KESEHATA
N
KASUBID
TEKNOLOGI
TERAPAN
GIZI DAN
MAKANAN
(MANAJER
MUTU)
KOORDINAT
OR
PENGENDALI
DOKUMEN
KASUBID
TEKNOLOGI
TERAPAN
FARMASI
KEDOKTERA
N
KABID
EPIDEMIOLO
GI KLINIK
KASUBID
EPIDEMIOLO
GI KLINIK
PENYAKIT
TIDAK
MENULAR
KASUBID
EPIDEMIOLO
GI KLINIK
PENYAKIT
MENULAR
KABAG TU
KASUBAG
PROGRAM
DAN KS
KOORDINAT
OR
PENERIMAA
MANAJER
N SAMPEL
TEKNIS
DAN
PENGETIKAN
LHU
KOORDINATO
KOORDINATO
R
R
PERALATAN,
LABORATORI
BAHAN UJI
UM
DAN BAHAN
HABIS PAKAI
15 | PERAN SERTA LABORATORIUM TERPADU DALAM PENELITIAN TUBERKULOSIS (TB) DI PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATANDAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
KEUANGA
N
KASUBAG
KEUANGAN
KEPEGAWAIA
N DAN UMUM
KEPEGAWAIA
N
BENDA
A
PENER
N
BAB III
PERMASALAHAN
Pusat TTK & EK merupakan pusat yang mengemban tugas dalam hal penelitian dan
pengembangan kesehatan yang berbasis klinik dan menjadi wadah bagi penelitian yang
berbasis klinik di Indonesia.Untuk menunjang kinerja Pusat TTK & EK memerlukan aset
penunjang penelitian, yaitu fasilitas Laboratorium Terpadu. Laboratorium Terpadu Pusat TTK &
EK telah mendapatkan akreditasi ISO 170125:2008. Laboratorium Terpadu sudah terakreditasi
dalam hal kemampuan analisa vitamin A dalam serum, vitamin A dalam ASI, dan Zinc dalam
serum. Sedangkan untuk pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, lemak darah, hemoglobin,
analisis kimia makanan yang meliputi analisis proksimat (kadar air, abu, protein, lemak,
karbohidrat), analisis vitamin (secara kimia: vitamin C, vitamin B1, niacin, -carotene, total
carotene) dan (dengan HPLC : vitamin A, B6, B2), analisis gula (total sugar, reducing sugar)
masih dalam tahap proses akreditasi.
Karena kemampuan Laboratorium Terpadu dalam pemeriksaan medis, masih terbatas dalam
pemeriksaan analisa vitamin A dalam serum, vitamin A dalam ASI, dan Zinc dalam serum
menyebabkan kontribusi Laboratorium Terpadu dalam penelitian klinis kurang berperan.
Sedangkan banyak penelitian klinis di Pusat TTK & EK yang memerlukan pemeriksaan
laboratorium medis sebagai penunjang penelitian.
Pada tahun 2015 ini Pusat TTK & EK mengadakan penelitian klinis Tuberkulosis TB-MDR.
Dalam pengumpulan sampel dibutuhkan beberapa pemeriksaan laboratorium medis, salah
satunya yaitu pemeriksaan mikrobiolgi kultur sputum. Karena alasan keterbatasan kemampuan
Laboratorium Terpadu dalam hal pemeriksaan klinis
sampel penelitian TB-MDR, Pusat TTK & EK bekerjasama dengan Laboratorium Mikrobiologi
FKUI.
Sedangkan dalam program penanggulangan TB,pemeriksaan mikroskopis dahak merupakan
komponen
kunci
untuk
menegakkan
diagnosis
serta
evaluasi
dan
tindak
lanjut
Untuk menunjang pemeriksaan diagnosis TB terdapat beberapa syarat bagi laboratorium agar
dapat melakukan biakan dan uji kepekaan, yaitu laboratorium harus memiliki fasilitas yang
sesuai dan menerapkan standar, diantaranya yaitu sebagai berikut :
E. Sumber Daya Laboratorium
1. Sarana Prasarana
Laboratorium pelaksana pemeriksaan biakan dan uji kepekaan harus memenuhi
persyaratan laboratorium dengan tingkat keamanan Biosafety Level II (BSL II) Plus.
Selain itu diperlukan instalasi dan daya listrik yang memadai, sumber air bersih yang
cukup, fasilitas pengelolaan limbah sesuai standar dan memenuhi kaidah pengendalian
infeksi.
