Anda di halaman 1dari 28

DESKRIPSI KEGIATAN PEMBORAN EKSPLORASI EMAS

DI KECEMATAN PANTAN CUACA KABUPATEN


GAYO LUES PROVINSI ACEH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Kurikulum Pada Jurusan
Teknik Pertambangan

Disusun Oleh :
Ade Ilham Khalid
(10 306 028)

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karna atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Kerja
Praktek ini.
Kerja praktek ini kami laksanakan pada perusahaan yang bergerak di bidang
Kegiatan Pemboran Eksplorasi Eas di Kecamatan Pantan Cuaca, Kabupaten Gayo
Lues, Provisnsi Sumatra Utara.
Dalam penulisan Laporan Kerja Praktek ini, penulis banyak mendapat bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Orang Tua penulis yang telah membantu penulis baik berupa moril maupun
materil.
2. Bapak Ir. Syafriadi, MT sebagai Dekan Fakultas Teknologi Mineral Institut
Teknologi Medan (ITM).
3. Bapak Ir. M. Eka Onwardana, MT sebagai Ketua Jurusan Teknik
Pertambangan Institut Teknologi Medan (ITM)
4. Ir.Sedarta Sebayang MT sebagai dosen koordinator Kerja Praktek
5. Bapak Ir.Dibiansyah Hamid , beserta seluruh kru bor yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis di lapangan
6. Kakak senior yang telah membantu serta memberikan masukan-masukan
yang berguna bagi penulis.
7. Teman-teman angkatan 2010 Di jurusan Teknik Pertambangan Institut
Teknologi Medan
8. Seluruh rekan-rekan yang telah ikut membantu
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam Penulisan Laporan Kerja
Praktek ini, untuk itu sangat diharapkan kritikan dan saran yang bersifat

membangun dari semua pembaca yang bertujuan untuk penyempurnaan Penulisan


Laporan Kerja Praktek ini.

Medan,

April 2015

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................v
DAFTAR TABEL .....................................................................................vi
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................I-1
1.1
Latar Belakang................................................................I-1
1.2
Maksud dan Tujuan.........................................................I-2
1.3
Metode Penelitian...........................................................I-2
1.4
Waktu dan Pelaksanaan Kerja Praktek...........................I-5
BAB II. TINJAUAN UMUM.................................................................II.1
2.1
Legalitas Perusahaan......................................................II-1
2.2
Kesampaian Daerah........................................................II-2
2.3
Geologi Ragional ...........................................................II-2
2.4
Vegetasi...........................................................................II-4
2.5
Iklim...............................................................................II-5
2.6
Sejarah Keterbentukan Batugamping.............................II-5
BAB III. DASAR TEORI.........................................................................III-1
3.1
Peralatan Pemboran Yang Digunakan........................III-1
3.1.1
Alat-Alat Utama Pemboran.........................................III-1
3.1.1.1 Menara Kaki Tiga.......................................................III-1
3.1.1.2
Mesin Penggerak.......................................................III-2
3.1.1.3
Pipa Bor.....................................................................III-3
3.1.1.4 Tabung Penginti.........................................................III-4
3.1.1.5
Mata Bor...................................................................III-5
3.1.1.6
Casing........................................................................III-7
3.1.2
Alat-Alat Pengangkat.................................................III-7
3.1.2.1
Hoist..........................................................................III-7
3.1.2.2 Tali Pemboran............................................................III-8
3.1.3
Alat-Alat Putar...........................................................III-8
3.1.4
Sistem Sirkulasi..........................................................III-8
3.1.5
Alat-Alat Bantu Dalam Pemboran.............................III-9
BAB IV. ANALISA DATA.......................................................................IV-1
4.1
Lokasi Pemboran............................................................IV-1
4.1.1 Target Pemboran.............................................................IV-1
4.2
Kendala Pemboran..........................................................IV-2
4.2.1 Faktor Yang Berhubungan Dengan Operasional............IV-2
4.2.1.1 Tabung Penginti Dan Pipa Bor Terjepit Atau Putus.......IV-2
4.2.1.2 Getaran (vibrasi).............................................................IV-3
4.2.1.3 Kemiringan Pemboran....................................................IV-3

4.2.2
4.3

Faktor Alat Pemboran Yang Digunakan.........................IV-4


Deskripsi mineral pembawa emas..................................IV-4

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB. 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Emas merupakan salah satu di antara mineral berharga yang paling banyak
gunanya.Emas dapat diolah sampai dengan batas kemapuannya dan dapat
digunakan untuk keperluan industri, misalnya industri peleburan dan pemurnian
baja, industri logam, eletronik, perhiasan, dan industri lainnya.Emas juga
digunakan sebagai bahan investasi kerena memiliki nilai jual yang tinggi.
Pengeboran merupakan alat yang sangat praktis untuk membuktikan keberadan
emas serta pengambilan contoh emas secara aktual untuk analisa kualitas dan
keperluan analisa geoteknik serta geohidrologi. Berdasarkan kegunaannya,

