Disusun Oleh :
Ade Ilham Khalid
(10 306 028)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karna atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Kerja
Praktek ini.
Kerja praktek ini kami laksanakan pada perusahaan yang bergerak di bidang
Kegiatan Pemboran Eksplorasi Eas di Kecamatan Pantan Cuaca, Kabupaten Gayo
Lues, Provisnsi Sumatra Utara.
Dalam penulisan Laporan Kerja Praktek ini, penulis banyak mendapat bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Orang Tua penulis yang telah membantu penulis baik berupa moril maupun
materil.
2. Bapak Ir. Syafriadi, MT sebagai Dekan Fakultas Teknologi Mineral Institut
Teknologi Medan (ITM).
3. Bapak Ir. M. Eka Onwardana, MT sebagai Ketua Jurusan Teknik
Pertambangan Institut Teknologi Medan (ITM)
4. Ir.Sedarta Sebayang MT sebagai dosen koordinator Kerja Praktek
5. Bapak Ir.Dibiansyah Hamid , beserta seluruh kru bor yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis di lapangan
6. Kakak senior yang telah membantu serta memberikan masukan-masukan
yang berguna bagi penulis.
7. Teman-teman angkatan 2010 Di jurusan Teknik Pertambangan Institut
Teknologi Medan
8. Seluruh rekan-rekan yang telah ikut membantu
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam Penulisan Laporan Kerja
Praktek ini, untuk itu sangat diharapkan kritikan dan saran yang bersifat
Medan,
April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................v
DAFTAR TABEL .....................................................................................vi
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................I-1
1.1
Latar Belakang................................................................I-1
1.2
Maksud dan Tujuan.........................................................I-2
1.3
Metode Penelitian...........................................................I-2
1.4
Waktu dan Pelaksanaan Kerja Praktek...........................I-5
BAB II. TINJAUAN UMUM.................................................................II.1
2.1
Legalitas Perusahaan......................................................II-1
2.2
Kesampaian Daerah........................................................II-2
2.3
Geologi Ragional ...........................................................II-2
2.4
Vegetasi...........................................................................II-4
2.5
Iklim...............................................................................II-5
2.6
Sejarah Keterbentukan Batugamping.............................II-5
BAB III. DASAR TEORI.........................................................................III-1
3.1
Peralatan Pemboran Yang Digunakan........................III-1
3.1.1
Alat-Alat Utama Pemboran.........................................III-1
3.1.1.1 Menara Kaki Tiga.......................................................III-1
3.1.1.2
Mesin Penggerak.......................................................III-2
3.1.1.3
Pipa Bor.....................................................................III-3
3.1.1.4 Tabung Penginti.........................................................III-4
3.1.1.5
Mata Bor...................................................................III-5
3.1.1.6
Casing........................................................................III-7
3.1.2
Alat-Alat Pengangkat.................................................III-7
3.1.2.1
Hoist..........................................................................III-7
3.1.2.2 Tali Pemboran............................................................III-8
3.1.3
Alat-Alat Putar...........................................................III-8
3.1.4
Sistem Sirkulasi..........................................................III-8
3.1.5
Alat-Alat Bantu Dalam Pemboran.............................III-9
BAB IV. ANALISA DATA.......................................................................IV-1
4.1
Lokasi Pemboran............................................................IV-1
4.1.1 Target Pemboran.............................................................IV-1
4.2
Kendala Pemboran..........................................................IV-2
4.2.1 Faktor Yang Berhubungan Dengan Operasional............IV-2
4.2.1.1 Tabung Penginti Dan Pipa Bor Terjepit Atau Putus.......IV-2
4.2.1.2 Getaran (vibrasi).............................................................IV-3
4.2.1.3 Kemiringan Pemboran....................................................IV-3
4.2.2
4.3
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB. 1. PENDAHULUAN
Observasi
Dengan pengamatan langsung di lapangan dan mengumpulkan datadata kondisi lapangan yang dilakukan di PT.gayo mineral resources.
Alat bantu yang digunakan yaitu kamera digital guna nya agar lebih
merperjelas sumber data yang diperoleh.
