Anda di halaman 1dari 14

Bab 11

Kimia Pelapukan Dan Perlindungan


William C. Feist & David N.S. Hon

Kayu yang berada di ruangan terbuka mengalami fotodegradasi dan degradasi


fotooksidatif pada proses pelapukan secara alami. Sinar ultra violet
berinteraksi dengan lignin sehingga menimbulkan diskolorasi dan deteriorasi.
Deteriorasi kayu dalam proses pelapukan alami melibatkan serangkaian reaksi
radikal bebas yang sangat kompleks. Cahaya tidak dapat menembus kayu lebih
dari 200 μm, sehingga reaksi degradasi hanya terjadi di permukaan. Radikal
bebas terbentuk di alam kayu oleh sinar yang secara cepat berinteraksi dengan
oksigen sehingga menghasilkan peroksida air yang mudah terdekomposisi
menghasilkan kelompok kromoporik.
Pelapukan : kombinasi yang kompleks dari faktor-faktor kimia, mekanik, dan energi cahaya
Berbagai agen perusak fisik penting pada kayu dapat ditunjukkan dengan membandingkan
dua keadaan, yaitu di dalam dan di luar struktur kayu (Tabel 1)
Faktor pelapukan : radiasi sinar matahari (ultra violet, sinar tampak, dan infra merah), air
(embun, hujan, salju, dan kelembaban), suhu, dan oksigen. , faktor pelapukan lainnya : bahan
pencemar pada atmosfer seperti sulfur dioksida, nitrogen dioksida, dan ozon dengan ada atau
tidaknya sinar ultra violet.
Dua unsur yang paling penting
AIR.
Air secara cepat diserap oleh gaya kapiler pada lapisan permukaan kayu, diikuti dengan
penjerapan di dalam dinding sel kayu. Uap air diambil secara langsung melalui adsorpsi pada
kondisi kelembaban relatif yang tinggi; akibatnya kayu mengembang. Tekanan (stress)
terjadi di dalam kayu dengan pengembangan dan penyusutan yang disebabkan oleh gradien
air antara permukaan dan bagian dalam. Stress tersebut lebih besar pada gradien air yang
tiba2 dan biasanya paling besar di sekitar permukaan kayu. Stress yang tidak seimbang dapat
menyebabkan lengkungan dan retakan permukaan
CAHAYA.
Fotodegradasi oleh sinar ultra violet menyebabkan perubahan komposisi kimia, khususnya
lignin, dan selanjutnya perubahan warna, berlangsung dengan sangat cepat hanya terjadi
pada kedalaman 0,05—2,5 mm.
Kombinasi dari berbagai unsur tersebut dapat menghasilkan jalur degradasi yang berbeda,
dengan penyinaran yang mempercepat pengaruh air atau sebaliknya.
FAKTOR LAIN.
- Panas, suhu tingkat reaksi fotokimia dan oksidatif
- Cahaya tampak : Hilangnya kekuatan berhubungan dengan depolimerisasi lignin dan
unsur dinding sel yang disebabkan oleh cahaya dan juga berhubungan dengan penguraian
struktur mikro kayu berikutnya.
- Faktor penting dalam pelapukan kayu pada musim panas adalah intensitas radiasi
matahari, dan pada musim dingin, tingginya kandungan SO2 di udara sekitar merupakan
faktor pelapukan utama (central Europe exposure) (29).
- Pembekuan dan pencairan air yang terserap, abrasi atau tindakan mekanik, seperti angin,
pasir, dan kotoran, dapat menjadi sebuah faktor penting terhadap tingkat degradasi
permukaan dan hilangnya kayu. Partikel kecil seperti pasir dapat mengisi retakan
permukaan dan melalui pengembangan dan pengempisan, dapat memperlemah serat yang
bersentuhan dengan partikel tersebut.
Penetrasi Sinar dan Deteriorasi Permukaan Kayu. Meskipun pelapukan bahan kayu
bergantung pada banyak faktor lingkungan, terdapat banyak bukti bahwa hanya spektrum
elektromagnetik yang relatif sempit saja yaitu bagian ultra violet dari sinar matahari, yang
menjadi penyebab utama degradasi fotooksidatif kayu.
Aturan fotokimia pertama [prinsip-prinsip Grotthus–Drapper (30)] menyatakan bahwa
sebelum terjadi reaksi fotokimia, pertama-tama komponen sistem harus menyerap cahaya.
Aturan fotokimia yang kedua [Prinsip Stalk–Einstein (31)] menyatakan bahwa sebuah
molekul hanya dapat menyerap satu quantum radiasi. Energi yang terserap menyebabkan
pelepasan ikatan molekul penyusun kayu. Proses homolitik ini menghasilkan radikal bebas
sebagai produk primer reaksi fotokimia. Reaksi ini dengan atau tanpa adanya oksigen dan
air, dapat menyebabkan depolimerisasi dan membentuk kelompok kromoforik seperti
karbonil, karboksil, quinon, peroksida, peroksida air, dan ikatan ganda terkonjugasi.
Pada dasarnya, kayu adalah bahan yang mampu menyerap sinar dengan sangat baik. Karena
lebarnya kisaran kelompok kromoforik yang berhubungan dengan komponen permukaannya,
kayu tidak dapat dengan mudah ditembus oleh sinar. Pada dasarnya, pemudaran warna kayu
oleh cahaya hanya terjadi pada permukaan. Sinar hanya mampu mempengaruhi lapisan
permukaan pinus ponderosa dan kayu merah yang berwarna coklat gelap sampai ketebalan
kayu 0,5—2,5 mm (1, 17, 35). Dengan berlangsungnya pelapukan, sebagian besar kayu
berubah warna menjadi kelabu, tetapi hanya sampai ketebalan sekitar 0,10—0,25 mm.
Cahaya tampak (400—750 nm) dapat menembus kayu hingga ketebalan 2540 µ m (35).
Lapisan permukaan kayu yang berwarna kelabu dilaporkan memiliki ketebalan 125 µ m; di
bawah lapisan kelabu adalah lapisan coklat dari ketebalan 508—2540 µ m. Perubahan warna
ini merupakan hasil dari reaksi fotokimia yang selalu melibatkan radikal bebas.
Telah dilaporkan penggunaan teknik transmisi sinar ultra violet untuk mengukur penetrasi
sinar melalui permukaan radial dan tangensial dari berbagai kayu yang berbeda sebagai
