Jika kayu dibiarkan di ruangan terbuka atau disinari dengan ultra violet dalam jangka waktu
yang relatif pendek, maka akan segera terlihat terjadi perubahan kecerahan dan warna.
Penurunan kecerahan dan warna selama 480 hari pelapukan di ruangan terbuka ditunjukkan
masing-masing dalam Gambar 6 dan 7. Perubahan warna, ∆ E, didasarkan pada unit
CIELAB (47b). Beberapa spesies kayu, seperti kayu merah, pinus kuning, dan Douglas-fir,
kehilangan kecerahannya secara nyata pada bulan pertama. Namun spesies kayu ini akan
kembali menjadi cerah setelah 180 hari berada di ruangan terbuka. Setelah periode
pelapukan ini, tingkat kecerahan akan turun kembali. Redcedar bagian barat kembali cerah
pada 180 hari pertama berada di ruangan terbuka, diikuti dengan penurunan kecerahan
setelah 180 hari.
Di samping perubahan kecerahan, seluruh spesies kayu yang berada di ruangan terbuka
mengalami perubahan warna dari kuning pucat menjadi coklat dan kelabu setelah 180 hari.
Seperti yang terlihat pada Gambar 7, diskolorasi secara nyata terjadi antara 90 dan 120 hari.
Perubahan warna kayu menunjukkan terjadinya perubahan kimia di dalam kayu selama
pelapukan. Hanya bagian di sekitar Hanya bagian di sekitar permukaan kayu yang terbuka
saja yang terpengaruh. Air hujan mencuci hasil dekomposisi berwarna coklat tersebut,
sehingga lapisan perak kelabu terdiri dari susunan serat yang tidak teratur terbentuk pada
lapisan berwarna coklat (lihat Bab 5, Gambar 18). Lapisan kelabu tersusun atas bagian
sellulosa kayu yang tahan pencucian. Warna permukaan ini terlihat berubah menjadi kelabu
jika kayu dibiarkan terkena terik matahari dengan curah hujan rendah. Namun, biasanya
didominasi oleh mekanisme perubahan warna kelabu lainnya yaitu aktivitas cendawan,
khususnya jika kelembabannya tinggi.
Perubahan fisik.
- warna, berat
Gambar 8. Permukaan kayu lunak yang terlapuk setelah 15 tahun (di Madison, Wisconsin).
Pelapukan permukaan kayu oleh kombinasi cahaya dan air menyebabkan perubahan
warna permukaan menjadi gelap dan menghasilkan pembentukan retakan
makroskopis hingga mikroskopis interselluler dan intrasellluler. Ikatan dinding sel di
sekitar permukaan kayu lenyap. Jika proses pelapukan berlanjut, air hujan mencuci
bagian yang terdegradasi dan terjadi erosi lebih lanjut (Gambar 8). Karena perbedaan
type jaringan kayu pada permukaan, maka terdapat perbedaan intensitas retakan dan
erosi, dan permukaan kayu menjadi semakin tidak rata. Erosi pada kayu keras
berlangsung lebih lambat dari pada kayu lunak
Tingkat erosi kayu yang berada di ruangan terbuka juga dapat diduga dari data yang
diperoleh dari pelapukan terkendali dari beberapa kayu (Tabel IV) Spesimen diberikan
penyinaran xenon dengan kerapatan tinggi pada ruangan pelapukan. Penyinaran
dilakukan dalam siklus 20 jam yang dilanjutkan dengan 4 jam penyemprotan dengan
air destilata. Pengukuran erosi dilakukan menggunakan mikroskop (1, 55). Hasilnya
menunjukkan bahwa kayu keras yang padat tererosi pada tingkat yang sama dengan
yang terlihat pada latewood spesies kayu lunak (diduga pada 3 mm/abad
dibandingkan dengan 6 mm/abad untuk earlywood kayu lunak). Secara umum,
semakin tinggi tingkat kepadatan, semakin rendah tingkat erosinya. Kayu dengan
tingkat kepadatan lebih rendah, seperti basswood, memiliki tingkat erosi yang lebih
tinggi daripada kayu oak, tetapi lebih rendah dibandingkan dengan earlywood kayu
lunak.
Perubahan Mikroskopis.