Wawancara
Melakukan diskusi ataupun menanyakan langsung kepada instruktur
atau penanggung jawab dilapangan terhadap permasalahan yang terjadi
atau menanyakan apa yang kami tidak mengerti guna mendapatkan data
dan imformasi
2. Studi literatur
Melakukan studi perpustakaan dengan mengambil data-data lain yang bisa
menjadi nilai tambah terhadap topik yang dibahaspada kegitan ini.Adapun data
data yang diambil adalah :
Untuk diagram alir kerja praktek dapat dilihat pada gambar 1.1.
Studi Pendahuluan
Eksplorasi Pendahuluan
Persiapan Pemboran
Pemboran
Analisa cutting
Laporan Akhir
Gambar 1.1 Bagan Alir Diagram Penelitian
meliputi sebagian besar Asia Tenggara. Penunjaman Zona Beniof terjadi antara
lantai kerak samudera pada Samudera Hindia dan sepanjang Lempeng IndiaAustralia, yaitu di sepanjang batas barat lempeng dataran sunda yang ditandai
dengan terbentuknya palung Sunda pada pantai barat Sumatera. Dari barat ke
timur, palung subduksi sunda ini memperlihatkan busur kepulauan luar, busur
magmatik, deretan Bukit Barisan yang bersamaan dengan sistem sesar
transform Sumatera, dan cekungan busur belakang, yang semuanya
dipengaruhi oleh subduksi oblik lempeng Indo-Australia (Hamilton, 1979
dalam Mulja, T. dkk, 2003).
Asosiasi magma pada zona penunjaman ini membentuk busur vulkanik
Sumatera berarah timurlaut-tenggara berumur Tersier sampai Resen, yang
mendominasi geologi daerah Sumatera dan membentuk perluasan ke arah
barat-utara busur vulkanik Sunda sepanjang Pulau Jawa dan sekitarnya. Hasil
tekanan dari oblik dan penunjaman kerak samudera diperlihatkan secara
berkala oleh pergerakan sesar menganan yang paralel terhadap batas lempeng.
Hal ini menghasilkan sistem sesar Sumatera, yang ke utara menerus sebagai
sesar transform di Laut Andaman.Aktifitas intrusi sejak amalgamasi Kelompok
Woyla membentuk tiga mineralisasi magmatik busur benua pada Pulau
sumatera (Carlile dan Mitchell, 1994) yaitu busur Meratus di sebelah barat
Bukit Barisan, busur Sunda-Banda Neogen sepanjang pantai barat Sumatera
dan busur Aceh Neogen (meliputi Gunungapi Geureudong
dan Gunungapi Peuet Sague) terdiri atas lava andesitik sampai dasitik serta
aliran piroklastik. Geologi yang berkembang di daerah penyelidikan Abong
termasuk kedalam busur Aceh Neogen. Dua pusat aktifitas vulkanik terjadi
pada periode Plio- Plistosen yaitu pada Gunung Bumi Telong (dimulai pada
Miosen Akhir hingga sekarang) dan Gunung Peut Sague (aktifitas dalam skala
kecil dengan pusat yang kecil).
Batuan intrusi berkembang dengan baik pada daerah ini. Tubuh batuan
terobosan (retas) umumnya berumur Plistosen dan aktifitas intrusi batuan
tersier berlanjut sampai Miosen Tengah hingga Oligosen Akhir. Batuan
ultramafik (yang berasal dari batuan opiolit Mesozoikum) menempati
sepanjang zona sesar dan dimulai sejak Pliosen. Aktifitas intrusi lebih jauh
diiringi oleh deformasi pada akhir Kapur Akhir.
Sebagian besar intrusi terjadi pada Kapur akhir, yang beberapa diantaranya
mengandung batuan Paleosen. Litologi yang dominan adalah granodiorit,
mengandung sedikit gabro, diorit-diopsit yang khas dan diopsit. Beberapa
intrusi lainnya adalah granit, yang berasosiasi dengan deformasi Perm Tengah
(Cameron dkk, 1983).
