Anda di halaman 1dari 38

BAB II

PENGUJIAN KONVEKSI

2.1 PENDAHULUAN
Pada peristiwa perpindahan panas secara konveksi, perpindahan panas terjadi karena
terbawa aliran fluida. Secara termodinamika, konveksi dinyatakan sebagai aliran
entalpi, bukan aliran panas. [1]

Gambar 2.1 Skema Perpindahan Panas Konveksi [2]


Pengelompokan aliran pada perpindahan konveksi berdasarkan dari bilangan
reynolds. Jenis aliran ada 2 yaitu aliran laminar dan aliran turbulen. Aliran laminar
dimana bilangan Reynold 2300 dan aliran turbulen jika bilangan Reynold 2300.
Perpindahan panas secara konveksi penting hal ini karena banyaknya penggunaan
perpindahan panas konveksi dalam kehindupan sehari-hari pada ricecooker. Pemanasan
beras memanfaatkan perpindahan panas secara konveksi. Selain itu dalam dunia industri
juga penggunaan perpindahan panas secara konveksi dipergunakan pada tungku-tungku
pabrik.

2.2 DASAR TEORI


Penyelesaian soal-soal perpindahan kalor secara kuantitatif biasanya didasarkan
pada neraca energi dan perkiraan laju perpindahan kalor. Perpindahan panas akan terjadi
apabila ada perbedaan temperatur antara dua bagian benda. Panas akan berpindah dari
temperatur tinggi ke temperatur yang lebih rendah. Panas dapat berpindah dengan tiga

cara, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi. Panas akan berpindah secara estafet dari
suatu partikel ke partikel yang lainnya dalam medium tersebut. Pada peristiwa konveksi,
perpindahan panas terjadi karena terbawa aliran fluida. Secara termodinamika, konveksi
dinyatakan sebagai aliran entalpi, bukan aliran panas. [1]
Konveksi terbagi menjadi dua jenis, yaitu konveksi alami dan konveksi paksa.
Dimana konveksi alami adalah konveksi yang terjadi akibat pemaksaan oleh gaya
apung, dimana karena perbedaan massa jenis yang diakibatkan oleh variasi suhu pada
fluida. Sedangkan konveksi paksa terjadi ketika aliran disebabkan oleh gaya dari luar,
seperti kipas, pompa, atau angin di atmosfer. [3]
Berikut skema dari konveksi paksa dan konveksi alami.

Gambar 2.2 Skema konveksi paksa [3]

Gambar 2.3 Skema konveksi alami [3]

2.1.1

Pengetahuan Umum Konveksi


Konveksi bisa diartikan sebagai perpindahan kalor melalui zat penghantar yang
disertai dengan perpindahan bagian-bagian zat itu. Konveksi juga bisa diartikan sebagai
perpindahan kalor pada suatu zat yang disertai perpindahan partikel-partikel zat
tersebut. Konveksi sendiri terjadi karena adanya perbedaan massa jenis zat. Konveksi
dibagi menjadi dua macam, yaitu konveksi paksa dan konveksi alami.
2.2.1.1 Konveksi Paksa
Konveksi paksa merupakan suatu kejadian dimana aliran panas dipaksa dialirkan
ke tempat yang dituju dengan bantuan alat tertentu. Dengan kata lain konveksi paksa
mendapatkan gaya dari luar untuk perpindahannya. Contohnya misal dengan kipas atau
blower. Pada gambar 2.1 dijelaskan bahwa konveksi paksa terjadi karena bantuan dari
blower/kipas.

Gambar 2.4 Mekanisme konveksi paksa.[4]


2.2.1.2 Konveksi Alami
Sedangkan konveksi alami merupakan pergerakan fluida yang terjadi akibat
perbedaan massa jenis, perpindahan dikarenakan perbedaan kerapatan. Dengan kata lain
konveksi alami terjadi karena murni dari pergerakan fluidanya sendiri tanpa
mendapatkan gaya dari luar, seperti blower atau kipas.
Pada gambar 2.4 dijelaskan bahwa konveksi alami terjadi tanpa mendapat gaya
dari luar.

Gambar 2.5 Mekanisme konveksi alami.[4]


Dan laju perpindahan kalor secara konveksi bergantung pada luas permukaan benda
yang bersentuhan dan beda suhu antara benda dengan fluida.[4].
2.2.2

Tujuan Praktikum Konveksi


Tujuan dari praktikum konveksi adalah praktikan diharapkan mampu:

1.

Mencari nilai koefisien perpindahan panas keseluruhan untuk variasi tertentu


seperti laju alir, temperatur udara keluar dan temperatur dinding pada pipa
horizontal.
2. Praktikan menemukan korelasi antara bilangan Reynolds untuk menentukan

kecepatan laju alir dan bilangan Nusselt untuk mengetahui temperatur dinding.[1]
2.2.3 Rumus Perhitungan Konveksi
Rumusan perpindahan panas secara konveksi erat hubungannya dengan angka
Reynolds (Re), Prandtl (Pr), Nusselt (Nu). Bilangan Reynolds dapat menggambarkan
apakah aliran tersebut laminar atau turbulen, sedangkan bilangan Prandtl menunjukkan
karakteristik termal fluida, dan bilangan Nusselt menggambarkan karakteristik proses
perpindahan panas. Dari semua itu dikaitkan dalam menentukan nilai koefisien
perpindahan panas (h) dengan macam-macam variasinya. Untuk lebih jelasnya dibahas
pada sub bab 2.2.3.1 sampai 2.2.3.3.
2.2.3.1 Bilangan Reynolds
Bilangan reynolds mempunyai rumus sebagai berikut :