pengeboran dibagi menjadi 2 kategori; yaitu pengeboran dangkal dan pengeboran


dalam, pengeboran dangkal memiliki total kedalaman < 50m, sedangkan
pengeboran dalam > 50m dengan maksimum 150 m.
Pengeboran dalam lebih diutamakan untuk keperluan bor stratigrafi dan
pengeboran subcrop untuk pengecekan emas kearah down dip untuk
mengkompilasi hasil pengeboran dangkal agar kedudukan bidang perlapisan dapat
lebih dipastikan dengan metoda tiga titik serta mempermudah pembuatan model
geologi. Pengeboran dalam memiliki perpindahan jarak antar titik yang jauh.
Pengeboran dangkal pada umumnya digunakan untuk melakukan pengecekan
keberadaan emas pada suatu daerah sebagai kelanjutan dari pemetaan geologi
maupun sebagai tambahan data sebelum proses penambangan dimulai (lebih
dikenal dengan infill drilling).
Pada daerah pantan cuaca khususnya Kabupaten gayo lues aceh memiliki potensi
emas yang perlu untuk diteliti lebih lanjut karena memiliki nilai ekonomis yang
tinggi. Dari hasil penyelidikan terdahulu menunjukkan adanya potensi yang cukup
baik dengan ditemukannya beberapa singkapan batuan pembawa emas sehingga
perlu dilakukan eksplorasi lebih lanjut dengan menambah jumlah titik pemboran
untuk memastikan sumberdaya dan kualitas emas tersebut.
Adapun maksud dan tujuan pada kegiatan kerja praktek ini yaitu:
1.2. Maksud dan Tujuan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk :

Mengamati kegiatan pemboran serta berpartisipasi dalam melakukan


pemasangan pipa.

Mengamati kegiatan pencampuan lumpur pemboran

Mengenal alat-alat yang digunakan dalam analisa coring

Tujuan dari kerja praktek yaitu :


Mengetahui sekaligus berpengalaman dalam kegiatan pemboran serta menetahui
litologi bawah permukaan berdasarkan analisa coring.

1.3 Metode penelitian


Metode peneletian yang digunakan yaitu metode pendekatan deskriftip yang
betujuan untuk mengetahui lapanagan.
Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
1. Melakukan studi lapangan

Observasi
Dengan pengamatan langsung di lapangan dan mengumpulkan datadata kondisi lapangan yang dilakukan di PT.gayo mineral resources.
Alat bantu yang digunakan yaitu kamera digital guna nya agar lebih
merperjelas sumber data yang diperoleh.

Wawancara
Melakukan diskusi ataupun menanyakan langsung kepada instruktur
atau penanggung jawab dilapangan terhadap permasalahan yang terjadi
atau menanyakan apa yang kami tidak mengerti guna mendapatkan data
dan imformasi

2. Studi literatur
Melakukan studi perpustakaan dengan mengambil data-data lain yang bisa
menjadi nilai tambah terhadap topik yang dibahaspada kegitan ini.Adapun data
data yang diambil adalah :

Sejarah perusahaan yang diharapkan agar dapat lebih mengenal


perusahaan

Keadaan geologi daerah eksplorasi yang diharapkan agar dapat


mengenal struktur, dan topografi yang ada pada daerah eksplorasi

Untuk diagram alir kerja praktek dapat dilihat pada gambar 1.1.

Studi Pendahuluan

Eksplorasi Pendahuluan

Penentuan titik pemboran


Setting alat pemboran

Persiapan Pemboran

Pemboran
Analisa cutting

Laporan Akhir
Gambar 1.1 Bagan Alir Diagram Penelitian

1.5 Waktu dan Pelaksanaan Kerja Praktek


Waktu pelaksanaan Kerja Praktek pemboran eksplorasi emas di kecematan pantan
cuaca, Kabupaten gayo lues, dilakukan PT. Gayo mineral resorces pada tanggal 28
September 2013 hingga 26 Oktober 2013.

BAB II TINJAUAN UMUM

2.1. legalitas perusahaan


Izin Usaha Pertambangan tahap eksplorasi PT Gayo Mineral Resources ditanda
tangani oleh Bupati Kabupaten Gayo Lues pada tanggal 5 Maret 2010 melalui
SuratKeputusan Bupati Gayo Lues no 543/126/IUP-EKSPLORASI/2010 yang
berlaku tiga tahun hingga 5 Maret 2013.
Wilayah IUP awalnya merupakan area seluas 53.457,35 Ha (lima puluh tiga
ribu empat ratus lima puluh tujuh koma tiga puluh lima hektar) seperti terlihat
pada gambar 2.1. Daerah eksplorasi ini berlokasi di kabupaten Gayo Lues
dengan ibukota kabupaten di Blangkejeren, yang jaraknya berkisar 89,9 km
dari ibukota Kabupaten Aceh Tengah, Takengon, atau sekitar 285 km dari
ibukota propinsi, Banda Aceh.
2.2 Kesampaian Daerah
Untuk mendapatkan kesampaian daerah penyelidikan, perlu kiranya diketahui
bahwa Kabupaten gayo lues terletak di sebelah utara Ibukota Provinsi aceh
tengah yang berjarak kurang lebih 89,9 km. Kondisi jalan yang teraspal dengan
baik, sehingga dapat di tempuh dengan kendaraan roda 2 dan roda 4 dalam
waktu 1,5-2 jam dari ibukota gayo lues,blang kejeren. Sedangkan lokasi bahan
galian yang di temukan barada di daerah hutan sehingga untuk mencapai
daerah tujuan harus berjalan kaki kurang lebih 1jam perjalanan.
2.3 Geologi Regional
Pulau Sumatera merupakan bagian dari lempeng samudera dataran sunda, yang