fungsi dari ketebalan (36). Teknik electron spin resonance (ESR) digunakan untuk
memonitor radikal bebas yang dihasilkan pada berbagai lapisan kayu yang berbeda.
Diketahui bahwa sinar ultra violet tidak dapat menembus lebih dari 75 µ m; sebaliknya
cahaya tampak mampu menembus sampai kedalaman 200 µ m dari permukaan kayu.
Cahaya tampak dengan panjang gelombang 400—700 nm tidak cukup untuk memutuskan
ikatan kimia penyusun kayu (36) karena energinya kurang dari 70 kkal/mol (33, 37). Warna
coklat yang terbentuk pada kedalaman 508—2540 µ m sebenarnya tidak disebabkan oleh
cahaya, seperti yang dinyatakan oleh Browne dan Simonsen (35). Mereka menduga bahwa
senyawa aromatik komponen kayu pada permukaan kayu pertama-tama menyerap sinar ultra
violet, sebuah proses transfer energi dari molekul ke molekul menyebarkan kelebihan energi.
Proses transfer energi yang terjadi di antara kelompok yang tereksitasi secara elektronik pada
lapisan luar permukaan kayu dan kelompok lainnya di bawah permukaan kayu berperan
dalam diskolorasi yang terjadi di bawah permukaan kayu, yang secara praktis tidak menyerap
sinar ultra violet. Selanjutnya, radikal bebas yang ditimbulkan oleh cahaya memiliki energi
tinggi dan cenderung mengalami reaksi berrantai untuk menstabilkan radikal induk.
Sehingga, radikal bebas yang terbentuk dengan cara ini dapat bergerak lebih dalam pada kayu
untuk menyebabkan reaksi diskolorasi.
Perubahan sifat selama pelapukan
Perubahan Kimia. Telah dilaporkan adanya peningkatan kandungan sellulosa pada
permukaan kayu yang terlapuk (40, 19). Data analitik tentang kayu pinus putih yang
telah dilapukkan di ruangan terbuka selama 20 tahun menunjukkan bahwa pelapukan
tersebut menyebabkan degradasi dan melarutkan lignin. Sellulosa tampaknya hanya
sedikit terpengaruh, kecuali untuk lapisan permukaan kayu bagian luar. Lapisan kayu
bagian dalam hanya beberapa milimeter di bawah permukaan kelabu memiliki
komposisi yang sama dengan kayu normal, kayu yang tidak terlapuk. Analisis gula
kayu dari hidrolisis ekstrak air dari kayu yang terlapuk menunjukkan bahwa xylan
dan araban terlarut lebih cepat dari pada glukosan. Glukosa tidak banyak terdapat
dalam ekstrak air yang terhidrolisis selama analisis, meskipun unit glukosa sangat
banyak terdapat pada polisakarida kayu normal.
Kesimpulan kami adalah penyerapan sinar ultra violet oleh lignin pada permukaan
kayu menyebabkan degradasi lignin. Sebagian besar hasil degradasi lignin tercuci
oleh air hujan. Serat yang memiliki kandungan sellulosa tinggi dan berwarna
keputihan hingga kelabu tetap berada pada permukaan kayu dan tahan terhadap
degradasi sinar ultra violet.
Percobaan infra merah menunjukkan bahwa selama radiasi sinar ultra violet pada
kayu, penyerapan oleh gugus karbonil pada 1720 cm–1 dan 1735 cm–1 meningkat,
sementara penyerapan untuk lignin pada 1265 cm–1 dan 1510 cm–1 secara bertahap
menurun (Gambar 2). Peningkatan gugus karbonil merupakan hasil dari oksidasi
sellulosa dan lignin. Penurunan jumlah lignin disebabkan oleh degradasi lignin oleh
cahaya.
Spesimen diberikan penyinaran xenon dengan kerapatan tinggi pada ruangan
pelapukan. Penyinaran dilakukan dalam siklus 20 jam yang dilanjutkan dengan 4 jam
penyemprotan dengan air destilata. Pengukuran erosi dilakukan menggunakan
mikroskop (1, 55). Hasilnya menunjukkan bahwa kayu keras yang padat tererosi
pada tingkat yang sama dengan yang terlihat pada latewood spesies kayu lunak
(diduga pada 3 mm/abad dibandingkan dengan 6 mm/abad untuk earlywood kayu
lunak). Secara umum, semakin tinggi tingkat kepadatan, semakin rendah tingkat
erosinya. Kayu dengan tingkat kepadatan lebih rendah, seperti basswood, memiliki
tingkat erosi yang lebih tinggi daripada kayu oak, tetapi lebih rendah dibandingkan
dengan earlywood kayu lunak.
Gambar 2. Perubahan spektra infra merah pada kayu yang disinari dengan sinar ultra
violet
Tabel II. Absorbance infra merah dari kayu yang disinari dengan sinar ultra
violet
Ukuran yang sesuai untuk perubahan gugus karbonil dan lignin diberikan dengan
rasio absorbance infra merah dari gugus karbonil dan lignin terhadap penyerapan
band pada 895 cm–1—sebuah penyerapan yang disebabkan oleh adanya hidrogen pada
C-1, yang secara normal tidak berubah selama fotoradiasi. Hasilnya ditunjukkan
dalam Tabel II. Perubahan kandungan lignin juga dapat ditentukan berdasarkan
kurva kaliberasi lignin vs. penyerapan pada 1510 cm–1. Hasil dari perubahan
kandungan lignin pada permukaan kayu yang mengalami fotoradiasi tersebut
ditunjukkan dalam Tabel III. Hasil ini menunjukkan bahwa terbentuk gugus
karbonil, sementara kandungan lignin menurun, pada permukaan kayu yang terbuka.
Selanjutnya, permukaan kayu yang mengalami pencucian menunjukkan adanya
peningkatan konsentrasi produk oksidasi yang terlarut dalam air, yang dapat dideteksi
menggunakan spektroskopi ultra violet (Gambar 3).
Tabel III. Perubahan Absorbance infra merah dan kandungan lignin dari kayu
yang disinari dengan ultra violet
Gambar 3. Spektra penyerapan sinar ultra violet pada fraksi kayu terlarut dari kayu
yang disinari dengan ultra violet
Gambar 4. Perubahan spectra infra merah dari kayu yang berada di ruangan
terbuka

