TINJAUAN PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
Cedera listrik adalah salah satu jenis trauma dengan patofisiologi yang agak
berbeda dari trauma pada umumnya.Untuk memahami cedera listrik, diperlukan
pemahaman-pemahaman tertentu listrik dasar.1
Arus searah (DC) Arus dalam arah yang konstan. Baterai, misalnya,
memberikan energi langsung saat itu juga. Arus searah tegangan tinggi digunakan
sebagai alat untuk transmisi sebagian besar tenaga listrik. Alternating current
(AC) adalah arus listrik yang membalikkan arahnya secara teratur. Setiap interval
gerak maju-mundur disebut siklus. Gelombang sirkuit listrik AC adalah
gelombang sinus, karena gelombang ini menghasilkan energi dalam transmisi
paling efisien , tetapi, pada saat yang sama, juga lebih berbahaya daripada DC. 1
Volt adalah satuan gaya gerak listrik atau tekanan yang menyebabkan arus
mengalir. Sengatan listrik yang kebanyakan berasal dari sumber tegangan yang
konstan, yaitu yang voltasenya tidak berubah dari waktu ke waktu. Penggunaan
tegangan lebih mengarah ke transmisi yang lebih efisien daya, sehingga lebih
menguntungkan
selama
transmisi
sejumlah
besar
kekuatan
untuk
tambahan
yang
diperlukan,
dan
kesulitan
meningkat
dalam
pengamanannya. 1
Ampere adalah suatu satuan arus listrik. Lebih tepatnya adalah aliran
sejumlah elektron per detik. Ohm adalah suatu satuan hambatan listrik.
Konduktansi didefinisikan sebagai 1/resistance (yaitu, invers perlawanan). Pada
ketahanan suatu material, arus tergantung pada sifat fisik dan kimia dari material.
6
Jumlah arus menentukan besarnya cedera. Hukum Ohm menyatakan bahwa arus
berbanding lurus dengan tegangan dan berbanding terbalik dengan resistensi (I =
V / R) dan dapat berguna untuk menghitung arus selama sengatan listrik. 1
Panas yang dihasilkan akibat arus ditentukan oleh kekuatan listrik yang
masuk. Watt adalah unit tenaga listrik yang disampaikan ketika arus 1 ampere
melalui 1 ohm selama 1 detik. Kekuatan sama dengan tegangan dikalikan dengan
arus (P = VxI). Energi didefinisikan dalam istilah sebuah watt kedua. Satu wattkedua adalah sama dengan 1 joule. Satu watt daya yang disampaikan selama 1
detik menghasilkan 0,24 kalori panas. 1
II. PATOFISIOLOGI
Kerusakan jaringan pada luka bakar listrik merupakan hasil dari terbentuknya
panas yang merupakan akibat dari: 1
1. Hambatan jaringan
2. Durasi kontak
3. Luas yang terkena
Jaringan yang berbeda menunjukkan hambatan yang berbeda- beda
tergantung kandungan elektrolitnya.Yang menyebabkan hambatan listrik, adalah
jaringan dibawah ini: 1,2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tulang
Kulit
Lemak
Saraf
Otot
Darah dan cairan tubuh
Resistensi kulit tergantung apakah tebal dan membentuk kalus seperti pada
kulit kaki atau kulit yang tipis. Ini juga bergantung apakah kulit basah atau kering,
kulit kering memiliki hambatan yang lebih besar dari kulit kenyal dan lembab. 2,3
dermal yang dalam tanpa membentuk lokasi kontak atau luka masuk dan luka
keluar.2
Aliran listrik tegangan tinggi biasanya menyebabkan kerusakan kulit dan
jarigan dalam. Area masuk, keluar, dan kontak selalu berupa defek pada
kedalaman penuh.5 Kadang terdapat kerusakan organ dalam, ini mungkin juga
terjadi sebagai akibat dari bangunan atau menara. Kerusakan otot yang dalam
dibawah kulit dan subkutan yang normal mungkin terjadi secara luas dan
melibatkan seluruh kompartemen pada tungkai.6
Bengkak pada tungkai sebagai akibat kerusakan otot mungkin menyebabkan
keadaan seperti sindrom crush dimana fasiotomi mungkin dibutuhkan.Tungkai
menjadi sangat bengkak dan tegang saat dipalpasi. Gejala sangat nyeri dan sakit
saat ditekan. Ini bahkan menyebabkan penurunan sirkulasi perifer dan hilangnya
pulsasi. Jika fasiotomi dibutuhkan, ini membutuhkan prosedur terbuka dan
mungkin butuh anestesi umum.2
Cedera otot dan nekrosis dan menyebabkan pengeluaran mioglobin dari sel
otot ke sirkulasi. Pigmen ini bersama haemoglobin berasal dari hemolisis sel
darah merah dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Presipitat haemokromogen
pada tubulus ginjal, ini menyebabkan onset cepat gagal ginjal akut.2
Luka petir berasal dari tegangan listrik sangat tinggi, arus listrik DC durasi
cepat. Pola luka bervariasi. Sambaran langsung adalah ketika muatan terkena
langsung ke korban sehingga sangat mematikan. Lebih sering kilat terjadi, ketika
petir menyambar objek yang memiliki resistensi tinggi seperti pohon kemudian
dibelokkan dari tubuh korban ke dalam tanah. Muatan potensial mungkin
