Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN
Pelaksanaan anestesi pada bayi dan anak kecil berbeda dengan anestesi pada
orang dewasa karena bayi atau anak bukanlah miniatur orang dewasa. Perbedaan
mendasar antara anak dan dewasa meliputi perbedaan anatomi, fisiologi, respon
farmakologi, dan psikologi, disamping prosedur pembedahan yang berbeda pada
anak.

Penilaian preoperatif seorang anak yang akan menghadapi operasi

membutuhkan perhatian khusus meliputi pemahaman menyeluruh terhadap struktur


anatomi dan fisiologis normal seorang anak, pengaruh perjalanan penyakit terhadap
kondisi fisik anak, serta persiapan obat-obatan dan tindakan perioperatif yang harus
dilakukan untuk mempersiapkan kondisi anak seoptimal mungkin dalam menjalani
operasi. Walaupun terdapat perbedaan yang mendasar, tetapi prinsip utama anestesi
yaitu: kewaspadaan, keamanan, kenyamanan, dan perhatian yang seksama baik pada
anak maupun dewasa adalah sama.
Beberapa tahapan anastesi pediatrik seperti tahapan evaluasi, persiapan
preoperatif, dan tahapan premedikasi-induksi merupakan tahapan yang paling
menentukan keberhasilan dari tindakan anastesia yang akan kita lakukan. Berjalannya
setiap tahap dengan baik akan menentukan untuk tahap selanjutnya.
Pemeriksaan preoperatif yang cermat terhadap anak dan rekam medis anak
memungkinkan ahli anestesi untuk menilai keadaan umum kesehatan dan untuk
mengidentifikasi adanya penyakit akut, kronis, atau kambuhan penyakit, serta untuk
mengenali masalah anestesi sebelumnya (Black, 1999). Dari pengetahuan ini,
konsultasi subspesialisasi yang tepat harus dicari, kondisi medis operatif juga harus
dioptimalkan untuk operasi, dan rencana anestesi dapat dibuat. Selain praktik
monitoring dan teknik anestesi, rencana anestesi harus mencakup ketentuan untuk
perawatan pascaoperasi pasien, khususnya rencana analgesik. Ini adalah tujuan umum
dari kunjungan preanesthetic untuk mengantisipasi komplikasi yang terjadi dan juga
untuk mencegah bila mungkin, sehingga dengan demikian dapat meminimalkan
1

risiko terhadap kesehatan anak. Risiko anestesi dinilai selama kunjungan sebelum
operasi, dan orang tua anak harus diberitahu tentang rencana untuk anestesi dan
pemantauan dan menilai risiko diantisipasi.
Berdasarkan hal ini, jelas terlihat bahwa penilaian preoperatif pada pasien
anak memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan suatu tindakan operasi.
Penilaian yang optimal akan memaksimalkan manfaat dan meminimalkan risiko dari
suatu operasi serta menjadi dasar untuk tatalaksana post operatif yang memuaskan.
Keberhasilan operasi tentunya akan mengurangi morbiditas, meningkatkan kualitas
dan harapan hidup seorang anak, serta meningkatkan taraf kesehatan pada umumnya.
Dapat dilihat bahwa sesuatu yang tampaknya sederhana ternyata merupakan hal yang
sangat bernilai, terlebih lagi untuk keselamatan seorang pasien, yang dalam hal ini
adalah anak-anak.
Dalam referat ini akan dibahas mengenai manajemen dan tahapan persiapan
yang perlu dilakukan sebelum operasi pada bayi atau anak-anak dan tujuan
dilakukannya termasuk pemeriksaan penunjang sebelum operasi.

BAB II
2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan Fisiologi pada Pediatrik
2.1.1. Pernafasan
Frekuensi pernafasan pada bayi dan anak lebih cepat dibanding
orang dewasa. Paru-paru lebih mudah rusak karena tekanan ventilasi yang
berlebihan,

sehingga

menyebabkan

pneumotoraks,

atau

pneumomediastinum. Laju metabolisme yang tinggi menyebabkan


cadangan oksigen yang jauh lebih kecil; sehingga kurangnya kadar oksigen
yang tersedia pada udara inspirasi, dapat menyebabkan terjadinya bahaya
hipoksia yang lebih cepat dibandingkan pada orang dewasa. Neonatus
tampaknya lebih dapat bertahan terbadap gangguan hipoksia daripada anak
yang

besar dan orang dewasa, tetapi hal ini bukan alasan untuk

mengabaikan hipoksia pada neonatus .


Perbedaan mendasar anatomi dari airway pada anak-anak dan
dewasa adalah:
a. Pada anak-anak, kepala lebih besar, dan lidah juga lebih besar
Laring yang letaknya lebih anterior,
b. Epiglottis yang lebih panjang,
c. Leher dan trakea yang lebih pendek,
d. Kartilago tiroid yang terletak berdekatan dengan airway.

Variable
Frekuensi

Anak-anak
30-50
3

Dewasa
12-16

pernafasan
Tidal Volume ml/kg 6-8
7
Dead space ml/kg
2-2.5
2.2
Alveolar ventiltion
100-150
60
FRC
27-30
30
Konsumsi Oxygen
6-8
3
Tabel 1. Perbedaan fisiologi pernafasan pada anak dan dewasa
2.1.2. Kardio-Sirkulasi
Frekuensi jantung/nadi bayi dan anak berkisar antara 100-120 x
permenit. Hipoksia menimbulkan bradikardia, karena parasimpatis yang
lebih dominan. Kadar hemoglobin infant tinggi (16-20 gr%), tetapi
kemtidian menurun sampai usia 6 bulan (10-12 gr%) karena pergantian dari
HbF (fetal) menjadi HbA (adult). Jumlah darah bayi secara absolut sedikit,
walaupun untuk perhitungan mengandung 90 miligram berat badan, karena
itu perdarahan dapat menimbulkan gangguan sistem kardiosirkulasi. Dan
juga duktus arteriosus dan foramina pada septa interatrium dan
interventrikel belum menutup selama beberapa hari setelah lahir.
Usia

Heart

Tekanan

Tekanan

Sistolik

Diastolik

Preterm

Rate
130-150

45

25

1000g
Baru

110-150

60-75

27

lahir
6 bulan
80-150
95
45
2 tahun
85-125
95
50
4 tahun
75-115
98
57
8 tahun
60-110
112
60
Tabel 2. Perbedaan Heart Rate dan Tekanan Darah pada Pediatri
berdasarkan Usia
Bayi bersifat poikilotennik, karena luas permukaan tubuhnya relative
lebih luas dibanding orang dewasa. Hal ini dapat menimbulkan bahaya
4

hipotermia pada lingkungan yang dingin, dan hipertermia pada lingkungan


yang panas. Disamping itu pusat pengaturan suhu di hipotalamus belum
berkembang dengan baik.
2.1.3. Cairan Tubuh
Bayi lahir cukup bulan mengandung relatif banyak air yaitu dari berat
badan 75%, setelah berusia 1 tahun turun menjadi 65% clan setelah dewasa
menjadi 55-60 %. Cairan ekstrasel orok ialah 40% dari berat badan,
sedangkan pada dewasa ialah 20%.
Umur
EBV
Premature
90-100cc/kg
Baru lahir
80-90 cc/kg
3 bulan-1 tahun 70-80 cc/kg
>1tahun
70 cc/kg
Dewasa
55-60 cc/kg
Tabel 3. Perbedaan EBV (Estimated Blood Volume) pada pediatric
berdasarkan umur

