Anda di halaman 1dari 16

SEJARAH KERAJAAN

DI
MALUKU DAN PAPUA

OLEH :

MAYA NADYA ARDYANTI


17
XD

SMA NEGERI 1 KALIANGET


TAHUN AJARAN 2014 / 2015

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

KATA PENGANTAR.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah......................................................................................1
1.2. Tujuan..................................................................................................................1
BAB II ISI
2.1. Kerajaan di Maluku
2.1.1. Kerajaan Ternate.............................................................................................2
2.1.2. Kerajaan Tidore..............................................................................................5
2.2. Kerajaan di Papua
2.2.1. Kerajaan Sailolof............................................................................................7
2.2.2. Kerajaan Fatagar............................................................................................8
2.2.3. Kerajaan Rumbati...........................................................................................9
2.2.4. Kerajaan Wertuar............................................................................................9
2.2.5. Kerajaan Kowiai.............................................................................................10
2.2.6. Kerajaan Sran Eman Muun............................................................................10
2.2.7. Kerajaan Kaimana..........................................................................................11
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan.........................................................................................................12
3.2. Saran....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................13

Kata Pengantar
2

Puji syukur Ke Hadirat Yang Maha Esa atas karunia-Nya, penulis akhirnya
masih diberi kemampuan untuk menyelesaikan makalah sejarah kerajaan-kerajaan yang
ada di Maluku dan Papua yang mana merupakan tugas sekolah dari penulis.
Suatu kebahagiaan tersendiri bagi kami bisa mengetahui sejarah beberapa
kerajaan yang ada di negara kita tercinta Indonesia. Sebuah pengetahuan baru bagi
penulis dengan mengenal sejarah dari beberapa kerajaan di Maluku dan Papua sehingga
ini bisa memperkaya pengetahuan sejarah dari penulis sendiri.
Di sisi lain penulis harus berfikir dan bekerja keras karena dituntut untuk
selalu menyesuaikan dengan kebutuhan agar makalah yang kami susun ini ada
manfaatnya untuk penulis sendiri dan orang lain yang akan membaca makalah ini.
Semoga semua informasi yang tersaji dalam makalah ini bisa menambah pengetahuan
kita semua.

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

LatarBelakangMasalah
Dahulu banyak sekali kerajaan - kerajaan yang tersebar di seluruh Indonesia,

baik itu kerajaan Hindu-Buddha maupun kerajaan Islam. Kita sebagai generasi muda,
seharusnya tahu mengenai sejarah kerajaan yang ada disekitar kita agar kita lebih
mengenal dan mencintai sejarah nenek moyang kita, salah satu kerajaan yang masih
terpelihara hingga saat ini seperti di D.I. Jogyakarta.
Banyak wilayah di Indonesia yang menyimpan peninggalan-peninggalan sejarah
dan kita dapat menjumpainya di museum. Dari banyaknya temuan peninggalan sejarah
dari kerajaan zaman dulu yang mempunyai cerita masing-masing, membuat kita
membayangkan betapa besarnya dulu kerajaan itu pernah berdiri.
Salah satu daerah yang mempunyai peninggalan sejarah yaitu di Maluku dan
Papua. Dimana kedua daerah itu saling berdekatan secara geografis dan tentunya
kerajaan yang berdiri mempunyai kaitan satu sama lainnya. Maka dari itu, penulis akan
mengulas tentang sejarah kerajaan yang ada di Maluku dan Papua.
1.2.

Rumusan Masalah
a. Bagaimana sejarah kerajaan yang ada di Maluku dan Papua?
b. Kerajan apa sajakah yang ada di Maluku dan Papua?

1.3.

Tujuan
a. Megetahui Sejarah Kerajaan yang ada di Maluku dan Papua
b. Mengetahui kerajaan yang ada di Maluku dan Papua