Kayu yang berada di ruangan terbuka sepenuhnya kehilangan penyerapannya pada


1265 cm–1 dan 1510 cm–1, karena terjadinya pencucian lignin yang terdegradasi,
setelah 30 hari mengalami pelapukan di ruangan terbuka (Gambar 4). Penyerapan
gugus karbonil pada 1720 cm-1 dan 1735 cm–1 juga menurun. Pengamatan ini
menunjukkan bahwa penyusun kimia yang teroksidasi pada permukaan kayu,
khususnya komponen lignin, tercuci dari permukaan kayu oleh air. Sebuah penelitian
tentang kurva perbedaan ionisasi lignin pada kondisi basa menunjukkan bahwa fraksi
terlarut dalam air dari kayu yang terlapuk menunjukkan karakteristik penyerapan
fenolik.
Perubahan warna.
Pada umumnya, seluruh kayu berubah kuning hingga coklat yang disebabkan oleh
penghancuran kimia lignin dan extractive kayu (1, 5, 7, 17, 47a). Perubahan
warna ini terjadi hanya beberapa bulan penyinaran matahari, dan iklim panas
(Gambar 5). Kayu yang kaya akan extractive akan memutih sebelum terlihat
menjadi coklat. Gambar 5. Rendering warna dengan Artist,
perubahan dan perubahan permukaan kayu selama proses pelapukan di
ruangan terbuka dari kayu lunak.
Gambar 6. Penurunan kecerahan kayu yang terlapuk di ruangan terbuka.
Keterangan: , western red cedar; , redwood; , pinus kuning; dan ,
Douglas-fir.
Gambar 7. Perubahan warna kayu yang mengalami pelapukan ruangan terbuka.
Keterangan: , pinus kuning; , redwood; , Douglas-fir; dan , western red cedar.

Jika kayu dibiarkan di ruangan terbuka atau disinari dengan ultra violet dalam jangka waktu
yang relatif pendek, maka akan segera terlihat terjadi perubahan kecerahan dan warna.
Penurunan kecerahan dan warna selama 480 hari pelapukan di ruangan terbuka ditunjukkan
masing-masing dalam Gambar 6 dan 7. Perubahan warna, ∆ E, didasarkan pada unit
CIELAB (47b). Beberapa spesies kayu, seperti kayu merah, pinus kuning, dan Douglas-fir,
kehilangan kecerahannya secara nyata pada bulan pertama. Namun spesies kayu ini akan
kembali menjadi cerah setelah 180 hari berada di ruangan terbuka. Setelah periode
pelapukan ini, tingkat kecerahan akan turun kembali. Redcedar bagian barat kembali cerah
pada 180 hari pertama berada di ruangan terbuka, diikuti dengan penurunan kecerahan
setelah 180 hari.
Di samping perubahan kecerahan, seluruh spesies kayu yang berada di ruangan terbuka
mengalami perubahan warna dari kuning pucat menjadi coklat dan kelabu setelah 180 hari.
Seperti yang terlihat pada Gambar 7, diskolorasi secara nyata terjadi antara 90 dan 120 hari.
Perubahan warna kayu menunjukkan terjadinya perubahan kimia di dalam kayu selama
pelapukan. Hanya bagian di sekitar Hanya bagian di sekitar permukaan kayu yang terbuka
saja yang terpengaruh. Air hujan mencuci hasil dekomposisi berwarna coklat tersebut,
sehingga lapisan perak kelabu terdiri dari susunan serat yang tidak teratur terbentuk pada
lapisan berwarna coklat (lihat Bab 5, Gambar 18). Lapisan kelabu tersusun atas bagian
sellulosa kayu yang tahan pencucian. Warna permukaan ini terlihat berubah menjadi kelabu
jika kayu dibiarkan terkena terik matahari dengan curah hujan rendah. Namun, biasanya
didominasi oleh mekanisme perubahan warna kelabu lainnya yaitu aktivitas cendawan,
khususnya jika kelembabannya tinggi.
Perubahan fisik.
- warna, berat
Gambar 8. Permukaan kayu lunak yang terlapuk setelah 15 tahun (di Madison, Wisconsin).
Pelapukan permukaan kayu oleh kombinasi cahaya dan air menyebabkan perubahan
warna permukaan menjadi gelap dan menghasilkan pembentukan retakan
makroskopis hingga mikroskopis interselluler dan intrasellluler. Ikatan dinding sel di
sekitar permukaan kayu lenyap. Jika proses pelapukan berlanjut, air hujan mencuci
bagian yang terdegradasi dan terjadi erosi lebih lanjut (Gambar 8). Karena perbedaan
type jaringan kayu pada permukaan, maka terdapat perbedaan intensitas retakan dan
erosi, dan permukaan kayu menjadi semakin tidak rata. Erosi pada kayu keras
berlangsung lebih lambat dari pada kayu lunak
Tingkat erosi kayu yang berada di ruangan terbuka juga dapat diduga dari data yang
diperoleh dari pelapukan terkendali dari beberapa kayu (Tabel IV) Spesimen diberikan
penyinaran xenon dengan kerapatan tinggi pada ruangan pelapukan. Penyinaran
dilakukan dalam siklus 20 jam yang dilanjutkan dengan 4 jam penyemprotan dengan
air destilata. Pengukuran erosi dilakukan menggunakan mikroskop (1, 55). Hasilnya
menunjukkan bahwa kayu keras yang padat tererosi pada tingkat yang sama dengan
yang terlihat pada latewood spesies kayu lunak (diduga pada 3 mm/abad
dibandingkan dengan 6 mm/abad untuk earlywood kayu lunak). Secara umum,
semakin tinggi tingkat kepadatan, semakin rendah tingkat erosinya. Kayu dengan
tingkat kepadatan lebih rendah, seperti basswood, memiliki tingkat erosi yang lebih
tinggi daripada kayu oak, tetapi lebih rendah dibandingkan dengan earlywood kayu
lunak.