2.2

Tahapan Preoperatif Anestesi Pada Pediatrik


Tahapan peroperatif anestesi pada pediatrik adalah untuk mendapatkan
informasi medis dan meringankan kecemasan pasien dan keluarga pasien.
Orang tua lebih mengkhawatirkan risiko anestesi untuk anaknya daripada
untuk diri mereka sendiri. Visite preoperatif adalah kesempatan untuk seorang
anestesiologis untuk mengevalusasi status psikologikal anak dan interaksi
keluarganya.
Penting untuk memahami situasi yang beda pada semua pasien
terutama untuk anak-anak yang menjalani pembedahan elektif. Anak

merespon terhadap prospek pembedahan dengan cara yang bermacam-macam


dan

bergantung

dengan

usianya,

dan

seorang

anetesiologis

harus

mempertimbangkan hal ini pada anamnesis preoperatif.


2.2.1. Anamnesis
Riwayat keluarga mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
anestesi harus ditelusuri.
o Apakah ada riwayat hepatitis atau masalah liver setelah anesthesia pada
anggota keluarga?
o Apakah ada sejarah hipertermia maligna pada anggota keluarga?
o Apakah ada sejarah paralisis lanjut atau ventilasi mekanis setelah anesthesia
umum pada anggota keluarga yang mengindikasikan kemungkinan defisiensi
pseudokolinesterase? Pemeriksaan darah sederhana dapat menghitung level
kolinesterase plasma dan angka dibucaine untuk melihat jika anak tersebut
memiliki risiko (lihat Chapter 16).
o Apakah terdapat riwayat mati mendadak, sudden infant death syndrome, defek
genetic, atau kondisi turunan seperti distrofi muscular, kistik fibrosis, penyakit
sel sabit, kecenderungan perdarahan, atau infeksi HIV?
Masalah pada Anak Prematur
Masalah
Perdarahan
intraventrikular
Retinopati prematuritas
PDA
Displasia bronkopulmoner
Enterokolitis nekrotik
Anemia
Hipoglikemik
Hiperbilirubinemia

Perhatian Anestetik
Adanya shunt ventrikuloperitoneal
Perhatian khusus terhadap
konsentrasi oksigen inspirasi
Kebutuhan intervensi pembedahan
Keterlibatan pernapasan
Ostomi/malabsorpsi
Kapasitas oxygen-carrying
perioperatif
Pemilihan cairan intravena
Kemungkinan kebutuhan transfuse
6

Sepsis

Instabilitas hemodinamik,
keterlibatan pernapasan, kegagalan
multiorgan
Hipotermia
Penyesuaian terhadap lingkungan
ruangan operasi
Apnea dan bradikardia
Pemantauan pascaanestesia
Masalah social
Perhatian orang tua
Tabel 4. Masalah pada Anak Prematur

Masalah Medis Potensial yang Berhubungan dengan Dirawatnya


Neonatus di NICU.
Kondisi
Atresia esophageal

Masalah Potensial
Fistula trakeoesofageal
Dismotilitas esophagus
Hernia diafagma
Hipertensi pulmoner
Paru hipoplastik
Penyakit jantung kongenital
Myelodisplasia
Hidrosefalus
Penyakit urogenital
Alergi lateks
Omfalokel/gastroskizis
Defek midline
Abnormalitas jantung kongenital
Kavitas abdomen kecil
Pemeliharaan temperatur badan yang
buruk
Fistula trakeoesofageal
Defek jantung
Abnormalitas muskuloskeletal
Tabel 5. Masalah Medis Potensial yang Berhubungan dengan Dirawatnya
Neonatus di NICU

Pendekatan Sistem Pertanyaan


Sistem
Pernapasan

Fokus Pertanyaan
Batuk, asma, flu
7

Kemungkinan
Perhatian Anestetik
Jalan napas iritabel,
bronkospasmus,

Kardiovaskular

Bising, sianosis, riwayat


jongkok, hipertensi,
demam rematik,
intoleransi olahraga

Neurologis

Kejang, trauma kepala,


masalah menelan

Hepatik/gastrointestinal

Muntah, diare,
malabsorpsi, feses hitam,
refluks gastroesofageal,
jaundice

Genitourinarius

Frekuensi, urinasi
terakhir, frekuensi dari
infeksi traktur urinarius
Pertumbuhan abnormal,
hipoglikemia, terapi
steroid

Metabolik-endokrin

Hematologi

Anemia, hematoma,
perdarahan berlebih

Alergi
Dental

Medikasi
Kehilangan gigi, gigi
berkaries
Tabel 6. Pendekatan Sistem Pertanyaan

atelectasis, pneumonia
Penghindaran balon
udara pada infus, rightto-left shunt, TOF,
cooarctation, penyakit
ginjal, gagal jantung
kongestif, sianosis,
profilaksis endocarditis
infektif
Interaksi pengobatan,
kekacauan metabolic,
peningkatan TIK,
aspirasi, sensitivitas
relaksan neuromuscular,
hiperpireksia
Ketidakseimbangan
elektrolit, dehidrasi,
konsiderasi lambung
penuh (rapid-sequence
induction), anemia,
hipovolemia,
hipoglikemia
Infeksi, hiperkalsemia,
status hidrasi, adekuatnya
fungsi ginjal
Endokrinopati,
hipotiroidisme, diabetes
mellitus, hipoglikemia,
insufisiensi adrenal
Kebutuhan transfuse,
koagulopati,
trombositopenia, status
hidrasi, kemungkinan
transfuse
Interaksi obat
Aspirasi gigi, propilaksis
endocarditis profilaksis

Diadaptasi dari Cote C, Ryan J, Todres ID, et al., eds. A Practice of Anesthesia for
Infants and Chilren. Philadelphia: WB Saunders; 1993.