BAB II
1

ISI

2.1. Kerajaan di Maluku


2.1.1. Kerajaan Ternate
Pada abad ke-13 di Maluku sudah berdiri Kerajaan Ternate. Ibu kota
Kerajaan Ternate terletak di Sampalu (Pulau Ternate). Selain Kerajaan Ternate, di
Maluku juga telah berdiri kerajaan lain, seperti Jaelolo, Tidore, Bacan, dan Obi.
Di antara kerajaan di Maluku, Kerajaan Ternate yang paling maju. Kerajaan
Ternate banyak dikunjungi oleh pedagang, baik dari Nusantara maupun pedagang
asing.
a. Bidang Politik
Menurut catatan orang Portugis, Raja Maluku yang mula-mula memeluk
agama Islam adalah Raja Ternate, Gapi Baguna atau Sultan Marhum yang tertarik
masuk Islam karena menerima dakwah dari Datuk Maulana Husin. Sultan Marhum
memerintah Ternate tahun 14651485. Setelah mangkat, ia digantikan oleh
putranya, Zainal Abidin. Pada tahun 1495, Zainal Abidin mewakilkan pemerintahan
kepada keluarganya karena ingin memperdalam pengetahuan agama Islam kepada
Sunan Giri. Setelah kembali ke Ternate, Zainal Abidin dengan giat menyebarkan
agama Islam ke pulau-pulau di sekitarnya, bahkan sampai ke Filipina Selatan.
Zainal Abidin memerintah hingga tahun 1500.
Setelah Sultan Zainal Abidin mangkat, pemerintahan di Ternate berturutturut dipegang oleh Sultan Sirullah, Sultan Hairun, dan Sultan Baabullah. Pada masa
pemerintahan Sultan Hairun, di Maluku kedatangan bangsa Barat, seperti bangsa
Portugis, Spanyol, dan Belanda. Bangsa Portugis yang pertama kali menjalin
hubungan dagang. Portugis memaksa melakukan monopoli perdagangan. Tentu saja
hal itu ditentang Ternate sehingga terjadi perang terbuka. Pada tahun 1575 Sultan
Baabullah berhasil mengusir Portugis dari Ternate. Wilayah dan pengaruh Sultan
Baabullah sangat luas, meliputi Mindanao, seluruh kepulauan di Maluku, Papua, dan
Timor. Bersamaan dengan itu, agama Islam juga tersebar sangat luas. Kerajaan
Ternate telah berhasil membangun armada laut yang cukup kuat sehingga mampu
melindungi wilayahnya yang cukup luas tersebut.
Hasil kebudayaan yang cukup menonjol dari Kerajaan Ternate adalah
keahlian membuat kapal. Hal ini dapat dibuktikan pada saat Raja Ternate ke-12 yang
bernama Malomatiya (13501357) yang telah bersahabat dengan orang Arab
2

memberikan petunjuk tentang cara membuat kapal. Selain itu, ketika terjadi perang
antara Sultan Baabullah dengan Portugis, Ternate mengirim lima buah perahu korakora untuk menghancurkan armada Portugis.
b. Bidang Sosial Budaya dan Ekonomi
Perdagangan dan pelayaran mengalami perkembangan yang pesat sehingga
pada abad ke-15 telah menjadi kerajaan penting di Maluku. Para pedagang asing
datang ke Ternate menjual barang perhiasan, pakaian, dan beras untuk ditukarkan
dengan rempah-rempah. Ramainya perdagangan memberikan keuntungan besar bagi
perkembangan Kerajaan Ternate sehingga dapat membangun armada laut yang
cukup

kuat.

Bekas Istana Sementara Sultan Ternate.


Pada abad ke-14 M di kawasan Maluku Utara telah berdiri empat kerajaan
terkenal, yaitu Jailolo, Ternate, Tidore, dan Bacan. Masing-masing kerajaan dikepalai
oleh seorang kolano. Menurut cerita rakyat Maluku, keempat kerajaan tersebut
berasal dari satu keturunan, yaitu Jafar Sadik. Dalam perkembangan selanjutnya,
Kerajaan Ternate peranannya lebih menonjol karena penduduknya bertambah banyak
dan berhasil mengembangkan perdagangan rempah-rempah. Rempah-rempah adalah
tanaman yang memiliki zat yang dapat digunakan untuk member bau atau rasa
khusus kepada makanan (menjadi bumbu masak) dan dimanfaatkan untuk
pengobatan serta dapat juga menghangatkan tubuh. Contoh rempah-rempah, yaitu
cengkih dan lada. Pada saat itu, rempah-rempah umumnya diperlukan bangsa-bangsa
Eropa sehingga harganya cukup tinggi dan telah membuat makmur rakyat di Maluku.
Kemajuan Kesultanan Ternate ternyata membuat cemburu kerajaan-kerajaan
lain di Maluku. Beberapa kali Ternate dan Tidore, Bacan, dan Jailolo terlibat dalam
peperangan memperebutkan hegemoni rempah-rempah. Akan tetapi, mereka mampu
mengakhirinya di dalam perundingan di Pulau Motir. Dalam Persetujuan Motir
ditetapkan Ternate menjadi kerajaan pertama, Jailolo kedua, Tidore ketiga, dan
Bacan yang keempat.
Pada pertengahan abad ke-15 M kegiatan perdagangan rempah-rempah di
Maluku semakin bertambah ramai. Banyak sekali pedagang Jawa, Melayu, Arab,
Cina dan India yang dating ke Maluku untuk membeli rempah-rempah. Sebaliknya,
mereka membawa beras, tenunan, gading, perak, manic-manik, dan piring mangkuk
berwarna biru buatan Cina. Bangsa-bangsa di Maluku amat membutuhkan barang
3