Perubahan mikroskopis menyertai perubahan fisik kayu selama pelapukan. Tanda deteriorasi
yang pertama kali muncul pada permukaan kayu lunak adalah membesarnya celah lubang
pada dinding radial dari trakheid earlywood (60—62). Selanjutnya, retakan kecil ini
membesar karena adanya kontraksi dinding sel. Selama pelapukan, dampak pencucian dan
plastisisasi air mendorong perbesaran retakan. Perubahan tersebut lebih cepat lagi terjadi
pada kayu merah dari pada Douglas-fir.
Mikroskop elektron digunakan untuk mempelajari perusakan struktur kayu yang disebabkan
oleh pelapukan (56, 63–65). Dilakukan pengamatan terhadap permukaan kayu tua, baik yang
diproteksi maupun dibiarkan terlapuk. Penelitian ini menunjukkan deteriorasi lambat dan
kerusakan tetap pada lamella tengah, berbagai lapisan dinding sel, dan kekuatan kohesif
jaringan kayu. Serat tunggal lebih stabil dan tahan lama. Bagian yang paling stabil dari serat
kayu adalah mikrofibril. Berbagai lapisan dinding sel mengalami kerusakan karena
kehilangan struktur kohesif di antara mikrofibril dan kehilangan adesi antara lapisan. Seluruh
rongga membesar sehingga menyebabkan deteriorasi struktur serat. Proses pelapukan hanya
terbatas pada sebuah lapisan permukaan tipis 2—3 mm. Pada kayu sangat tua yang
diproteksi hanya sedikit terjadi kerusakan dari elemen tertentu pada level ultrastruktural, dan
sampel tersebut tetap memiliki sifat dan kenampakan makroskopis normal (65). Selama
kekuatan elemen utama (mikrofibril) tetap padu, sifat utama kayu tidak mengalami
perubahan yang mencolok.
Pola kerusakan sel permukaan kayu dan sel yang berdekatan dengan permukaan kayu diteliti
pada sapwood pinus radiata yang diletakkan di ruangan terbuka untuk pelapukan selama 4 ½
tahun (66, 67). Pola kerusakan dicirikan dengan terjadinya deteriorasi dua kali lipat;
permulaan kehilangan sifat pewarnaan histokimia dari lignin yang diikuti dengan
meningkatnya penipisan dinding sel. Penipisan dinding trakheid terjadi secara sentrifugal,
dinding sekunder bagian dalam terlihat lebih dulu menghilang.
Deteriorasi permukaan kayu setelah mendapatkan sinar ultra violet buatan terlihat setelah
penyinaran kayu selama 500 jam (68). Dampak fotodegradatif terhadap permukaan secara
melintang, radial, tangensial dari specimen pinus kuning dijelaskan dalam bagian berikutnya.
IRISAN MELINTANG. Irisan melintang dari pinus kuning secara normal agak sederhana dan
homogen. Sistem sumbunya pada dasarnya tersusun atas trakheid kayu dengan sel parenkim
yang relatif sedikit. Sebuah mikrograf SEM dari irisan melintang permukaan pinus sebelum
mengalami pelapukan terlihat dalam Gambar 9.
Gambar 9. Irisan melintang pinus kuning (700 × )
Gambar 10. Irisan melintang pinus kuning yang disinari dengan ultra violet selama
500 jam (700 × ).
Gambar 11. Irisan melintang pinus kuning yang disinari dengan ultra violet selama
1000 jam (700 × ).
Irisan melintang kayu disinari dengan ultra violet selama 500 jam. Deteriorasi permukaan
kayu segera terlihat dari mikrograf SEM (Gambar 10). Dinding sel pada zone lamella tengah
terpisah. Dalam kondisi yang lebih ekstrim, dinding sekunder hampir terpecah. Kasarnya
permukaan dapat diamati secara visual. Deteriorasi permukaan terbentuk lebih lanjut jika
specimen tersebut disinari sampai 1000 jam (Gambar 11). Rongga bertepi pada dinding
trakheid rusak total. Warna kayu berubah dari kuning pucat menjadi coklat terang dan
kemudian menjadi coklat gelap masing-masing setelah 500 dan 1000 jam penyinaran ultra
violet.
IRISAN RADIAL. Rongga bertepi pada pinus kuning dapat diamati pada dinding radial baik pada
earlywood maupun latewood. Pada umumnya, rongga bertepi yang terletak pada earlywood
lebih besar dan lebih banyak daripada latewood. Mikrograf SEM untuk rongga semi bertepi
dan rongga bertepi pada dinding radial sebelum mendapatkan penyinaran ultra violet
ditunjukkan dalam Gambar 12 dan 13.
