BLOK NEFROURINARY
Benign Hyperplasia Prostat
Tutor :
dr. Yulia Fitriani, Sp.M
Anggota :
Mulia Sari
GIA011112
GIA011113
Kania Kanistia
GIA011114
Nadhilah Idzni
GIA011115
GIA011116
Katharina Listyaningrum P
GIA011117
FitrianiNurnadziah
G1a011118
Ria Pusparini
GIA011119
GIA011120
GIA011121
Primadevi laksita
GIA011124
BAB I
PENDAHULUAN
INFORMASI I
Tn. Senpai, usia 65 tahun datang ke IGD RSMS dengan keluhan tidak bisa
buang air kecil sejak 2 hari sebelum masuk RS.
INFORMASI 2
Sejak 3 bulan yang lalu, pasien harus mengedan dulu bila akan kencing
dan air kencing baru keluar setelah ditunggu beberapa saat. Pasien mengeluh
pancaran air kencingnya lemah, alirannya terputus-putus dan menetes setelah
kencing. Pasien sering merasakan nyeri saat buang air kecil dan merasakan tidak
nyaman pada perut bagian bawah tengah. Pasien sering merasakan sangat ingin
kencing, merasa tidak puas setelah buang air kecil dan merasa masih ada sisa air
kencing. Hal ini membuat pasien berkeinginan untuk kencing lagi meskipun baru
2-3 jam yang lalu buang air kecil.
Pada malam hari pasien sering terbangun untuk kencing sampai 5 kali.
Kencing pasien tetap tidak lancer meskipun pasien berusaha berubah posisi seperti
tiduran sesaat sebelum buang air kecil.
Dua hari sebelum masuk RS, keluhan dirasakan makin berat dan sangat
mengganggu sehingga pasien memutuskan untuk datang ke IGD RSMS. Riwayat
penyakit asma disangkal, riwayat trauma pada daerah alat kelamin disangkal,
riwayat nyeri saat kencing disangkal, riwayat kencing batu disangkal, riwayat
kencing darah disangkal.
INFORMASI 3
Pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik
Keadaan umum: baik
Kesadaran: compos mentis
Tekanan darah: 120/80mmHg
Nadi :100x/menit
Respirasi: 16x/menit
suhu : 36,5OC
BAB II
ISI
A. Sasaran Belajar
1.
2.
Definisi
1) Retensi urin adalah suatu keadaan penumpukan urin di kandung
kemih
dan
tidak
mempunyai
kemampuan
untuk
vesikal
berupa
kerusakan
pada
pusat
miksi
di
medullaspinalis
2) Vesikalberupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang
3) Intravesikal berupa pembesaran prostat, kekakuan lehervesika,
batu kecil dan tumor
4) Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran prostat,kelainan
patologi uretra, trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih.
c. Manifestasi Klinis
1) Urine mengalir lambat
2) Terjadi poliuria yang makin lama makin parah karena
pengosongan kandung kemih tidak efisien
3) Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih
4) Berkemih tidak efisien :
a)
3.
urine
menurun.
Factor
lain
berupa
kecemasan,
abdomen
sehingga
memerlukan
tindakan,
salah
4.
5.
Anatomi Prostat
inferior
buli-buli,
di
depan
rektum
dan
20
gram.
Kelenjar
ini
terdiri
atas
jaringan
sedangkan
pertumbuhan
pertumbuhan
dan
bermuara
di
uretra
posterior
untuk
diinervasi
parasimpatik.
prostatikus
Parasimpatik
atau
pleksus
otonomik
berasal
pelvikus
simpatik
dari
yang
dan
pleksus
menerima
Fisiologi Prostat
Cairan
ejakulat
merupakan
suatu
cairan
hasil
duktus
sekretorius
dan
bermuara
di
urethra
6.
Skor 0-7
: ringan
b.
Skor 8-19
: sedang
c.
Skor 20-35
: berat
Definisi BPH
BPH adalah pertumbuhan berlebihan sel-sel prostat yang
tidak ganas. BPH merupakan sejenis keadaan di mana
kelenjar prostat membesar dengan cepat (Roehborn, 2002).
b. Etiologi BPH
Penyebab BPH belum jelas. Beberapa teori telah
dikemukakan berdasarkan faktor histologi, hormon, dan
faktor perubahan usia, diantaranya (Purnomo, 2013) :
1) Teori DHT (dihidrotestosteron)
Testosteron
dengan
bantuan
enzim
5-
yang
kemudian
kelenjar-kelenjar
baru
bercabang
di
menghasilkan
sekitar
prostat.