meliputi sebagian besar Asia Tenggara. Penunjaman Zona Beniof terjadi antara
lantai kerak samudera pada Samudera Hindia dan sepanjang Lempeng IndiaAustralia, yaitu di sepanjang batas barat lempeng dataran sunda yang ditandai
dengan terbentuknya palung Sunda pada pantai barat Sumatera. Dari barat ke
timur, palung subduksi sunda ini memperlihatkan busur kepulauan luar, busur
magmatik, deretan Bukit Barisan yang bersamaan dengan sistem sesar
transform Sumatera, dan cekungan busur belakang, yang semuanya
dipengaruhi oleh subduksi oblik lempeng Indo-Australia (Hamilton, 1979
dalam Mulja, T. dkk, 2003).
Asosiasi magma pada zona penunjaman ini membentuk busur vulkanik
Sumatera berarah timurlaut-tenggara berumur Tersier sampai Resen, yang
mendominasi geologi daerah Sumatera dan membentuk perluasan ke arah
barat-utara busur vulkanik Sunda sepanjang Pulau Jawa dan sekitarnya. Hasil
tekanan dari oblik dan penunjaman kerak samudera diperlihatkan secara
berkala oleh pergerakan sesar menganan yang paralel terhadap batas lempeng.
Hal ini menghasilkan sistem sesar Sumatera, yang ke utara menerus sebagai
sesar transform di Laut Andaman.Aktifitas intrusi sejak amalgamasi Kelompok
Woyla membentuk tiga mineralisasi magmatik busur benua pada Pulau
sumatera (Carlile dan Mitchell, 1994) yaitu busur Meratus di sebelah barat
Bukit Barisan, busur Sunda-Banda Neogen sepanjang pantai barat Sumatera
dan busur Aceh Neogen (meliputi Gunungapi Geureudong
dan Gunungapi Peuet Sague) terdiri atas lava andesitik sampai dasitik serta
aliran piroklastik. Geologi yang berkembang di daerah penyelidikan Abong
termasuk kedalam busur Aceh Neogen. Dua pusat aktifitas vulkanik terjadi
pada periode Plio- Plistosen yaitu pada Gunung Bumi Telong (dimulai pada
Miosen Akhir hingga sekarang) dan Gunung Peut Sague (aktifitas dalam skala
kecil dengan pusat yang kecil).
Batuan intrusi berkembang dengan baik pada daerah ini. Tubuh batuan
terobosan (retas) umumnya berumur Plistosen dan aktifitas intrusi batuan
tersier berlanjut sampai Miosen Tengah hingga Oligosen Akhir. Batuan
ultramafik (yang berasal dari batuan opiolit Mesozoikum) menempati

sepanjang zona sesar dan dimulai sejak Pliosen. Aktifitas intrusi lebih jauh
diiringi oleh deformasi pada akhir Kapur Akhir.
Sebagian besar intrusi terjadi pada Kapur akhir, yang beberapa diantaranya
mengandung batuan Paleosen. Litologi yang dominan adalah granodiorit,
mengandung sedikit gabro, diorit-diopsit yang khas dan diopsit. Beberapa
intrusi lainnya adalah granit, yang berasosiasi dengan deformasi Perm Tengah
(Cameron dkk, 1983).
Secara khusus, geologi daerah IUP terdiri dari duabelas kelompok batuan
Urutan pengendapan dari tua ke muda dimulai dengan diendapkannya Formasi
Kluet (Puk) yang terdiri dari batusabak dan arenit metakuarsa. Formasi ini
tersebar di sebelah baratlaut dan tenggara daerah IUP. Selanjutnya terjadi
proses metamorfisme yang mengakibatkan terbentuknya Formasi Kluet
termalihkan (Puk-2) di bagian utara pada Perm Akhir secara tidak selaras, yang
memiliki hubungan menjemari dengan Formasi Alas termalihkan (Ppa) di
bagian tenggara. Formasi Kluet termalihkan (Puk-2) terdiri atas sekis, genes
dan granitois bersifat genes sedangkan Formasi Alas termalihkan (Ppa) terdiri
atas filit, pelit, kuarsit, pualam, dan silikatkalk. Pada sekitar Jura Akhir sampai
Kapur Awal diendapkan Formasi Batuan Gunungapi Kenyaran (Muvk) secara
tidak selaras di bagian utara daerah IUP.