Gambar 12. Struktur pit setengah bertepi pinus kuning pada irisan radial (700 × )
Gambar 13. Struktur pit bertepi dari pinus kuning pada irisan radial (700 × )
Gambar 14. Deteriorasi pit setengah bertepi dan dinding sel pinus kuning pada
irisan radial setelah penyinaran ultra violet selama 500 jam (700 × ).
Gambar 15. Deterirasi pit bertepi dan dinding sel pinus kuning pada irisan radial
setelah penyinaran ultra violet selama 1000 jam (700 × )
Perubahan yang pertama kali terlihat dalam struktur anatomi dari irisan radial pinus kuning
yang mendapatkan penyinaran terjadi pada rongga (pit). Setelah 500 jam penyinaran ultra
violet, rongga semi bertepi mengalami kerusakan. Rongga bertepi juga berinteraksi dengan
sinar, namun lebih kecil (Gambar 14). Rongga bertepi masih tetap bertahan. Retakan dan
pembentukan ruang kosong kadang-kadang dapat terlihat dari specimen yang disinari.
Namun, setelah 1000 jam penyinaran, terlihat deteriorasi berat pada rongga bertepi.
Mikrograf SEM tersebut (Gambar 15) menunjukkan bahwa lubang pada rongga bertepi
membesar hingga batas chamber. Kubah pit (rongga) mengalami kerusakan total. Lebih
ekstrim, deteriorasi juga menyebar pada permukaan radial dari dinding trakheid. Degradasi
seluruh dinding sel kemungkinan terjadi pada masa penyinaran yang lebih lama.
Menghilangnya rongga bertepi juga dapat terlihat pada kayu merah yang disinari ultra violet
(60, 62).
IRISAN TANGENSIAL. Rongga bertepi jarang sekali dijumpai pada permukaan tangensial. Studi
SEM menunjukkan bahwa retakan kecil secara diagonal melalui rongga bertepi dalam
dinding trakheid merupakan perubahan anatomi yang paling nyata pada irisan tangensial
dengan penyinaran ultra violet. Retakan sempit secara diagonal terhadap sumbu dinding sel,
sehingga menunjukkan bahwa retakan kecil tersebut terjadi pada sudut fibril dari lapisan S2
dinding sel (Gambar 16 dan 17).
Kenampakan yang umum retakan kecil diagonal selama penyinaran ultra violet diduga
disebabkan oleh konsentrasi lokal dari tensile stress pada sisi sebelah kanan terhadap arah
fibril dari lapisan S2. Retakan diagonal yang lebih besar lagi dapat dilihat pada irisan
tangensial dari dinding trakheid latewood (Gambar 17).
Gambar 16. Microcheck dinding sel pinus kuning pada irisan tangensial
(earlywood) setelah penyinaran ultra violet selama 500 jam (700 × )
Gambar 17. Microcheck dinding sel pinus kuning pada irisan tangensial (latewood)
setelah penyinaran ultra violet selama 500jam (700 × )
Gambar 18. Pandangan irisan melintang kayu lapis mengilustrasikan dampak
pelapukan pada permukaan lapisan dengan pola grain tertentu.
Ringkasan dari Aspek Kimia Pelapukan. Deteriorasi material kayu pada pelapukan
melibatkan reaksi yang kompleks. Penetrasi sinar ultra violet ke dalam kayu tidak lebih
dalam dari 75 m. Namun, reaksi permukaan kayu yang disebabkan atau dipercepat oleh
cahaya dapat diamati dengan diskolorasi, kehilangan kecerahan, dan perubahan tekstur
permukaan setelah penyinaran ultra violet atau penyinaran matahari dalam waktu yang lama.
Spesies radikal bebas terbentuk pada kayu oleh cahaya. Radikal ini secara cepat berinteraksi
dengan oksigen untuk membentuk peroksida air tidak murni yang mudah terurai sehingga
menghasilkan gugus kromoforik seperti karbonil dan karboksil. Penggunaan generator
oksigen singlet, seperti rose Bengal dan metilene blue, begitu juga dengan quencher oksigen
singlet seperti 1,4-diazabicyclo[2.2.2]octane dan triethylamine, menunjukkan partisipasi
oksigen singlet sebagai intermediate yang effektif dalam reaksi fotooksidasi pada permukaan
kayu. Keberadaan air pada kayu juga mempengaruhi tingkat pembentukan radikal bebas.