Secara khusus, geologi daerah IUP terdiri dari duabelas kelompok batuan
Urutan pengendapan dari tua ke muda dimulai dengan diendapkannya Formasi
Kluet (Puk) yang terdiri dari batusabak dan arenit metakuarsa. Formasi ini
tersebar di sebelah baratlaut dan tenggara daerah IUP. Selanjutnya terjadi
proses metamorfisme yang mengakibatkan terbentuknya Formasi Kluet
termalihkan (Puk-2) di bagian utara pada Perm Akhir secara tidak selaras, yang
memiliki hubungan menjemari dengan Formasi Alas termalihkan (Ppa) di
bagian tenggara. Formasi Kluet termalihkan (Puk-2) terdiri atas sekis, genes
dan granitois bersifat genes sedangkan Formasi Alas termalihkan (Ppa) terdiri
atas filit, pelit, kuarsit, pualam, dan silikatkalk. Pada sekitar Jura Akhir sampai
Kapur Awal diendapkan Formasi Batuan Gunungapi Kenyaran (Muvk) secara
tidak selaras di bagian utara daerah IUP.
2.4 Vegetasi
Vegetasi daerah pantan cuaca bersifat heterogen vegetasi yang ada pada daerah
ini sama halnya dengan daerah sekitarnya dapat dibedakan secara vertikal
terdiri dari vegetasi bakau, vegetasi hutan pantai, dan vegetasi hutan
pegunungan. Vegetasi yang ada merupakan asosiasi yang terdiri dari pohon
kelapa, pohon karet, dan pohon sawit. Tumbuhan bawah yang terdiri dari
tanaman pandan, rumput-rumputan, alang-alang dan sejenis liana berdaun
lebar. Sedangkan vegetasi hutan pegunungan disusun oleh sebagian vegetasi
yang hampir sama hutan bakau dan sekitarnya. Pada bagian vegetasi yang ada
merupakan asosiasi jenis-jenis berdaun jarum seperti cemara, pinus, damar, dan
hanya sebagian kecil tumbuhan berdaun lebar.
2.5 Iklim
Tebalnya hujan pada setiap tempat dapat diketahui dengan pengukuran curah
hujan. Alat pengukur hujan disebut penakar hujan. Seluruh Indonesia pada saat
ini tedapat lebih kurang 4.000 unit alat penakar hujan. Hasil pengukuran curah
hujan di kirim ke badan meteorologi dan geofisika untuk di evaluasi lebih
lanjut. Alat pengukur curah hujan biasa berfungsi untuk mengukur jumlah
hujan yang jatuh selam 24 jam/hari pada suatu gelas ukur. Sedangkan alat
pencatat hujan otomatik mencatat jumlah curah hujan pada kertas pencatat
yang setiap hari atau setiap
Jumlah curah hujan tidak merata di seluruh Indonesia. Curah hujan di pantan
cuaca lebih besar dari pada curah hujan di sekitarnya seperti di Banda Aceh.
Jumlah curah hujan tidak sama sepanjang tahun, paling banyak ialah selama
bertiup angin musim barat.
Keadaan iklim daerah pantan cuaca pada dasarnya sama dengan keadaan iklim
daerah sekitarnya pada umumnya dan daerah-daerah di wilayah Provinsi
khususnya, yaitu daerah yang beriklim tropis dengan curah hujan dari bulan
oktober 2011-april 2012 rata-rata 2.000 mm/tahun.
Iklim di wilayah pantan cuaca termasuk tropis dengan indikator iklim
sebagai berikut :
- Musim Kemarau : februari s/d september
- Musim Hujan : oktober s/d april
- Curah Hujan rata-rata 2.000 mm/tahun
- Suhu rata-rata 20C - 21 C
2.6 Sejarah Keterbentukan Emas
emas
terbentuk
dari
proses
magmatisme
atau
penkonsentrasian
di
Endapan primer
Endapan plecer
Mesin penggerak adalah mesin yang meberikan tenaga ( power ) yang digunakan
utnuk menggerakkan dan memutar rangkaian pipa bor ( lihat gambar 3.2 ).
