Anda di halaman 1dari 5

Potential Fascial Spaces

Submandibular Space
Lokasi Anatomis
Submandibular space mempunyai batas anterior berupa m. digastrikus venter anterior,
batas posterior berupa m. stylohyoid, m. stylopharyngeus, dan m. digastrikus venter posterior,
batas superior berupa tepi inferior dan medial dari mandibula, batas inferior berupa m.
digastrikus, batas lateral berupa tepi m. platysma dan investing fascia, batas medial berupa m.
mylohyoid, m. hypoglossus, dan m. konstriktor superior. Space ini terdiri dari kelenjar
submandibular dan nodus limfe submandibular (Topazian, 2002).
Penyebab
Proliferasi bakteri dan invasi bakteri melalui enamel menyebabkan nekrosis pada
tulang di sekitar akar gigi juga. Biasanya pasien menjalani perawatan gigi dan drainase dari
abses akar. Jika abses di sekitar akar gigi tidak di drainase dan tidak di rawat, infeksi dapat
menyebar dengan mudah ke jaringan sekitarnya. Paling banyak penyebaran infeksi melalui
gigi-gigi mandibular, dan pada beberapa kasus menyebar ke mukosa oral (Anniko, 2010).
Infeksi odontogenik spaces ini biasanya disebabkan oleh gigi molar kedua dan ketiga
rahang bawah. Apeksnya ditemukan di bawah perlekatan otot mylohyoid tersebut. Hal ini
juga mungkin merupakan hasil dari penyebaran infeksi dari sublingual atau submental spaces
(Fragiskos, 2007).

Gambar 1. Submandibular abscess (Fragiskos, 2007).

Gambaran Klinis

Diagnosis infeksi submandibular spaces ditentukan dengan menemukan pembengkakan


khas pada space tersebut, baik keras atau lunak, berwarna kemerahan, nyeri pada palpasi,
trismus akibat keterlibatan m. pterygoid medialis, dan berhubungan dengan adanya keluhan
pada molar mandibula.

Infeksi dapat berhubungan dengan sepsis dalam keterlibatan

sublingual, submental, atau masticatory spaces. Sebaliknya, infeksi dapat menyebar dari
submandibular spaces ke setiap spaces yang berdekatan, termasuk pharyngeal spaces. Proses
infeksi pada umumnya menyebar melewati garis tengah menuju kontralateral submandibular
space. Jika penyebaran terjadi bilateral dan melibatkan seluruh submandibula spaces dan
sublingual space, serta submental space, hasilnya adalah ludwigs angina (Topazian, 2002).
Sublingual Space
Lokasi Anatomis dan Penyebab
Secara anatomis, sublingual space adalah semua ruang yang terletak dibawah membran
mukosa dari dasar mulut. Sublingual space dibatasi anterior dan lateral oleh mandibula,
superior oleh mukosa sublingual, inferior oleh m. mylohyoid, posterior oleh tulang hyoid,
dan medial oleh m. genioglossus, geniohyoid, dan styloglossus. Hanya jaringan ikat kendor
daripada fascia benar sebenarnya memisahkan satu sisi lantai mulut dari yang lain, situasi
anatomi yang memungkinkan infeksi menyebar bilateral dengan mudah (Topazian, 2002).
Sisi kiri dan kanan dari sublingual space saling berhubungan didepan lidah. Perluasan
lebih dalam terletak diantara m. genial. Sedangkan ke bagian posterior sublingual space
terbuka, menghubungkan sublingual space dengan m. mylohyoid dan submaxillary space
dibawahnya dan dengan parapharyngeal space. Sublingual space berada diatas
submandibula space (Ariji, 2002).
Sublingual space berisikan kelenjar sublingual, saluran mandibula, bagian yang dalam
dari kelenjar submandibula, arteri-arteri lingual dan hypoglossal dan cabang-cabang dari
arteri lingualis. Sublingual space terbagi dibagian medial oleh dense fascia menjadi dua
space yang terletak di sisi kiri dan kanan dari rahang (Ariji, 2002).

Gambar 2. Sublingual abscess (Fragiskos, 2007).