Re d
Dimana :

umD

Um : Laju aliran udara (m/s)

: diameter pipa

Re :

densitas (kg/m)

angka Reynold

: suhu fluida

[5]

Dari rumus diatas dapat dilihat bahwa bilangan Reynolds didapat dari
perbandingan gaya inersia dengan gaya viscous sistem aliran fluida. Dengan bilangan
Reynolds kita dapat mengetahui apakah aliran fluida tersebut laminar atau turbulen
dengan melihat batasan berikut

Re 2300

Aliran laminar

Re 2300

Aliran turbulen

Gambar 2.6 Struktur aliran perpindahan panas secara konveksi.[5]


2.2.3.2 Bilangan Prandtl
Bilangan prandtl merupakan bilangan yang digunakan sebagai perbandingan
viskositas kinematik fluida terhadap difusivitas termal fluida

v
a

c p .
=

Pr =

Dimana :

Pr : angka Prandtl

k : Konduktivitas termal

Cp : kalor spesifik pada tekanan konstan

: suhu fluida [5]

Untuk aliran dalam pipa, seperti halnya aliran melewati plat datar profil kecepatan
serupa dengan profil suhu untuk fluida yang mempunyai bilangan Prandtl satu.
2.2.3.3 Bilangan Nusselt
Merupakan bilangan yang digunakan untuk menentukan distribusi suhu
permukaan atau plat.

h.x
k

Nu

Dimana :

Nu

: angka Nusselt

: koefisien perpindahan kalor

: konduktivitas termal [5]

Nusslet akan membentuk sebuah persamaan baru apabila digabungkan dengan bilangan
Reynold dan Pradtl. Persamaannya yaitu :

Nud C. Re d m . Pr n
Dimana :

Nu

: angka Nusselt

Re

: angka Reynold

Pr

: angka Prandtl

: koefisien perpindahan panas. [5]

Dimana C, m, dan n adalah konstanta yang harus ditentukan dari percobaan.


Selain bilangan Reynold dan Prandtl factor lain yang mempengaruhi kondisi
perpindahan panas dengan cara konveksi paksa adalah ukuran lubang masuk. Bila

L
salurannya pendek (

DH

< 50 ) maka pengaruh lubang masuk menjadi lebih penting.

Bila fluida memasuki suatu saluran dengan kecepatan seragam maka fluida yang
langsung berbatasan dengan dindingnya akan langsung berhenti bergerak. Jika
turbulensi aliran fluida yang masuk besar maka lapisan batas tersebut akan cepat
menjadi turbulen. Baik itu lapisan batas turbulen ataupun laminar,tebalnya akan
meningkat sampai lapisan batas itu memenuhi seluruh saluran.

Aliran Laminar berkembang penuh

Nud = 1,86(Red x Pr) 1/3


Dimana :

Nu

: angka Nusselt

Re

: angka Reynold

Pr

: angka Prandtl

: diameter pipa

: panjang pipa

: suhu fluida

1/3

0,14

: suhu dinding

Batasan Red.Pr

D
L

> 10 [5]

Aliran Turbulen berkembang penuh

N ud 0,027. Re d
Dimana :

Nu

: angka Nusselt

0 ,8

. Pr 1/ 3

0 ,14

Re

: angka Reynold
: suhu fluida
: suhu dinding [5]

Untuk aliran turbulen yang sudah jadi atau berkembang penuh (fully developed
turbulent flow) dalam tabung licin, digunakan persamaan berikut :

N ud 0,023 Re d 0,8 Pr n
Batasan

n = 0,4 pemanas
n = 0,3 pendingin
0,6 < Pr < 100 [5]

Koefisien Perpindahan Kalor

h
Dimana :

k
N ud
D

(W/m2.oC)

Nu

: angka Nusselt

: koefisien perpindahan kalor

: diameter pipa

: konduktivitas termal [5]

Pemanas Heater
Qheater = h. 2. r. L ( Tw- Tb )
Dimana :

(Watt)

: koefisien perpindahan kalor

Tw

: suhu dinding

Tb

: suhu fluida

: panjang

: jari-jari [5]

Perpindahan Panas Total


Q=m C p (T w T b )
Dimana :

Q : Laju perpindahan panas total


m : Massa (kg)
Cp : Panas Spesifik (KJ/kg. K)
Tw : Suhu dinding (K)
Tb : suhu fluida [5]

Suhu Limbak / Suhu Film

Tf
Dimana :

2.2.4

Tw Tb
2

Tf

: suhu limbak

Tw

: suhu dinding

Tb

: suhu fluida [5]

Aplikasi Konveksi

2.2.4.1 Aplikasi Dalam Kehidupan Sehari-hari


Menanak nasi dengan ricecooker merupakan salah satu contoh aplikasi
konveksi dalam kehidupan sehari-hari, terjadi akibat adanya pemanasan nasi yang di
ikuti dengan perpindahan partikel-partikel lainnya.[6]

Gambar 2.7 Skema cara kerja ricecooker [6]


2.2.4.2.