2. Laboratorium Mikroskopis TB
1) Tata Ruang
a. Lokasi
Laboratorium pemeriksaan mikroskopis TB sebaiknya terpisah dari bagian
laboratorium pemeriksaan lainnya.Apabila hal itu tidak dimungkinkan setidaknya
tersedia area khusus yang terpisah untuk pemeriksaan mikroskopis TB.Area
tersebut harus cukup lapang dengan dinding, langit-langit dan lantai yang terbuat
dari bahan yang tidak berpori, mudah dibersihkan serta tahan terhadap bahan
kimiawi yang digunakan dalam pemeriksaan TB.
b. Ventilasi
Laboratorium pemeriksaan mikroskopis TB mempunyai ventilasi yangbaik untuk
mencegah tertularnya petugas laboratorium dari droplet nuclei di udara. Luas
ventilasi = 1/3 x luas lantai. Letak jendela atau lubang angin tidak menyebabkan
turbulensi
aliran
udara
di
dalam
ruangan
tetapi
angin
yang
masuk
17 | PERAN SERTA LABORATORIUM TERPADU DALAM PENELITIAN TUBERKULOSIS (TB) DI PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATANDAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
NO.
JENIS KELENGKAPAN
SYARAT MINIMAL
1.
Gedung
Permanen
2.
Ventilasi
3.
Penerangan (Listrik)
Ada
4.
Ada
6.
a. Ruang tunggu
Ada
Ada
c. Ruang administrasi
Ada
d. Ruang kerja
Ada
Laboratorium biakan dan uji kepekaan TB mempunyai beberapa ruang yang saling berhubungan
sebagai berikut:
a. Vestibule Weather
Ruang yangdifungsikan sebagai penghalang udara dari luar ke dalam laboratorium. Ruang ini harus
dikosongkan dari berbagai macam peralatan. Ukuran vestibule weather 10m.
b. Anteroom
Ruang yang memisahkan lingkup kegiatan pemeriksaan dan akses dengan ruang kegiatan
laboratorium yang lain. Ukuran anteroom 10-15 m2.
*Vestibule weather dan anteroom hanya dipersyaratkan untuk laboratorium yang melakukan
pemeriksaan uji kepekaan.
c. Ruang Kerja Utama
Ukuran ruang kerja utama laboratorium biakan cukup 50m.Sedangkan laboratorium
uji kepekaan 80m. Peletakan alat-alat pada ruang kerja utama dengan
memperhatikan area bersih dan kotor sebagai berikut:
a) Area Bersih :
- Lemari penyimpanan mikroskop
- Lemari penyimpanan Bahan Habis Pakai (BHP)
- Refrigerator untuk reagen dan media steril
- Meja pemeriksaan mikroskopis
- Lemari dokumen peralatan dan hasil pemeriksaan
b) Area Kotor :
- Inkubator
- Centrifuge
- Bio Safety Cabinet (BSC) menggunakan BSC kelas IIa dengan timbal duct
untuk membuang udara kotor dari ruangan laboratorium
- Refrigerator
- Tempat spesimen
- Autoclave
- Timbangan untuk uji kepekaan
- Bak pewarnaan
- Freezer -70C tempat penyimpanan isolate
- Xpert MTB/RIF (jika ada)
- MGIT (jika ada)
19 | PERAN SERTA LABORATORIUM TERPADU DALAM PENELITIAN TUBERKULOSIS (TB) DI PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATANDAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
Keterangan:
A
B
C
W
AC
EXT
PT
1
2
3
4
5
6
7
8
9
: Vestibule Weather
: Anteroom
: Ruang kerja utama
: Wastafel
: Air Conditioner
: Exhaust fan
: Pass Through
: Meja spesimen
: Lemari penyimpanan BHP
: Lemari es untuk reagen dan media steril
: Lemari penyimpanan mikroskop
: Meja pemeriksaan mikroskopis
: Lemari dokumen peralatan dan hasil pemeriksaan
: Bak pewarnaan
: Deep Freezer -70C
: Centrifuge
20 | PERAN SERTA LABORATORIUM TERPADU DALAM PENELITIAN TUBERKULOSIS (TB) DI PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATANDAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
10
11
12
13
14
15
16
17
18
: BSC
: Timbangan untuk uji kepekaan
: Autoclave
: Refrigerator
: Inkubator
: Eye Washer
: Meja kerja pembacaan pembiakan dan uji kepekaan
: Xpert MTB/RIF
: MGIT
Catatan:
Perlu ada pembatasan akses keluar masuk ruang laboratorium pemeriksaan biakan dan uji
kepekaan Mycobacterium tuberculosis.