Perubahan Mikroskopis.
Perubahan mikroskopis menyertai perubahan fisik kayu selama pelapukan. Tanda deteriorasi
yang pertama kali muncul pada permukaan kayu lunak adalah membesarnya celah lubang
pada dinding radial dari trakheid earlywood (60—62). Selanjutnya, retakan kecil ini
membesar karena adanya kontraksi dinding sel. Selama pelapukan, dampak pencucian dan
plastisisasi air mendorong perbesaran retakan. Perubahan tersebut lebih cepat lagi terjadi
pada kayu merah dari pada Douglas-fir.
Mikroskop elektron digunakan untuk mempelajari perusakan struktur kayu yang disebabkan
oleh pelapukan (56, 63–65). Dilakukan pengamatan terhadap permukaan kayu tua, baik yang
diproteksi maupun dibiarkan terlapuk. Penelitian ini menunjukkan deteriorasi lambat dan
kerusakan tetap pada lamella tengah, berbagai lapisan dinding sel, dan kekuatan kohesif
jaringan kayu. Serat tunggal lebih stabil dan tahan lama. Bagian yang paling stabil dari serat
kayu adalah mikrofibril. Berbagai lapisan dinding sel mengalami kerusakan karena
kehilangan struktur kohesif di antara mikrofibril dan kehilangan adesi antara lapisan. Seluruh
rongga membesar sehingga menyebabkan deteriorasi struktur serat. Proses pelapukan hanya
terbatas pada sebuah lapisan permukaan tipis 2—3 mm. Pada kayu sangat tua yang
diproteksi hanya sedikit terjadi kerusakan dari elemen tertentu pada level ultrastruktural, dan
sampel tersebut tetap memiliki sifat dan kenampakan makroskopis normal (65). Selama
kekuatan elemen utama (mikrofibril) tetap padu, sifat utama kayu tidak mengalami
perubahan yang mencolok.
Pola kerusakan sel permukaan kayu dan sel yang berdekatan dengan permukaan kayu diteliti
pada sapwood pinus radiata yang diletakkan di ruangan terbuka untuk pelapukan selama 4 ½
tahun (66, 67). Pola kerusakan dicirikan dengan terjadinya deteriorasi dua kali lipat;
permulaan kehilangan sifat pewarnaan histokimia dari lignin yang diikuti dengan
meningkatnya penipisan dinding sel. Penipisan dinding trakheid terjadi secara sentrifugal,
dinding sekunder bagian dalam terlihat lebih dulu menghilang.
Deteriorasi permukaan kayu setelah mendapatkan sinar ultra violet buatan terlihat setelah
penyinaran kayu selama 500 jam (68). Dampak fotodegradatif terhadap permukaan secara
melintang, radial, tangensial dari specimen pinus kuning dijelaskan dalam bagian berikutnya.
IRISAN MELINTANG. Irisan melintang dari pinus kuning secara normal agak sederhana dan
homogen. Sistem sumbunya pada dasarnya tersusun atas trakheid kayu dengan sel parenkim
yang relatif sedikit. Sebuah mikrograf SEM dari irisan melintang permukaan pinus sebelum
mengalami pelapukan terlihat dalam Gambar 9.
Gambar 9. Irisan melintang pinus kuning (700 × )
Gambar 10. Irisan melintang pinus kuning yang disinari dengan ultra violet selama
500 jam (700 × ).
Gambar 11. Irisan melintang pinus kuning yang disinari dengan ultra violet selama
1000 jam (700 × ).

Irisan melintang kayu disinari dengan ultra violet selama 500 jam. Deteriorasi permukaan
kayu segera terlihat dari mikrograf SEM (Gambar 10). Dinding sel pada zone lamella tengah
terpisah. Dalam kondisi yang lebih ekstrim, dinding sekunder hampir terpecah. Kasarnya
permukaan dapat diamati secara visual. Deteriorasi permukaan terbentuk lebih lanjut jika
specimen tersebut disinari sampai 1000 jam (Gambar 11). Rongga bertepi pada dinding
trakheid rusak total. Warna kayu berubah dari kuning pucat menjadi coklat terang dan
kemudian menjadi coklat gelap masing-masing setelah 500 dan 1000 jam penyinaran ultra
violet.
IRISAN RADIAL. Rongga bertepi pada pinus kuning dapat diamati pada dinding radial baik pada
earlywood maupun latewood. Pada umumnya, rongga bertepi yang terletak pada earlywood
lebih besar dan lebih banyak daripada latewood. Mikrograf SEM untuk rongga semi bertepi
dan rongga bertepi pada dinding radial sebelum mendapatkan penyinaran ultra violet
ditunjukkan dalam Gambar 12 dan 13.
Gambar 12. Struktur pit setengah bertepi pinus kuning pada irisan radial (700 × )
Gambar 13. Struktur pit bertepi dari pinus kuning pada irisan radial (700 × )
Gambar 14. Deteriorasi pit setengah bertepi dan dinding sel pinus kuning pada
irisan radial setelah penyinaran ultra violet selama 500 jam (700 × ).
Gambar 15. Deterirasi pit bertepi dan dinding sel pinus kuning pada irisan radial
setelah penyinaran ultra violet selama 1000 jam (700 × )

Perubahan yang pertama kali terlihat dalam struktur anatomi dari irisan radial pinus kuning
yang mendapatkan penyinaran terjadi pada rongga (pit). Setelah 500 jam penyinaran ultra
violet, rongga semi bertepi mengalami kerusakan. Rongga bertepi juga berinteraksi dengan
sinar, namun lebih kecil (Gambar 14). Rongga bertepi masih tetap bertahan. Retakan dan
pembentukan ruang kosong kadang-kadang dapat terlihat dari specimen yang disinari.
Namun, setelah 1000 jam penyinaran, terlihat deteriorasi berat pada rongga bertepi.
Mikrograf SEM tersebut (Gambar 15) menunjukkan bahwa lubang pada rongga bertepi
membesar hingga batas chamber. Kubah pit (rongga) mengalami kerusakan total. Lebih
ekstrim, deteriorasi juga menyebar pada permukaan radial dari dinding trakheid. Degradasi
seluruh dinding sel kemungkinan terjadi pada masa penyinaran yang lebih lama.
Menghilangnya rongga bertepi juga dapat terlihat pada kayu merah yang disinari ultra violet
(60, 62).
IRISAN TANGENSIAL. Rongga bertepi jarang sekali dijumpai pada permukaan tangensial. Studi
SEM menunjukkan bahwa retakan kecil secara diagonal melalui rongga bertepi dalam
dinding trakheid merupakan perubahan anatomi yang paling nyata pada irisan tangensial
dengan penyinaran ultra violet. Retakan sempit secara diagonal terhadap sumbu dinding sel,
sehingga menunjukkan bahwa retakan kecil tersebut terjadi pada sudut fibril dari lapisan S2
dinding sel (Gambar 16 dan 17).
Kenampakan yang umum retakan kecil diagonal selama penyinaran ultra violet diduga
disebabkan oleh konsentrasi lokal dari tensile stress pada sisi sebelah kanan terhadap arah
fibril dari lapisan S2. Retakan diagonal yang lebih besar lagi dapat dilihat pada irisan
tangensial dari dinding trakheid latewood (Gambar 17).
Gambar 16. Microcheck dinding sel pinus kuning pada irisan tangensial
(earlywood) setelah penyinaran ultra violet selama 500 jam (700 × )
Gambar 17. Microcheck dinding sel pinus kuning pada irisan tangensial (latewood)
setelah penyinaran ultra violet selama 500jam (700 × )
Gambar 18. Pandangan irisan melintang kayu lapis mengilustrasikan dampak
pelapukan pada permukaan lapisan dengan pola grain tertentu.