Aplikasi Dalam Dunia Industri


Pembuatan cerobong asap pada tungku-tungku pabrik merupakan salah satu

contoh aplikasi dari konveksi dalam dunia industri. Hal ini terjadi akibat ketika dalam
pembuatan cerobong asap pada tungku-tungku memberikan panas yang kemudian
berpindah ke material cerobong asap dengan di ikuti perpindahan partikel-partikel
lainnya. [6]

2.2.3

Gambar 2.8 Skema pembuatan cerobong asap [6]


Alat dan Prosedur Pengujian
Pada saat melaksanakan praktikum pengujian konveksi ada beberapa alat

praktikum yang digunakan dan prosedur yang digunakan dalam melaksanakan


pengujian tersebut. Alat apa saja yang digunakan dijelaskan pada subab 2.2.5.1 dan
prosedur pengujian akan dijelaskan pada sub bab 2.2.5.2
2.2.5.1 Bagian Bagian Alat Beserta Fungsinya
Blower
Pipa A
Pipa B+Kain asbestos+gips

Heater
Display termo kopel

Gambar 2.9 Skema dan alat pengujian konveksi [7]


1. Dioda Weatstone
Berfungsi untuk menyearahkan arus listrik

Gambar 2.10 Dioda weatstone [7]


2. Anemometer
Berfungsi untuk mengukur kecepatan aliran udara (fluida)pada waktu awal dan
suhu fluida keluar

Gambar 2.11 Anemometer [7]


3. Watt meter
Berfungsi untuk mengukur daya yang masuk.

Gambar 2.12 Watt meter [7]


4. Asbestos
Berfungsi sebagai peredam panas yang akan merambat keluar melalui celah
sambungan pipa

Gambar 2.13 Asbestos [7]


5. Gips
Berfungsi sebagai isolator supaya panas dari pipa horizontal tidak keluar ke
lingkungan

Gambar 2.14 Gips [7]


6. Kawat Filamen
Berfungsi untuk mendistribusikan panas ke pipa konveksi

Gambar 2.15 Kawat filamen [7]


7. Regulator
Berfungsi untuk mengatur daya yang dikeluarkan

Gambar 2.16 Regulator [7]


8. Pipa Konveksi
Berfungsi untuk arah aliran fluida (udara).

Gambar 2.17 Pipa konveksi [7]


9. Thermo display
Berfungsi untuk menampilkan suhu terukur pada pipa konveksi(pada 4 titik).

Gambar 2.18 Thermo display [7]


10. Blower
Berfungsi untuk memberi hembusan (penghembus) udara ke pipa konveksi.

Gambar 2.19 Blower [7]


11. Termokopel
Berfungsi untuk mengukur suhu pada pipa konveksi (pada 4 titik).

Gambar 2.20 Termokopel (Fine Thermocouple) [7]

12. Stopwatch
Berfungsi mengukur waktu sampai terjadi kondisi steady state.

Gambar 2.21 Stopwatch [7]


2.2.5.2 Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian praktikum konveksi paksa aliran udara pipa horizontal
adalah:
1. Menyambungkan alat-alat ke sumber listrik.
2. Mengatur daya keluaran dengan regulator sebesar 60 watt yang terukur pada watt
meter
3. Mencatat suhu dinding awal pada thermo display dan suhu keluaran awal dengan
anemometer.
4. Mencatat perubahan/kenaikan suhu dinding dan suhu keluaran setiap 30 detik
hingga mencapai steady state (saat suhu dinding dan suhu keluaran tetap sama
selama 5 kali pengambilan)
5. Setelah mencapai steady state, nyalakan blower untuk pengambilan data penurunan
suhu dan memulai proses pengujian konveksi paksa.

6. Mencatat suhu dinding awal, suhu keluaran awal, dan kecepatan awal aliran
7. Mencatat perubahan suhu dinding, suhu keluaran, dan kecepatan aliran setiap 30
detik hingga mencapai steady state sebanyak 5 kali.
8. Setelah mencapai steady state, pencatatan dihentikan.
9. Mematikan blower. [1]
2.3
DATA PERHITUNGAN DAN ANALISA
2.3.3 Data Hasil Praktikum
Tabel 2.1 Perubahan Temperatur (Konveksi Alami)

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Waktu
(detik)
0
30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
330
360
390
420
450
480
510
540
570
600
630
660
690
720
750

Suhu Dinding

Suhu Udara
Keluar

T1 T2 T3 T4

Trata-rata

29
30
30
31
31
32
32
33
33
33
33
34
34
34
34
35
35
35
35
36
36
36
36
36
36
36

29.50
29.75
30.50
31.25
31.25
32.00
32.25
32.75
33.00
33.25
33.50
33.75
34.00
34.00
34.50
35.00
35.25
35.25
35.25
35.50
35.50
35.50
35.50
36.25
36.25
36.25

30
30
31
32
32
33
33
33
33
34
34
34
35
35
35
36
36
36
36
36
36
36
36
37
37
37

31
31
32
33
33
33
34
35
35
35
36
36
36
36
37
37
38
38
38
38
38
38
38
39
39
39

28
28
29
29
29
30
30
30
31
31
31
31
31
31
32
32
32
32
32
32
32
32
32
33
33
33

T5
28.5
28.6
28.7
28.8
28.8
28.8
28.9
28.9
29
29
29
29
29.1
29.1
29.1
29.2
29.2
29.2
29.2
29.2
29.2
29.2
29.2
29.2
29.2
29.2

27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

780
810
840
870
900
930
960
990
1020
1050
1080
1110
1140
1170

36
36
36
37
37
37
37
37
38
38
38
38
38
38

37
37
37
38
38
38
38
39
39
39
39
39
39
39

39
39
39
40
40
40
40
40
41
41
41
41
41
41

33
33
33
33
33
33
34
34
34
34
34
34
34
34

36.25
36.25
36.25
37.00
37.00
37.00
37.25
37.50
38.00
38.00
38.00
38.00
38.00
38.00

29.2
29.2
29.2
29.5
29.5
29.5
29.5
29.5
29.5
29.5
29.5
29.5
29.5
29.5

Tabel 2.2 Perubahan Temperatur (Konveksi Paksa)


