DI
MALUKU DAN PAPUA
OLEH :
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah......................................................................................1
1.2. Tujuan..................................................................................................................1
BAB II ISI
2.1. Kerajaan di Maluku
2.1.1. Kerajaan Ternate.............................................................................................2
2.1.2. Kerajaan Tidore..............................................................................................5
2.2. Kerajaan di Papua
2.2.1. Kerajaan Sailolof............................................................................................7
2.2.2. Kerajaan Fatagar............................................................................................8
2.2.3. Kerajaan Rumbati...........................................................................................9
2.2.4. Kerajaan Wertuar............................................................................................9
2.2.5. Kerajaan Kowiai.............................................................................................10
2.2.6. Kerajaan Sran Eman Muun............................................................................10
2.2.7. Kerajaan Kaimana..........................................................................................11
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan.........................................................................................................12
3.2. Saran....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................13
Kata Pengantar
2
Puji syukur Ke Hadirat Yang Maha Esa atas karunia-Nya, penulis akhirnya
masih diberi kemampuan untuk menyelesaikan makalah sejarah kerajaan-kerajaan yang
ada di Maluku dan Papua yang mana merupakan tugas sekolah dari penulis.
Suatu kebahagiaan tersendiri bagi kami bisa mengetahui sejarah beberapa
kerajaan yang ada di negara kita tercinta Indonesia. Sebuah pengetahuan baru bagi
penulis dengan mengenal sejarah dari beberapa kerajaan di Maluku dan Papua sehingga
ini bisa memperkaya pengetahuan sejarah dari penulis sendiri.
Di sisi lain penulis harus berfikir dan bekerja keras karena dituntut untuk
selalu menyesuaikan dengan kebutuhan agar makalah yang kami susun ini ada
manfaatnya untuk penulis sendiri dan orang lain yang akan membaca makalah ini.
Semoga semua informasi yang tersaji dalam makalah ini bisa menambah pengetahuan
kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LatarBelakangMasalah
Dahulu banyak sekali kerajaan - kerajaan yang tersebar di seluruh Indonesia,
baik itu kerajaan Hindu-Buddha maupun kerajaan Islam. Kita sebagai generasi muda,
seharusnya tahu mengenai sejarah kerajaan yang ada disekitar kita agar kita lebih
mengenal dan mencintai sejarah nenek moyang kita, salah satu kerajaan yang masih
terpelihara hingga saat ini seperti di D.I. Jogyakarta.
Banyak wilayah di Indonesia yang menyimpan peninggalan-peninggalan sejarah
dan kita dapat menjumpainya di museum. Dari banyaknya temuan peninggalan sejarah
dari kerajaan zaman dulu yang mempunyai cerita masing-masing, membuat kita
membayangkan betapa besarnya dulu kerajaan itu pernah berdiri.
Salah satu daerah yang mempunyai peninggalan sejarah yaitu di Maluku dan
Papua. Dimana kedua daerah itu saling berdekatan secara geografis dan tentunya
kerajaan yang berdiri mempunyai kaitan satu sama lainnya. Maka dari itu, penulis akan
mengulas tentang sejarah kerajaan yang ada di Maluku dan Papua.
1.2.
Rumusan Masalah
a. Bagaimana sejarah kerajaan yang ada di Maluku dan Papua?
b. Kerajan apa sajakah yang ada di Maluku dan Papua?
1.3.
Tujuan
a. Megetahui Sejarah Kerajaan yang ada di Maluku dan Papua
b. Mengetahui kerajaan yang ada di Maluku dan Papua
BAB II
1
ISI
memberikan petunjuk tentang cara membuat kapal. Selain itu, ketika terjadi perang
antara Sultan Baabullah dengan Portugis, Ternate mengirim lima buah perahu korakora untuk menghancurkan armada Portugis.
b. Bidang Sosial Budaya dan Ekonomi
Perdagangan dan pelayaran mengalami perkembangan yang pesat sehingga
pada abad ke-15 telah menjadi kerajaan penting di Maluku. Para pedagang asing
datang ke Ternate menjual barang perhiasan, pakaian, dan beras untuk ditukarkan
dengan rempah-rempah. Ramainya perdagangan memberikan keuntungan besar bagi
perkembangan Kerajaan Ternate sehingga dapat membangun armada laut yang
cukup
kuat.