Jika kadar air kayu meningkat dari 0—6,3%, maka terbentuk lebih banyak radikal bebas; di
luar tahapan ini, tingkat penguraian radikal meningkat. Studi infra merah menunjukkan
bahwa gugus karbonil terbentuk di dalam sellulosa dan lignin. Fraksi terlarut dalam air dari
kayu yang terdegradasi menunjukkan karakteristik penyerapan fenolik yang disebabkan oleh
kehilangan lignin. Studi ESCA menunjukkan bahwa permukaan kayu yang teroksidasi
memiliki kadar oksigen yang lebih tinggi dari pada permukaan kayu yang tidak terbuka.
Sebuah bagan mekanisme umum, yang mampu untuk memperhitungkan pelapukan, atau
fotooksidasi yang lebih umum, dari permukaan kayu, diilustrasikan dalam Gambar 26.
Reaksi berrantai radikal bebas dengan adanya oksigen dan cahaya menyebabkan diskolorasi
dan deteriorasi permukaan kayu.
Gambar 26. Mekanisme fotodegradasi kayu
Perlindungan Terhadap Pelapukan
Fungsi utama pelapisan kayu : melindungi permukaan kayu dari unsur pelapukan alami
(sinar matahari dan air) dan membantu mempertahankan kenampakannya
Sifat kayu yang penting dalam pelapisan adalah kadar air; kerapatan dan tekstur; kadar resin
dan minyak; lebar dan arah lingkaran pertumbuhan; dan cacat seperti simpul, kayu reaksi,
dan kayu yang terinfeksi cendawan. Faktor lainnya yang berpengaruh adalah sifat dan
kualitas pelapis yang digunakan, teknik aplikasi, pra-perlakuan, waktu antara pelapisan
ulang, luas permukaan yang dilindungi dari pelapukan, dan kondisi iklim dan cuaca lokal.
Secara garis besar ada dua type dasar pelapis yaitu :
- pelapis yang membentuk sebuah film, lapisan, atau mantel pada permukaan kayu,
meliputi cat dengan seluruh bentuknya, vernis, lacquer, dan juga penutup yang terikat
pada permukaan kayu
- pelapis yang menembus permukaan kayu sehingga tidak meninggalkan lapisan atau
mantel yang berbeda meliputi preservative, water repellent, pigmen pewarna
semitransparan, dan perlakuan kimia.
Pelapis yang membentuk film.
CAT paling bagus melindungi kayu dari erosi oleh pelapukan dan menawarkan banyak
pilihan warna. menghambat penetrasi air, sehingga mengurangi masalah diskolorasi
cat oleh ekstraktif kayu, pengelupasan dan retakan cat, dan perubahan bentuk kayu
Cat : berbasis minyak atau sistem solvent,
lateks atau sistem pendukung air (waterborne) di dalam air.
VERNIS. Kenampakan alami kayu , memerlukan pemeliharaan rutin , biasanya tidak sesuai
sebagai vernis kayu eksterior karena film mereka yang agak rapuh dan memiliki sensitifitas
terhadap air dan mudah retak atau pecah.
Pelapis dengan penetrasi.
Pelapis dengan penetrasi dapat dibagi lagi menjadi pelapis transparan, semitransparan, dan
garam dalam air
TRANSPARAN.
Water-repellent Preservative (WRP) Pada umumnya, material ini terdiri dari resin (10—
20%), solvent, lilin (bahan kedap air), dan preservative [biasanya pentachlorophenol, tetapi
yang lainnya seperti bis(tri-n-butyltin) oxide, cooper naphthenate, zinc naphthenate, dan
cooper 8-quinolinolate juga dapat digunakan]Perlakuan permukaan kayu dengan WRP akan
melindungi kayu yang berada di ruangan terbuka dengan sedikit perubahan dalam
penampilannya. Perlakuan ini mengurangi pengelupasan dan retakan, mencegah penodaan
air pada batas dan ujung sisi kayu, dan membantu mengendalikan pertumbuhan jamur.
SEMITRANSPARAN.
bahan ini menembus kayu hingga beberapa derajat tanpa membentuk pemutusan,lapisan
Pelapis warna ini memberikan penampilan yang kurang alami karena mengandung pigmen
yang sebagian menyembunyikan grain dan warna kayu aslinya. Bahan ini jauh lebih tahan
lama daripada vernis atau WRP, dan memberikan lebih banyak perlindungan terhadap
pelapukan. Dengan sistem pewarna ini, pelapukan diperlambat dengan menghambat
pergantian pembasahan dan pengeringan kayu dan dengan adanya pigmen pada permukaan
kayu mampu meminimalkan dampak degradasi sinar matahari. Jumlah pigmen pada pewarna
semitransparan sangat bervariasi, dan memiliki tingkat perlindungan yang berbeda terhadap
sinar matahari, dan diperoleh penutupan penampilan asli permukaan kayu.