3.1.1.3 Pipa Bor
Pipa bor adalah pipa baja yang dihubungkan dengan tabung penginti (core barrel),
dan kemudian pada bagian bawah tabung penginti (core barrel ) dipasang mata
bor (bit). Antara pipa bor yang satu dengan pipa bor lainnya
Tabel 3.1 Jenis-Jenis Pipa Bor
Berat
Berat ujung
Diameter Luar
polos
Ukuran
lb/ft
Kg/m
in
mm
2-3/8
6.65
6.27
9.33
2.375
60.3
2-7/8
10.4
9.72
14.47
2.875
73
3-1/2
9.5
8.81
13.12
3.5
88.9
3-1/2
13.3
12.32
18.34
3.5
88.9
3-1/2
15.5
14.64
21.79
3.5
88.9
3-1/2
15.5
14.64
21.79
3.5
88.9
4
14
12.95
19.27
4
101.6
4-1/2
13.75
12.25
18.23
4.5
114.3
4-1/2
16.6
15
22.32
4.5
114.3
4-1/2
20
18.71
27.84
4.5
114.3
Sumber : http://www.pipes-cn.com/contact.html
Ketebalan
dinding
0.28
0.362
0.254
0.368
0.449
0.449
0.33
0.271
0.337
0.43
7.11
9.19
6.45
9.35
11.4
11.4
8.38
6.88
8.56
10.92
Nilai
Baja
E,X,G,S
E,X,G,S
E
E,X,G,S
E
X,G,S
E,X,G,S
E
E,X,G,S
E,X,G,S
penginti (tube core barrel) jenis ini di bandingkan dengan tabung penginti tunggal
(single tube core barrel) adalah :
Inti (core) yang masuk kedalam tabung penginti dalam keadaan utuh dan
bersih.
Air pemolitas tidak bersentuhan langsung dengan inti ( core ).
Sewaktu pengambilan inti (core), tidak perlu mencabut rangkaian pipa bor,
sehingga penggunaannya lebih praktis.
2. Tabung penginti rangkap tiga (Triple Tube Core Barrel)
Tabung penginti rangkap tiga (Triple Tube Core Barrel) sama seperti tabung
penginti ganda (double Tube Core Barrel), hanya pada jenis tabung penginti
rangkap tiga (Triple Tube Core Barrel) dilengkapi dengan split (sebuah pipa yang
dapat di belah dua), berfungsi sebagai penampang inti (lihat gambar 3.5).
Sehingga tabung penginti rangkap tiga (Triple Tube Core Barrel) sesuai
digunakan untuk batubara, lapisan lempung, batuan yang keras dan mudah pecah
untuk batuan yang lunak.
3.1.1.5 Mata Bor ( Bit )
Mata bor (bit) merupakan rangkaian pipa bor yang terletak paling bawah dan yang
pertama menyentuh formasi. Pemilihan mata bor (bit) yang akan digunakan
sangat tergantung pada jenis formasi yang akan di bor dan tujuan dari pada
pemboran.
Jenis mata bor (bit) yang akan digunakan menurut fungsinya adalah :
1. Bit Non Coring
Yang terdiri dari :
-
Adaptor Rock Bit 3,75 inchi, masa pakai Adaptor Rock Bit sampai
kedalaman 3500 meter.
Adaptor Rock Bit 4,75 inchi, masa Adaptor Rock Bit ini sampai
kedalaman 3500 meter.
Rol Rock Bit 4,75 inchi, dengan masa pakai sampai kedalaman 3000
meter.
Tricon roller cutter bit HW, dengan masa pakai sampai kedalaman 3500
meter.
Kontak langsung antara intan dengan formasi menyebabkan bit lebih cepat
haus.
Harga mata bor lebih mahal dibandingkan dengan bit non coring
Jenis jenis mata bor intan (Diamond Bit) yang ada antara lain adalah :
-
3. Jenis mata bor yang digunakan pada pemboran coring ( lihat gambar 3.6 )
-
3.1.1.6 Casing
Casing atau pipa pelindung adalah suatu pipa yang terbuat dari baja, mempunyai
ukuran tebalnya lebih tipis dari pipa bor.
Fungsi utama casing adalah untuk menahan runtuhnya formasi kedalam lubang
bor, mencegah larinya air pembilas kedalam lapisan yang permeable (lost
circulation) dan mengontrol tekanan formasi, akan tetapi pada kegiatan pemboran
ini casing tersebut tidak digunakan karena batuan yang di dapat adalah batuan
kompak sehingga jarang terjadi runtuhan pada dinding pemboran.
3.1.2. Alat Alat Pengangkat
Alat alat pengangkat pada unit mesin bor terdiri dari :
3.1.1.5.