Dengan bagan tata ruang seperti di atas diharapkan kegiatan di laboratorium biakan dan uji
kepekaan
Mycobacterium
tuberculosis
dilaksanakan
dengan
mudah
dan
menjamin
keselamatan kerja.
Contoh pembagian ruangan laboratorium yang berbentuk memanjang seperti berikut ini:
Keterangan:
A
: Vestibule Weather
: Anteroom
: Area bersih
: Area kotor
Catatan :
21 | PERAN SERTA LABORATORIUM TERPADU DALAM PENELITIAN TUBERKULOSIS (TB) DI PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATANDAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
mempunyai
keramik.Sebaiknya
sambungan,
memakai
dengan
bahan
demikian
epoksi
yang
tidak
tahan
memakai
asam
dan
bahan
basa
2,5 x 1,5 m2. Pintu yang membatasi vestibule weather, anteroom dan ruang kerja
utama dibuat dengan sistem interlocking, sehingga hanya satu pintu yang dapat
terbuka pada waktu bersamaan.
d. Tangga
Bila ruang laboratorium TB terletak dilantai atas, maka tangga harus aman untuk
dilalui orang (pegangan pada kedua sisi, tidak licin, ruang tangga terang dan dapat
dilalui paling sedikit oleh 2 orang secara berdampingan).
e. Bak Cuci Alat
Bak ini harus cukup besar dan dalam untuk menampung alat-alat yangsedang
dicuci (panjang1 m, lebar 75 cm, dalam 50 cm), dibuat dari bahan yang kuat agar
tidak mudah bocor (porselin, stainless), permukaan rata dan mudah dibersihkan.
f. Bak Pewarnaan
Bak ini khusus dipakai untuk proses pewarnaan sediaan BTA dari spesimen
langsung dan sediaan dari isolat untuk identifikasi Mycobacterium tuberculosis.
Kedalaman bak 30-50 cm, sehingga mencegah percikan air keluar.Dibuat dari
bahan yang tidak mudah bocor, kuat dan mudah dibersihkan dengan permukaaan
yang rata tanpa sambungan dan tidak bersudut.
g. Eye Washer
Alat ini harus ditempatkan didalam ruang kerja laboratorium TB, digunakan untuk
melakukan netralisasi bila terjadi kecelakaan kerja berupa percikan larutan asam
atau basa kuat dan bahan infeksius pada mata.
h. Meja Kerja
Dibuat permanen dari beton, lebar 80 cm, tinggi 75 cm dari lantai, permukaan rata,
tidak mempunyai sambungan,tidak menyerap air atau tumpahan, sebaiknya dibuat
dari epoksi.
i. Kursi
Rangka terbuat dari bahan logam yang tidak mudah berkarat dan dudukan dari
bahan yang mudah dibersihkan dan tidak menyerap cairan (plastik/kulit), bersifat
ergonomik.
j. Lemari Penyimpan Bahan Media dan Reagensia
Diletakkan di area bersih, terbuat dari logam yang tidak mudah berkarat dan kaca.
23 | PERAN SERTA LABORATORIUM TERPADU DALAM PENELITIAN TUBERKULOSIS (TB) DI PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATANDAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
F.
Tabel 2.Kebutuhan minimal sumber daya manusia di laboratorium untuk biakan dan uji kepekaan
URAIAN TUGAS
KUALIFIKASI
JUMLAH
1 orang
sejenis
Teknisi Media dan Reagensia
Teknisi Pelaksana
Teknisis Pemeliharaan dan
2 orang
3 orang
1 orang
Pekarya
SMP / setara
1 orang
Administrasi
1 orang
Perbaikan Alat
24 | PERAN SERTA LABORATORIUM TERPADU DALAM PENELITIAN TUBERKULOSIS (TB) DI PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATANDAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
BAB IV
ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS DAN RENCANA KERJA
25 | PERAN SERTA LABORATORIUM TERPADU DALAM PENELITIAN TUBERKULOSIS (TB) DI PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATANDAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
b. Kelemahan
1. Sarana Prasarana
Berdasarkan fasilitas Biosafety Level, LaboratoriumTerpadu Pusat TTK & EK masuk
ke dalam BSL I. BSL I diperuntukkan bagi pemeriksaan mikroba yang diketahui tidak
menyebabkan penyakit pada manusia dewasa yang sehat dan tidak menimbulkan
bahaya potensial bagi pekerja laboratorium dan lingkungan.Karena resiko yang
minimal dan tidak memerlukan pengawasan juga penanganan khusus, makaBSL I
tidak memerlukan ruang khusus yang terpisah saat melakukan tindakan.Begitupun
halnya dengan kondisi di Laboratorium Terpadu Pusat TTK& EK, dimana pengerjaan
specimen dapat dilakukan pada ruang terbuka dengan alat pelindung diri yang
minimal (sesuai kebutuhan).Sehingga kondisi yang seperti ini tidak memungkinkan
bagi Laboratorium Terpadu Pusat TTK & EK untuk melakukan pemeriksaan bakteri
patogen.