2.4 Vegetasi
Vegetasi daerah pantan cuaca bersifat heterogen vegetasi yang ada pada daerah
ini sama halnya dengan daerah sekitarnya dapat dibedakan secara vertikal
terdiri dari vegetasi bakau, vegetasi hutan pantai, dan vegetasi hutan
pegunungan. Vegetasi yang ada merupakan asosiasi yang terdiri dari pohon
kelapa, pohon karet, dan pohon sawit. Tumbuhan bawah yang terdiri dari
tanaman pandan, rumput-rumputan, alang-alang dan sejenis liana berdaun
lebar. Sedangkan vegetasi hutan pegunungan disusun oleh sebagian vegetasi
yang hampir sama hutan bakau dan sekitarnya. Pada bagian vegetasi yang ada
merupakan asosiasi jenis-jenis berdaun jarum seperti cemara, pinus, damar, dan
hanya sebagian kecil tumbuhan berdaun lebar.

2.5 Iklim
Tebalnya hujan pada setiap tempat dapat diketahui dengan pengukuran curah
hujan. Alat pengukur hujan disebut penakar hujan. Seluruh Indonesia pada saat
ini tedapat lebih kurang 4.000 unit alat penakar hujan. Hasil pengukuran curah
hujan di kirim ke badan meteorologi dan geofisika untuk di evaluasi lebih
lanjut. Alat pengukur curah hujan biasa berfungsi untuk mengukur jumlah
hujan yang jatuh selam 24 jam/hari pada suatu gelas ukur. Sedangkan alat
pencatat hujan otomatik mencatat jumlah curah hujan pada kertas pencatat
yang setiap hari atau setiap

minggu diganti dengan yang baru.

Jumlah curah hujan tidak merata di seluruh Indonesia. Curah hujan di pantan
cuaca lebih besar dari pada curah hujan di sekitarnya seperti di Banda Aceh.
Jumlah curah hujan tidak sama sepanjang tahun, paling banyak ialah selama
bertiup angin musim barat.
Keadaan iklim daerah pantan cuaca pada dasarnya sama dengan keadaan iklim
daerah sekitarnya pada umumnya dan daerah-daerah di wilayah Provinsi
khususnya, yaitu daerah yang beriklim tropis dengan curah hujan dari bulan
oktober 2011-april 2012 rata-rata 2.000 mm/tahun.
Iklim di wilayah pantan cuaca termasuk tropis dengan indikator iklim
sebagai berikut :
- Musim Kemarau : februari s/d september
- Musim Hujan : oktober s/d april
- Curah Hujan rata-rata 2.000 mm/tahun
- Suhu rata-rata 20C - 21 C
2.6 Sejarah Keterbentukan Emas
emas

terbentuk

dari

proses

magmatisme

atau

penkonsentrasian

di

permukaan.beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak


dan larutan hidrothermal,sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis
menghasilkan endapan letakan (placer).
Ganesa emas dikategorikan menjadi 2 yaitu :
-

Endapan primer
Endapan plecer

Emas termasuk golongan native element dengan sedikit kandungan perak ,


tembaga, atau besi. Warna nya kuning ke emasan dengan kekerasan 2,5-3
skala mosh.bentuk kristal isometrik actahedron dengan spesifik grafity 15,919,3 pada emas murni.
Emas terdapat di alam dengan dua tipe deposit pertama sebagai urat (vein )
dalam batuan beku kaya besi dan berasosiasi dengan urat kuarsa.
Lain nya yaitu endapan atau placer deposit, dimana emas dari batuan asal yang
tererosi terangkut oleh aliran sungai dan terendapkan karena berat jenis yang
tinggi.emas native terbentuk karena adanya kegiata vulkanisme,bergerak
berdasarkan adanya thermal atau adanya panas didalam bumi,tempat terbetuk
nya emas primer. Sedangkan sekulernya merupakan hasil transportasi dari
endapan primer umum disebut dengan endapan plecer, sedangkan asosiasi
emas atau emas bersamaan hadir dengan mineral silika , perak , platina , pirit,
dan lainya.

BAB III DASAR TEORI

3.1 Peralatan Pemboran Yang Digunakan


Pemboran eksplorasi di daerah Kecamatan pantan cuaca dilakukan dengan
pemboran inti. Tujuan utama pemboran inti tersebut adalah untuk memperoleh
contoh batuan dalam bentuk inti bor ( core ) sampai kedalaman tertentu.
Alat bor yang digunakan adalah sebuah mesin bor inti ID 1800 dan
perlengkapannya ( lihat gambar 3.1 ). Berdasarkan fungsinya, Unit mesin bor ID
1800 terdiri dari :
1. Alat-alat utama pemboran
2. Alat pengangkat
3. Alat-alat putar
4. Alat-alat sirkulasi
5. Alat-alat bantu pemboran
3.1.1 Alat-alat Utama Pemboran
Alat-alat utama pemboran pada unit mesin bor ID 1800 terdiri dari :
3.1.1.1 Menara Kaki Tiga
Menara kaki tiga adalah tiga buah pipa besi yang didirikan sedemikian rupa.
Fungsi utama kaki tiga adalah mendapatkan ruang vertikal yang cukup tinggi dan
kuat antara lain:
1. Menaikkan atau menurunkan pipa bor
2. Memasang atau mencabut casing
3. Menaikkan atau menurunkan tabung penginti inner tube
4. Menahan beban alat-alat pemancing
3.1.1.2 Mesin Penggerak