tersebut, terutama beras karena areal Maluku lebih banyak digunakan untuk
penanaman rempah-rempah daripada penanaman beras. Kerajaan-kerajaan di Maluku
sangat akrab dalam menjalin hubungan ekonomi dengan para pedagang dari Jawa
semenjak zaman Kerajaan Majapahit. Bandar-bandar seperti Surabaya, Gresik, dan
Tuban sering sekali dikunjungi para pedagang Maluku. Sebaliknya, pedagangpedagang dari Jawa datang ke Maluku untuk membeli rempah-rempah. Hubungan
kedua belah pihak ini sangat berpengaruh terhadap proses penyebaran agama Islam
ke Maluku.
Di dalam kitab Sejarah Ternate diterangkan bahwa Raja Ternate yang
pertama kali menganut agama Islam adalah Zainal Abidin (1465-1486 M). Sultan
Zainal Abidin semasa belum masuk Islam bernama Gapi Buta dan setelah meninggal
beliau disebut Sultan Marhum. Raja Tidore yang pertama kali masuk Islam adalah
Cirililiyah yang kemudian berganti nama menjadi Sultan Jamaluddin.
Ketika Ternate di bawah kekuasaan Sultan Ben Acorala dan Tidore di bawah
Sultan Almancor, keduanya berhasil mengangkat kerajaan menjadi negeri yang
sangat makmur dan sangat kuat. Kedua bangsa ini memiliki ratusan perahu korakora yang digunakan untuk berperang ataupun mengawasi lautan yang menjadi
wilayah dagangnya. Di ibukota Ternate, yaitu Sampalu banyak didirikan rumahrumah di atas tiang yang tinggi-tinggi dan keratin yang dikelilingi pagar-pagar.
Begitu juga kota di Tidore yang dikelilingi pagar tembok, parit, benteng, dan lubang
perangkap sehingga sukar untuk ditembus musuh. Ternyata, kemajuan kedua
kesultanan tersebut menjurus kepada perebutan pengaruh dan kekuasaan terhadap
daerah di sekitarnya. Oleh karena itu, dalam abad ke-17 M muncullah dua buah
persekutuan yang terkenal dengan sebutan Uli Lima danUli Siwa. Persekutuan Uli
Lima dipimpin oleh Ternate dengan anggota Ambon, Bacan, Obi, dan Seram.
Persekutuan Uli Siwa dipimpin oleh Tidore dengan anggota yang mencakup Makean,
Halmahera, Kai, dan pulau-pulau lain hingga ke Papua bagian barat.
Kesultanan Ternate mencapai puncak kejayaan ketika dipimpin oleh Sultan
Baabullah, sedangkan Kesultanan Tidore di bawah pimpinan Sultan Nuku.
Persaingan di antara kedua kesultanan tersebut dimanfaatkan oleh bangsa-bangsa
asing dari Eropa terutama Spanyol dan Portugis dengan cara mengadu dombakannya.
Tujuannya tidak lain adalah ingin memonopoli daerah rempah-rempah tersebut.
Kerajaan Tidore
Kerajaan Tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-
raja Ternate dan Tidore, Raja Ternate pertama adalah Syahadati alias Muhammad
Naqal yang naik takhta pada tahun 1081. Baru saat Raja Ternate yang kesembilan,
Cirililiyah bersedia memeluk agama Islam berkat dakwah Syekh Mansur dari Arab.
Setelah masuk Islam bersama para pembesar kerajaan, Cirililiyah mendapat gelar
Sultan Jamalluddin. Putra sulungnya Mansur juga masuk Islam. Agama Islam
masuk pertama kali di Tidore pada tahun 1471 (menurut catatan Portugis).
Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan
Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk
bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir
dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali
hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada.
Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol,
Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat.
Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera,
Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal
Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali.
a. Bidang Politik
Ternate berhasil meluaskan wilayahnya dan membentuk Persekutuan Uli
Lima dengan anggota Ambon, Bacan, Obi, dan Seram. Kerajaan Tidore juga
berhasil memperluas pengaruhnya ke Makayan Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai,
5
dan Papua yang disatukan dalam suatu persekutuan yang disebut Persekutuan Uli
Siwa.
Daerah Maluku merupakan penghasil rempah-rempah yang sangat laku di
pasaran Eropa. Oleh karena itu, bangsa Eropa banyak yang datang ke Maluku untuk
mencari rempah-rempah. Bangsa Eropa yang datang ke Maluku, antara lain
Portugis, Spanyol, dan Belanda.
Mula-mula Kerajaan Ternate dan Tidore dapat hidup berdampingan dan
tidak pernah terjadi konflik. Namun, setelah kedatangan bangsa Eropa di Maluku
mulailah terjadi pertentangan. Kerajaan-kerajaan di Maluku tidak bersatu dalam
menghadapi musuh dari luar, tetapi malah bersaing dan saling menjatuhkan.
Pada tahun 1512 bangsa Portugis dan Spanyol memasuki Maluku. Portugis
pada saat itu memilih bersahabat dengan Ternate. Spanyol yang datang kemudian
bersahabat dengan Sultan Tidore. Sejak saat itulah benih-benih permusuhan mulai
timbul. Pada tahun 1529 Portugis dengan dibantu oleh Ternate dan Bacan
menyerang Tidore dan Spanyol. Dalam peperangan itu, Portugis mengalami
kemenangan sehingga dapat menguasai perdagangan rempah-rempah di seluruh
Maluku.
Maluku berhasil dikuasai oleh Portugis. Portugis mulai melakukan tindakan
sewenang-wenang terhadap rakyat Maluku. Kedua kerajaan tersebut akhirnya sadar
bahwa mereka harus bersatu untuk mengusir penjajahan Portugis di Maluku. Berkat
kerja sama kedua kerajaan tersebut, Portugis dapat dikalahkan pada tahun 1574 dan
menyingkir ke Ambon. Pada tahun 1605 VOC berhasil mengusir Portugis dari
Ambon dan menguasainya. Portugis menyingkir ke Pulau Timor bagian timur dan
berkuasa di sana.
b. Bidang Sosial Budaya dan Ekonomi
Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan
Nuku (17801805). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk
bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir
dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapatkan apa-apa kecuali
hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada.
Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol,
Belanda, maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat.
Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Pulau Halmahera,
Kepulauan Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin.
Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali.
6
Papua.
PatmogariNawarissaIsmailSamaliAbu BakarIsmail Samali Bauw
(lahir tahun 1938 wafat 2002)
Abu Bakar Bauw, Raja Rumbati gugur dalam Perang Dunia II di Kokas,
Fakfak pada tahun 1944 dalam usia 52 tahun. Jika diambil rata-rata generasi
berselisih 40 tahun, maka moyang dari keluarga Bauw telah masuk Islam sekitar
1600, dan sudah barang tentu sebelum itu, Islam telah tumbuh disana. H.
Ibrahim Bauw, Raja Rumbati yang meninggal pada tanggal 24 Agustus 1994
dalam usia 80 tahun. Dalam catatan pribadinya menjelaskan bahwa agama Islam
telah masuk ke Semenanjung Onin Fakfak pada tahun 1502. Dalam catatan
tersebut, H. Ibrahim Bauw juga menjelaskan bahwa selain Imam Abd. Ghafar
yang datang dan tinggal, menetap dan meninggal dunia di Rumbati, sekitar 100
tahun sebelumnya datang seorang mubalighah dari Bandanaria bernama Siti
Mashita. Beliau datang ke kampung Patipi, menetap dan menetap dan meninggal
dunia di kampung tersebut. Beberapa naskah serah terima kontrolir
menyebutkan bahwa berdasarkan pemberitaan pelaut bernama Louis Vaes de
8
Torres tahun 1606, ketika itu singgah di pesisir daerah Onin (daerah Kaimana
sampai Namatota) telah melihat beberapa pedagang Islam yang bermukim
disana. Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa waktu masuknya Lauis Vaes De
Torres, Islam sudah ada dan berkembang di daerah Fakfak.