Pelapukan material berbahan dasar kayu


Kayu lapis. Pelapukan kayu lapis berhubungan secara langsung dengan kualitas lapisan
yang terbuka dan bahan pengikat yang digunakan. Karena terdapat kecenderungan terjadinya
retakan, sebagian besar kayu lapis eksterior dilapisi dengan vernis atau bahan pelapis
permukaan. Kayu lapis tersebut mengalami pelapukan yang serupa dengan kayu utuh (1, 2, 7
Karena earlywood dari spesies kayu lunak biasanya mengalami pelapukan dengan lebih cepat
dari pada latewood dari spesies yang sama, maka pola grain dari permukaan lapisan
menjadi sangat penting dalam penentuan tingkat pelapukan pada glueline. Gambar 18
mengilustrasikan irisan melintang dari pelapukan kayu lapis pada tahapan yang
menunjukkan, earlywood yang mudah terlapuk pada permukaan lapisan telah tererosi
meninggalkan lapisan latewood yang lebih padat. Diberikan empat pola grain yang
mengilustrasikan dampaknya terhadap tingkat erosi. Tampaknya, glueline akan terlihat lebih
cepat jika permukaan lapisan diambil dari pohon cepat tumbuh (Gambar 18C) atau jika
mereka memiliki pola vertical-grain (Gambar 18D). Jika kondisi ini terjadi, pelapukan dapat
berlangsung secara langsung pada glueline melalui sebuah jalur earlywood yang mudah
terlapuk. Semakin tipis lapisan permukaan, semakin tinggi kemungkinan terjadinya situasi
yang digambarkan dalam Gambar 18C.
Latewood juga tererosi melalui pelapukan. Tingkat erosinya lambat untuk sebagian besar
spesies kayu lunak (Tabel IV). Namun, pada akhirnya lapisan permukaan kayu lapis yang
tidak dilindungi akan tererosi, dengan tanpa menghiraukan pola grain spesies kayu.
Panel Produk yang Disusun Ulang.
Pelapukan kayu yang dimodifikasi secara kimia
Dilakukan perbandingan antara modifikasi kimia terhadap dinding sel kayu dengan butyl
isocyanate atau butylene oxide, modifikasi pengisian lumen dengan metyl methacrylate, dan
kombinasi modifikasi dinding sel dan modifikasi pengisian lumen dengan pinus selatan yang
tidak dimodifikasi. Perubahan fisik, mikroskopis, dan kimia yang terjadi pada permukaan
kayu setelah penyinaran ultra violet dalam lingkungan pelapukan yang dipercepat, dievaluasi
untuk earlywood dan latewood. Dalam penelitian ini disertakan penyinaran ultra violet
maupun kombinasi sinar ultra violet dan air.
Aspek Kimia Reaksi Pelapukan
Kayu tidak mengandung radikal bebas intrinsik (77). Namun, kayu merupakan bahan
penyerap cahaya yang bagus. Bahan ini segera berinteraksi dengan radiasi elektromagnetik
dengan panjang gelombang sama dengan atau lebih pendek dari cahaya tampak dan
terbentuklah berbagai type radikal bebas. Radikal bebas ini dapat dideteksi dengan
spektroskop electron spin resonance (ESR) (77b). Sinyal ESR dari radikal bebas yang
berasal dari kayu yang disinari dengan berbagai sumber cahaya yang berbeda, yaitu, cahaya
fluorescent, sinar matahari, dan sinar ultra violet ditunjukkan dalam Gambar 19. Semakin
pendek panjang gelombang dan semakin besar energi cahaya dari sinar ultra violet maka
semakin banyak menghasilkan konsentrasi radikal bebas pada permukaan kayu. Nilai ini
diikuti oleh sinar matahari dan cahaya fluorescent jika kayu disinari pada kondisi yang sama.
Dengan mengabaikan sumber cahaya, radikal bebas yang terbentuk secara cepat berinteraksi
dengan molekul oksigen untuk membentuk peroksida air yang sensitif terhadap panas dan
cahaya melalui intermediate radikal peroksida air. Hal ini memiliki dampak yang buruk
terhadap stabilitas kayu dalam menahan pelapukan (78). Peroksida air tidak murni yang
terbentuk pada permukaan kayu dapat ditentukan dengan teknik spektrofotometri
menggunakan metode iodometri dan triphenylphosphine (79, 80).
Gambar 19. Sinyal ESR radikal bebas kayu yang berasal dari kayu yang telah disinari
dengan berbagai sumber cahaya pada 77 K selama 60 menit. Keterangan: a,
sinar fluorescence; b, sinar matahari; dan c, sinar ultra violet
Reaksi radikal bebas dalam sellulosa dan hemisellulosa
Tingkat fotodegradasi sellulosa dan hemisellulosa sangat tergantung pada intensitas dan
distribusi energi cahaya. Pembentukan radikal bebas merupakan tanda dari permulaan
degradasi polimer.
Reaksi Radikal Bebas pada Lignin. Model lignin konvensional memberikan gambaran
yang luas dari gugus reaktif yang terdapat dalam lignin asli yang menjadikannya sebagai
penyerap cahaya yang sangat bagus. Lignin memiliki puncak penyerapan pada 280 nm
dengan ujungnya yang mencapai 400 nm lebih (Gambar 20).
Gambar 20. Kurva penyerapan ultra violet untuk lignin
Beberapa fakta tentang reaksi fotokimia yang telah diperoleh dirangkum dalam uraian
sebagai berikut:
(1) Lignin dengan mudah terdegradasi oleh cahaya dengan panjang gelombang lebih
pendek dari 350 nm. Terlihat jelas terjadi pembentukan warna dari gugus
kromoforik.
(2) Lignin tidak terdegradasi oleh cahaya yang lebih panjang dari 350 nm, namun
terjadi pemudaran atau pemucatan lignin oleh cahaya yang dapat dilihat jika disinari
dengan panjang gelombang lebih dari 400 nm.
(3) Terjadi penurunan kandungan methoxy lignin.
(4) Radikal phenoxy dihasilkan dengan cepat dari gugus hidroksi fenolik.
(5) Ikatan karbon–karbon yang berdekatan dengan gugus α-carbonyl mengalami
fotodissosiasi melalui reaksi Norrish Type I (86b).
(6) Reaksi Norrish Type I tidak berlangsung secara efisien pada senyawa tersebut
dengan ikatan eter yang berdekatan dengan gugus α -carbonyl. Fotodissosiasi
terjadi pada ikatan eter.
(7) Senyawa dengan gugus benzoyl alcohol tidak peka terhadap fotodissosiasi kecuali
jika terdapat fotosensitizer.
(8) Gugus α-carbonyl berfungsi sebagai fotosensitizer dalam fotodegradasi lignin (7).
Karakteristik dan Reaksi Radikal Bebas dalam Kayu yang Terlapuk. Kayu, komponen
serat kayu, dan lignin terisolasi mengandung radikal bebas yang dapat dideteksi
menggunakan spektroskopi ESR (88, 89). Kayu hijau yang tidak disinari dengan kadar air