Hoist
Hoist adalah suatu alat yang di pergunakan intuk menaikkan atau menurunkan
pipa bor, memasang atau mencabut casing dan menahan bebas alat alat
pemancing.
3.1.2.2. Tali Pemboran
Tali pemboran digunakan untuk menarik beban atau menahan beban pada pengait
(snatck block) , dimana beban yang paling berat adalah pada saat pencabutan pipa
bor
3.1.3. Alat Alat Putar
Alat alat putar pada unit mesin bor adalah menggunakan sistem apindle, dimana
daya yang dipindahkan dari mesin utama ke pipa bor dengan perantaraan spindle.
3.1.4. Sistem Sirkulasi (Circulation Sistem)
Pada saat pelaksanaan pemboran, lumpur bor di pompakan ke dalam lubang bor
dengan perantaraan pipa bor, kemudian keluar dari mata bor (bit) dan kembali ke
atas melalui lubang yang terdapat antara pipa bor dengan dinding formasi terus
kembali ke bak pembilas. Untuk mengalirkan lumpur bor ini di perlukan unit
unit antara lain (lihat gambar 3.7) :
Jenis jenis kunci utama yang umum di gunakan antara lain adalah :
-
Kunci pipa bor (pipe wrenches) dipakai untuk membuka dan memasang
pipa bor, dan kunci ini mempunyai beberapa ukuran seperti 12, 18, 24,
dan 36.
Kunci rantai (Chain Tongs) digunakan untuk membuka casing, baik yang
berukuran besar maupun casing yang berukuran kecil. Ukuran kunci ini
adalah 12, 18, 24, dan 36.
4.1.Lokasi Pemboran
Salah satu untuk mempermudah kita untuk mengetahui daerah mana yang telah
dilaksanakan kegiatan pemboran dan pada kegiatan tersebut agar lebih jelas kita
dapat melihat tabel 4.1 dan
Tabel 4.1 Data Titik Bor
HOLE_ID
NORTHING EASTHING
DIP
LOCATION
DEPT
M
UTD 001
464381.000
301546.000
-60
92.60
UTD 001A
464371.259
301544.911
-59
UPPER
TENGKERENG
UPPER
647.25
UTD 002
464370.121
301543.691
-60
LTD 001
463826.531
299961.024
-60
LTD 002
463832.067
299962.061
-60
LTD 002A
463832.399
299961.180
-60
LTD 003
463554.196
299856.581
-65
LTD 003A
463583.200
299868.078
-65
TENGKERENG
UPPER
TENGKERENG
LOWER
TENGKERENG
LOWER
TENGKERENG
LOWER
TENGKERENG
LOWER
TENGKERENG
LOWER
TENGKERENG
696.40
417.40
184.60
499.70
146.30
90.30
4.2.1.1 Tabung Penginti (Core Barell) Dan Pipa Bor Terjepit Atau Putus
Terjepitnya tabung penginti dan pipa bor dapat mengakibatkan tidak dapat
berputarnya pipa bor, sehingga dapat menghambat pemboran. Terjepitnya tabung
penginti disebabkan oleh :
-
Juru bor kurang kontrol terhadap sirkulasi air pembilas bor, sehingga
serbuk bor tidak terangkat dengan baik.
Untuk mengatasi pipa bor terjepit dalam lubang bor digunakan alat pemancing
(fishing tools). Alat alat pemancing ini sangat bervariasi, sehingga tidak ada
alat-alat yang khusus dalam melakukan pekerjaan ini. Cara yang biasa dilakukan
untuk mengatasi masalah ini adalah :
-
Apabila kondisi drat atau ulir pada pipa bor yang terlepas masih dalam
kondisi baik, maka gunakan pipa bor yang sesuai dengan ulirnya.
Menggunakan alat tap, bila drap pada pipa bor telah rusak.
Jadi cara yang dilakukan untuk mengatasi kejadian tersebut yaitu dengan cara
menjepitkan bagian dasar rangkaian pemboran dengan kayu atau dengan besi
dengan cara menanjakkan ke tanah.
4.2.1.3 kemiringan pemboran
Kemiringan pada saat pemboran mengakibatkan terjadinya stag atau kendala pada
saat pemboran.ini terjadi karena struktur batuan yang kompleks dan juga
pengaruh kemiringan pada saat pemboran sehingga mengakibatkan patahnya pipa
bor yang dapat memperlambat proses pemboran.