Mesin penggerak adalah mesin yang meberikan tenaga ( power ) yang digunakan
utnuk menggerakkan dan memutar rangkaian pipa bor ( lihat gambar 3.2 ).
3.1.1.3 Pipa Bor
Pipa bor adalah pipa baja yang dihubungkan dengan tabung penginti (core barrel),
dan kemudian pada bagian bawah tabung penginti (core barrel ) dipasang mata
bor (bit). Antara pipa bor yang satu dengan pipa bor lainnya
Tabel 3.1 Jenis-Jenis Pipa Bor
Berat

Berat ujung
Diameter Luar
polos
Ukuran
lb/ft
Kg/m
in
mm
2-3/8
6.65
6.27
9.33
2.375
60.3
2-7/8
10.4
9.72
14.47
2.875
73
3-1/2
9.5
8.81
13.12
3.5
88.9
3-1/2
13.3
12.32
18.34
3.5
88.9
3-1/2
15.5
14.64
21.79
3.5
88.9
3-1/2
15.5
14.64
21.79
3.5
88.9
4
14
12.95
19.27
4
101.6
4-1/2
13.75
12.25
18.23
4.5
114.3
4-1/2
16.6
15
22.32
4.5
114.3
4-1/2
20
18.71
27.84
4.5
114.3
Sumber : http://www.pipes-cn.com/contact.html

Ketebalan
dinding
0.28
0.362
0.254
0.368
0.449
0.449
0.33
0.271
0.337
0.43

7.11
9.19
6.45
9.35
11.4
11.4
8.38
6.88
8.56
10.92

Nilai
Baja
E,X,G,S
E,X,G,S
E
E,X,G,S
E
X,G,S
E,X,G,S
E
E,X,G,S
E,X,G,S

3.1.1.4 Tabung Penginti


Tabung penginti adalah tabung yang di pasang antara mata bor ( bit ) dengan pipa
bor. Pada dasarnya fungsi tabung penginti ( core barrel ) untuk menampung inti,
( core ) yang kemudian diangkat kepermukaan.
Jenis jenis tabung penginti ( core barrel ) yang di gunakan pada pemboran inti
adalah :
1. Tabung penginti ganda ( double tube core barrel )
Tabung penginti (core barrel) jenis ini sangat cocok di gunakan dalam batuan
setengah kompak sampai yang pecah pecah. Jenis tabung penginti (core Barrel)
ini (lihat gambar 3.4) dilengkapi dengan tabung penginti dalam (inner tube), yang
berfungsi sebagai penangkap inti (core). Keuntungan menggunakan tabung

penginti (tube core barrel) jenis ini di bandingkan dengan tabung penginti tunggal
(single tube core barrel) adalah :
Inti (core) yang masuk kedalam tabung penginti dalam keadaan utuh dan
bersih.
Air pemolitas tidak bersentuhan langsung dengan inti ( core ).
Sewaktu pengambilan inti (core), tidak perlu mencabut rangkaian pipa bor,
sehingga penggunaannya lebih praktis.
2. Tabung penginti rangkap tiga (Triple Tube Core Barrel)
Tabung penginti rangkap tiga (Triple Tube Core Barrel) sama seperti tabung
penginti ganda (double Tube Core Barrel), hanya pada jenis tabung penginti
rangkap tiga (Triple Tube Core Barrel) dilengkapi dengan split (sebuah pipa yang
dapat di belah dua), berfungsi sebagai penampang inti (lihat gambar 3.5).
Sehingga tabung penginti rangkap tiga (Triple Tube Core Barrel) sesuai
digunakan untuk batubara, lapisan lempung, batuan yang keras dan mudah pecah
untuk batuan yang lunak.
3.1.1.5 Mata Bor ( Bit )
Mata bor (bit) merupakan rangkaian pipa bor yang terletak paling bawah dan yang
pertama menyentuh formasi. Pemilihan mata bor (bit) yang akan digunakan
sangat tergantung pada jenis formasi yang akan di bor dan tujuan dari pada
pemboran.
Jenis mata bor (bit) yang akan digunakan menurut fungsinya adalah :
1. Bit Non Coring
Yang terdiri dari :
-

Adaptor Rock Bit 3,75 inchi, masa pakai Adaptor Rock Bit sampai
kedalaman 3500 meter.

Adaptor Rock Bit 4,75 inchi, masa Adaptor Rock Bit ini sampai
kedalaman 3500 meter.

Rol Rock Bit 4,75 inchi, dengan masa pakai sampai kedalaman 3000
meter.

Tricon roller cutter bit HW, dengan masa pakai sampai kedalaman 3500
meter.

Mata bor intan (Diamond Bit)


Mata bor intan (Diamond Bit) pengguanaannya hanya terbatas untuk membor
inti saja, karena :
-

Mata bor intan (Diamond Bit) bekerja berdasarkan penggilingan, bukan


berdasarkan pengerukan, sehingga bila di lakukan pemboran menghasilkan
rate pemboran yang lebih lambat.

Kontak langsung antara intan dengan formasi menyebabkan bit lebih cepat
haus.