69% (di dalam ruangan hampa dan gelap) tidak memiliki kandungan radikal bebas. Radikal
bebas dalam jumlah kecil kemungkinan dihasilkan dengan adanya oksigen, dan kebanyakan
radikal bebas ini terbentuk di dalam kayu selama preparasi mekanik seperti halnya pada kayu
yang mendapatkan radiasi elektromagnetik.
Studi ESR menunjukkan bahwa kayu dengan cepat bereaksi dengan sinar matahari,
cahaya fluorescent, dan sinar ultra violet buatan untuk menghasilkan radikal bebas,
baik dengan adanya udara maupun hampa (Gambar 21 dan 22). Radikal bebas yang
lebih banyak terbentuk dalam ruang hampa daripada udara untuk seluruh sumber cahaya pada
77K. oksigen merupakan unsur obligator untuk mengaktifkan permukaan kayu untuk
meningkatkan pembentukan radikal bebas ketika digunakan cahaya fluorescent pada suhu
tetap. Pada seluruh sistem, radikal bebas yang terbentuk dalam ruang hampa memiliki masa
tinggal yang lebih lama dibandingkan dengan radikal bebas yang terbentuk dengan adanya
udara. Penambahan oksigen pada kayu yang diperlakukan dalam ruang hampa meningkatkan
pembentukan radikal bebas; radikal peroxy segera terbentuk pada permukaan kayu. Radikal
peroxy juga segera berreaksi untuk melengkapi valensinya yang kosong, yang dapat
dilakukan dengan melepaskan sebuah proton dari molekul yang berdekatan untuk
membentuk peroksida air. Peroksida air relatif tidak stabil terhadap panas dan cahaya, dan
biasanya berubah bentuk menjadi gugus kromoforik baru, seperti gugus karbonil atau
karboksil.
Gambar 21. Intensitas sinyal ESR (dicatat pada 77 K) dari kayu sebagai sebuah fungsi
waktu penyinaran dan waktu penyimpanan pada temperatur tetap.
Keterangan: 1, vac, kontrol; 2, vac, lampu fluorescent; 3, udara, kontrol; 4,
udara, lampu fluorescent; 5, vac, sinar matahari; dan 6, udara, sinar
matahari
Gambar 22. Intensitas sinyal ESR (dicatat pada 77 K) dari kayu sebagai fungsi dari waktu
penyinaran ultra violet dan waktu penyimpanan pada temperatur tetap.
Keterangan: 1, vac, UV, 77 K; 2, udara, UV, 77 K; 3, udara, UV, suhu ruang;
dan 4, vac, UV, suhu ruang.
Dampak Air dan Kelembaban terhadap pembentukan dan Stabilitas Radikal Bebas.
Air merupakan sebuah unsur penting dalam tingkat pelapukan kayu. Karena air merupakan
cairan polar maka akan segera menembus dan mengembangkan dinding sel kayu. Molekul
air dapat berinteraksi dengan radikal bebas yang dibentuk oleh cahaya. Untuk mempelajari
pengaruh air pada reaktifitas radikal bebas, maka dipersiapkan beberapa kayu dengan kadar
air yang berbeda dan disinari dengan cahaya fluorescent. Beberapa tingkat intensitas ESR,
yang secara langsung bersesuaian dengan konsentrasi radikal bebas dapat diperoleh dari kayu
tersebut.
Intensitas ESR (baik dalam ruang hampa maupun udara) pada awalnya meningkat
dengan meningkatnya kadar air dari 0—3,2%, dan mencapai puncak pada 6,3%. Pada
kadar air 15,9%, terjadi penurunan intensitas secara nyata. Pada kadar air 31,4%,
hanya sedikit sinyal yang dapat terdeteksi (Gambar 23).
Gambar 23. Perbandingan intensitas sinyal ESR (dilaksanakan di ruang hampa udara)
radikal bebas dalam earlywood dengan kadar air yang berbeda. Keterangan:
SYP, southern yellow pine; WRC, western red cedar; DF, Douglas-fir; dan RW,
redwood.
Partisipasi Singlet Oksigen dalam Proses Pelapukan. Di samping sinar matahari dan air,
molekul oksigen merupakan salah satu elemen yang selalu ada di alam. Molekul oksigen ini
memainkan peranan penting dalam berbagai proses fotofisika dan fotokimia. Kami telah
menjelaskan bahwa oksigen merupakan unsur penting untuk mendorong pembentukan
radikal bebas, dan kemungkinan bahwa peroksida tidak murni terbentuk karena interaksi
radikal bebas dan molekul oksigen. Namun, tingkat oksidasi dari sebagian besar polimer
biasanya sangat kecil tanpa adanya radiasi pada suhu yang sesuai. Percepatan tingkat reaksi
dengan energi elektromagnetik kemungkinan disebabkan oleh pembentukan spesies oksigen
yang tereksitasi. Bukti nyata yang ada menunjukkan bahwa reaksi fotooksidasi melibatkan
oksigen singlet (1g dan 1g +) sebagai intermediate.
Kayu merupakan campuran polimer yang mengandung sellulosa, hemisellulosa, lignin, dan
extractive. Komponen kayu ini mengandung unit kimia internal seperti karbonil, karboksil,
aldehid, hidroksil fenolik, dan ikatan ganda tidak jenuh, dan unit eksternal seperti lilin,
lemak, dan ion logam. Penyerapan energi cahaya oleh komponen-komponen ini dapat
membawa mereka dalam kondisi triplet yang tereksitasi yang mentrasfer energi molekul
oksigen triplet untuk membentuk oksigen singlet. Partisipasi oksigen singlet dalam
fotooksidasi kayu terbukti dengan menggunakan generator oksigen singlet dan quencher
oksigen singlet selama penyinaran. Studi iodometri menunjukkan bahwa peroksida air
terbentuk dalam fotoradiasi kayu dengan adanya oksigen. Tingkat pembentukan peroksida
air pada permukaan kayu meningkat jika ditambahkan larutan metilene blue dan rose bengal
pada kayu sebelum penyinaran (Gambar 24). Radikal peroksida yang terlibat dalam interim
dapat dideteksi menggunakan spektrofotometer ESR, yaitu, sebuah sinyal singlet asimetri
yang terdeteksi dari radikal peroksida dengan rata-rata nilai-g 2,021 (g⊥ = 2,034; g|| = 2,007).
Sebaliknya, jika digunakan quencher singlet seperti triethylamine dan 1,4-
diazabicyclo[2.2.2]octane (DABCO) dengan kondisi percobaan yang sama, maka kandungan
peroksida air menurun, meskipun terdapat rose bengal (gambar 25). Bukti ini mendukung
teori bahwa oksigen singlet terbentuk selama fotoradiasi dan berinteraksi secara cepat dengan
radikal bebas kayu untuk membentuk peroksida air. Karena ketidakstabilannya terhadap
panas dan cahaya, peroksida air tersebut terurai secara cepat pada kondisi yang sesuai untuk
menghasilkan gugus kromoforik, seperti gugus karbonil dan karboksil. Kelompok ini
berperan dalam diskolorasi permukaan kayu.