Obat-obatan dan Alergi


Medikasi terakhir dapat menimbulkan efek signifikan terhadap hasil
dari anestesi umum. Beberapa hal harus dipertanyakan tentang penggunaan
dan frekuensi dari:
o Obat-obat flu yang mengandung aspirin atau senyawa mirip aspirin yang
memengaruhi fungsi platelet dan koagulasi.
o Obat antiinflamasi nonsteroid yang harus dihentikan 5 hari sebelum
pembedahan.
o Pada anak yang diobati untuk keganasan, regimen kemoterapi spesifik harus
ditentukan. Obat antrasiklin (doxorubicin, hydrochloride [Adriamycin] dan
daunomycin) dapat menyebabkan disfungsi miokardial, yang kemudian harus
ditelusuri lebih lanjut dengan ekokardiografi. Penggunaan mitomycin dan
sulfat bleomycin dapat menyebabkan disfungsi pulmoner, yang harus
ditelusuri menggunaan pulse oxymetry dan uji fungsi paru dan menghindari
penggunaan konsentrasi oksigen tinggi.
o Terapi lain seperti terapi herbal harus dicatat. Penggunaan herbal seperti St.
Johns wort dan agen penurun berat badan seperti hidroklorid fenfluramin,
hidroklorid pentermin, dan hidroklorid dexfenfluramine dapat mengganggu
sistem fisiologi, yang dapat mengakibatkan komplikasi anestesi umum. Anak
harus ditanya tentang alergi terhadap antibiotik.
o Alergi lateks dapat dideteksi dengan menanyakan tentang sensitivitas terhadap
pisang, karet yang digunakan dokter gigi, atau balon lateks.
o Penggunaan rokok tembakau di sekitar anak harus ditelusuri pada anamnesis
preoperatif dan harus dicatat. Anak yang terekspos rokok dapat meningkatkan
insidensi komplikasi di bawah anestesi umum.
2.2.2. Pemeriksaan Fisik
Luasnya pemeriksaan fisik yang ahli anestesi melakukan tergantung
pada keadaan. Jika bayi kecil yang dijadwalkan untuk operasi kecil telah
9

menangis sepanjang sore dan akhirnya tertidur, seseorang dapat mengamati


dari samping tempat tidur anak secara umum gizi, warna kulit, karakter
respirasi, dan ada tidaknya nasal discharge. Meskipun dokter bedah atau
catatan dokter anak yang membantu, mereka tidak harus menjadi pengganti
untuk pemeriksaan independenden anestesi. Prinsip umum yang diterapkan
pada evaluasi pra operasi. Dalam memeriksa seorang anak, kita harus mencari
tanda-tanda yang berbeda dari pemeriksaan orang dewasa.
Pemeriksaan fisik harus kterhadap jalan napas, sistem respirasi dan
kardiovaskular, evaluasi neurologis, dan sistem organ spesifik yang
bersangkutan dengan prosedur pembedahan.
Salah satu kunci dari pemeriksaan fisik pada anak adalah observasi
sederhana, karena mendekati anak dapat menyebabkan anak menangis.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan fisik seorang
anak, yaitu:
o Warna kulit dan adanya pucat, sianosis, ikterus, rash, tanda lahir, luka dari
operasi sebelumnya harus diketahui.
o Facies abnormal dapat mengindikasikan sebuah sindroma atau konstelasi dari
abnormalitas kongenita. Suatu anomal kongenital sering diasosiasikan dengan
anomali lain.
o Laju, kedalaman, dan kualitas respirasi harus dievaluasi.
o Obstruksi nasal atau sistem respirasi atas dapat diindikasikan dengan
pernapasan berbunyi atau kerja napas yang meningkat.
o Warna, kualitas, dan viskositas mucus nasal harus dicatat.
o Jika anak batuk (jalan napas atas atau bawah) dan kualitas (kering atau basah)
dapat dievaluasi bahkan sebelum auskultasi dada.
o Apakah stridor atau mengi dapat didengar, atau apakah terlihat retraksi?
o Jalan napas harus dievaluasi untuk keperluan intubasi. Jika anak tidak mau
membuka mulutnya, estimasi manual jarak tirohioid harus dilakukan. Anak
dengan mikrognasia, seperti pada sindoma Pierre Robbin,atau Goldenher,
dapat menyebabkan kesulitan intubasi.
Kriteria sulit intubasi:
10

Kriteria LEMON:
o Look Externally
o Evaluate the 3-3-2 rule

o Mallampati Score

o Obstruction
o Neck Mobility
Kriteria LM-MAP
o Look for external face deformities
o Mallampati
o Measure 3-3-2-1 fingers
o Atlanto-occipital extension
o Pathological obstructive conditions
Kriteria 4D
o Dentition (prominent upper incisor, receding chin)
o Distortion (edema, blood, vomits, tumor, infection)
o Disproportion (short chin, bull neck, large tongue, small mouth)
o Dysmobility (TMJ, cervical spine)
o Adanya kehilangan gigi harus diketahui.

Seorang anak dengan bising jantung atau riwayat beising jantung


memiliki pertimbangan khusus.
o Apakah bisingnya patologis?
11

o Apakah terganggunya hemodinamik terlihat?


o Bising jantung non-patologis dapat dilihat dengan empat karakteristik:
murmurnya awal sistolik sampai midsistolik; lebih lembut dari grade III atau
VI; suaranya rendah sampai medium; suaranya memiliki kualitas yang tidak
kasar (musical).
o Apakah anak memiliki risiko untuk emboli udara paradoksik?
o Apakah propilaksis untuk endokarditis infektif dibutuhkan?
Anak dengan penyakit jantung aktif atau signifikan mungkin membutuhkan
evaluasi oleh kardiologis sebelum anesthesia umum. Data kateterisasi jantung
dan rekomendasi harus dilampirkan pada evaluasi preperatif.

2.2.3. Pemeriksaan Penunjang


Beberapa pemeriksaan laboratorium diagnostik dibutuhkan pada
populasi anak. Studi diagnostik harus bersifat individual terhadap kondisi
medis pasien dan prosedur pembedahan yang dilakukan. Baiknya fungsi dan
tingkat hemoglobin sebelum pembedahan elektif tidak terlalu penting untuk
hampir semua anak sehat. Abnormalitas ringan pada leukosit dan platelet tidak
memiliki dampak signifikan pada hasil perioperatif pada anak sehat.
Penilaian rutin dari parameter koagulasi masih bersifat kontroversial,
dan riwayat hematoma berlebih masih bersifat subjektif. Riwayat koagulasi
abnormal, epistaksis lanjut, dan perdarahan dari prosedur sirkumsisi atau
ekstraksi gigi dan adanya hematoma dan memar lebih bisa memprediksi
adanya koagulasi abnormal. Jika seorang anak sehat tidak memiliki riwayat
memar, tidak diperlukan pemeriksaan lain, karena skrining seperti waktu
perdarahan, aPTT, PT, dan platelet tidak memprediksi perdarahan
pembedahan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan penunjang, yaitu:

12

o Baiknya fungsi hemoglobin diindikasikan untuk anak di bawah 6 bulan, dan


jika kehilangan darah pada proses pembedahan diantisipasi.
o Skrining koagulasi dapat diindikasikan pada anak yang memiliki riwayat
perdarahan abnormal atau dijadwalkan untuk pembedahan dengan koagulasi
abnormal dapat terinduksi (misalnya prosedur bypass cardiopulmoner) atau
prosedur dimana hemostasie adekuat diharuskan (tonsilektomi, prosedur
bedah saraf).
o Urinalisis tidak dibutuhkan sebelum pembedahan pada anak.
o Kimia darah diindikasi hanya untuk mengonfirmasi

abnormalitas.