2. Sumber Daya Manusia
Para pekerja Laboratorium Terpadu Pusat TTK & EK belum memiliki pelatihan
khusus dalam penanganan agen-agen patogen yang berbahaya.
3. Standar Mutu Laboratorium
Belum adanya standar mutu yang mengatur :
1) Pembatasan akses laboratorium saat sedang dilakukan tindakan pemeriksaan
2) Penanganan khusus bagi barang-barang tajam
3) Prosedur khusus bagi pekerjaan dengan gas atau tumpahan yang mengandung
agen berinfeksi
d.
Peluang
Apabila Laboratorium Terpadu Pusat TTK & EK berhasil memenuhi standar mutu
pelayanan laboratorium yang sesuai untuk pemeriksaan mikroskopis klinis, maka akan
dapat memudahkan proses penelitian-penelitian di Pusat TTK & EK. Sehingga para
peneliti tidak perlu menggunakan laboratorium lain untuk menunjang penelitian mereka.
e. Ancaman
Apabila Laboratorium Terpadu Pusat TTK & EK kurang berperan serta dalam penelitianpenelitian Pusat TTK &EK, akreditasi yang sudah diperoleh Laboratorium Terpadu Pusat
TTK & EK bisa dibatalkan.
26 | PERAN SERTA LABORATORIUM TERPADU DALAM PENELITIAN TUBERKULOSIS (TB) DI PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATANDAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
BAB V
PEMECAHANAN MASALAH
Manfaat Laboratorium
Terpadu Terhadap
Penelitian Pusat TTK &
EK
Standar Mutu
Laboratorium
TerpaduYang Kurang
Memenuhi Syarat Untuk
Penelitian Laboratorium
Klinis
Renovasi Ruangan
Laboratorium Terpadu
Pelatihan Khusus
Dalam Penanganan
Patogen Berbahaya
6) Program kerja
BSL I dan BSL II sama-sama aplikatif antara personal laboratorium dan juga lingkungan
terhadap agen-agen yang tergolong Moderate Potential Hazard. Sedangkan perbedaan
antara BSL I dan BSL II terletak pada :
1) Personal laboratorium dilatih dengan kompetensi spesifik dalam menangani agen
patogen yang langsung dibimbing oleh ahlinya
2) Akses pada laboratorium dibatasi sewaktu dalam suasana bekerja (Gambar 3)
3) Ekstra hati-hati dalam menangani item-item kontaminan yang terinci
4) Memiliki prosedur terkemuka dalam menangani infeksi yang mampu disebarkan secara
aerosol atau dilakukan dalam Biosafety Cabinet atau perangkat lain yang mampu
menjaga kontaminan
Contoh Gambar Laboratorium BSL II
28 | PERAN SERTA LABORATORIUM TERPADU DALAM PENELITIAN TUBERKULOSIS (TB) DI PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATANDAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
Dan untuk memenuhi persyaratan BSL II Plus, laboratorium dengan BSL II harus memiliki
persyaratan yang mendekati persyaratan BSL III, yaitu sebagai berikut :
1) Aplikatif untuk klinik, diagnostik, melatih, penelitian atau sebagai fasilitas produksi untuk
agen-agen tergolong Indigenous (asli di wilayah itu) atau Exotic Agent (penyakit
langka) yang mana menyebabkan serius atau penyakit berpotensi kematian akibat hasil
paparan melalui rute inhalasi.