Suhu Dinding
No Waktu (detik)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

0
30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
330
360
390
420
450
480
510
540

Suhu Udara Keluar

T1 T2 T3 T4

Trata-rata

38
38
38
38
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37

38.25
38.25
38.25
38.25
38.00
38.00
38.00
38.00
38.00
38.00
38.00
38.00
38.00
38.00
38.00
38.50
38.50
38.50
38.50

40
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39

41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
42
42
42
42

34
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
36
36
36
36

T5
30
30.1
30.2
30.2
30
30.7
31
31
31
31.3
31.4
31.3
31.5
31.5
31.6
31.8
31.8
31.8
31.8

Kecepatan
1
0.9
0.7
0.9
1.1
1.5
1.2
1.4
1.5
1.2
1.5
1.5
1.7
1.7
1.7
1.7
1.6
1.7
1.7

570
600
630
660
690
720
750
780
810
840
870

20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
2.3.2

37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37

39
39
39
40
40
40
40
40
40
40
40

42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42

36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36

38.50
38.50
38.50
38.75
38.75
38.75
38.75
38.75
38.75
38.75
38.75

31.8
31.8
31.8
31.8
31.9
32
32
32
32
32
32

1.7
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.7
1.7
1.7
1.7
1.7

Perhitungan Ralat

2.3.2.1 Sampel perhitungan dari tabel data kenaikan suhu (konveksi alami), diketahui:
Tabel 2.3 Sampel Data Konveksi Alami Pada t = 0 detik
Tn
T1
T2
T3
T4
Trata-rata

T (Suhu) C
29
30
31
28
T = 29.5

Galat (eror)

T Tn
T

100%

T1

29.5 29
100% 1.69%
29.5

T2

29.5 30
100% 1.69%
29.5

(Tn-)2
0.25
0.25
2.25
2.25
=5

T3

29.5 31
100% 5.08%
29.5

T4

29.5 28
100% 5.08%
29.5

Tn T

n n 1

5
4 4 1

= 0.645
Nilai T sesungguhnnya = (T T)
= (29.5 0.645) oC

Ralat Nisbi

100%
T

0.645

100%
29.5

=
= 2.186 %
T

1
100%

T
Keseksamaan =

0.645
100%
29.5

=
= 97.81 %

Tabel 2.4 Hasil Perhitungan Ralat Perubahan Temperatur (Konveksi Alami)


N
o

1
2

Waktu
(detik)

0
30

Galat (%)
T
T1

T2

T3

1.6
9
0.8
4

1.6
9
0.8
4

5.0
8
4.2
0

T4
5.08
5.88

0.64
5
0.62
9

Ralat Nisbi
(%)
2.188
2.115

Keseksamaan
(%)

97.81
97.89

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

60
90
120
150
180
210
240
270
300
330
360
390
420
450
480
510
540
570
600
630
660

24

690

25

720

1.6
4
0.8
0
0.8
0
0.0
0
0.7
8
0.7
6
0.0
0
0.7
5
1.4
9
0.7
4
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.7
1
0.7
1
0.7
1
1.4
1
1.4
1
1.4
1
1.4
1
0.6
9
0.6

1.6
4
2.4
0
2.4
0
3.1
3
2.3
3
0.7
6
0.0
0
2.2
6
1.4
9
0.7
4
2.9
4
2.9
4
2.9
4
2.8
6
2.1
3
2.1
3
2.1
3
1.4
1
1.4
1
1.4
1
1.4
1
2.0
7
2.0

4.9
2
5.6
0
5.6
0
3.1
3
5.4
3
6.8
7
6.0
6
5.2
6
7.4
6
6.6
7
5.8
8
5.8
8
8.8
2
5.7
1
7.8
0
7.8
0
7.8
0
7.0
4
7.0
4
7.0
4
7.0
4
7.5
9
7.5

4.92
7.20
7.20
6.25
6.98
8.40
6.06
6.77
7.46
8.15
8.82
8.82
5.88
8.57
9.22
9.22
9.22
9.86
9.86
9.86
9.86
8.97
8.97

0.64
5
0.85
4
0.85
4
0.70
7
0.85
4
1.03
1
0.81
6
0.85
4
1.04
1
1.03
1
1.08
0
1.08
0
1.04
1
1.08
0
1.25
0
1.25
0
1.25
0
1.25
8
1.25
8
1.25
8
1.25
8
1.25
0
1.25

2.116
2.733
2.733
2.210
2.648
3.147
2.474
2.568
3.107
3.054
3.177
3.177
3.017
3.086
3.546
3.546
3.546
3.545
3.545
3.545
3.545
3.448
3.448

97.88
97.27
97.27
97.79
97.35
96.85
97.53
97.43
96.89
96.95
96.82
96.82
96.98
96.91
96.45
96.45
96.45
96.46
96.46
96.46
96.46
96.55
96.55

26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

750
780
810
840
870
900
930
960
990
1020
1050
1080
1110
1140
1170

9
0.6
9
0.6
9
0.6
9
0.6
9
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.6
7
1.3
3
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0

7
2.0
7
2.0
7
2.0
7
2.0
7
2.7
0
2.7
0
2.7
0
2.0
1
4.0
0
2.6
3
2.6
3
2.6
3
2.6
3
2.6
3
2.6
3

9
7.5
9
7.5
9
7.5
9
7.5
9
8.1
1
8.1
1
8.1
1
7.3
8
6.6
7
7.8
9
7.8
9
7.8
9
7.8
9
7.8
9
7.8
9

8.97
8.97
8.97
8.97
10.8
1
10.8
1
10.8
1
8.72
9.33
10.5
3
10.5
3
10.5
3
10.5
3
10.5
3
10.5
3