Harga mata bor lebih mahal dibandingkan dengan bit non coring

Jenis jenis mata bor intan (Diamond Bit) yang ada antara lain adalah :
-

HQ 3 Diamond Bit 34 cts step

HQ DT Diamond Bit 34 cts step

3. Jenis mata bor yang digunakan pada pemboran coring ( lihat gambar 3.6 )
-

Drag bit ( Threewing )

Drilltec NQ core bit

3.1.1.6 Casing

Casing atau pipa pelindung adalah suatu pipa yang terbuat dari baja, mempunyai
ukuran tebalnya lebih tipis dari pipa bor.
Fungsi utama casing adalah untuk menahan runtuhnya formasi kedalam lubang
bor, mencegah larinya air pembilas kedalam lapisan yang permeable (lost
circulation) dan mengontrol tekanan formasi, akan tetapi pada kegiatan pemboran
ini casing tersebut tidak digunakan karena batuan yang di dapat adalah batuan
kompak sehingga jarang terjadi runtuhan pada dinding pemboran.
3.1.2. Alat Alat Pengangkat
Alat alat pengangkat pada unit mesin bor terdiri dari :
3.1.1.5.

Hoist

Hoist adalah suatu alat yang di pergunakan intuk menaikkan atau menurunkan
pipa bor, memasang atau mencabut casing dan menahan bebas alat alat
pemancing.
3.1.2.2. Tali Pemboran
Tali pemboran digunakan untuk menarik beban atau menahan beban pada pengait
(snatck block) , dimana beban yang paling berat adalah pada saat pencabutan pipa
bor
3.1.3. Alat Alat Putar
Alat alat putar pada unit mesin bor adalah menggunakan sistem apindle, dimana
daya yang dipindahkan dari mesin utama ke pipa bor dengan perantaraan spindle.
3.1.4. Sistem Sirkulasi (Circulation Sistem)
Pada saat pelaksanaan pemboran, lumpur bor di pompakan ke dalam lubang bor
dengan perantaraan pipa bor, kemudian keluar dari mata bor (bit) dan kembali ke
atas melalui lubang yang terdapat antara pipa bor dengan dinding formasi terus
kembali ke bak pembilas. Untuk mengalirkan lumpur bor ini di perlukan unit
unit antara lain (lihat gambar 3.7) :

Pompa air (water pump) yang digunakan untuk mensirkulasikan air


pembilas pada unit mesin bora.

Delivery hose sebuah selang yang digunakan untuk mengalirkan air


pembilas dari bak pembilas masuk ke water swivle.

3.1.5 Alat Alat Bantu Dalam Pemboran


Untuk memudahkan melakukan pemboran dan menghindari terjadinya kerusakan
pada saat membuka atau memasang pipa bor, tabung dalam atau tabung luar dan
casing, sebaiknya di gunakan kunci kunci khusus yang di sediakan (lihat gambar
3.8).

Jenis jenis kunci utama yang umum di gunakan antara lain adalah :
-

Kunci pipa bor (pipe wrenches) dipakai untuk membuka dan memasang
pipa bor, dan kunci ini mempunyai beberapa ukuran seperti 12, 18, 24,
dan 36.

Kunci rantai (Chain Tongs) digunakan untuk membuka casing, baik yang
berukuran besar maupun casing yang berukuran kecil. Ukuran kunci ini
adalah 12, 18, 24, dan 36.

Parmalee wrenches hanya digunakan untuk pemasangan dan membuka


tabung luar dan tabung dalam. Ukuran kunci yang digunakan disesuaikan
dengan diameter tabung luar dan tabung dalam yang akan di buka atau di
pasang.

BAB IV. ANALISA DATA

4.1.Lokasi Pemboran
Salah satu untuk mempermudah kita untuk mengetahui daerah mana yang telah
dilaksanakan kegiatan pemboran dan pada kegiatan tersebut agar lebih jelas kita
dapat melihat tabel 4.1 dan
Tabel 4.1 Data Titik Bor

HOLE_ID

NORTHING EASTHING

DIP

LOCATION

DEPT
M

UTD 001

464381.000

301546.000

-60

92.60

UTD 001A

464371.259

301544.911

-59

UPPER
TENGKERENG
UPPER

647.25

UTD 002

464370.121

301543.691

-60

LTD 001

463826.531

299961.024

-60

LTD 002

463832.067

299962.061

-60

LTD 002A

463832.399

299961.180

-60

LTD 003

463554.196

299856.581

-65

LTD 003A

463583.200

299868.078

-65

TENGKERENG
UPPER
TENGKERENG
LOWER
TENGKERENG
LOWER
TENGKERENG
LOWER
TENGKERENG
LOWER
TENGKERENG
LOWER
TENGKERENG

696.40
417.40
184.60
499.70
146.30
90.30

4.1.1. Target Pemboran


Kegiatan pemboran yang dilaksanakan setiap hari terdiri dari dua giliran kerja,
yaitu giliran satu mulai dari pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB,
dan giliran dua mulai dari pukul 19.00 WIB sampai dengan 04.00 WIB untuk
mendapatkan target yang diinginkan sehingga pemboran tersebut cepat
terselesaikan, akan tetapi kegiatan pemboran dihentikan ketika cuaca tidak baik
seperti hujan yang turun tidak tentu