Pemeriksaan tingkat obat-obatan serum dilakukan sesuai indikasi (misalnya


obat-obatan kejang).
o Radiografi dada dan elektrokardiogram diindikasikan hanya jika dicurigai
adanya abnormalitas.
o Pemeriksaan kehamilan masih bersifat kontroversial. Anamnesis dengan
wanita postmenarch harus menyingkap aktivitas seksual, penggunaan
kontrasepsi, atau kemungkinan kehamilan. Biasanya orang tua menolak
pemeriksaan kehamilan karena dapat memberikan asumsi bahwa anak mereka
sudah aktif secara seksual

atau tidak jujur tentang aktivitas seksualnya.

Legalitas dari pemeriksaan-pemeriksaan tersebut belum diketahui secara pasti


dan tergantung dari peraturan masing-masing rumah sakit.
Dalam ringkasan, karena kebanyakan pemeriksaan labotaroium
bersifat nyeri dan memberi tekanan dan penderitaan pada anak, harus dicoba
dengan cara yang meminimalisasi nyeri psikologi dan fisik. Seorang anak
yang pernah trauma pada fase preoperatif menunjukkan tingkah laku
bermasalah pada saat induksi anestesi.

2.3.

Premedikasi
Pada kebanyakan anak, tujuan utama premedikasi menghilangkan
ketakutan dan kecemasan yang ditimbulkan oleh perpisahan dengan orangtua

13

dan aspek lain induksi anestesi, seperti ketakutan pada sungkup. Premedikasi
tidak boleh menggantikan upaya yang membuat pengalaman induksi setidak
traumatis mungkin. Banyak anak sehat, terutama yang berusia lebih dari 4
tahun tidak memerlukan pramediaksi sebelum induksi sungkup, terutama
dengan dokter yang sangat membantu dan berpengalaman. Sebaliknya
kebanyakan anak berusia 2 tahun tidak akan kooperatif kecuali bila
dipremedikasi berat. Bila mungkin premedikasi harus diberikan melalui jalan
yang tidak menyakitkan. Premedikasi oral memang tidak secara intrinsik
menyakitkan. Tetapi, bila seorang anak prasekolah yang tidak kooperatif
dipaksa minum larutan pahit, akibatnya juastru akan meningkatkan stres.
Meskipun belum disetujui untuk digunakan secara oral oleh FDA, sirup
midazolam menjadi obat premedikasi yang paling sering dipakai di Amerika
Serikat. Midazolam merupakan ansiolitik benzodiazepin dengan metobolit
tidak aktif dan dianggap dapat lebih cepat klirens daripada diazepam atau
lorazepam. Telah digunakan berbagai macam sirup untuk mengurangi rasa
pahit.
Fentanil transmukosa oral (lolipop fentanil) mempunyai keuntungan
karena mulainya yang cepat dan cara pemberian yang menyenangkan, tetapi
obat ini memungkinkan menimbulkan mual, kekakuan dinding dada, dan
desaturasi pada beberapa penelitian sedasi prabedah. Obat intranasal biasanya
tidak disukai anak-anak, meskipun pada penderita yang tidak kooperatif, jalur
ini kadang-kadang merupakan jalur pemberian midazolam, sufentanil, atau
ketamin yang dapat digunakan.
Injeksi intramuskular menimbulkan nyeri tetapi mempunyai peran
terbatas tertentu untuk sedasi anak yang sangat tertekan atau tidak kooperatif.
Pada anak yang sangat tidak kooperatif dengan akses intravena yang sangat
sulit dan menolak keras pemberian premedikasi oral atau sungkup, injeksi
intramuskular tinggal midazolam dan ketamin, misanya mungkin pada
akhirnya lebih kurang membuat stres daripada upaya pemasangan kanulasi
14

intravena berulang-ulang atau pemasangan sungkup. Pemberian barbiturat


metoheksital atau thiamilal atau bencozizepin per rektum seperti midazolam
biasanya dapat memberikan sedasi yang cukup dapat diandalkan selama sekita
kurang dari 10 menit.
Untuk anak dengan nyeri prabedah (misalnya fraktur), opioid mungkin
bemanfaat untuk diberikan dalam premedikasi. Di samping menghilangkan
nyeri, opioid juga mengurangi risiko terjadinya reaksi cemas (disforik) yang
meningkat pada penderita dengan nyeri yang diberi sedasi tanpa analgesia.
Antikolinergik

(atropin,

skopolamin,

glikopirolat)

biasanya

sebelumnya diberikan secara rutin prabedah pada semua kelompok umur


penderita, secara per oral atau dengan injeksi intramuskular, untuk
mengeringkan sekresi, mengurangi respons refleks vagus pada manipulasi
jalan napas, dan mendukung curang jantung dalam menghadapi depresi
miokardium dan bradikardi relatif akibat anestesi yang mudah menguap
(volatile). Keringnya sekresi yang ditimbukkan oleh pengaruh antikolinergik
biasanya dirasakan kurang nyaman oleh anak yang sadar.

15

Obat
Acetaminophen

Adenosine

Albuterol
Alfentanil

Amiodarone

Aminophylline

Pemberian
Rectal

Dosis
40 mg/kg

PO

1020 mg/kg

Maximum (per day)

60 mg/kg

Rapid IV bolus

0.1 mg/kg

Repeat dose

0.2 mg/kg

Maximum dose

12 mg

Nebulized

1.252.5 mg in 2

Anesthetic supplement (IV)

mL saline
2025 g/kg

Maintenance infusion

13 g/kg/min

Loading dose (IV)


Repeat dose (slowly)
Infusion
Maximum dose
Loading dose administered

5 mg/kg
5 mg/kg
510 g/kg/min
20 mg/kg/day
56 mg/kg

over 20 min (IV)


Maintenance dose

0.50.9 mg/kg/h

(therapeutic level: 1020


Amoxicillin
Ampicillin
Ampicillin/sulbactam
Amrinone

Atropine

mg/mL)
PO
IV
IV
Loading (IV)

50 mg/kg
50 mg/kg
2550 mg/kg
0.751 mg/kg

Maintenance

510 g/kg/min

IV

0.010.02 mg/kg

IM

0.02 mg/kg

Minimum dose

0.1 mg

Premedication (PO)

0.030.05 mg/kg

16

Tabel 7. Dosis Obat pada Anak

Puasa
Petunjuk puasa unutk anak sebelum anesthesia umum telah
dimodifikasi sehingga menyuruh anak untuk puasa setelah tengah malam
jarang lagi dilakukan. Tidak dibatasinya masukan oral mengurangi ansietas
anak, orang tua yang lebih tenang, maintenance hemodinamik yang lebih baik,
dan risiko hipoglikemia intraoperative yang lebih rendah.
Volume lambung dan pengosongan lambung tergantung pada usia, dan
bergantung pada fasilitas masing-masing. Pada umumnya, banyak institusi
yang memperbolehkan meminum air putih sampai 23 jam sebelum
pembedahan, termasuk air putih, elektrolit (Pedialyte), air gula, jus apel, jus
anggur, es beku, dan gelatin. Air putih didefinisikan sebagai cairan yang
tembus pandang. Es beku yang mengandung buah padat, jus nectar yang
mengandung sari buah, dan material partake, mengandung protein hewani,
bukan termasuk air putih. Tidak ada bukti bahwa volume memiliki pengaruh
terhadap waktu pengosongan lambung atau volume residual; jadi, kuantitas
dari air putih tidak dibatasi.
ASI dan susu formula bukahlan air putih. ASI termasuk dalam cairan
padat intermediet, sedangkan beberapa institusi mengatakan bahwa ASI
merupakan property solid-like. Harus ada peraturan yang jelas mengenai
ASI, susu formula, dan makanan padat.
Waktu sebelum
Pembedahan (Jam)
2
4