mengalir melewati satu kaki kemudian berpindah ke kaki lainnya. Aliran listrik
yang mengalir di permukaan tubuh korban menyebabkan luka bakar superficial
atau dermal thickness burn. Namun, akan timbul luka keluar yang jelas pada
kaki.4
Durasi singkat dari sambaran petir tidak terkait jelas dengan kerusakan organ
dalam tetapi henti napas diikuti henti jantung sering terjadi. Hilangnya respon
9
napas dikarenakan oleh muatan yang melewati pusat pernapan medular. Ini
bersifat sementara sehingga membutuhkan usaha resusitasi yang baik. Organ lain
yang biasa terkena adalah telinga.Membran timpani dapat mengalami perforasi
karena ledakan dan harus dicek setelah terjadi sambaran. Kornea mata juga dapat
rusak dan ini bersifat akut dan bisa menjadi cedera dengan sekuele lanjut. Petir
juga menyebabkan kerusakan kulit yang tidak biasa, berbentuk kilat. Ini dikenal
dengan Lichtenberg Flower. Lesi ini patognonomik pada luka sambaran petir. 4
Gambar 1
Lichtenberg Flower
10
Kulit
Luka masuk dan
(<1000V)
Voltage tinggi
(>1000V)
Petir
Jaringan Dalam
Jarang
Aritmia Jantung
Jarang henti jantung
keluar
Entrance full-thickness
tiba-tiba
Kerusakan pada
rhabdomyolysis dan
myocardial dan
Superfisialatay luka
sindrom kompartmen
Perforasi dinding
delayed arrhythmia
Respiratory arrest-
bantuan CPR
keluar di kaki
korneal
IV. PENANGANAN
Primary Survey
Penyelamat yang membantu korban kecelakaan aliran listrik juga bisa
menempatkan mereka kepada bahaya yang sama. Pertama, tutup sumber listrik
dan alihkan kabel listrik jauh dari korban. Jika tidak berhasil, alihkan korban dari
sumber aliran listrik dengan menggunakan non-konduktor. Setelah terlepas dari
sumber listrik, primary survey langsung dilakukan seperti luka bakar yang lain.8
Airway harus clear dan cervical spine harus dilindungi. Breathing bisa
terganggu akibat terkenanya medulla dan cardiac arrest disebabkan oleh efek
aliran listrik pada myocardium. CPR vital dilakukan sebagai resusitasi terhadap
korban dengan luka listrik. Intubasi endotrakeal diindikasikan untuk membantu
airway. Perlindungan terhadap cervical spine penting karena spasme otot bisa
terjadi dan menyebabkan fraktur . Pekerja listrik mungkin terjatuh dari tiang,
menara, atau tempat ketinggian. Fraktur servikal harus disingkirkan dengan
menggunakan foto atau teknik tertentu sebelum diimobilisasi dengan collar neck.8
Setelah menyelesaikan primary survey , riwayat lengkap kejadian kecelakaan
listrik harus dikumpulkan dari pasien sendiri, penjaga pasien, atau dari paramedik,
dengan menanyakan:4,5
11
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bagaimana kejadiannya?
Berapa lama kejadian dari saat mulainya kejadian?
Apakah ada riwayat kehilangan kesadaran, jika ya berapa lama?
Apakah ada hilang ingatan saat kejadian?
Apakah ada trauma lain yang terkait?
Apakah ada henti jantung atau disaritmia yang terekam?
Secondary survey
Secondary survey yang dilakukan adalah:
1. Pertama- tama lepaskan pakaian dan aksesoris seperti jam tangan dan
perhiasan.
2. Periksa tepat luka masuk atau kontak dengan memperhatikan daerah kulit
kepala, tangan, dan kaki.
3. Perkirakan total luas dan kedalam luka bakar
4. Periksa keadaan neurologis perifer dan spinal
5. Dokumentasikan semua temuan klinis.
Resusitasi cairan diperlukan jika pada secondary survey didapatkan luka
yang luas. Keperluan cairan yang banyak diperlukan pada luka bakar listrik.
Cedera otot pada tungkai lebih banyak mengalami kehilangan cairan dan tidak
bisa dihitung dengan formula standard.4,5
Pada pasien dengan deep damage, terjadinya hemochromogenuria harus
diantisipasi. Perlu dilakukan pemasangan kateter untuk mendeteksi secara dini
perubahan warna urine dan untuk memonitor urin output. Jika urin berwarna
infuse cairan harus ditingkatkan untuk memperthankan urin output sebanyak 75100 ml/jam untuk dewasa, dan 2ml/kg/jam pada anak-anak. Jika output urin tidak
sesuai dengan cairan yang masuk, harus diberikan 12,5g mannitol setiap 1 liter
cairan sebagai diuresis osmotik.4,5
Alkalisasi urin dengan penambahan natrium bikarbonat sudah lama
digunakan untuk meningkat solubilitas hemokromogen, tetapi efisiensinya
menjadi masalah dalam banyak tempat kerja. Untuk membersihan hemokromogen
dari urin, cairan pengganti yang diberikan harus diturunkan hingga dapat
12
mempertahankan urine output 30-50 ml/ jam, atau pada anak yang < 30 kg output
urin 1ml/kg/jam.5
Dysaritmia
Hantaran aliran listrik pada daerah dada mungkin dapat menyebabkan
aritmia jantung semenetara atau henti jantung, ini jarang pada tegangan < 1000 V.