2) Personal laboratorium memiliki kemampuan hasil pelatihan spesifik dalam menangani
agen patogenik dan agen berpotensi mematikan dan diawasi oleh ahlinya yang mana
memiliki pengalaman kerja terhadap agen tersebut
3) Semua prosedur kerja yang melakukan manipulasi terhadap agen tersebut dilakukan
dalam Biological Safety Cabinet atau perangkat yang secara fisik mengamankan agenagen tersebut atau dengan perangkat dan baju yang mampu memproteksi personal
laboratorium
4) Laboratorium memiliki rancangan bangunan khusus
Dari persyaratan diatas, langkah-langkah yang dapat kita tempuh saat ini, mengingat faktor
efisiensi biaya dan waktu, agar Laboratorium Terpadu Pusat TTK & EK dapatmendekati
persyaratan BSL II plus ialah sebagai berikut :
1)
Juni
2015
Juli
2015
Agust
2015
Sept
2015
agen
Peningkatan
kemampuan
SDM
dan
Biosecurity dan Biosafety laboratorium TB
dengan cara pelatihan teknisi untuk
pemeliharaan alat mikroskopis dan biakan
Nov
2015
Okt
2015
30 | PERAN SERTA LABORATORIUM TERPADU DALAM PENELITIAN TUBERKULOSIS (TB) DI PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATANDAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
Des
2015
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik merupakan bagian dari
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan RI. Pusat Teknologi
Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik memilikitugas melaksanakan penelitian dan
pengembangan kesehatan, serta menapis teknologi di bidang teknologi terapan
kesehatan dan epidemiologi klinik.Untuk menunjang penelitian, Pusat Teknologi
Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik memiliki Laboratorium Terpadu yang
terletak di Bogor.
Akan tetapi pada kenyataanya, pada saat penelitian klinis di Pusat TTK & EK sedang
berlangsung, laboratorium terpadu kurang dapat berperan dalam menunjang penelitian
klinis.Hal ini disebabkan karena keterbatasan fasilitas sarana prasarana, sumber daya
tenaga dan juga standar mutu laboratorium terpadu yang kurang memadai.Untuk
penelitian klinis diperlukan laboratorium dengan standar minimum Biosafety Level II,
sedangkan kondisi laboratorium terpadu baru memenuhi persyaratan Biosafety Level I.
Apabila Laboratorium Terpadu Pusat TTK & EK tidak berupaya untuk berbenah diri,
maka Laboratorium Terpadu Pusat TTK & EK kurang dapat berperan dalam penelitianpenelitian Pusat TTK & EK.Hal ini dapat mengakibatkan, akreditasi yang telah diperoleh
Laboratorium Terpadu Pusat TTK & EK dapat dibatalkan. Untuk itulah diperlukan
pengembangan untuk meningkatkan kemampuan Laboratorium Terpadu Pusat TTK &
EK dalam melaksanakan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan melalui sarana
prasarana, pelatihan dan pemantauan mutu.
B. Rekomendasi
Untuk meningkatkan kemampuan laboratorium terpadu Pusat TTK & EK diperlukan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menerapkan sistem sesuai standar
2. Memfungsikan laboratorium
3. Peningkatan mutu pelayanan laboratorium TB
4. Penerapan pemantapan mutu Lab mikrobiologi TB sesuai standar
5. Penerapan pemantapan mutu lab biakan dan uji kepekaan
6. Penerapan sertifikasi laboratorium TB
7. Menjamin pelaksanaan pemeriksaan laboratorium TB yang aman
8. Pelaksanaan Biosafety dan Biosecurity sesuai standar
31 | PERAN SERTA LABORATORIUM TERPADU DALAM PENELITIAN TUBERKULOSIS (TB) DI PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATANDAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
DAFTAR PUSTAKA
13. Subdit Bina Pelayanan Mikrobiologi dan Imunologi Direktorat Bina Pelayanan Penunjang
Medik dan Sarana Kesehatan.Draft Peraturan Menteri Kesehatan RI : Standart Pelayanan
Laboratorium Tuberkulosis,
(https://www.academia.edu/10356508/DRAFT_PERATURAN_MENTERI_KESEHATAN_RI
diakses pada tanggal 6 Mei 2015).
14. Kris Cahyo Mulyatno, Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga. 2015.
Program Pelatihan (Training Program), ( http://itd.unair.ac.id/index.php/enlightenment-atraining/training-program diakses pada tanggal 12 Mei 2015).
15. Lazuardi, Mochamad. 2009. BIOSECURITY ATAU BIOSAFETY LEVEL (BSL): APA DAN
BAGAIMANA OPERASIONAL TEKNIS YANG HARUS DIPERSIAPKAN ?,
(https://ardiunair.wordpress.com/2009/05/02/training-in-indonesia-quarantine-employe/
diakses pada tanggal 12 Mei 2015).
33 | PERAN SERTA LABORATORIUM TERPADU DALAM PENELITIAN TUBERKULOSIS (TB) DI PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATANDAN EPIDEMIOLOGI KLINIK