Makanan atau Cairan


Air putih
ASI
17

6
8

Susu formula atau makanan padat


Makanan padat yang mengandung lemak

Tabel 8. Petunjuk Puasa dari American Society of Anesthesiologists


Persiapan Psikologis
Penyakit membawa aspek yang berbeda pada anak dan dewasa. Untuk
anak-anak yang menjalani pembedahan elektif, gangguan emosi terkadang
melebihi masalah medisnya sendiri. Anak merespon terhadap prospek
pembedahan dengan cara yang bermacam-macam dan bergantung dengan
usianya, dan seorang anestesiologis harus mempertimbangkan hal ini pada
anamnesis preoperatif.
Pengertian dari respon terhadap penyakit dipengaruhi oleh maturitas
anak. Seorang dokter atau paramedic harus mengantisipasi kebutuhan dan
kekhawatiran serta harus dapat menginterpretasi ekspresi dan aksi nonverbal
anak ketika cara berkomunikasinya belum sempurna. Rasa takut terbesar anak
kecil adalah kehilangan kendali dari aksi dan pilihan. Menolong seorang anak
membuat pilihan dalam hal kesehatan bersifat penting. Sebuah pilihan yang
sederhana seperti Rasa udara apa yang kau inginkan pada sungkup?
membuat seorang anak berpikiran bahwa ia memiliki kendali akan sebuah
pilihan. Ketakutan terbesar seorang anak prasekolah adalah cedera,
kehilangan kendali, hal-hal yang tidak dikenal, dan ditinggalkan. Seorang
anak prasekolah menginterpretasikan kata-kata secara harafiah dan tidak dapat
membedakan antara apa yang didengar dan diimplikasikan. Kata-kata yang
digunakan orang dewasa pada anak sama pentingnya dengan pesan yang
disampaikan. Memberitahu seorang anak prasekolah bahwa ia akan
ditidurkan sebelum sebuah operasi membuat mereka takut dan bingung,
karena sama seperti binatang peliharaannya yang ditidurkan. Karena
seorang anak prasekolah tidak dapat membedakan antara realita dan fantasi
dan mereka hidup di dunia dengan pemikiran tinggi, mereka tidak bisa
18

mengenali perbedaan antara tidur dengan anesthesia dengan tidur ketika


binatang peliharaannya tidak bangun lagi. Anak dengan usia sekolah memiliki
rasa takut akan kehilangan kendali, cedera, tidak dapat bertemu dengan orang
tuanya, dan kematian. Antara usia 6 dan 12, anak mulai berpikiran logis;
namun mereka tetap berusaha terlihat mengerti dan mendengar secara intens,
walaupun tidak mengerti secara penuh apa yang sedang dijelaskan. Anak-anak
seperti ini jarang bertanya atau merasa malu karena mereka berpikir sudah
seharusnya mereka mengerti informasi yang sedang diberikan. Rasa takut
remaja adalah kehilangan kendali, perubahan citra tubuh, dan segregasi
(pemisahan) dengan teman-temannya. Mereka biasanya yakin bahwa seorang
anestesiologis

tidak akan

berhasil

menidurkan mereka, dan

jika

anestesiologis itu berhasil, mereka tidak akan bangun lagi. (Tabel 15.1)
Karakteristik
Strategi untuk Persiapan
1-4 tahun
o Magical thinking
o Kaena waktu yang terbatas,
o Kemampuan untuk mengerti,
lakukan persiapan tidak lebih dari 2
hari.
tapi
tidak
dapat
o Gunakan objek untuk membantu
mengekspresikan secara verbal
o Egosentris
menjelaskan situasi.
o Pengulangan kata kunci harus
o Sibuk dengan perasaan bersalah
dilakukan.
o Kepercayaan pada orang yang
o
Menegaskan tingkah laku baik
mengurusnya
harus dilakukan.
o Usahakan anak selalu bersama
orang tuanya.
410 tahun
o Mulai berpikir secara logis dan o Persiapan dapat dilakukan 12
mengerti bawha ada sesuatu di
minggu.
dalam tubuh mereka.
o Selalu tanya jika anak punya
o Komunikasi
verbal
dengan
pertanyaan.
mudah.
o Gunakan kata-kata medis, namun
o Penguasaan keterampilan.
kata-kata medis yang mudah.
o Mencari kendali untuk memilih
o Gunakan material yang konkret,
o Pembelajar yang entusiastik
misalnya diagram dan gambar.
o Menjelaskan dan menenangkan
19

bahwa ada satu bagian tubuh dari


anak yang sakit, namun seluruh
tubuh lain tidak.
10 tahun dan lebih
o Pikiran mulai teknis
o Memerlukan kebebasan
o Mencari privasi
o Tidak setuju dengan orang tua
o Tekanan orang lain
o Marah terhadap kesakitan
o Dapat mleawan wewenang tapi
mencari
penjelasan
dan
persetujuan

o Persiapan
pasien
secepatnya
setelah diagnosis tegak.
o Libatkan anak pada proses
memilih.
o Hormati privasi.
o Hormati tubuh anak dan ketakutan
mereka untuk terlihat telanjang di
depan orang lain.
o Jelaskan dengan kata-kata yang
teknis dan jelas.
o Dukung
kebutuhan
untuk
kebebasan dan kendali.
o Hormati
kerahasiaan
(bahkan
beberapa informasi dari orang
tuanya).
o Barkan anak mengatur dalam
batasan tertentu.
Tabel 9. Pertimbangan Pertumbuhan pada Persiapan Preoperatif

2.4.