tersebut, terutama beras karena areal Maluku lebih banyak digunakan untuk
penanaman rempah-rempah daripada penanaman beras. Kerajaan-kerajaan di Maluku
sangat akrab dalam menjalin hubungan ekonomi dengan para pedagang dari Jawa
semenjak zaman Kerajaan Majapahit. Bandar-bandar seperti Surabaya, Gresik, dan
Tuban sering sekali dikunjungi para pedagang Maluku. Sebaliknya, pedagangpedagang dari Jawa datang ke Maluku untuk membeli rempah-rempah. Hubungan
kedua belah pihak ini sangat berpengaruh terhadap proses penyebaran agama Islam
ke Maluku.
Di dalam kitab Sejarah Ternate diterangkan bahwa Raja Ternate yang
pertama kali menganut agama Islam adalah Zainal Abidin (1465-1486 M). Sultan
Zainal Abidin semasa belum masuk Islam bernama Gapi Buta dan setelah meninggal
beliau disebut Sultan Marhum. Raja Tidore yang pertama kali masuk Islam adalah
Cirililiyah yang kemudian berganti nama menjadi Sultan Jamaluddin.
Ketika Ternate di bawah kekuasaan Sultan Ben Acorala dan Tidore di bawah
Sultan Almancor, keduanya berhasil mengangkat kerajaan menjadi negeri yang
sangat makmur dan sangat kuat. Kedua bangsa ini memiliki ratusan perahu korakora yang digunakan untuk berperang ataupun mengawasi lautan yang menjadi
wilayah dagangnya. Di ibukota Ternate, yaitu Sampalu banyak didirikan rumahrumah di atas tiang yang tinggi-tinggi dan keratin yang dikelilingi pagar-pagar.
Begitu juga kota di Tidore yang dikelilingi pagar tembok, parit, benteng, dan lubang
perangkap sehingga sukar untuk ditembus musuh. Ternyata, kemajuan kedua
kesultanan tersebut menjurus kepada perebutan pengaruh dan kekuasaan terhadap
daerah di sekitarnya. Oleh karena itu, dalam abad ke-17 M muncullah dua buah
persekutuan yang terkenal dengan sebutan Uli Lima danUli Siwa. Persekutuan Uli
Lima dipimpin oleh Ternate dengan anggota Ambon, Bacan, Obi, dan Seram.
Persekutuan Uli Siwa dipimpin oleh Tidore dengan anggota yang mencakup Makean,
Halmahera, Kai, dan pulau-pulau lain hingga ke Papua bagian barat.
Kesultanan Ternate mencapai puncak kejayaan ketika dipimpin oleh Sultan
Baabullah, sedangkan Kesultanan Tidore di bawah pimpinan Sultan Nuku.
Persaingan di antara kedua kesultanan tersebut dimanfaatkan oleh bangsa-bangsa
asing dari Eropa terutama Spanyol dan Portugis dengan cara mengadu dombakannya.
Tujuannya tidak lain adalah ingin memonopoli daerah rempah-rempah tersebut.

c. Kemunduran Kerajaan Ternate


Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu domba dengan
Kerajaan Tidore yang dilakukan oleh bangsa asing ( Portugis dan Spanyol ) yang
bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah
Sultan Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh
Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis
dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak
bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan
rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata
kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.
2.1.2.