2.2.3.
Kerajaan Rumbati
Salah satu raja mantan raja dari kerajaan Rumbati adalah Patipi. Beliau
sudah
memerintah
sejak
lama.
Beliau
dikenal
karena
keinginannya
Kerjaan Wertuar
Menurut keterangan Raja Wetuar ke X yakni Musa Haremba, bahwa
Raja pertama Wertuar adalah Vijao. Penduduk meyakini bahwa asal muasal Raja
Vijao ini dari cahaya, sedang Raja kedua bernama Ukir. Selanjutnya Raja ketiga
bernama Winey yang beristrikan Boko Kopao dari Namatoria. Dari susunan
Raja-raja Wertuar, yang dilantik Sultan Tidore adalah Raja ketujuh yakni Lakate
pada tahun 1886. Namun pendapat lain mengatakan bahwa yang dilantik adalah
Raja Wertuar keenam, yakni Sanempe. Hubungan Lakate dengan Sanempe
adalah hubungan saudara dan bukan hubungan bapak anak, yang berarti mereka
hidup dalam satu zaman.
Terlepas dari siapa yang dilantik dari kedua raja tersebut, kedua sumber
tadi menjelaskan bahwa Raja Wertuar tersebut dilantik oleh Sultan Tidore yang
bernama Muhammamd taher Alting pada tahun 1886 di Karek, Sekar Lama.
Turut hadir dalam peristiwa pelantikan adalah Raja Rumbati, Abdul Jalil, dan
Raja Misool Abdul Majid. Dari keterangan diatas menunjukkan bahwa Raja
Rumbati adalah Raja Misool telah lebih dahulu masuk Islam.
Disebutkan juga bahwa kedua masa pemerintahan Raja Wertuar keenam
dan ketujuh untuk pertama kalinya dibangun Masjid pertama Wertuar terletak di
Patimburak pada tahun 1870. Tapi sebelum masjid itu dibangun sudah ada lebih
dahulu bangunan musholla sebagai tempat ibadah mereka ditempat yang
berbeda. Disisi lain, dilihat dari data silsilah menunjukkan bahwa raja Wertuar
ketiga, Waney, yang bertahta di daerah Kramamongga dimana dia beristrikan
putri Namatota yakni Boki Kopiyai. Mereka diperkirakan hidup pada tahun
1576-1643.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa kedua kerajaan ini (Kerajaan
Wertukar dan kerajaan Namatota) sudah terjalin kerja sama sejak abad XIV, atau
bahkan jauh sebelumnya sekitar tahun 1506-1576, dimana raja Wertuar kedua
hidup. Kerja sama keduanya kemudian disepakati mempertemukan anak mereka
dalam wadah perkawinan.
2.2.5.
Kerajaan Kowiai
Dari silsilah Raja Namatota diketahui bahwa Raja Namatota pertama
yakni Ulan Tua, telah memeluk Islam hingga sekarang diketahui merupakan
generasi kelima. Lamarora merupakan raja kedua kerajaan Namatota
diperkirakan hidup pada tahun 1778-1884. Raja Lamarora selanjutnya datang ke
daerah Kokas dan disana beliau telah menyebarkan agama Islam dan kawin
dengan perempuan bernama Kofiah Batta, selanjutnya pasangan ini merupakan
cikal-bakal Raja-raja Wertuar. Salah seorang Raja Wertual (Kokas) bernama M.
Rumandeng al-Amin Umar Sekar 1934, dengan gigih pernah menentang
pemerintah Belanda dengan tidak mau menyetor uang tambang minyak kepada
mereka. Akibatnya dia dipenjara di Hollandia (Jayapura) sebelum kemudian
dibebaskan.
menjadi Kampung Sran, Kaimana. Kerajaan Sran Eman Muun inilah yang
kemudian terpecah menjadi sejumlah kerajaan kecil di Kaimana hingga Fak-Fak,
misalnya, melalui perkawinan keluarga kerajaan seperti pada Kerajaan Namatota
di Pulau Namatota Kaimana.
2.2.7.
