Anda di halaman 1dari 3

Penagihan Pajak

A. Pengertian
Penagihan Pajak adalah(hal 66). Penanggung Pajak adalah orang
pribadi atau badan yang bertanggungjawab atas pembayaran pajak,
termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib
Pajakmenurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Sedangkan Utang Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk
sanksi administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum
dalam surat ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan. (pasal 1 angka 8 UU No.19
Tahun 2000)
Penagihan pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu penagihan
pajak aktif dan penagihan pajak asif. Penagihan pajak pasif dilakukan melalui
surat tagihan pajak atau surat ketetapan pajak. Penagihan pajak aktif atau
penagihan pajak dilakukan dengan surat aksab diatur dalam Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana yang telah diubah dengan UndangUndang Nomor 19 Tahun 2000

Penagihan pasif dilakukan melalui Surat Tagihan Pajak atau Surat Ketetapan Pajak.
Sebagaimana dijelaskan dalam UU No.28 Tahun 2007 Pasal 9 Ayat (3), Surat Tagihan
Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, dan Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan
Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang
harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak
tanggal diterbitkan. Dan pada pasal 9 ayat (3a) dijelaskan Bagi Wajib Pajak usaha kecil
dan Wajib Pajak di daerah tertentu, jangka waktu pelunasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dapat diperpanjang paling lama menjadi 2 (dua) bulan yang ketentuannya
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Apabila dalam jangka waktu tersebut tidak dilunasi maka akan dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga 2% perbulan, dan bagian bulan dihitung penuh satu bulan,
sebagaimana disebutkan dalam UU KUP Pasal 19 ayat (1), Apabila Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, serta Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, PutusanBanding atau Putusan
Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar
bertambah, pada saat jatuh tempo pelunasan tidak atau kurang dibayar, atas jumlah
pajak yang tidak atau kurang dibayar itu dikenai sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk seluruh masa, yang dihitung dari tanggal jatuh
tempo sampai dengan tanggal pelunasan atau tanggal diterbitkannya Surat Tagihan
Pajak, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. Selain dengan penagihan
pasif, dapat pula dilanjutkan dengan penagihan aktif atau yang lebih dikenal dengan
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
2. Penagihan Aktif
Penagihan pajak aktif atau penagihan pajak dengan Surat Paksa dilakukan diatur
dalam Undang-Undang No.19 tahun 1997 sebagaimana yang telah di ubah dengan
Undang-Undang No.19 tahun 2000. Penagihan pajak aktif merupakan kelanjutan dari
penagihan pajak pasif, dimana dalam upaya penagihan ini Fiskus berperan aktif dalam
arti tidak hanya mengirim surat tagihan atau surat ketetapan pajak, tetapi akan diikuti
dengan tindakan sita dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang.
Dalam pembahasan berikutnya yang dimaksud penagihan pajak adalah penagihan
aktif atau penagihan pajak dengan Surat Paksa.