Kerajaan Tidore
Kerajaan Tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-

raja Ternate dan Tidore, Raja Ternate pertama adalah Syahadati alias Muhammad
Naqal yang naik takhta pada tahun 1081. Baru saat Raja Ternate yang kesembilan,
Cirililiyah bersedia memeluk agama Islam berkat dakwah Syekh Mansur dari Arab.
Setelah masuk Islam bersama para pembesar kerajaan, Cirililiyah mendapat gelar
Sultan Jamalluddin. Putra sulungnya Mansur juga masuk Islam. Agama Islam
masuk pertama kali di Tidore pada tahun 1471 (menurut catatan Portugis).
Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan
Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk
bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir
dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali
hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada.
Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol,
Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat.
Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera,
Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal
Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali.
a. Bidang Politik
Ternate berhasil meluaskan wilayahnya dan membentuk Persekutuan Uli
Lima dengan anggota Ambon, Bacan, Obi, dan Seram. Kerajaan Tidore juga
berhasil memperluas pengaruhnya ke Makayan Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai,
5

dan Papua yang disatukan dalam suatu persekutuan yang disebut Persekutuan Uli
Siwa.
Daerah Maluku merupakan penghasil rempah-rempah yang sangat laku di
pasaran Eropa. Oleh karena itu, bangsa Eropa banyak yang datang ke Maluku untuk
mencari rempah-rempah. Bangsa Eropa yang datang ke Maluku, antara lain
Portugis, Spanyol, dan Belanda.
Mula-mula Kerajaan Ternate dan Tidore dapat hidup berdampingan dan
tidak pernah terjadi konflik. Namun, setelah kedatangan bangsa Eropa di Maluku
mulailah terjadi pertentangan. Kerajaan-kerajaan di Maluku tidak bersatu dalam
menghadapi musuh dari luar, tetapi malah bersaing dan saling menjatuhkan.
Pada tahun 1512 bangsa Portugis dan Spanyol memasuki Maluku. Portugis
pada saat itu memilih bersahabat dengan Ternate. Spanyol yang datang kemudian
bersahabat dengan Sultan Tidore. Sejak saat itulah benih-benih permusuhan mulai
timbul. Pada tahun 1529 Portugis dengan dibantu oleh Ternate dan Bacan
menyerang Tidore dan Spanyol. Dalam peperangan itu, Portugis mengalami
kemenangan sehingga dapat menguasai perdagangan rempah-rempah di seluruh
Maluku.
Maluku berhasil dikuasai oleh Portugis. Portugis mulai melakukan tindakan
sewenang-wenang terhadap rakyat Maluku. Kedua kerajaan tersebut akhirnya sadar
bahwa mereka harus bersatu untuk mengusir penjajahan Portugis di Maluku. Berkat
kerja sama kedua kerajaan tersebut, Portugis dapat dikalahkan pada tahun 1574 dan
menyingkir ke Ambon. Pada tahun 1605 VOC berhasil mengusir Portugis dari
Ambon dan menguasainya. Portugis menyingkir ke Pulau Timor bagian timur dan
berkuasa di sana.
b. Bidang Sosial Budaya dan Ekonomi
Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan
Nuku (17801805). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk
bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir
dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapatkan apa-apa kecuali
hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada.
Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol,
Belanda, maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat.
Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Pulau Halmahera,
Kepulauan Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin.
Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali.
6

c. Kemunduran Kerajaan Tidore


Kemunduran Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan
Kerajaan Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan Portugis ) yang
bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah
Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh
Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis
dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak
bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan
rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata
kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.

2.2. Kerajaan di Papua


2.2.1. Kerajaan Sailolof
Kerajaan Sailolof bertempat di desa Sailolof, selatan Salawati dan satiu dari
empat kerajaan di Pulau Raja Ampat, Papua.
I. Wilayah
Wilayah Sailolof berada di kawasan Kepala Burung (Pulau Katimin, sepanjang
Sele Strain, Seget, Gisim, Kalabar), Pulau Salawati, di barat Pulau Batanta,
Pulau Meoskapal dan pulau Kofiau. Saat ini, bekas wilayah Sailolof dipenuhi
oleh distrik Seget, di selatan Sorong, Misol dan Berau.
II. Struktur Pemerintahan
Pemerintahan Pusat
o Fun Kalana: gelar tradisional yang digunakan monarki Sailolof. Dalam
tugasnya, Kalana dibantu beberapa staf istana, yaitu Sawoi (punggawa
raja), Kapitin (kepala bidang logistik), Punta (asisten khusus di bidang
komunikasi).
o Rat adat: lembaga yang memiliki otoritas untuk memutuskan dan
mengawasi pelaksanaan kebijakan istana, membentuk peraturan,
memberi arahan pada Kolano dan mengurusi hal-hal keagamaan.
Lembaga ini dipimpin oleh Kolano dan tersusun atas petugas kerajaan
sebagai berikut:
- Jojou: pembantu Kalana yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
-

kebijakan kerajaan dengan koordinasi dari istana.