Keadaan Khusus
Infeksi Saluran Napas Atas
Seorang anak dengan infeksi napas atas memberikan dilemma klinis
untuk seorang anestesiologis. Karena kebanyakan anak dapat menderita
sampai enam infeksi saluran napas atas pertahunnya, tidak ada peraturan
absolut untuk masalah umum ini. Seorang anak yang menderita flu memiliki
risiko preoperatif atelektasis, desaturasi oksigen, bronkospasmus, croup, dan
laringospasmus. Kebanyakan anak dengan infeksi saluran napas atas mungkin
dianestesi untuk prosedur-prosedur pendek; namun, pilihan untuk melakukan
prosedur panjang atau invasif harus dibuat dengan hati-hati Pilihan untuk
membatalkan atau menunda pembedahan harus dibuat dengan dokter bedah
20

menurut prosedur, urgensi, dan kondisi medis anak. Karena hiperreaktivitas


bronkial dapat terjadi sampai 7 minggu setelah resolusi gejala infeksi saluran
napas atas, menunda pembedahan sampai waktu ini adalah impraktikal.
Banyak dokter yang setuju bahwa pembedahan harus dijadwalkan setelah
gejala akut telah hilang dan tidak kurang dari 2 minggu setelah evaluasi awal.
Ketika seorang anak dengan gejala infeksi saluran napas atas
diperiksa, adanya sekresi dan warnanya harus diketahui. Sekresi jernih
biasanya mengindikasikan penyakit viral, sedangkan sekresi hijau atau kuning
infeksi bakteri. Batuk adalah tanda dari terlibatnya saluran napas bawah dan
harus dievaluasi sumbernya (jalan napas atas atau bronkial) dan kualitasnya
(basah atau kering). Kebanyakan anak memiliki suara napas jernih pada
respirasi. Crackles banyak dideteksi ketika batuk dan menangis.
Kelahiran Prematur
Bayi prematur dapat membutuhkan berbagai prosedur pembedahan,
beberapa bersifat minor. Tatalaksana anestetik dapat menjadi sulit. Penyakit
paru kronis dan kemungkinan apnea pascaoperasi merupakan kondisi yang
membutuhkan

rencana

untuk

pemantauan

pasca

prosedur.

Kondisi

sebelumnya, misalnya refluks gastrointestinal, PDA, hidrosefalus, harus


didokumentasi.
Derajat dari keterlibatan gangguan sistem pernapasan pada anak yang
lahir premature berkisar antara tidak ada penyakit paru residual sampai
dysplasia bronkopulmoner yang serius. Tanda dari dysplasia bronkopulmoner
bervariasi dan berkisar antara perubahan radiografik ringan pada pasien
asimtomatis sampai fibrosis pulmoner, emfisema, penyakit jalan napas reaktif,
hipoksemia kronis dan hiperkarbia, trakeomalasia atau bronkomalasia,
peningkatan resistensi vaskuler pulmoner dan cor pulmonale. Jika hipertensi
pulmonal dan cor pulmonale dicurigai, dapat digunakan EKG untuk
21

mengonfirmasi

diagnosis

dan

terapi.

Diuretik,

bronkodilator,

dan

kortikosteroid obat-obatan yang banyak dibutuhkan harus dilanjutkan


sampai dan termasuk harus pembedahan. Pengukuran tingkat elektrolit serum
untuk mengevaluasi hypokalemia dan alkalosis metabolic kompensata dapat
dilakukan, terutama jika terapi diubah. Pemeriksaan hematokrit dan radiografi
dada dilakukan untuk mengevaluasi anak-anak tersebut. Penggunaan stress
doses steroid harus dipertimbangkan pada anak dengan terapi steroid.
Apnea pascaoperatif telah dilaporkan pada anak preterm dan aterm
setelah anesthesia. Tidak ada persetujuan anak mana yang berisiko. Tidak
dilaporkan usia gestasi pada pasien berisiko, dan metode yang digunakan
untuk mendeteksi apnea atau napas periodic, prosedur pembedahan, atau
kondisi medis lain, atau bahkan definisi dari apnea itu sendiri. Satu ulasan
informasi telah dirangkum. Definisi dari apnea yang digunakan pada analisis
ini adalah berhentinya napas atau tidak terdeteksi aliran napas untuk 15 detik
atau lebih atau kurang dari 15 detk untuk bradikardia (laju jantung <80 kali
per menit). Penyebab apnea berada pada sentral pada 70% kasus, obstruktif
pada 10%, dan campuran pada 20%. Risiko apnea signifikan pada bayi
berusia 35 usia gestasi, risiko ini signifikan sampai mereka mencapai usia 50
minggu usia pascakonsepsi. Balita dengan anemia, apnea pada ruang
pemulihan, apnea di rumah (diukur dengan alat pemantau apnea), dan riwayat
apnea dan bradikardia memiliki risiko yang meningkat untuk apnea. Seorang
anak yang memiliki risiko apnea untuk apnea pascaoperasi harus diobservasi
dalam 24 jam. Fungsi hemoglobin dan hematokrit harus diketahui untuk balita
dengan riwayat preterm karena anemia diasosiasikan dengan meningkatnya
insidensi apnea pascaanestesia yang tidak dipengaruhi oleh usia postkonsepsi.
Apnea promaturitas dan apnea pascaanestesi tidak berelasi terhadap
sudden infant death syndrome (sindroma kematian balita tiba-tiba).

22

Asma
Tatalaksana anak dengan asma hampir sama dengan tatalaksana orang
dewasa dengan asma. Tatalaksana asma harus dioptimalisasi dan semua obatobatan, oral ataupun inhalasi, harus dilanjutkan sampai dan termasuk harus
pembedahan. Obat-obatan oral dapat diminum dengan air putih sampai 2 jam
sebelum induksi anesthesia. Pasien dengan asma berat dapat menggunakan
terapi kortikosteroid short-term untuk beberapa hari sebelum pembedahan.
Terapi harus doptimalisasi dengan terlibatnya seorang pulmonologis.
Pembedahan dapat ditunda untuk anak dengan eksaserbasi akut asma
atau infeksi traktus respiratorius atas akut superimpo asma kronik. Anak
dengan asma memiliki risiko yang tinggi untuk bronkospasme pada anesthesia
endotrakeal umum. Insidensi dari bronkospasmus pada anak dengan asma
pada anestsia berada antara 8,4 dan 71,0 per 1.000 dibandingkan dengan 0,2
sampai 8,0 per 1.000 pada populasi umum. Eksaserbasi akut meningkatkan
insidensi bronkospasmus.
Kistik Fibrosis
Anak dengan kistik fibrosis memiliki penyakit multisystem, dan setiap
sistem harus dipertimbangkan pada periode poreoperatif. Fungsi pulmoner
harus dioptimalisasi melalui penggunaan antibiotik dan terapi bronkodilator
dan terapi fisik dada yang sering untuk membersihkan sekresi dan
memperlancar aliran udara. Banyak anak dengan derajat malnutrisi dan
membutuhkan nutrisi enteral supplemental atau parenteral sebelum melalui
anesthesia umum dan pembedahan. Banyak pasien kistik fibrosis harus
dirawat di rumah sakit untuk observasi dan tatalaksana medis sebelum
23

prosedur pembedahan. Semua medikasi harus dilanjutkan sampai dan


termasuk hari pembedahan.