Kerajaan Kaimana
Kaimana adalah salah satu dari 9 kerajaan seperti daerah wilayah
semenanjung Bomberai Papua. Awalnya Kaimana adalah bagian dari Namatota
(Namatotte), namun perlahan tapi pasti menjadi efektif suatu daerah pada itu
sendiri. Kaimana awalnya berdiri selama 5 abad sebuah area kecil. Lalu mereka
bergabung dengan Namatota. Namatota memiliki raja yang lebih kecil di bawah
kekuasaan itu. Kaimana masih daerah independen, kemudian mereka pergi ke
daerah yang tepat dan menyebut dirinya Kaimana Lamora. Pada akhir abad ke19 Raja terakhir dari Adi (suksesor raja dari Kaimana Lamora) telah meninggal.
Pada tahun 1.898 Naro E. Dmengklaim, bahwa ia sebenarnya keturunan
dari penguasa, yang selalu memerintah Kaimana.
sebenarnya disebut Raja Komisi, tetapi secara lokal mereka memanggilnya Rat
Umis. Rat Umis terakhir dalam waktu kolonial Belanda adalah Rat Umis
Achmad Muhammad Aituarauw. Awalnya ia tinggal di kota kaimana, lalu ia
membuat tempat tinggal baru di pulau Kilimala di suatu tempat di tahun 1930.
BAB III
PENUTUP
11
3.1. Kesimpulan
Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan daerah penghasil rempah-rempah,
seperti pala dan cengkeh, sehingga daerah ini menjadi pusat perdagangan rempahrempah. Wilayah Maluku bagian timur dan pantai-pantai Irian (Papua), dikuasai oleh
Kesultanan Tidore, sedangkan sebagian besar wilayah Maluku, Gorontalo, dan Banggai
di Sulawesi, dan sampai ke Flores dan Mindanao, dikuasai oleh Kesultanan Ternate.
Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Baabullah,
sedangkan Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Nuku.
Persaingan di antara kerajaan Ternate dan Tidore adalah dalam perdagangan. Dari
persaingan ini menimbulkan dua persekutuan dagang, masing-masing menjadi
pemimpin dalam persekutuan tersebut, yaitu:
a. Uli-Lima (persekutuan lima bersaudara) dipimpin oleh Ternate meliputi Bacan,
Seram, Obi, dan Ambon. Pada masa Sultan Baabulah, Kerajaan Ternate mencapai aman
keemasan dan disebutkan daerah kekuasaannya meluas ke Filipina.
b. Uli-Siwa (persekutuan sembilan bersaudara) dipimpin oleh Tidore meliputi
Halmahera, Jailalo sampai ke Papua. Kerajaan Tidore mencapai aman keemasan di
bawah pemerintahan Sultan Nuku. Kerajaan-kerajaan Islam lainnya yang berkembang
adalah Kesultanan Palembang yang didirikan oleh Ki Gedeng Suro, Kerajaan Bima di
daerah bagian timur Sumbawa, dengan rajanya La Kai, Siak Sri Indrapura yang
didirikan oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah, dan masih banyak lagi Kerajaan Islam
kecil lainnya di Indonesia.
Di Papua, berdasarkan bukti sejarah terdapat sejumlah kerajaan-kerajaan Islam di
Papua, yakni: (1) Kerajaan Wertuar (2) Kerajaan Salawati (3) Kerajaan Fatagar (4)
Kerajaan Sailolof (5) Kerajaan Kowiai (6) Kerajaan Rumbati (7) Kerajaan Kaimana.
3.2. Saran
Kita perlu mempelajari sejarah kerajaan kerajaan islam. Dan kita perlu
mengembangkan wawasan kita tentang sejarah. Karena itu termasuk hal penting
DAFTAR PUSTAKA
12
Poesponegoro, Marwati Djoened, 2008, Sejarah Nasional Indonesia III, Balai Pustaka:
Jakarta
, Histografy Islam Kontemporer: Wacana, aktualitas, dan Aktor
Sejarah, Jakarta: Gramedia, 2002.
Taufik Abdullah (at.al), Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Asia Tenggara, Jakarta:
Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002, Jilid V.
13