Ukum: petugas kerajaan untuk urusan peraturan.
Dumlaha: petugas istana untuk mengatur perayaan adat tradisi.
7

Mirino: petugas kerajaan untuk mengumpulkan pajak.


Sudasmoro: petugas kerajaan untuk mengubah beberapa kewajiban

khusus terkait hal-hal supranatural


Pemerintah daerah
Kepala pemerintah daerah adalah Marinpnu sebagai kepala desa dan
Ulison sebagai kepala klan.

2.2.2. Kerajaan Fatagar


Keterangan yang diperoleh dari Raja Fatagar, Arpobi Uswanas 1997,
menceritakan bahwa Fatagar I yaitu Tewal, diperkirakan hidup pada tahun 17241814. Raja Tewal bertahta di daerah Tubir Seram, yang hijrah dari Rumbati
(daerah Was). Pada saat kerajaan Fatagar masih di Rumbati, disana Islam sudah
ada dan berkembang dengan ditemukannya puing-puing bekas reruntuhan
masjid. Itu berarti Islam sudah masuk di daerah Rumbati sebelum tahun 1724.
Sementara itu, berdasarkan keterangan Raja Rumbati ke 16, H. Ibrahim Bauw
1986, bahwa Islam masuk di Was pada tahun 1506 melalui perang besar antara
Armada Kesultanan Tidore yang dipimpin Arfan dengan Kerajaan Rumbati.
Silsilah keluarga muslim terpandang di Papua, yakni dari keluarga H. Ibrahim
Bauw dibawah ini bisa pula menjadi pijakan sejak kapan Islam masuk ke tanah

Papua.
PatmogariNawarissaIsmailSamaliAbu BakarIsmail Samali Bauw
(lahir tahun 1938 wafat 2002)
Abu Bakar Bauw, Raja Rumbati gugur dalam Perang Dunia II di Kokas,
Fakfak pada tahun 1944 dalam usia 52 tahun. Jika diambil rata-rata generasi
berselisih 40 tahun, maka moyang dari keluarga Bauw telah masuk Islam sekitar
1600, dan sudah barang tentu sebelum itu, Islam telah tumbuh disana. H.
Ibrahim Bauw, Raja Rumbati yang meninggal pada tanggal 24 Agustus 1994
dalam usia 80 tahun. Dalam catatan pribadinya menjelaskan bahwa agama Islam
telah masuk ke Semenanjung Onin Fakfak pada tahun 1502. Dalam catatan
tersebut, H. Ibrahim Bauw juga menjelaskan bahwa selain Imam Abd. Ghafar
yang datang dan tinggal, menetap dan meninggal dunia di Rumbati, sekitar 100
tahun sebelumnya datang seorang mubalighah dari Bandanaria bernama Siti
Mashita. Beliau datang ke kampung Patipi, menetap dan menetap dan meninggal
dunia di kampung tersebut. Beberapa naskah serah terima kontrolir
menyebutkan bahwa berdasarkan pemberitaan pelaut bernama Louis Vaes de
8

Torres tahun 1606, ketika itu singgah di pesisir daerah Onin (daerah Kaimana
sampai Namatota) telah melihat beberapa pedagang Islam yang bermukim
disana. Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa waktu masuknya Lauis Vaes De
Torres, Islam sudah ada dan berkembang di daerah Fakfak.
2.2.3.

Kerajaan Rumbati
Salah satu raja mantan raja dari kerajaan Rumbati adalah Patipi. Beliau
sudah

memerintah

sejak

lama.

Beliau

dikenal

karena

keinginannya

memperkenalkan dan membawa Islam kepada orang-orang disekitarnya.