Ringkasan dari Aspek Kimia Pelapukan. Deteriorasi material kayu pada pelapukan
melibatkan reaksi yang kompleks. Penetrasi sinar ultra violet ke dalam kayu tidak lebih
dalam dari 75 m. Namun, reaksi permukaan kayu yang disebabkan atau dipercepat oleh
cahaya dapat diamati dengan diskolorasi, kehilangan kecerahan, dan perubahan tekstur
permukaan setelah penyinaran ultra violet atau penyinaran matahari dalam waktu yang lama.
Spesies radikal bebas terbentuk pada kayu oleh cahaya. Radikal ini secara cepat berinteraksi
dengan oksigen untuk membentuk peroksida air tidak murni yang mudah terurai sehingga
menghasilkan gugus kromoforik seperti karbonil dan karboksil. Penggunaan generator
oksigen singlet, seperti rose Bengal dan metilene blue, begitu juga dengan quencher oksigen
singlet seperti 1,4-diazabicyclo[2.2.2]octane dan triethylamine, menunjukkan partisipasi
oksigen singlet sebagai intermediate yang effektif dalam reaksi fotooksidasi pada permukaan
kayu. Keberadaan air pada kayu juga mempengaruhi tingkat pembentukan radikal bebas.
Jika kadar air kayu meningkat dari 0—6,3%, maka terbentuk lebih banyak radikal bebas; di
luar tahapan ini, tingkat penguraian radikal meningkat. Studi infra merah menunjukkan
bahwa gugus karbonil terbentuk di dalam sellulosa dan lignin. Fraksi terlarut dalam air dari
kayu yang terdegradasi menunjukkan karakteristik penyerapan fenolik yang disebabkan oleh
kehilangan lignin. Studi ESCA menunjukkan bahwa permukaan kayu yang teroksidasi
memiliki kadar oksigen yang lebih tinggi dari pada permukaan kayu yang tidak terbuka.
Sebuah bagan mekanisme umum, yang mampu untuk memperhitungkan pelapukan, atau
fotooksidasi yang lebih umum, dari permukaan kayu, diilustrasikan dalam Gambar 26.
Reaksi berrantai radikal bebas dengan adanya oksigen dan cahaya menyebabkan diskolorasi
dan deteriorasi permukaan kayu.
Gambar 26. Mekanisme fotodegradasi kayu
Perlindungan Terhadap Pelapukan
Fungsi utama pelapisan kayu : melindungi permukaan kayu dari unsur pelapukan alami
(sinar matahari dan air) dan membantu mempertahankan kenampakannya
Sifat kayu yang penting dalam pelapisan adalah kadar air; kerapatan dan tekstur; kadar resin
dan minyak; lebar dan arah lingkaran pertumbuhan; dan cacat seperti simpul, kayu reaksi,
dan kayu yang terinfeksi cendawan. Faktor lainnya yang berpengaruh adalah sifat dan
kualitas pelapis yang digunakan, teknik aplikasi, pra-perlakuan, waktu antara pelapisan
ulang, luas permukaan yang dilindungi dari pelapukan, dan kondisi iklim dan cuaca lokal.
Secara garis besar ada dua type dasar pelapis yaitu :
- pelapis yang membentuk sebuah film, lapisan, atau mantel pada permukaan kayu,
meliputi cat dengan seluruh bentuknya, vernis, lacquer, dan juga penutup yang terikat
pada permukaan kayu
- pelapis yang menembus permukaan kayu sehingga tidak meninggalkan lapisan atau
mantel yang berbeda meliputi preservative, water repellent, pigmen pewarna
semitransparan, dan perlakuan kimia.
Pelapis yang membentuk film.
CAT paling bagus melindungi kayu dari erosi oleh pelapukan dan menawarkan banyak
pilihan warna. menghambat penetrasi air, sehingga mengurangi masalah diskolorasi
cat oleh ekstraktif kayu, pengelupasan dan retakan cat, dan perubahan bentuk kayu
Cat : berbasis minyak atau sistem solvent,
lateks atau sistem pendukung air (waterborne) di dalam air.
VERNIS. Kenampakan alami kayu , memerlukan pemeliharaan rutin , biasanya tidak sesuai
sebagai vernis kayu eksterior karena film mereka yang agak rapuh dan memiliki sensitifitas
terhadap air dan mudah retak atau pecah.
Pelapis dengan penetrasi.
Pelapis dengan penetrasi dapat dibagi lagi menjadi pelapis transparan, semitransparan, dan
garam dalam air
TRANSPARAN.
Water-repellent Preservative (WRP) Pada umumnya, material ini terdiri dari resin (10—
20%), solvent, lilin (bahan kedap air), dan preservative [biasanya pentachlorophenol, tetapi
yang lainnya seperti bis(tri-n-butyltin) oxide, cooper naphthenate, zinc naphthenate, dan
cooper 8-quinolinolate juga dapat digunakan]Perlakuan permukaan kayu dengan WRP akan
melindungi kayu yang berada di ruangan terbuka dengan sedikit perubahan dalam
penampilannya. Perlakuan ini mengurangi pengelupasan dan retakan, mencegah penodaan
air pada batas dan ujung sisi kayu, dan membantu mengendalikan pertumbuhan jamur.
SEMITRANSPARAN.
bahan ini menembus kayu hingga beberapa derajat tanpa membentuk pemutusan,lapisan
Pelapis warna ini memberikan penampilan yang kurang alami karena mengandung pigmen
yang sebagian menyembunyikan grain dan warna kayu aslinya. Bahan ini jauh lebih tahan
lama daripada vernis atau WRP, dan memberikan lebih banyak perlindungan terhadap
pelapukan. Dengan sistem pewarna ini, pelapukan diperlambat dengan menghambat
pergantian pembasahan dan pengeringan kayu dan dengan adanya pigmen pada permukaan
kayu mampu meminimalkan dampak degradasi sinar matahari. Jumlah pigmen pada pewarna
semitransparan sangat bervariasi, dan memiliki tingkat perlindungan yang berbeda terhadap
sinar matahari, dan diperoleh penutupan penampilan asli permukaan kayu.
GARAM DALAM AIR. Perlakuan permukaan ini menghasilkan pelapisan yang serupa dengan
pelapis semitransparan karena mengubah warna kayu dan meninggalkan deposit permukaan
dari material yang sama dengan pigmen yang ditemukan dalam pewarna semitransparan.
PRESERVATIVE.
preservative pada kayu memberikan perlindungan terhadap pelapukan dan pembusukan, dan
banyak sekali kayu yang diberi perlakuan dengan preservative dibiarkan tanpa diberi
tambahan pelapis. Terdapat tiga type preservative utama: (1) preservative minyak (misalnya,
coal-tar creosote), (2) larutan solvent organik (misalnya, pentachlorophenol), dan (3) garam
waterborne (misalnya, chromated cooper arsenate)
PERLAKUAN PERMUKAAN. chromium trioxide (chromic acid, chromic anhydride), cooper
chromate (campuran garam tembaga terlarut dan khromat terlarut), atau larutan ammoniacal
Gambar 27. Irisan melintang pinus kuning dengan perlakuan 0,1 % larutan chromic acid
setelah penyinaran ultra violet selama 500 jam (700 × ).
Gambar 28. Irisan melintang pinus kuning dengan perlakuan 5 % larutan chromic acid
setelah penyinaran ultra violet selama 500 jam (700 × ).
Gambar 29. Irisan melintang pinus kuning dengan perlakuan 10 % larutan chromic acid
setelah penyinaran ultra violet selama 500 jam (700 × ).
Gambar 30. Microchek dinding sel pinus kuning dengan perlakuan 10 % larutan chromic
acid setelah penyinaran ultra violet selama 1000 jam (700 × ).
Pewarna buram.
Pelapis ini memiliki kandungan pigmen yang tinggi dan sepenuhnya menutupi warna dan
sosok kayu. Tekstur permukaan tetap terpelihara dan pelapisan ini menghasilkan penampilan
yang datar