4.2 Kendala Pemboran


Dalam melakukan pemboran inti, banyak kendala kendala yang terjadi
selama operasi pemboran, dimana kendala kendala ini dapat mempengaruhi
lamanya waktu yang di gunakan untuk menyelesaikan pemboran didaerah
tersebut. Berdasarkan faktor diatas, kami mencoba mengelompokkan menjadi
dua kelompok yaitu :
-

Faktor-faktor yang berhubungan dengan operasional

Faktor alat bor yang digunakan

4.2.1 Faktor Yang Berhubungan Dengan Operasional


Kendala-kendala yang berhubungan dengan operasi pemboran yang di temukan di
lapangan antara lain :

4.2.1.1 Tabung Penginti (Core Barell) Dan Pipa Bor Terjepit Atau Putus
Terjepitnya tabung penginti dan pipa bor dapat mengakibatkan tidak dapat
berputarnya pipa bor, sehingga dapat menghambat pemboran. Terjepitnya tabung
penginti disebabkan oleh :
-

Juru bor kurang berhati hati terhadap peralatan yang digunakan


(misalnya menggunakan pipa bor yang melengkung).

Juru bor kurang kontrol terhadap sirkulasi air pembilas bor, sehingga
serbuk bor tidak terangkat dengan baik.

Kedudukan mesin bor kurang baik, sehingga menimbulkan getaran.


Akibatnya lubang bor tidak lurus.

Untuk mengatasi pipa bor terjepit dalam lubang bor digunakan alat pemancing
(fishing tools). Alat alat pemancing ini sangat bervariasi, sehingga tidak ada
alat-alat yang khusus dalam melakukan pekerjaan ini. Cara yang biasa dilakukan
untuk mengatasi masalah ini adalah :
-

Mengecek dengan lilin atau sabun untuk mengetahui kondisi permukaan


pipa bor yang tertinggal.

Apabila kondisi drat atau ulir pada pipa bor yang terlepas masih dalam
kondisi baik, maka gunakan pipa bor yang sesuai dengan ulirnya.

Melakukan sirkulasi terus menerus untuk menggerakkan pipa bor yang


terjepit oleh serbuk pemboran (cutting).

Apabila kapasitas mesin bor tidak memungkinkan untuk mengangkat pipa


bor maka dapat dilakukan dengan menggunakan dongkrak untuk menarik
pipa bor yang terjepit .

Menggunakan alat tap, bila drap pada pipa bor telah rusak.

4.2.1.2 Getaran (vibrasi)


Getaran yang kuat pada peralatan mesin bor, dapat menimbulkan pengaruh yang
berbahaya. Getaran ini dapat disebabkan oleh :
-

Kurangnya minyak gemuk (grease) pada drap pipa bor.

Putaran mesin (RPM) dan beban (WOB) yang tidak seimbang.

Akibat yang di timbulkan oleh getaran adalah sebagai berikut :


-

core recovery yang di dapat rendah.

Cepat ausnya mata bor.

Kemajuan penetrasi pemboran lambat.

Jadi cara yang dilakukan untuk mengatasi kejadian tersebut yaitu dengan cara
menjepitkan bagian dasar rangkaian pemboran dengan kayu atau dengan besi
dengan cara menanjakkan ke tanah.
4.2.1.3 kemiringan pemboran
Kemiringan pada saat pemboran mengakibatkan terjadinya stag atau kendala pada
saat pemboran.ini terjadi karena struktur batuan yang kompleks dan juga
pengaruh kemiringan pada saat pemboran sehingga mengakibatkan patahnya pipa
bor yang dapat memperlambat proses pemboran.
Kemirinagn pemboran meruopakan rekomendasi dari perusaahaan itu sendiri,yang
berguna untuk mendapatkan corinr yang bagus.
4.2.2 Faktor Alat Pemboran Yang Digunakan
Yang dimaksud dengan kendala yang berhubungan dengan efesiensi alat
pemboran adalah waktu yang digunakan untuk penggantian alat dan perbaikan.
Tidak tersedianya suku cadang di lokasi maupun digudang Eksplorasi, sehingga
merupakan hambatan didalam mencapai target yang di capai. Untuk mengatasi hal
tersebut adalah sebelum melakukan kegiatan pemboran kita harus mempersiapkan
cadangan pada bagian alat-alat bor.
4.3 Deskkipsi mineral pembawa emas
Khalkopirit
Tempat Ditemukan : Pegunungan tengah, Irian Jaya
Sistem Cristal : Tetragonal
Warna : kuning kuningan
Goresan : hitam kehijauan
Belahan dan pecahan : {001} kadang-kadang jelas ; tak rata
Kekerasan : 3,5 4

Berat jenis : 4,1 4,3


Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal,terutama terdapat dalam deposit
mesotermal dan hipotermal. Dalam deposit hipotermal, khalkopirit terdapat
bersama pirit, turmalin, kuarsa dan kasiterit. Dijumpai juga dalam batuan beku,
retas pegmatit dan dalam deposit metamorfisme kontak.
Native Gold
Tempat