Sublingual abscess biasanya berasal dari gigi terinfeksi yang meluas ke sisi lingual dari
rahang. Infeksi dapat terjadi diatas m. mylohyoid. Infeksi dapat timbul langsung dari
perforasi di cortical lingual plate dibawah perlekatan m. mylohyoid atau perluasan dari ruang
lain terutama dari submaxillary space. Sumber infeksi biasanya berasal dari gigi molar
bawah, tetapi dapat juga berasal dari infeksi gigi anterior yang menembus lingual plate
(Topazian, 2002).
Pada bagian anterior, sublingual space berhubungan dengan submental space. Di
daerah ini, sublingual space mungkin akan diserbu oleh infeksi dari gigi insisiv, terutama dari
infeksi periodontal. Pada bagian posterior, sublingual space berhubungan dengan lateral
pharyngeal space, di sekitar tepi posterior dari m. mylohyoid dan sayap kecil tulang hyoid
(Topazian, 2002).
Pada aspek lingual dari mandibula, perlekatan m. mylohyoid hampir sejajar dengan
linea oblique bagian atas dan bawah yang searah dengan M. bucinator. Bagian apikal dari
gigi premolar dan molar pertama hampir selalu terletak diantara perlekatan otot ini. Jika
terjadi perforasi ke lingual yang berasal dari gigi yang terinfeksi maka pembengkakan akan
timbul di sublingual space (Ariji, 2002).
Posisi dari molar kedua mandibula yang terlerak di processus alveolar memungkinkan
terjadinya perforasi ke bukal ataupun lingual dari infeksi periapikal. Kemungkinan ini juga
sama untuk daerah apikal gigi yang terletak dibawah atau diatas perlekatan m. buccinator dan
m. mylohyoid. Pada sisi lingual, infeksi keluar melalui bagian atas dari m. mylohyoid yang
akan menimbulkan sublingual abscess (Ariji, 2002).
Gambaran Klinis
Pada umumnya keadaan klinis pada infeksi orofasial berupa gejala sakit yang
kompleks, pembengkakan, mukosa berwarna merah, supurasi, dan bau nafas yang busuk.
Infeksi dari sublingual space secara klinis terlihat adanya pembengkakan dasar mulut,
kemerahan, dimulai dekat dengan mandibula dan menyebar ke arah garis tengah atau lebih.
Pada abses sublingual, kelenjar sublingual mengalami penonjolan disebabkan oleh
pengumpulan pus dibagian bawah lidah. Pembengkakan dibawah lidah ini menyebabkan
dasar mulut terangkat keatas. Pembengkakan didasar mulut sering menyebabkan dysphagia
dimana pasien mengalami kesulitan dan sakit saat menelan. Kesulitan menelan terjadi karena

oedem pada otot-otot lidah. Pembengkakan tidak terlalu terlihat di wajah kecuali bila ruang
submandibula telah terlibat. Kadang-kadang dapat juga terjadi disapnea dimana pasien
mengalami kesulitan saat bernafas (Verawaty, 2003). Gejala dan tanda-tanda tersebut harus
dibedakan dari selulitis yang dapat mengikuti sialolith yang berdampak pada Wharton's duct.
Radiografi dari gigi dan proyeksi oklusal dari dasar mulut harus dimanfaatkan dalam
diagnosis (Topazian, 2002).
Pemeriksaan terhadap pasien harus dilakukan terlebih dahulu secara teliti dan hati-hati
sebelum dilakukan perawatan. Pemeriksaaan yang dilakukan berupa anamnesa pada pasien
yang meliputi riwayat umum, riwayat medis dan riwayat penyakit, saat pemeriksaan yang
meliputi pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang seperti rontgen foto dimana dalam
abses ini berguna untuk memastikan lokasi dari abses tersebut (Topazian, 2002).
Submental Space
Lokasi Anatomis dan Penyebab
Suatu potential fascial space yang terdapat di dagu dan kadang-kadang dapat terinfeksi,
baik secara langsung dari insisiv rahang bawah atau tidak langsung dari submandibula space.
Submental space terletak di bawah dagu dan dibatasi di superior oleh kulit dan m. mentalis,
lateral oleh m. digastricus belli anterior, dan superior oleh deep cervical fascia, m. platysma,
fasia superfisial, dan kulit. Infeksi submental dapat menyebar dengan mudah pada ruang
submental yang lainnya atau kedua space terinfeksi (Topazian, 2002).

Gambar 3. Submental abscess (Fragiskos, 2007).

Insisif mandibula cukup panjang untuk dapat menyebabkan infeksi dengan mengikis
bagian labial dari tulang apikal melalui tulang mandibula, lebih rendah daripada perlekatan
otot, hingga mencapai perlekatan m. mentalis, maka submental spaces dapat terlibat
(Topazian, 2002).

Gambaran Klinis
Gambaran klinis dapat berupa bengkak pada garis tengah di bawah dagu, batas sangat
tegas, agak keras, eritematus, kemerahan, dan disfagia (kesulitan menelan) (Saraf, 2004;
Topazian, 2002).

DAFTAR PUSTAKA
Anniko Matti. 2010. Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery. Springer ; berlin. Hal; 41
Ariji Y, Gotoh M, et al. 2002. Odontogenic infection pathway to the mandibular space:
imaging assessment. Int. J. oral Maxilofac. Surg. 31: 2.
Fargiskos Fragiskos D.2010. Oral Surgery. Springer: Germany, P214-215
Saraf S. 2004. Textbook of Oral Pathology. Jaypee brothers publisher.p 197-198
Topazian RG, Goldberg MH, Hupp JR. 2002. Oral and Maxillofacial Infection. 4th edition.
Philadelphia : WB Saunders Company. pp. 171, 188-213, 195

Anda mungkin juga menyukai