Interaksi Kayu—Pelapisan
meskipun terdapat beberapa bukti nyata tentang karakteristik interaksi kayu-pelapisan,
namun banyak yang masih merupakan spekulasi dan teori yang belum dicoba. Dengan
Mikroskop elektron dan teknik analisis penyebaran energi sinar X terlihat adanya penetrasi
anion tertentu ke dalam dinding sel dengan kation yang tersisa dalam lumen sel; pigmen besi
oksida sepenuhnya mengendap pada permukaan kayu.
Rangkuman dan Pertimbangan Masa Depan
- Kayu yang berada di ruangan terbuka tanpa diberikan perlindungan akan mengalami;
fotodegradasi oleh sinar ultra violet; pencucian, hidrolisis, dan pengembangan oleh air;
dan diskolorasi serta degradasi oleh mikroorganisme pengurai. Namun perubahan ini
hanya mempengaruhi permukaan kayu yang terbuka.
- Sinar ultra violet tidak mampu menembus kayu lebih dalam dari 75 m, dan cahaya
tampak tidak lebih dari 200 m. Penelitian SEM menunjukkan bahwa sebagian besar
dinding sel pada permukaan melintang yang terbuka terpisah pada daerah lamella tengah.
Pit bertepi dan setengah bertepi pada permukaan radial yang terbuka sangat terdegradasi
oleh sinar ultra violet.
- Radikal bebas terbentuk pada permukaan kayu selama penyinaran. Tingkat pembentukan
radikal bebas semakin tinggi jika KAmeningkat dari 0 menjadi 6,3. Radikal bebas dan
oksigen singlet berperan penting dlm reaksi diskolorasi dan deteriorasi permukaan kayu.
- Kayu dapat dilindungi dengan cat, pewarna, dan material yang serupa. Bahan kimia yang
terikat secara permanen yang memberikan stabilisasi ultra violet, pengendalian warna,
ketahanan air, dan stabilitas dimensional dapat meningkatkan penampilan di ruangan
terbuka secara nyata.
- Beberapa aspek pelapukan kayu tidak sepenuhnya dipahami.
- Peranan modifikasi kimia pada kayu dan permukaan kayu dalam pengendalian proses
pelapukan ruangan terbuka sangat penting untuk penggunaan kayu di ruangan terbuka
pada masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai