Oleh :
Kelas A
Abdul Rachman Cholik, S.Farm
(2013001165)
(2013001167)
(2013001234)
(2013001174)
(2013001242)
(2013001183)
(2013001247)
(2013001257)
UNIVERSITAS PANCASILA
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM APOTEKER
JAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 2009 sekitar 1,7 juta orang penderita TBC meninggal,
diantaranya 600.000 wanita dan 380.000 penderita HIV sehingga setara dengan
4700 kematian per hari. Di tahun 2010 WHO melaporkan prevalensi terjadinya
TBC di wilayah asia tenggara sebesar lima juta dan kasus TBC sebanyak 3,5 juta.
Indonesia yang berpenduduk sekitar 240 juta memiliki jumlah penderita TBC
yang tinggi dan masuk ke dalam urutan empat tertinggi secara global.
Diperkirakan prevalensi dan kejadian TBC pada tahu 2010 adalah 189 untuk
setiap 100.000 populasi. (Syamsudin, 2009)
Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB yaitu kemiskinan pada
berbagai kelompok masyarakat, kegagalan program TB oleh karena tidak
memadainya komitmen politis dan pendanaan, pelayanan TB yang kurang
maximal (kurang terakses oleh masyarakat, diagnosis dan panduan obat yang
tidak standar, obat tidak terjamin persediaanya, monitoring dan evaluasi yang
kurang baik) dan juga perubahan demografi penduduk. Munculnya pandemi
HIV/AIDS di dunia menambah permasalahan TB. Koinfeksi dengan HIV akan
meningkatkan resiko TB secara signifikan. Pada saat yang sama kekebalan ganda
kuman TB terhadap obat anti TB (multidrug resistance = MDR) semakin menjadi
masalah akibat kasus yang tidak berhasil disembuhkan. Keadaan ini pada
akhirnya akan menyebabkan terjadinya epidemi TB yang sulit ditangani.
B. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui perkembangan terkini terhadap penyakit TBC
2. Dapat memahami mekanisme kombinasi obat yang baik untuk
penanganan obat TBC
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Tuberkulosis
merupakan
suatu
penyakit
yang
disebabkan
oleh
Myobacterium tuberculosis dan dapat hadir dalam bentuk laten maupun aktif.
Penyakit ini menular melalui udara dan terutama mempengaruhi orang dewasa
muda yang produktif (Syamsudin, 2009)
Tuberkulosis disebabkan oleh basili tuberkel yang berasal dari genus
Mycobacterium. Terdapat tiga jenis parasit obligat yang dapat menyebabkan
penyakit
tuberkulosis
yaitu
Mycobacterium
tuberculosis,
M.
Bovis,
demikian,
98%
penyakit
TBC
disebabkan
oleh
M. Tuberculosis. Infeksi bakteri ini terutama terjadi pada saluran pernapasan yang
sering dikenal dengan Tuberkulosis Paru-Paru. Infeksi TBC dapat pula terjadi
diluar paru-paru.
berdasarkan
menyingkirkan
gejala
kemungkinan
klinis
TBC
yang
kuat
penyakit
lain.
Ketepatan
dengan
diagnosis
BAB III
PEMBAHASAN
Terapi atau pengobatan penderita TB dimaksudkan untuk; 1) Menyembuhkan
penderita sampai sembuh, 2) Mencegah kematian, 3) Mencegah kekambuhan, dan 4)
Menurunkan tingkat penularan. Sesuai dengan sifat kuman TB, untuk memperoleh
efektifitas pengobatan, maka prinsip-prinsip yang dipakai adalah :
Para Amino
Salisilat,
Kapreomisin,
Sikloserin,
Etionamid,
sel
dengan
suasana
asam.
Mekanisme
kerja,
berdasarkan
KATEGORI -2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan
HRZES setiap hari. Dilanjutkan 1 bulan dengan HRZE setiap hari. Setelah itu
diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga
kali dalam seminggu. Obat ini diberikan untuk penderita TB paru BTA(+) yang
sebelumnya pernah diobati, yaitu:
Penderita kambuh (relaps)
Penderita gagal (failure)
Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default).
KATEGORI-3 (2HRZ/4H3R3)
Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZ),
diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali
seminggu. Obat ini diberikan untuk:
Penderita baru BTA negatif dan rntgen positif sakit ringan,
Penderita TB ekstra paru ringan.
Susunan paduan obat TB anak adalah 2HRZ/4HR: Tahap intensif terdiri dari
Isoniazid (H), Rifampisin (R) dan Pirazinamid (Z) selama 2 bulan diberikan setiap
hari (2HRZ). Tahap lanjutan terdiri dari Isoniazid(H) dan Rifampisin (R) selama 4
bulan diberikan setiap hari (4HR).
dalam
menelan
obat
akan
terjadi
secara
otomatis,
dosis pada
atau kekurangan
dosis
(sub-inhibitory
Risiko toksisitas
concentration)
yang
MONITORING
1.
2.
3.
4.
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis edisi 2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
2. Crick DC, Brennan PJ, McNeil MR. 2004. The Cell Wall of Mycobacterium
Tuberculosis. InRom W, Garay SM. Tuberculosis 2nd edition. Philadelphia p
115-134.
3. Griffiths, M. J. D. 2004. Respiratory Management in Critical Care. London:
BMJ Publishing
4. Hoan Tjay, Rahardja, K. 2002. Obat-Obat Penting. Elex media Komputindo.
Jakarta.
5. Kumar V, Cotran R, Robbins S. 2000. Buku Ajar Patologi. 7thed. EGC.
Jakarta.
6. Lacy, C.F., Amstrong, L.L., Goldman, M.P., Lance, L.L. 2006. Drug
Information Handbook, 14th Edition. AphA, Lexi-Comp Inc, Hudson, Ohio.
7. Priyanto. 2009. Farmakoterapi Dan Terminologi Medis. Leskonfi:Jakarta.
8. Syamsudin, dkk. 2009.Buku Ajar Farmakoterapi Gangguan Saluran
Pernapasan. Salemba Medika. hal 153-154.
9. Tatro, S. David, 2003, A to Z drug Facts, Facts and Comparisons, San
Fransisco
10. Ward, Jeremy , 2005, Erlangga, Ed.2, P.T DKK. SISTEM RESPIRASI.
Jakarta