B. Dasar Hukum Pengihan Pajak


1. Dasar Hukum
Hal 86
2. Dasar Penagihan pajak
Adapun dasar penagihan pajak sebagaimana dijelaskan dalam UU KUP pasal 20 ayat (1)
yaitu :
STP
SKPKB
SKPKBT
SK Pembetulan
SK Keberatan
Putusan Banding
Putusan PK
Yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, yang tidak
dibayar oleh Penanggung Pajak sesuai dengan jangka waktu sebagaimana dimaksud
dalam pasal 9 ayat (3) dan (3a) UU KUP.
C. Tahapan Penagihan Pajak
1. Surat Teguran
Apabila utang pajak yang tercantum dalam surat tagihan pajak, surat ketetapan pajak
kurang bayar, surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan, tidak dilunasi sampai
melewati 7 hari dari batas waktu jatuh tempo (satu bulan sejak tanggal diterbitkan).
2. Surat Paksa
Apabila utang pajak tidak dilunasi setelah 21 hari dari tanggal surat teguran maka akan
diterbitkan surat paksa yang disampaikan oleh juru sita pajak negara. Surat Paksa adalah
surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Surat kuasa memiliki
kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan pututsan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan tetap (inkracht).
Surat Paksa sekurang-kurangnya meliputi :
1. Nama wajib pajak, atau nam Wajib Pajak dan Penanggung Pajak
2. Dasar penagihan
3. Besarnya Utang Pajak
4. Perintah untuk membayar.
Surat paksa diterbitkan apabila :
1. Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya diterbitkan Surat
Teguran atau surat lain yang sejenis.
2. Terhadap penanggung Pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus.
3. Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam
keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak
Surat Paksa terhadap orang Pribadi diberitahukan oleh jurusita pajak kepada :
1. Penanggung Pajak
2. Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun bekerja di tempat usaha
penanggung pajak, apabila penanggung pajak apabila yang bersangkutan tidak dapat
dijumpai.
3. salah satu ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang mengurus harta
peninggalannya apabila wajib pajak telah meninggal dunia dan harta warisan belum
dibagi.
4. para ahli waris, apabila wajib pajak telah meninggal dunia dan harta warisan telah
dibagi.
Surat Paksa terhadap badan diberitahukan oleh jurusita pajak kepada :
1. Pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggungjawab, pemilik modal.
2. Pegawai tetap di tempat kedudukan atau tempat usaha badan apabila jurusita pajak
tidak dapat menjumpai salah seorang sebagaimana dimaksud dalam huruf 1.
Hal yang harus diperhatikan :

1. Pengajuan keberatan oleh wajib pajak tidak mengakibatkan penundaan pelaksanaan


Surat Paksa.
2. Pelaksanaan surat paksa tidak dapat dilanjutkan dengan penyitaan sebelum lewat
waktu 2 x 24 jam setelah surat paksa diberitahukan.
3. Penyitaan
Apabila utang pajak belum juga dilunasi dalam waktu 224 jam dapat dilakukan
tindakan penyitan atas barang-barang Wajib Pajak. Penyitaan adalah tindakan jurusita
pajak untuk menguasai barang penanggung pajak guna dijadikan jaminan
untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundan-undangan. Setiap
melaksanakan penyitaan, jurursita pajak membuat berita acara pelaksanaan
sita yang ditandatangani oleh jurusita pajak, penanggung pajak, dan saksisaksi. Berita Acara Pelaksanaan Sita mempunyai kekuatan mengikat meskipun
penanggung pajak menolak untuk menandatanganinya, Pencabutan sita ( hal
75 )
4 Lelang
Hal 75.

D. Penagihan Seketika dan Sekaligus


Pengihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang dilakukan oleh
Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo
pembayaran.
Jurusita pajak melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus berdasarkan Surat
Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus yang diterbitkan apabila :
1. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau
berniat untuk itu.
2. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang dikuasai
dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yang
dilakukannya di Indonesi.
3. Terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan usahanya, atau
menggabungkan usahanya, atau memekarkan usahanya, atau memindahtangankan
perusahaan yang dimiliki atau dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya.
4. Badan usaha akan dibubarkan oleh Negara.
5. Terjadinya penyitaan atas penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh Pihak
Ketiga atau terdapat tanda-tanda kepailitan.
Dalam Surat Penagihan Seketika dan Sekaligus sekurang-kurangnya memuat hal-hal
sebagai berikut :
1. Nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak
2. Besarnya Utang Pajak
3. Perintah untuk membayar
4. Saat pelunasan pajak
Surat Penagihan Seketika dan Sekaligus diterbitkan sebelum penerbitan Surat Paksa.
E. Bunga Penagihan Pajak dan Hak Mendahulu
Bunga ( hal 86 ).
Hak mendahulu ( hal 89 )
F. Daluarsa Penagihan Pajak
( Hal 90 )

Anda mungkin juga menyukai