Keberadaan dinasti raja ini adalah dinasti kedua yang mana pernah memerintah
di Patipi.
Raja pertama masih dalam pemerintahan di abad ke-20 bahkan sempat
diperintah olehnya selama dua kali periode raja pada wakktu itu, ketika dinasti
kedua memerintah. Raja yang memerintah kini adalah sebatas wilayah Raja
Bupati, yaitu Raja Patipi ketika Raja Bupati, Ahmad Iba dianggap sebagai
penguasa ke 16 kerajaan Patipi.
Ketika saudara kandungnya Raja Usman Iba meninggal, ia menjadi
bupati karena anak raja mewariskannya sebagai penerus atau ahli waris (putra
raja almarhum) disaat ia masih mempelajari yaitu Raja Muda Atarai Iba. Hal ini
tidak diketahui, ketika ahli waris tahta akan dinobatkan sebagai raja baru. Bupati
adalah pensiunan pegawai dari departemen perikanan kabupaten Fak Fak.
2.2.4.

Kerjaan Wertuar
Menurut keterangan Raja Wetuar ke X yakni Musa Haremba, bahwa
Raja pertama Wertuar adalah Vijao. Penduduk meyakini bahwa asal muasal Raja
Vijao ini dari cahaya, sedang Raja kedua bernama Ukir. Selanjutnya Raja ketiga
bernama Winey yang beristrikan Boko Kopao dari Namatoria. Dari susunan
Raja-raja Wertuar, yang dilantik Sultan Tidore adalah Raja ketujuh yakni Lakate
pada tahun 1886. Namun pendapat lain mengatakan bahwa yang dilantik adalah
Raja Wertuar keenam, yakni Sanempe. Hubungan Lakate dengan Sanempe
adalah hubungan saudara dan bukan hubungan bapak anak, yang berarti mereka
hidup dalam satu zaman.
Terlepas dari siapa yang dilantik dari kedua raja tersebut, kedua sumber
tadi menjelaskan bahwa Raja Wertuar tersebut dilantik oleh Sultan Tidore yang
bernama Muhammamd taher Alting pada tahun 1886 di Karek, Sekar Lama.
Turut hadir dalam peristiwa pelantikan adalah Raja Rumbati, Abdul Jalil, dan

Raja Misool Abdul Majid. Dari keterangan diatas menunjukkan bahwa Raja
Rumbati adalah Raja Misool telah lebih dahulu masuk Islam.
Disebutkan juga bahwa kedua masa pemerintahan Raja Wertuar keenam
dan ketujuh untuk pertama kalinya dibangun Masjid pertama Wertuar terletak di
Patimburak pada tahun 1870. Tapi sebelum masjid itu dibangun sudah ada lebih
dahulu bangunan musholla sebagai tempat ibadah mereka ditempat yang
berbeda. Disisi lain, dilihat dari data silsilah menunjukkan bahwa raja Wertuar
ketiga, Waney, yang bertahta di daerah Kramamongga dimana dia beristrikan
putri Namatota yakni Boki Kopiyai. Mereka diperkirakan hidup pada tahun
1576-1643.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa kedua kerajaan ini (Kerajaan
Wertukar dan kerajaan Namatota) sudah terjalin kerja sama sejak abad XIV, atau
bahkan jauh sebelumnya sekitar tahun 1506-1576, dimana raja Wertuar kedua
hidup. Kerja sama keduanya kemudian disepakati mempertemukan anak mereka
dalam wadah perkawinan.
2.2.5.

Kerajaan Kowiai
Dari silsilah Raja Namatota diketahui bahwa Raja Namatota pertama
yakni Ulan Tua, telah memeluk Islam hingga sekarang diketahui merupakan
generasi kelima. Lamarora merupakan raja kedua kerajaan Namatota
diperkirakan hidup pada tahun 1778-1884. Raja Lamarora selanjutnya datang ke
daerah Kokas dan disana beliau telah menyebarkan agama Islam dan kawin
dengan perempuan bernama Kofiah Batta, selanjutnya pasangan ini merupakan
cikal-bakal Raja-raja Wertuar. Salah seorang Raja Wertual (Kokas) bernama M.
Rumandeng al-Amin Umar Sekar 1934, dengan gigih pernah menentang
pemerintah Belanda dengan tidak mau menyetor uang tambang minyak kepada
mereka. Akibatnya dia dipenjara di Hollandia (Jayapura) sebelum kemudian
dibebaskan.