Kemirinagn pemboran meruopakan rekomendasi dari perusaahaan itu sendiri,yang
berguna untuk mendapatkan corinr yang bagus.
4.2.2 Faktor Alat Pemboran Yang Digunakan
Yang dimaksud dengan kendala yang berhubungan dengan efesiensi alat
pemboran adalah waktu yang digunakan untuk penggantian alat dan perbaikan.
Tidak tersedianya suku cadang di lokasi maupun digudang Eksplorasi, sehingga
merupakan hambatan didalam mencapai target yang di capai. Untuk mengatasi hal
tersebut adalah sebelum melakukan kegiatan pemboran kita harus mempersiapkan
cadangan pada bagian alat-alat bor.
4.3 Deskkipsi mineral pembawa emas
Khalkopirit
Tempat Ditemukan : Pegunungan tengah, Irian Jaya
Sistem Cristal : Tetragonal
Warna : kuning kuningan
Goresan : hitam kehijauan
Belahan dan pecahan : {001} kadang-kadang jelas ; tak rata
Kekerasan : 3,5 4
Ditemukan
dakota,USA,siberia,rusia
meliputi
california
dan
south
dunia
Rumus kimia : Au ( element gold )
Sistem Cristal : isometrik
Warna : kuning mentega ,kuning keemasan
Kilap : kilap logam (metallic)
Belahan : tidak ada
Pecahan :hackly (bergerigi)
Kekerasan : 2,5 3
Berat jenis : 15 19,3
Asosiasi mineral :quartz ,nagyagite, calaverite, sylvanite dll
Lingkinga geologi : pada urat-urat hidrotermal utama,daerah vulkanij, daerah
plecer yang tidak terkonsolidasi, pada pegmatik yang granitik,endapatan
metamorfosisme kontak, endapan hipotermal, biasanya hadir berupa butiran yang
tersebar pada urat- urat kuarsa dengan pirit dan sulfida lainya.
Sylvanite
Rumus kimia :(Au,g)2 Te 4
Tempat
Ditemukan
meliputi
crpple
creek,colorado
dan
calaveras
Pecahan :uneven
Kekerasan : 1,5 2
Berat jenis : 8 8,2
Asosiasi mineral : gold , quartz ,fliorite ,pyrite, tellurite dll
Lingkunga geologi : pada urat urat hidrohermal bertempratur rendah, biasa nya
pada urat urat asal yang bertemptratur rendah, juga pada endapan tempratur
sedang sampai tempratur tinggi,serta biasa nya diantara pada mineral yang
terbentuk paling ahir.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya dapat ditarik
kesimpulan hasil penyelidikan pendahuluan (Reconnaissance) sebagai berikut :
1. emas terbentuk dari proses magmatisme atau penkonsentrasian di
permukaan.beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme
kontak dan larutan hidrothermal,sedangkan pengkonsentrasian secara
mekanis menghasilkan endapan letakan (placer).
2. Kendala-kendala dalam pemboran
a. Faktor-faktor yang berhubungan dengan operasional
Juru bor kurang kontrol terhadap sirkulasi air pembilas bor, sehingga
serbuk bor tidak terangkat dengan baik.
Apabila kondisi drat atau ulir pada pipa bor yang terlepas masih dalam
kondisi baik, maka gunakan pipa bor yang sesuai dengan ulirnya.
5.2 Saran
1. Berdasarkan hasil evaluasi diketahui, bahwa halangan yang berhubungan
dengan penggunaan lumpur pemboran cukup dominan, untuk itu
disarankan agar menggunakan lumpur pemboran yang sesuai prosedur dan
harus didukung dengan fasilitas pengadaannya.
2. Untuk mendapatkan target produksi, disarankan untuk melakukan
pemboran selama 24 jam.
3. Tim suporting lapangan harus saling mendukung dengan tim lapangan,
dapat mengantisipasi kelemahan yang ada dalam pelaksanaan kegiatan
pemboran. Untuk itu diperlukan peningkatan kesadaran personil.
DAFTAR PUSTAKA
Cameron,
dkk,
1983,