Ditemukan

dakota,USA,siberia,rusia

meliputi

california

dan

south

,afrika selatan,kanada dan tempat lain di seluruh

dunia
Rumus kimia : Au ( element gold )
Sistem Cristal : isometrik
Warna : kuning mentega ,kuning keemasan
Kilap : kilap logam (metallic)
Belahan : tidak ada
Pecahan :hackly (bergerigi)
Kekerasan : 2,5 3
Berat jenis : 15 19,3
Asosiasi mineral :quartz ,nagyagite, calaverite, sylvanite dll
Lingkinga geologi : pada urat-urat hidrotermal utama,daerah vulkanij, daerah
plecer yang tidak terkonsolidasi, pada pegmatik yang granitik,endapatan
metamorfosisme kontak, endapan hipotermal, biasanya hadir berupa butiran yang
tersebar pada urat- urat kuarsa dengan pirit dan sulfida lainya.
Sylvanite
Rumus kimia :(Au,g)2 Te 4
Tempat

Ditemukan

meliputi

crpple

creek,colorado

dan

calaveras

country,california.teluk bigstone dan danau gold district kirkland


Sistem Cristal : monoklin
Warna : abu-abu perak sampai hampir putih, putih , putih-perak kekuningan
Kilap : kilap logam (metallic)
Belahan : sempurna ( 1 arah)

Pecahan :uneven
Kekerasan : 1,5 2
Berat jenis : 8 8,2
Asosiasi mineral : gold , quartz ,fliorite ,pyrite, tellurite dll
Lingkunga geologi : pada urat urat hidrohermal bertempratur rendah, biasa nya
pada urat urat asal yang bertemptratur rendah, juga pada endapan tempratur
sedang sampai tempratur tinggi,serta biasa nya diantara pada mineral yang
terbentuk paling ahir.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya dapat ditarik
kesimpulan hasil penyelidikan pendahuluan (Reconnaissance) sebagai berikut :
1. emas terbentuk dari proses magmatisme atau penkonsentrasian di
permukaan.beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme
kontak dan larutan hidrothermal,sedangkan pengkonsentrasian secara
mekanis menghasilkan endapan letakan (placer).
2. Kendala-kendala dalam pemboran
a. Faktor-faktor yang berhubungan dengan operasional

Juru bor kurang berhati hati terhadap peralatan yang digunakan


(misalnya menggunakan pipa bor yang melengkung).

Juru bor kurang kontrol terhadap sirkulasi air pembilas bor, sehingga
serbuk bor tidak terangkat dengan baik.

Kedudukan mesin bor kurang baik, sehingga menimbulkan getaran.


Akibatnya lubang bor tidak lurus.

3. Penanggulangan pada pemboran


a. Faktor-faktor yang berhubungan dengan operasional
-

Mengecek dengan lilin atau sabun untuk mengetahui kondisi permukaan


pipa bor yang tertinggal.

Apabila kondisi drat atau ulir pada pipa bor yang terlepas masih dalam
kondisi baik, maka gunakan pipa bor yang sesuai dengan ulirnya.

Melakukan sirkulasi terus menerus untuk menggerakkan pipa bor yang


terjepit oleh serbuk pemboran (cutting)

5.2 Saran
1. Berdasarkan hasil evaluasi diketahui, bahwa halangan yang berhubungan
dengan penggunaan lumpur pemboran cukup dominan, untuk itu
disarankan agar menggunakan lumpur pemboran yang sesuai prosedur dan
harus didukung dengan fasilitas pengadaannya.
2. Untuk mendapatkan target produksi, disarankan untuk melakukan
pemboran selama 24 jam.
3. Tim suporting lapangan harus saling mendukung dengan tim lapangan,
dapat mengantisipasi kelemahan yang ada dalam pelaksanaan kegiatan
pemboran. Untuk itu diperlukan peningkatan kesadaran personil.

DAFTAR PUSTAKA

1. Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia. 1996, Sandi Stratigrafi Indonesia, Ikatan


Ahli Geologi Indonesia
2. N.R.

Cameron,

dkk,

1983,

Sumatera, Geologiycal Research and

Development Center, Bandung. Thornbury, W.D. 1969, Principle of The


Geomorphology, Jhon Willey and Sons, New York USA.
3. Bambang , T, 1975, Pengantar Teori Teknik Pemboran, Patra, ITB, Bandung.
4. Baroid, Drilling Mud Hand, NL, Baroid, Texas.
5. DMEC. Bsc, Manual Of Drilling Technology, Oxonian Press PVt, LTD, New
Delhi, 1983.
6. Imco Service, Applied Mud Technology, Adivision Of Halliburton Company,
1973.
7. Maurer, C. William, Dr. Novel Drilling Technology, Pergamon Press, 1968.
8. Purbo, Hadiwijoyo.M.M. Menyusun Laporan Teknik, Penerbit ITB, Bandung.
9. Takumi Eguchi, Drilling Tools & Accasories , Koken, Jepang.

Anda mungkin juga menyukai