GARAM DALAM AIR. Perlakuan permukaan ini menghasilkan pelapisan yang serupa dengan
pelapis semitransparan karena mengubah warna kayu dan meninggalkan deposit permukaan
dari material yang sama dengan pigmen yang ditemukan dalam pewarna semitransparan.
PRESERVATIVE.
preservative pada kayu memberikan perlindungan terhadap pelapukan dan pembusukan, dan
banyak sekali kayu yang diberi perlakuan dengan preservative dibiarkan tanpa diberi
tambahan pelapis. Terdapat tiga type preservative utama: (1) preservative minyak (misalnya,
coal-tar creosote), (2) larutan solvent organik (misalnya, pentachlorophenol), dan (3) garam
waterborne (misalnya, chromated cooper arsenate)
PERLAKUAN PERMUKAAN. chromium trioxide (chromic acid, chromic anhydride), cooper
chromate (campuran garam tembaga terlarut dan khromat terlarut), atau larutan ammoniacal
Gambar 27. Irisan melintang pinus kuning dengan perlakuan 0,1 % larutan chromic acid
setelah penyinaran ultra violet selama 500 jam (700 × ).
Gambar 28. Irisan melintang pinus kuning dengan perlakuan 5 % larutan chromic acid
setelah penyinaran ultra violet selama 500 jam (700 × ).
Gambar 29. Irisan melintang pinus kuning dengan perlakuan 10 % larutan chromic acid
setelah penyinaran ultra violet selama 500 jam (700 × ).
Gambar 30. Microchek dinding sel pinus kuning dengan perlakuan 10 % larutan chromic
acid setelah penyinaran ultra violet selama 1000 jam (700 × ).
Pewarna buram.
Pelapis ini memiliki kandungan pigmen yang tinggi dan sepenuhnya menutupi warna dan
sosok kayu. Tekstur permukaan tetap terpelihara dan pelapisan ini menghasilkan penampilan
yang datar
Interaksi Kayu—Pelapisan
meskipun terdapat beberapa bukti nyata tentang karakteristik interaksi kayu-pelapisan,
namun banyak yang masih merupakan spekulasi dan teori yang belum dicoba. Dengan
Mikroskop elektron dan teknik analisis penyebaran energi sinar X terlihat adanya penetrasi
anion tertentu ke dalam dinding sel dengan kation yang tersisa dalam lumen sel; pigmen besi
oksida sepenuhnya mengendap pada permukaan kayu.
Rangkuman dan Pertimbangan Masa Depan
- Kayu yang berada di ruangan terbuka tanpa diberikan perlindungan akan mengalami;
fotodegradasi oleh sinar ultra violet; pencucian, hidrolisis, dan pengembangan oleh air;
dan diskolorasi serta degradasi oleh mikroorganisme pengurai. Namun perubahan ini
hanya mempengaruhi permukaan kayu yang terbuka.
- Sinar ultra violet tidak mampu menembus kayu lebih dalam dari 75 m, dan cahaya
tampak tidak lebih dari 200 m. Penelitian SEM menunjukkan bahwa sebagian besar
dinding sel pada permukaan melintang yang terbuka terpisah pada daerah lamella tengah.
Pit bertepi dan setengah bertepi pada permukaan radial yang terbuka sangat terdegradasi
oleh sinar ultra violet.
- Radikal bebas terbentuk pada permukaan kayu selama penyinaran. Tingkat pembentukan
radikal bebas semakin tinggi jika KAmeningkat dari 0 menjadi 6,3. Radikal bebas dan
oksigen singlet berperan penting dlm reaksi diskolorasi dan deteriorasi permukaan kayu.
- Kayu dapat dilindungi dengan cat, pewarna, dan material yang serupa. Bahan kimia yang
terikat secara permanen yang memberikan stabilisasi ultra violet, pengendalian warna,
ketahanan air, dan stabilitas dimensional dapat meningkatkan penampilan di ruangan
terbuka secara nyata.
- Beberapa aspek pelapukan kayu tidak sepenuhnya dipahami.
- Peranan modifikasi kimia pada kayu dan permukaan kayu dalam pengendalian proses
pelapukan ruangan terbuka sangat penting untuk penggunaan kayu di ruangan terbuka
pada masa yang akan datang.