Penyakit Jantung
Anak dengan penyakit jantung dapat dibagi menjadi dua kategori:
mereka yang memiliki penyakit jantung kongenital struktural (terkoreksi atau
belum terkoreksi) dan mereka yang memiliki bising jantung (telah
terdiagnosis sebelumnya atau baru). Anak yang dievaluasi secara reguler oleh
seorang kardiologis harus dievaluasi lagi pada periode preoperatif untuk
mendeteksi dan mendokumentasi adanya perubahan. Ketika anak sudah
pernah melalui koreksi pembedahan penyakit jantung kongenital, deskripsi
dari reparasi dan anatomi terbaru harus dibuat untuk tim anestesi. Jika masih
terdapat defek, rekomendasi tatalaksana harus dikonsultasikan kepada
kardiologis. Semua data kateterisasi jantung harus diulas.
Bising jantung pada anak diidentifikasi sebagai patologis atau nonpatologis. Pemeriksaan EKG mungkin dibutuhkan. Jika bisingnya patologis,
derajat dari gangguan fisiologi dan hemodinamik harus diketahui. Kebutuhan
profilaksis antibiotik harus ditinjau pada visite preoperatif.
Penyakit Sistem Saraf Pusat
Myelomeningokel
Kebanyakan anak yang lahir dengan myelomeningokel memiliki
abnormalitas lain, dan harus diinvestigasi secara lanjut. Banyak dari anakanak tersebut kembali ke ruang operasi, dan manajemen perioperatif
sebelumnya dapat memengaruhi tingkah laku dan perhatian pasien ke
depannya. Pasien dengan myelomeningokel dapat memiliki disfungsi
urogenital dan musculoskeletal yang dapat berlanjut ke infeksi traktur
24

urinarius yang sering, refluks ureteral, scoliosis, dan gangguan sistem


pernapasan. Pasien dan keluara harus ditanya tentang abnormalitas dari
sistem-sistem organ tersebut. Anak-anak ini sering sensitif terhadap lateks dan
reaksinya berkisar dari ringan sapai anafilaktik. Untuk alasan inilah, harus
diminimalisasi eksposur mereka terhadap lateks. Notasi Latex Alert atau
Latex Alergy harus dtulis pada status pasien dengan myelomeningokel yang
akan menjalani operasi.
Kejang
Deskripsi dari tipe, frekuensi, dan karakteristik dari aktivitas kejang
harus didapat pada evaluasi preoperatif. Obat-obatan yang digunakan
sebelumnya, jika dapat diaplikasikan, tingkat serum dari obat-obatan
antikonvulsan harus dicatat. Obat-obatan yang tidak efektif mengatasi
aktivitas kejang harus dimasukkan. Pasien harus mengambil obat-obatan
kejang sampai dan termasuk hari pembedahan. Obat-obatan oral harus
diminum dengan air putih sampai 2 jam sebelum waktu pembedahan.
Instabilitas Servikal
Beberapa kelompok pasien pediatric berisiko instabilitas tulang
servikal. Anak dengan sindroma Hurler dan sindroma Morquio dan
mukopolisakaridosis lain dapat memiliki abnormalitas prosesus odontoid yang
merupakan akibat dari instabilitas servikal. Instabilitas atlantoaksial dan
migrasi superior dari prosesus odontoid dapat terjadi pada pasien dengan
artritis rematoid. Hal ini mungkin terjadi pada 15% anak dengan sindroma
Down. Walaupun belum ada aturan (guideline) mengenai pemeriksaan
preoperatif pada anak-anak tersebut, anak-anak yang simtomatis (misalnya
dengan kelainan berjalan, inkontinensia) harus melakukan pemeriksaan
radiografi fleksionekstension dari tulang serviks dan harus dikonsultasikan
kepada neurologis. Jika abnormalitas serviks terjadi, intubasi pada posisi
25

kepala netral atau pemantauan potensial somatosensory dari ekstremitas atas


harus dilakukan.

Kelainan Hematologi
Penyakit sel sabit merupakan salah satu penyakit hematologi yang
sering terjadi pada anak di Amerika Serikat. Penyakit sel sabit adalah penyakit
genetic autosomal resesif yang diturunkan secara heterozigot dengan
frekuensi 8% pada ras Afrika-Amerika dan secara homozigot pada 0,16%
pasien yang suseptibel. Sel sabit heterozigotik tidak memengaruhi terapi
anestesi atau hasil akhir dari perioperative, namun penyakit sel sabit
homozigotik, penyakit sel sabit Hemoglobin C, dan penyakit talasemia
Hemoglobin S membawa implikasi untuk tatalaksana anestesi. Sindroma
nyeri dada akut, struk, infark miokard, dan krisis sel sabit mengundang
perhatian khusus untuk anestesiologis. Untuk meminimalisasi risiko tersebut,
pasien harus dihidrasi.
Untuk mengoptimalisasi aliran intravaskular, temperature kamar
operasi harus dinaikkan. Pada kasus-kasus berat, dilakukan transfuse tukar
parsial (partial exchange transfusion) untuk menurunkan tingkat HbS ke
<40% atau transfuse untuk mencapai Hb 10 g/dl. Direkomendasikan
konsultasi dengan seorang hematologis untuk tatalaksana untuk pasien-pasien
tersebut. Kordinasi dengan anestesiologi, tim bedah, dokter anak, dan
hematologis penting dan harus dimulai pada periode preoperatif.
Diabetes Melitus
Insidensi diabetes mellitus pada populasi anak diperkirakan 1,9 per
1.000 anak usia sekolah, dengan onset 57 tahun dan pada usia pubertas.
Konsultasi dengan dokter anak dan endokrinologis anak harus dilakukan.
26

Informasi mengenai kisaran glukosa darah dan regimen obat-obatan harus


dimasukkan pada evaluasi preoperatif. Tatalaksana glukosa perioperatif)
misalnya infus insulin, injeksi insulin split-dose) harus dicatat. Pasien dengan
diabetes mellitus dijadwalkan untuk pembedahan pada pagi hari, dan ukuran
glukosa serum puasa didapatkan pada periode perioperative sebelum
diinjeksikan glukosa atau insulin.
Penyakit Keganasan
Anak dengan malignansi aktif, remisi, atau sembuh mungkin
mendapatkan terapi radiasi atau kemoterapi yang secara langsung
memengaruhi hasil akhir anestesi. Informasi mengenai penyakit, pembedahan,
dan agen-agen kemoterapi dan dosis yang diadministrasikan harus
dicantumkan pada evaluasi preoperatif. Anak yang dicurigai massa
mediastinum anterior membutuhkan pemeriksaan flow-volume loop pada
posisi supinasi dan berdiri sebelum induksi anestes. Penemuan klinis harus
mendiktasi kebutuhan untuk pemeriksaan laboratorium, misalnya EKG,
hemoglobin, dan hitung platelet.
Pembedahan Invasif Minimal
Pembedahan endoskopik invasive minimal menjadi lebih sering
dilakukan pada populasi anak. Karena kebutuhan spesifik intervensi tipe ini,
perubahan psikologik yang berbeda harus dipertimbangkan pada proses
evaluasi preoperativf. Beberapa kontraindikasi untuk pembedahan invasif
minimal:
-

Kesulitan bernapas, yang dapat meningkatkan tekanan jalan napas dan

menurunkan komplians jalan napas saat intraoperasi.


Hipertensi pulmonal, yang diperburuk dengan karbon dioksida yang diserap
dari peritoneum.

27

Kardiomiopati, karena insuflasi abdominal dari karbon dioksidan menurunkan


cardiac output.

BAB III
KESIMPULAN

Anak bukan merupakan miniatur orang dewasa. Tindakan preoperatif pada


anak harus dilakukan dengan lebih detail dan hati-hati karena pada dasarnya setiap
anak membutuhkan perlakuan berbeda berdasarkan usianya, tidak seperti orang
dewasa yang disamaratakan. Pemeriksa harus mengerti benar bagaimana anatomi,
fisiologi, dan psikologis anak berdasarkan usia agar bisa maksimal dalam
perioperative nantinya.
Tahapan preoperatif adalah kunjungan terhadap pasien sebelum pasien
dioperasi, agar pasien dapat disiapkan dalam keadaan baik ketika dioperasi.
Preoperatif pada pediatrik adalah untuk mendapatkan informasi medis dan
meringankan kecemasan pasien dan keluarga pasien. Pada preoperatif, yang
dilakukan adalah pemastian identitas pasien, anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
interpretasi hasil pemeriksaan penunjang pada pasien, dan edukasi pasien tentang
bagaimana prosedur dan kemungkinan apa saja yang akan terjadi kedepannya. Tidak
jarang, ketika melakukan visite, pasien dan keluarga menunjukkan kekhawatiran akan
operasi yang akan dilakukan, oleh karena itu pada preoperatif juga dituntut untuk
menenangkan pasien dan keluarganya.
Hal yang harus dikejar dalam anamnesis adalah mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan prosedur anestesi, seperti riwayat kelahiran dan persalinan,

28

riwayat penyakit sebelumnya, kelainan kongenital, riwayat penyakit dalam keluarga,


riwayat operasi dan anestesi sebelumnya, riwayat anestesi dalam keluarga, riwayat
penyakit yang sedang diderita, riwayat obat yang pernah dan atau sedang dikonsumsi,
dan riwayat alergi. Selain itu, riwayat lingkungan anak juga perlu ditanyakan seperti
apakah anak merupakan perokok pasif atau bukan.
Pemeriksaan fisik pada preoperatif harus dilakuan head to toe. Tetapi pasien
anak tidak selalu kooperatif ketika diperiksa. Seringkali, mereka akan berontak ketika
merasa tidak nyaman untuk diperiksa. Oleh karena itu, pemeriksa harus mempunyai
strategi

tersendiri

agar

berhasil

mendapatkan

data.

Tindakan

preoperatif

membutuhkan hasil data yang baik tentang tanda vital maupun fungsi sistem tubuh
terutama sistem pernapasan (apakah ada obstruksi pernapasan) dan kardio-sirkulasi
(bagaimana regularitas denyut nadi, apakah ada bising jantung). Jika ada kelainan
pada jalan napas perlu diprediksi juga apakah anak sulit untuk diintubasi. Terdapat
beberapa kriteria untuk memrediksi sulit intubasi, seperti kriteria LEMON, LM-MAP,
dan 4D. Pada anak dengan penyakit jantung aktif atau signifikan mungkin
membutuhkan evaluasi oleh kardiologis sebelum anestesi umum. Selain itu, perlu
diperhatikan juga apakah ada kelainan pada warna kulit (sianosis, malar rash, ikterus,
bekas luka, tanda lahir, dan sebagainya) dan juga adanya kehilangan gigi harus
diperhatikan.
Hasil pemeriksaan penunjang juga dibutuhkan dalam persiapan pra bedah
seorang anak. Hasil pemeriksaan darah seperti hemoglobin, skrining koagulasi jika
anak memiliki riwayat perdarahan abnormal, darah kimia jika ada indikasi, lalu
pemeriksaan radiografi, elektrokardiogram, pemeriksaan kehamilan pada remaja
perempuan, atau pun hasil pemeriksaan penunjang lainnya harus diperhatikan untuk
mempersiapkan apa saja obat dan tindakan yang dibutuhkan untuk intra dan pasca
operatif nantinya.

29

Sebelum operasi, dibutuhkan beberapa persiapan untuk kelancaran operasi.


Salah satunya adalah persiapan sistem saluran cerna. Pada anak, tidak dibatasi
masukan oral agar mengurangi ansietas anak, orang tua juga lebih tenang,
maintenance hemodinamik lebih baik, dan risiko hipoglikemia intraoperative lebih
rendah. Petunjuk puasa dari American Society of Anesthesiologist menyarankan anak
sebelum operasi untuk berhenti makan makanan padat yang mengandung lemak
selama delapan jam, berhenti minum susu formula atau makan makanan padat selama
enam jam, berhenti minum ASI selama empat jam, dan air putih masih bisa
dikonsumsi sampai dua jam sebelum operasi.
Selain itu, persiapan psikologis juga dibutuhkan sebelum anak menjalani
operasi. Rasa takut terbesar anak kecil adalah kehilangan kendali dari aksi dan
pilihan. Ketakutan terbesar seorang anak prasekolah adalah cedera, kehilangan
kendali, hal-hal yang tidak dikenal, dan ditinggalkan. Anak preasekolah cenderung
tidak bisa membedakan antara realita dan fantasi, mereka tidak bisa mengenali
perbedaan antara tidur dengan anesthesia dengan tidur ketika binatang
peliharaannya tidak bangun lagi. Anak dengan usia sekolah mulai berpikiran logis,
tetapi masih memiliki rasa takut akan kehilangan kendali, cedera, tidak dapat bertemu
dengan orang tuanya, dan kematian. Kata-kata yang digunakan orang dewasa pada
anak sama pentingnya dengan pesan yang disampaikan. Oleh karena itu, pemeriksa
harus pintar memilih kata-kata agar membuat anak nyaman dan percaya terhadap
mereka sehingga anak lebih percaya diri dalam menjalankan operasinya.
Premedikasi adalah pemberian obat beberapa saat sebelum masuk ruangan
operasi. Pada anak, hal ini bertujuan untuk menghilangkan ketakutan dan kecemasan
yang ditimbulkan oleh perpisahan dengan orangtua dan aspek lain induksi anestesi,
seperti ketakutan pada sungkup. Beberapa obat yang dipakai dalam premedikasi anak
antara lain adalah midazolam sirup, fentanil transmukosa oral, intramuscular
midazolam atau ketamine, opioid (pada anak nyeri pra bedah), dan antikolinergik per
oral atau pun intramuscular.
30

Tahapan preoperatif sangat berpengaruh terhadap jalannya operasi dan


persiapan pada pasca operasi. Selain itu, tahapan preoperatif juga dapat mengurangi
angka kesakitan operasi, mengurangi biaya operasi, dan juga meningkatkan
pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, tidak bisa sembarangan dalam melakukan
tindakan preoperatif. Ketelitian dari pemeriksa sangat dibutuhkan agar tahapan intra
operatif dan pasca operatif berjalan lancar.

31

Anda mungkin juga menyukai