Pustaka Unpad Prinsip Pemberian Antibiotic Profilaksis
Pustaka Unpad Prinsip Pemberian Antibiotic Profilaksis
Pendahuluan
Penggunaan
antibiotik
prabedah
dapat
mengurangi
kejadian
infeksi,
infeksi
antara
luka
pascabedah.
profilaksis
dan
Sangat
penting
pengobatan
untuk
mengenal
empirik.
Profilaksis
dapat
menutupi
organisme
yang
paling
mungkin
akan
setelah
prosedur
operasi
dan
berdasarkan
penemuan
pada
saat
dapat
meningkatkan
risiko
terhadap
kesehatan
pasien
pembedahan
meliputi
antibiotik
profilaksis,
keadaan
kulit
dan
luka,
lingkungan operasi, teknik pembedahan dan terapi infeksi yang akan datang,
misal pada fraktur terbuka. Dengan kata lain, pencegahan terhadap infeksi
jauh lebih mudah dari pada terapi.
Pencegahan infeksi pascabedah akan berhasil guna dan tepat guna apabila
epidemiologi dari infeksi ini diketahui. Salah satu aspek epidemiologi infeksi
pascabedah yang sangat penting untuk diketahui dalam upaya pencegahan
infeksi ini adalah faktor risiko terjadinya infeksi pasca bedah. Faktor risiko
tersebut adalah sebagai berikut:
-
Infeksi akan lebih besar kejadiannya pada operasi toraks dan atau
abdomen, operasi dilakukan selama lebih dari dua jam, jenis luka operasi
adalah jenis luka terkontaminasi atau kotor, terdapat penyakit lain yang
mendasari
(underlying
disease)
keadaan
umum
pasien
[2].
ASA
rendah
[5].
Penulis
lain
mengemukakan
faktor
yang
dapat
Personil kamar bedah merupakan faktor di luar pasien. Personil ini juga
merupakan sumber kuman penyebab, di samping sumber kuman tersebut
sebagian besar berasal dari pasiennya sendiri. Personil rumah sakit yang
mengandung kuman disebut carrier, dan biasanya berasal dari tangan,
kulit, rambut, anus, vagina dan traktus respirasi atas. Oleh karena itu
Dipresentasikan pada Seminar Pencegahan & Pengendalian Infeksi Rumah Sakit, di RSUP dr
Hasan Sadikin, Bandung, 13-16 Oktober 2008.
3
infeksi pada daerah tersebut akan menjadi halangan bagi personil kamar
bedah untuk bekerja.
Antibiotik profilaksis adalah antibiotik digunakan bagi pasien yang belum
terkena
infeksi,
tetapi
diduga
mempunyai
peluang
besar
untuk
profilaksis
harus
diarahkan
terhadap
organisme
yang
seperti sefazolin, mempunyai half-life yang cukup panjang dan aktif terhadap
stafilokoki dan streptokoki, efektif apabila diberikan secara intravena (IV) 30
menit sebelum pembedahan. Kecuali pada apendektomi, di mana sefoksitin
(Mefoxin) atau sefotetan (Cefotan) lebih baik karena lebih aktif dari pada
sefazolin terhadap organisme anaerobik dalam usus.
Stafilokoki
metisilin-resisten
Aureus/MRSA)
adalah
(Methicilin
patogen
Resistant
pascabedah
yang
Staphylococcus
penting,
di
mana
Juga,
sefalosporin
generasi
ketiga
dan
keempat
(misalnya
Jumlah dosis
Dosis tunggal IV antibiotik yang diberikan dalam 30 menit atau kurang
sebelum insisi kulit akan memberikan konsentrasi dalam jaringan yang
memadai
sepanjang
pembedahan.
(Apabila
vankomisin
digunakan,
antibiotik
profilaksis
tidak
dapat
diterima
karena
penundaan
Dipresentasikan pada Seminar Pencegahan & Pengendalian Infeksi Rumah Sakit, di RSUP dr
Hasan Sadikin, Bandung, 13-16 Oktober 2008.
5
ada
pengetahuan
mengenai
kemungkinan
flora
yang
profilaksis
efektif
diberikan
sebelum
dalam
dosis
kontaminasi
yang
menunjukkan
bakteri
intraoperatif.
Dipresentasikan pada Seminar Pencegahan & Pengendalian Infeksi Rumah Sakit, di RSUP dr
Hasan Sadikin, Bandung, 13-16 Oktober 2008.
6
dapat
diberikan
untuk
pasien
dengan
alergi
penisilin/sefalosporin.
Kesimpulan
Antibiotik profilaksis digunakan untuk menurunkan insidensi terjadinya
infeksi luka operasi. Tindakan operasi yang mempunyai risiko tinggi untuk
memperoleh infeksi adalah material prostetik, implan dan pada pasien yang
mempunyai konsekuensi untuk infeksi sebaiknya mendapatkan antibiotik
perioperatif.
Sefalosporin (seperti cefazolin) merupakan golongan obat yang termasuk
first-line untuk banyak tindakan pembedahan.
Daftar Pustaka
[1]. Mayhall, CG. Surgical infection including burns, in Wenzel, RP. Prevention and control
of nosocomial infections, William and Wilkins Baltimore 1987;344-84.
[2]. Haley, RW., Culver, DH., Morgan, WM., White, JW., Emori, TC., and Hooton, TM.
Identifying patients at high risk of surgical wound infection. A simple multivariate index of
patient susceptibility and wound contamination. Am J Epidemiol 1985, 121:2;206-15.
[3]. Culver, D., Horan, T., and Gaynes, R. Surgical wound infection rates by wound class,
operation and risk index in US hospital 1986-90. Proc of 3 rd intl conference on nosocomial
infections, Atlanta, 1990.
[4]. Garibaldi, RA. Risk factors for postoperative infection. Proc of 3 rd intl conference on
nosocomial infections, Atlanta, 1990.
[5]. Djojosugito, MA. Infeksi luka operasi nosokomial, penentuan faktor risiko, kuman
penyebab dan cara surveilans serta penentuan pengaruhnya terhadap biaya langsung
perawatan rumah sakit. Disertasi KFUI, Jakarta, November 1990.
[6]. Cooper, RA. Understanding wound infection, in Canale, ST., editor. Campbells
Operative Orthopaedics. 10th ed, Philadelphia: Mosby; 2003, 643-59.
[7]. Kharisma and Sikma Ratih. Prophylaxis antibiotic utilization study in orthopaedic
surgery which cases are open fracture grade II and III (Study at SMF Orthopaedic and
Traumatology Dr. Soetomo Hospital Surabaya, 2006).
Dipresentasikan pada Seminar Pencegahan & Pengendalian Infeksi Rumah Sakit, di RSUP dr
Hasan Sadikin, Bandung, 13-16 Oktober 2008.
7