Pasien yang tersetrum listrik membutuhkan monitor EKG 24 jam jika terkena
aliran listrik tegangan tinggi, kehilangan kesadaran, atau datang dengan EKG
yang abnormal. Disaritmia mungkin lebih sering terkena pada pasien yang
sebelumnya telah memiliki masalah pada jantungnya.5
Penanganan Sirkulasi Perifer
Penanganan dalam hitungan jam harus segera dilakukan jika:
1.
2.
3.
4.
5.
Perubahan warna
Edema
Capillary Refill
Pulsasi perifer
Sensasi kulit
Jika ada bukti terdapat luka masuk dan luka keluar pada ekstremitas,
kemungkinan edem subfascial harus diantisipasi. Edema dapat meningkatkan
tekanan
kompartemen
otot
sehingga
menimbulkan
obstruksi
sirkulasi.
Peningkatan tekanan kompartemen otot ini dapat menimbulkan nyeri dalam yang
berat. Ektremitas menjadi sangat keras saat dipalpasi dan terdapat kehilangan
sensasi peripheral yang jelas serta hilangnya pulsasi. Karena lingkaran ini, maka
fasiotomi dibutuhkan.4
Fasciotomi
Berbeda dengan escharotomi yang digunakan untuk melepaskan konstriksi
dermal eschar, fasciotomi digunakan untuk melepaskan tekanan kompartemen
dalam dan mengembalikan perfusi otot. Fasiotomi paling baik dikerjakan dengan
dibawah pengaruh anestesi umum dan di kondisi yang steril. Kehilangan darah
13
mungkin terjadi dan fasilitas untuk diatermi serta hemostasis harus tersedia.
Sekali lagi, perdarahan yang tertunda bias saja terjadi setelah resusitasi. Insisi
fasiotomi harus ditutup kasa Vaselin dan ditutup kasa tipis. Ini penting untuk
mempersiapkan resusitasi yang baik sebelum fasiotomi agar hemokromogen yang
terlepas dari otot yang baru terperfusi dapat terbilas dengan cepat dari ginjal.4
1. Tungkai Atas
Lengan bawah sangat gampang mengalami iskemi dan sindrom kompartemen.
Ini dihilangkan dengan membuat irisan longitudinal sepanjang garis mid
medial dan mid lateral lengan bawah, memanjang dari atas siku sampai
pergelangan tangan. Irisan dibuat melewati kulit dan lemak subkutan untuk
megekspose fasia dalam kemudian mengirisnya. Perawatan tersendiri
diperlukan untuk melindungi nervus ulnaris di siku.Perdarahan harus dikotrol
dengan diatermi atau ligasi. Jika pasien mengalami hipotensi pada saat
prosedur, mungkin terjadi perdarahan yang tertunda. Pembebasan terowongan
Carpal mungkin dibutuhkan pada luka bakar tangan. 4
2. Tungkai Bawah
Ada empat kompartemen ditungkai bawah yang dapat terkena edem sub fascial
yang
menyebabkan
sindrom
kompartemen.
Setiap
kompartemen
ini
membutuhkan insisi. Keempat insisi ini dapat dibuat dengan melakukan dua
insisi subkutan.Insisi lateral dibuat di atas fibula, memanjang atas
panjangnya, berhati- hati agar tidak terjadi kerusakan nervus peroneal yang
melewati caput fibula.Septum intermuscular memisahkan kompartemen
anterior dan lateral diinsisi sepanjang insisi kulit. Insisi medial dimulai
dibagian proksimal.4
Perawatan Luka
Adanya kerusakan otot yang luas membuat penanganan untuk mencegah
infeksi dengan antimikroba topical perlu dilakukan.4
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Ogilvie, M.P dan Z.J Panthaki, Electrical Burns of The UpperExtremity in
The Pediatric Population. J. Craniofac Surgery. 2008. Hal.1040-6
2. Benson, A. W.A Dickson, D.E Boyce. ABC of Wound Healing: Burns.
British Medical Journal. 2006. Hal. 649- 652.
3. Vierhapper, M.F. Electrical Injury: A Long Analysis with Review of
Regional Difference. Ann Plast Surg. 2011. Hal. 43-6.
4. Herndon, D.N. Total Burn Care. Ed 3. 2007. Sounders: London
5. Maghsoudi, H. Y Adyani, N. Ahmadian. Electrical and Lightning Injuries.
J Burn Care Res. 2007. Hal.255-61.
15
16