0
1.25
0
1.25
0
1.25
0
1.25
0
1.47
2
1.47
2
1.47
2
1.25
0
1.32
3
1.47
2
1.47
2
1.47
2
1.47
2
1.47
2
1.47
2

3.448

96.55

3.448

96.55

3.448

96.55

3.448

96.55

3.978

96.02

3.978

96.02

3.978

96.02

3.356

96.64

3.528

96.47

3.874

96.13

3.874

96.13

3.874

96.13

3.874

96.13

3.874

96.13

3.874

96.13

2.3.2.2 Sampel perhitungan dari tabel data kenaikan suhu (konveksi paksa) pada sampel
1 dan detik ke-0
Tabel 2.5 Sampel Data Konveksi Alami Pada t = 0 detik
Tn
T1
T2
T3
T4
Trata-rata

T (Suhu) C
38
40
41
34
T = 38.25

(Tn-)2
0.06
3.06
7.56
18.06
= 28.75

Galat (eror)

T Tn
T

100%

T1

38.25 38
100% 0.65%
38.25

T2

38.25 40
100% 4.58%
38.25

T3

38.25 41
100% 7.19%
38.25

T4

38.25 34
100% 11.11%
38.25

Tn T

n n 1

28.75
4 4 1

= 1.55
Nilai T sesungguhnnya = (T T)
= (38.25 1.55) oC

Ralat Nisbi

100%
T

1.55

100%
38.25

=
= 4.05 %
T

1
100%
T

Keseksamaan =

1.55
100%
38.25

=
= 95.95 %

Tabel 2.6 Hasil Perhitungan Ralat Perubahan Temperatur (Konveksi Paksa)


N
o

Waktu
(detik)

30

60

90

120

150

180

210

240

10

270

11

300

12

330

13

360

14

390

15

420

16

450

17

480

Galat (%)

T1

T2

T3

T4

0.6
5
0.6
5
0.6
5
0.6
5
2.6
3
2.6
3
2.6
3
2.6
3
2.6
3
2.6
3
2.6
3
2.6
3
2.6
3
2.6
3
2.6
3
3.9
0
3.9

4.5
8
1.9
6
1.9
6
1.9
6
2.6
3
2.6
3
2.6
3
2.6
3
2.6
3
2.6
3
2.6
3
2.6
3
2.6
3
2.6
3
2.6
3
1.3
0
1.3

7.1
9
7.1
9
7.1
9
7.1
9
7.8
9
7.8
9
7.8
9
7.8
9
7.8
9
7.8
9
7.8
9
7.8
9
7.8
9
7.8
9
7.8
9
9.0
9
9.0

11.1
1
8.50
8.50
8.50
7.89
7.89
7.89
7.89
7.89
7.89
7.89
7.89
7.89
7.89
7.89
6.49
6.49

1.5
5
1.2
5
1.2
5
1.2
5
1.2
9
1.2
9
1.2
9
1.2
9
1.2
9
1.2
9
1.2
9
1.2
9
1.2
9
1.2
9
1.2
9
1.3
2
1.3

Ralat Nisbi
(%)

Keseksamaan
(%)

4.05

95.95

3.27

96.73

3.27

96.73

3.27

96.73

3.40

96.60

3.40

96.60

3.40

96.60

3.40

96.60

3.40

96.60

3.40

96.60

3.40

96.60

3.40

96.60

3.40

96.60

3.40

96.60

3.40

96.60

3.44
3.44

96.56
96.56

18

510

19

540

20

570

21

600

22

630

23

660

24

690

25

720

26

750

27

780

28

810

29

840

30

870

0
3.9
0
3.9
0
3.9
0
3.9
0
3.9
0
4.5
2
4.5
2
4.5
2
4.5
2
4.5
2
4.5
2
4.5
2
4.5
2

0
1.3
0
1.3
0
1.3
0
1.3
0
1.3
0
3.2
3
3.2
3
3.2
3
3.2
3
3.2
3
3.2
3
3.2
3
3.2
3

9
9.0
9
9.0
9
9.0
9
9.0
9
9.0
9
8.3
9
8.3
9
8.3
9
8.3
9
8.3
9
8.3
9
8.3
9
8.3
9

6.49
6.49
6.49
6.49
6.49
7.10
7.10
7.10
7.10
7.10
7.10
7.10
7.10

2
1.3
2
1.3
2
1.3
2
1.3
2
1.3
2
1.3
8
1.3
8
1.3
8
1.3
8
1.3
8
1.3
8
1.3
8
1.3
8

3.44

96.56

3.44

96.56

3.44

96.56

3.44

96.56

3.44

96.56

3.55

96.45

3.55

96.45

3.55

96.45

3.55

96.45

3.55

96.45

3.55

96.45

3.55

96.45

3.55

96.45

2.3.3 Perhitungan Data Hasil Praktikum


2.3.3.1 Contoh Perhitungan Konveksi Alami (Tabel 2.1)
Um

= 0.1 m/s

(Laju aliran udara)

= 175 cm = 1,75 m

(Panjang pipa)

DI

= 5,6 cm= 0,056 m

(Diameter dalam pipa)

Tb

= Suhu fluida

Tw

= Suhu dinding

Diperoleh dari tabel 2.1 pada no. 1


Tw = Trata-rata = 29.5 oC = 302.5 K
Tb = T udara keluar = 28.5oC = 301.5 K

a. Suhu Limbak / Suhu Film


T f=

T w + T b 302.5+301.5
=
2
2
T f = 302 K

Dengan melihat tabel A-5 (holman) dan melakukan interpolasi didapat:


= 1,17022 kg/m3
Tabel 2.7 Interpolasi temperatur dengan densitas

T
300

1,1774

302

350

0,998

Cara melakukan interpolasi:



batas xbatasbawah
= x b
batasatasbatas bawah a b
302300
x 1,1774
=
350300 0,9981,1774
x= 1,17022 kg/m3
Dengan cara yang sama maka diperoleh data sebagai berikut:
k = 0,0263 W/moC
= 1,8553 x 10-5 kg/m.s
w = 1,8576 x 10-5 kg/m.s
Pr = 0,70756
b. Angka Reynold
R e d=

um d

kg
m
1,17022
X 0,1 X 0,056 m
(
)
m3
s
Re =
d

1,8553 X 105 kg /m. s

R e d= 353.21
Bilangan Reynold

2300 maka alirannya laminar

c. Angka Nusselt

Pr
R ed .

N ud=1,86.

Dimana

=viskositas saat T f dan W =viskositas saat T w

0.056 0.3 1,8553 X 105


N ud=(1,86) X (353.21 x 0,70756) x (
) x
1.75
1,8576 X 105
0.3

N ud=3.469
d. Koefisien perpindahan kalor konveksi
k
h= . N ud
D
h=

0,0263 W /m .C
X 3.469
0,056 m

h=1.6291 W/m2 oC
e. Panas heater
Q=h . 2 . r . L .(T w T b)
Q=( 1.6291 )

W
. ( 2 ) . ( 0,028 ) m. ( 1,75 ) m.(29.528.5)C
m2 C
Q=1,5013 Watt

0.14

Contoh Perhitungan Konveksi Paksa (Tabel 2.2)


Um

= 1 m/s

(Laju aliran udara)

= 175 cm = 1,75 m

(Panjang pipa)

DI

= 5,6 cm= 0,056 m

(Diameter dalam pipa)

Tb

= Suhu fluida

Tw

= Suhu dinding

Diperoleh dari tabel 2.1 pada no. 1


Tw = Trata-rata = 38.25 oC = 311.25 K
Tb = T udara keluar = 30oC = 303 K
f. Suhu Limbak / Suhu Film
T f=

T w + T b 311.25+303
=
2
2
T f = 307.125 K

Dengan melihat tabel A-5 (holman) dan melakukan interpolasi didapat:


= 1.15183 kg/m3
Tabel 2.8 Interpolasi temperatur dengan densitas

T
300

1,1774

307.125

350

0,998

Cara melakukan interpolasi:



batas xbatasbawah
= x b
batasatasbatas bawah a b
307,125300
x 1,1774
=
350300
0,9981,1774

x= 1,15183 kg/m3
Dengan cara yang sama maka diperoleh data sebagai berikut:
k = 0,02678 W/moC
= 1,8788 x 10-5 kg/m.s
w = 1,8976 x 10-5 kg/m.s
Pr = 0,7064

g. Angka Reynold
R e d=

um d

kg
m
1.15183
X 1 X 0,056 m
(
)
m3
s
Re =
d

1,8788 X 10 kg / m . s

R e d=3468.03
Bilangan Reynold

2300 maka alirannya turbulen

h. Angka Nusselt
N ud=0,027. R e d0.8 . Pr 0.4

Dimana

=viskositas saat T f dan W =viskositas saat T w


0.8

N ud=(0.027) X (3468.03) x 0,7064

0.4

N ud=16.479

i. Koefisien perpindahan kalor konveksi


k
h= . N ud
D
h=

0,02678 W /m .C
X 16.479
0,056 m

h=7.882 W/m2 oC

j. Panas heater
Q=h . 2 . r . L .(T w T b)
Q=( 7.882 )

W
. ( 2 ) . ( 0,028 ) m. ( 1,75 ) m.(38.2530)C
m2 C
Q=20.021 Watt

2.3.4

Tabel Hasil Pengolahan Data

Tabel 2.9 Hasil Perhitungan Data Konveksi Alami Aliran Pipa Horizontal

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

Um
(m/s)
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1

Red
353.644
353.367
352.819
352.272
352.272
351.866
351.589
351.318
351.042
350.907
350.771
350.636
350.360
350.360
350.090
349.678
349.543
349.543
349.543
349.408
349.408
349.408
349.408
349.002
349.002
349.002
349.002
349.002

Nud
3.720
3.719
3.716
3.713
3.713
3.710
3.709
3.707
3.706
3.705
3.704
3.704
3.702
3.702
3.701
3.699
3.698
3.698
3.698
3.697
3.697
3.697
3.697
3.694
3.694
3.694
3.694
3.694

h
(W/m2
1.753
1.753
1.754
1.755
1.755
1.756
1.756
1.757
1.757
1.757
1.757
1.758
1.758
1.758
1.758
1.759
1.759
1.759
1.759
1.759
1.759
1.759
1.759
1.760
1.760
1.760
1.760
1.760

Q
heater
(watt) Tw (oC)
29.5
0.540
0.621 29.75
30.5
0.972
1.324 31.25
1.324 31.25
32
1.730
1.811 32.25
2.082 32.75
33
2.164
2.299 33.25
33.5
2.435
2.570 33.75
34
2.652
34
2.652
34.5
2.923
35
3.141
3.277 35.25
3.277 35.25
3.277 35.25
35.5
3.412
35.5
3.412
35.5
3.412
35.5
3.412
3.820 36.25
3.820 36.25
3.820 36.25
3.820 36.25
3.820 36.25

Tb (oC)
28.5
28.6
28.7
28.8
28.8
28.8
28.9
28.9
29
29
29
29
29.1
29.1
29.1
29.2
29.2
29.2
29.2
29.2
29.2
29.2
29.2
29.2
29.2
29.2
29.2
29.2

29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1

349.002
348.176
348.176
348.176
348.041
347.906
347.635
347.635
347.635
347.635
347.635
347.635

3.694
3.691
3.691
3.691
3.690
3.689
3.687
3.687
3.687
3.687
3.687
3.687

1.760
1.761
1.761
1.761
1.761
1.761
1.762
1.762
1.762
1.762
1.762
1.762

3.820
4.066
4.066
4.066
4.202
4.338
4.611
4.611
4.611
4.611
4.611
4.611

36.25
37
37
37
37.25
37.5
38
38
38
38
38
38

29.2
29.5
29.5
29.5
29.5
29.5
29.5
29.5
29.5
29.5
29.5
29.5

Tabel 2.10 Hasil Perhitungan Data Konveksi Paksa Aliran Pipa Horizontal

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Um
(m/s)
1
0.9
0.7
0.9
1.1
1.5
1.2
1.4
1.5
1.2
1.5
1.5
1.7
1.7
1.7
1.7
1.6
1.7
1.7
1.7
1.8
1.8
1.8

Red
3468.03
3119.97
2425.67
3118.72
3816.31
5189.46
4146.57
4837.66
5183.21
4141.58
5174.90
5176.97
5862.53
5862.53
5860.18
5850.91
5506.74
5850.91
5850.91
5850.91
6195.08
6195.08
6192.66

Nud
16.479
15.142
12.381
15.138
17.792
22.756
19.019
21.515
22.736
19.002
22.709
22.716
25.094
25.094
25.087
25.051
23.865
25.051
25.051
25.051
26.224
26.224
26.213

h
(W/m2
7.882
7.244
5.924
7.243
8.507
10.892
9.107
10.302
10.887
9.103
10.880
10.882
12.024
12.024
12.022
12.018
11.449
12.018
12.018
12.018
12.580
12.580
12.579

Q
heater
(watt)
20.021
18.176
14.681
17.951
20.953
24.479
19.626
22.202
23.462
18.777
22.108
22.447
24.063
24.063
23.689
24.790
23.616
24.790
24.790
24.790
25.950
25.950
26.916

Tw (oC)
38.25
38.25
38.25
38.25
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38.5
38.5
38.5
38.5
38.5
38.5
38.5
38.75

Tb (oC)
30
30.1
30.2
30.2
30
30.7
31
31
31
31.3
31.4
31.3
31.5
31.5
31.6
31.8
31.8
31.8
31.8
31.8
31.8
31.8
31.8

24
25
26
27
28
29
30
2.4

1.8
1.8
1.7
1.7
1.7
1.7
1.7

6190.18
6187.69
5843.93
5843.93
5843.93
5843.93
5843.93

26.205
26.198
25.027
25.027
25.027
25.027
25.027

12.577
12.576
12.013
12.013
12.013
12.013
12.013

26.525
26.134
24.966
24.966
24.966
24.966
24.966

38.75
38.75
38.75
38.75
38.75
38.75
38.75

31.9
32
32
32
32
32
32

PEMBAHASAN

2.4.1

Grafik dan Analisa Grafik

a. Data Kenaikan Temperatur


Grafik Hubungan Temperatur Dinding dengan Waktu

Temperatur (oC)

45.00
40.00
35.00
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00

Waktu (s)

Gambar 2.19 Grafik hubungan temperatur dinding dengan waktu pada konveksi alami.

Analisa Grafik
Grafik di atas menunjukan hubungan antara temperatur dinding dengan waktu.
Dari grafik tersebut dapat dicermati bahwa temperatur mengalami kenaikan seiring
bertambahnya waktu. Dari grafik juga dapat dilihat adanya kestabilan temperatur pada 5
sampel terakhir. Kenaikan temperatur dinding disebabkan oleh adanya gradien
temperatur heater dengan temperatur dinding. Temperatur heater lebih tinggi
menyebabkan kalor mengalir ke dinding. Keadaan steady state disebabkan oleh
temperatur heater dan dinding sudah sama.

Grafik Hubungan Temperatur Udara Keluar dengan Waktu


31.85
31.8
31.75
31.7

Temperatur (oC)

31.65
31.6
31.55
31.5

Waktu (s)

Gambar 2.20 Grafik hubungan temperatur udara keluar dengan waktu pada konveksi
alami.

Analisa Grafik
Grafik di atas menunjukan hubungan antara temperatur udara keluar dengan
waktu. Dari grafik tersebut dapat dicermati bahwa pada bagian awal percobaan
temperatur mengalami peningkatan, sedangkan pada bagian akhir temperatur
mengalami penurunan. Peningkatan temperatur disebabkan oleh energi kalor dari
dinding berpindah ke udara yang ada di dalamnya, memanfaatkan gaya apung yang
membuat udara dengan suhu lebih rendah mendekati dinding pipa. Penurunan
temperatur disebabkan oleh dinding sudah tidak lagi meneruskan kalor dari heater.

b. Data Penurunan Temperatur


Grafik Hubungan Temperatur Dinding dengan Waktu

Temperatur (oC)

45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

Waktu (s)

Gambar 2.21 Grafik hubungan temperatur dinding dengan waktu pada konveksi paksa.

Analisa Grafik
Grafik di atas menunjukkan hubungan temperatur dinding dengan waktu. Dari
grafik tersebut dapat dicermati bahwa temperatur dinding tidak berubah selama
percobaan konveksi paksa. Hal ini disebabkan kalor yang masuk ke dinding dari heater
besarnya sama dengan kalor yang keluar dari dinding ke udara.