Ia
dan
Coffey
mengajukan
teori
ini
transit
yang
tergantung
secara
mutlak
pada
dan
proses
penuaan.
Pada
pasien
dengan
serum
menurun
disertai
meningkatnya
Peran
androgen
dan
estrogen
dalam
mencegah
Penderita
dengan
pembesaran
kelainan
prostat
genetik
benigna.
pada
fungsi
stroma
yang
selanjutnya
pembesaran epitel.
c. Faktor Risiko BPH (Roehborn, 2002).
1) Kadar Hormon
merangsang
Kadar
hormon
berhubungan
dengan
testosteron
peningkatan
yang
risiko
tinggi
BPH.
yang
memegang
peran
penting
dalam
kemampuan
buli-buli
dalam
obesitas
pada
laki-laki
biasanya
berupa
6) Pola Diet
Kekurangan
mineral
penting
seperti
seng,
untuk
pembentukan
hormon
laki-laki.
BPH
akan
terjadi
hambatan
prostat
yang
rokok
meningkatkan
aktifitas
enzim perusak
alkohol
akan
menghilangkan
risiko
gangguan
prostat.
Selain
itu,
>
terjadinya
110
mg/Dl
BPH,
mempunyai
sedangkan
untuk
risiko
laki-laki
tiga
kali
dengan
8.
Pemeriksaan laboratorium :
a.
Sedimen urin
Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau
inflamasi pada salurankemih. Mengevaluasi adanya eritrosit,
leukosit, bakteri, protein atau glukosa.
b.
Kultur urin
Mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan
sekaligus
menentukan
sensifitas
kuman
terhadap
beberapa
Faal ginjal
Mencari kemungkinan adanya penyulit yang mengenai
saluran kemih bagian atas. Elektrolit, BUN, dan kreatinin berguna
untuk insufisiensi ginjal kronis pada pasienyang memiliki postvoid
residu (PVR) yang tinggi
d.
Gula darah
Foto polos
Berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih,
adanya batu/kalkulosa prostat dan kadangkala menunjukan bayangan
buli-buli yang penuh terisi urine, yang merupakan tanda suatu retensi
urine
b.
c.
d.
Metode diameter
Yang
menggabungkan
pengukuran
tinggi
(H/height)
Sistoskopi
Dalam pemeriksaan ini, disisipkan sebuah tabung kecil
melalui pembukaan urethra di dalam penis. Prosedur ini dilakukan
setelah solusi numbs bagian dalam penis sehingga sensasi semua
surgical
capsule.USG
transabdominal
mampu
pula
Pemeriksaan lain
1) Pemeriksaan derajat obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan
cara mengukur:
a)
dikemihkan dapat
menderita
nokturia
diketahui
idiopatik,
seorang
instabilitas
pasien
detrusor
urodinamika(pressure
flow
study)
atau
kelemahan
kontraksi
otot
detrusor.
pembedahan.
Mungkin
saja
LUTS
yang
sehingga
pada
keadaan
ini
tindakan
9.
Watchfull Waiting
Tatalaksana pada penderita BPH saat ini tergantung
pada LUTS yang diukur dengan sistem skor IPSS. Pada
pasien dengan skor ringan (IPSS 7 atau Madsen Iversen
9), dilakukan watchful waiting atau observasi
mencakup
edukasi,
reasuransi,
kontrol
yang
periodik,
dan
dirasakan
juga
dapat
memulai
terapi
dengan
uretra
obstruksi.
pars
prostatika,
Perbaikan
gejala
sehingga
timbul
meringankan
dengan
cepat,
menghambat
pembesaran
prostat
hormon
sehingga
yang
dapat
testosteron
tidak
diubah
menjadi
DHT,
protein
terhambat.
Perbaikan
gejala
baru
menurunkan
sex
binding
hormon
prostaglandin,
anti-inflamasi,
dan
Tatalaksana Invasif
Tatalaksana
invasif
pada
BPH
bertujuan
untuk
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, L dan Suddarth D. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8
Volume 1. Jakarta : EGC.
Dixon, Shannon et al. 2001. A Randomized Phase II Trial of Thalidomide, an
Angiogenesis Inhibitor, in Patients with Androgen-independent Prostate
Cancer.
IAUI. 2004. Pedoman Penatalaksanaan BPH di Indonesia.