Grafik Hubungan Temperatur Udara Keluar dengan Waktu


32.8
32.6
32.4
32.2

Temperatur (oC)

32
31.8
31.6
31.4
31.2

Waktu (s)

Gambar 2.22 Grafik hubungan temperatur udara keluar dengan waktu pada konveksi
paksa.

Analisa Grafik
Grafik di atas menunjukkan hubungan antara temperatur udara keluar dengan
waktu. Dapat dicermati bahwa temperatur udara keluar mengalami peningkatan seiring
bertambahnya waktu. Dari grafik juga dapat dilihat kestabilan temperatur pada 5 sampel
terakhir. Peningkatan temperatur ini disebabkan oleh semakin besarnya energi kalor
yang berpindah dari dinding ke udara yang dihembuskan blower. Kestabilan temperatur
disebabkan oleh heat flux konstan.

Gambar 2.23 Grafik hubungan kecepatan dan koefisien perpindahan kalor pada
konveksi paksa.

Analisa Grafik
Grafik di atas menunjukkan hubungan antara kecepatan dan koefisien
perpindahan kalor. Dari grafik tersebut dapat dicermati bahwa koefisien perpindahan
panas meningkat apabila kecepatan udara meningkat. Hal ini disebabkan oleh laju aliran
udara yang semakin besar memperbesar laju perpindahan kalor. Hal ini dapat dibuktikan
dengan persamaan

k
h= N ud , dimana h berbanding lurus dengan besarnya angka
L

Nusselt. Dari persamaan

0.8

N ud=0.027 . R e d . Pr

0.3

0.14

( )

, diketahui bahwa angka

Nusselt berbanding lurus dengan Reynold. Angka Reynold sangat bergantung pada
besarnya kecepatan aliran fluida.

2.5

KESIMPULAN DAN SARAN

2.5.1

Kesimpulan

1. Nilai koefisien perpindahan panas konveksi dipengaruhi oleh angka Reynolds,


Prandtl dan Nusselt.
2. Dari percobaan konveksi alami diperoleh nilai koefisien perpindahan panas pada
suhu dinding terbesar Tw = 38,75 oC adalah 1,764 W/m2oC dan suhu dinding terkecil
Tw = 29 oC adalah 1,755 W/m2oC. Pada suhu udara keluar terbesar T5 = 31,8 oC nilai
koefisien perpindahan panasnya adalah 1,762 W/m2oC sedangkan pada suhu udara
keluar terkecil T5 = 31,6 oC nilai koefisien perpindahan panasnya adalah 1,755
W/m2oC. Terdapat pula hubungan antara angka Nusselt dengan suhu dinding pipa.
Pada suhu dinding pipa terbesar Tw = 38,75 oC didapat Nud = 3,677 dan suhu dinding
terkecil Tw = 29 oC didapat Nud = 3,710. Semakin tinggi suhu dinding maka angka
Nusselt menjadi semakin rendah.
3. Pada percobaan konveksi paksa diperoleh nilai koefisien perpindahan panas pada
suhu udara keluar terbesar T5 = 32,7 oC nilai koefisien perpindahan panasnya adalah
27,989 W/m2oC sedangkan pada suhu udara keluar terkecil T5 = 31,8 oC nilai
koefisien perpindahan panasnya adalah 26,645 W/m2oC. Pada laju alir udara terbesar
Um = 5 m/s nilai koefisien perpindahan panasnya adalah 28,458 W/m2oC dan pada
laju alir udara terkecil Um = 4,6 m/s nilai koefisien perpindahan panasnya adalah
26,645. Didapat hubungan antara angka Reynolds dengan laju alir udara. Pada laju
alir udara terbesar Um = 5 m/s didapat Re d = 17153,77 dan laju alir udara terkecil
sebesar Um = 4,6 m/s didapat Red = 15819,5. Semakin tinggi laju alir udara maka
angka Reynolds menjadi semakin tinggi. Terdapat pula hubungan antara angka
Nusselt dengan suhu dinding pipa.

2.5.2

Saran

1. Sebelum memulai praktikum, semua alat ukur yang akan digunakan pada praktikum
harus dikalibrasi terlebih dahulu sehingga ketelitian dan kepresisian alat ukur dapat
terjaga.
2. Pada percobaan konveksi dan konduksi yang membutuhkan kecermatan dalam
membaca temperatur pada rentang waktu yang ditentukan, praktikan harus teliti agar
nilai hasil pencatatan valid.
3. Posisi anemometer sangat mempengaruhi nilai yang terukur pada panel display-nya.
Oleh sebab itu, praktikan harus memperhatikan hal ini agar data hasil pengukuran
valid.

DAFTAR PUSTAKA
[1] 2015. Jobsheet Praktikum Fenomena Dasar. Teknik Mesin Universitas
Diponegoro. Semarang
[2] 2015.Diktat Kuliah Teknik Kimia Universitas Diponegoro. Semarang
[3] Incropera, Frank P. (2006). Fundamental of Heat and Mass Transfer 6 th ed. New
York : Wiley.
[4] Cengel,A, Yunus, Heat Transfer, Second Edition, WCB/ McGraw-Hill,
United States of America, 2003
[5] Holman, J. P. (1980). Perpindahan Kalor. Bandung : Erlangga
[6] www.yumasia.co.uk. (2008). Ricecooker dari
http://www.yumasia.co.uk/yum-factor diakses 12 Mei 2015

[7] 2015. Laboratorium Thermofluida Jurusan Teknik Mesin Universitas Diponegoro.


Semarang

Anda mungkin juga menyukai