2.2.6. Kerajaan Sran Eman Muun


Kerajaan Sran Eman Muun diperkirakan berdiri sekitar awal abad ke-12.
Sejak berdiri, kerajaan ini sudah tiga kali berpindah pusat pemerintahan dari
Weri/Tunas Gain di wilayah Kabupaten Fak-Fak, kemudian berpindah ke
Borombouw di Pulau Adi perairan laut Arafuru wilayah Kabupaten Kaimana.
Pada periode tahun 1498 hingga 1808, terjadi Perang Hongi dan
perpecahan dalam keluarga kerajaan sehingga Nduvin, Raja Sran Kaimana IV
pada tahun 1808, kemudian memindahkan ibu kota ke daerah yang sekarang
10

menjadi Kampung Sran, Kaimana. Kerajaan Sran Eman Muun inilah yang
kemudian terpecah menjadi sejumlah kerajaan kecil di Kaimana hingga Fak-Fak,
misalnya, melalui perkawinan keluarga kerajaan seperti pada Kerajaan Namatota
di Pulau Namatota Kaimana.
2.2.7.

Kerajaan Kaimana
Kaimana adalah salah satu dari 9 kerajaan seperti daerah wilayah
semenanjung Bomberai Papua. Awalnya Kaimana adalah bagian dari Namatota
(Namatotte), namun perlahan tapi pasti menjadi efektif suatu daerah pada itu
sendiri. Kaimana awalnya berdiri selama 5 abad sebuah area kecil. Lalu mereka
bergabung dengan Namatota. Namatota memiliki raja yang lebih kecil di bawah
kekuasaan itu. Kaimana masih daerah independen, kemudian mereka pergi ke
daerah yang tepat dan menyebut dirinya Kaimana Lamora. Pada akhir abad ke19 Raja terakhir dari Adi (suksesor raja dari Kaimana Lamora) telah meninggal.
Pada tahun 1.898 Naro E. Dmengklaim, bahwa ia sebenarnya keturunan
dari penguasa, yang selalu memerintah Kaimana.

Penguasa semacam itu

sebenarnya disebut Raja Komisi, tetapi secara lokal mereka memanggilnya Rat
Umis. Rat Umis terakhir dalam waktu kolonial Belanda adalah Rat Umis
Achmad Muhammad Aituarauw. Awalnya ia tinggal di kota kaimana, lalu ia
membuat tempat tinggal baru di pulau Kilimala di suatu tempat di tahun 1930.

BAB III
PENUTUP

11

3.1. Kesimpulan
Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan daerah penghasil rempah-rempah,
seperti pala dan cengkeh, sehingga daerah ini menjadi pusat perdagangan rempahrempah. Wilayah Maluku bagian timur dan pantai-pantai Irian (Papua), dikuasai oleh
Kesultanan Tidore, sedangkan sebagian besar wilayah Maluku, Gorontalo, dan Banggai
di Sulawesi, dan sampai ke Flores dan Mindanao, dikuasai oleh Kesultanan Ternate.
Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Baabullah,
sedangkan Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Nuku.
Persaingan di antara kerajaan Ternate dan Tidore adalah dalam perdagangan. Dari
persaingan ini menimbulkan dua persekutuan dagang, masing-masing menjadi
pemimpin dalam persekutuan tersebut, yaitu:
a. Uli-Lima (persekutuan lima bersaudara) dipimpin oleh Ternate meliputi Bacan,
Seram, Obi, dan Ambon. Pada masa Sultan Baabulah, Kerajaan Ternate mencapai aman
keemasan dan disebutkan daerah kekuasaannya meluas ke Filipina.
b. Uli-Siwa (persekutuan sembilan bersaudara) dipimpin oleh Tidore meliputi
Halmahera, Jailalo sampai ke Papua. Kerajaan Tidore mencapai aman keemasan di
bawah pemerintahan Sultan Nuku. Kerajaan-kerajaan Islam lainnya yang berkembang
adalah Kesultanan Palembang yang didirikan oleh Ki Gedeng Suro, Kerajaan Bima di
daerah bagian timur Sumbawa, dengan rajanya La Kai, Siak Sri Indrapura yang
didirikan oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah, dan masih banyak lagi Kerajaan Islam
kecil lainnya di Indonesia.
Di Papua, berdasarkan bukti sejarah terdapat sejumlah kerajaan-kerajaan Islam di
Papua, yakni: (1) Kerajaan Wertuar (2) Kerajaan Salawati (3) Kerajaan Fatagar (4)
Kerajaan Sailolof (5) Kerajaan Kowiai (6) Kerajaan Rumbati (7) Kerajaan Kaimana.
3.2. Saran
Kita perlu mempelajari sejarah kerajaan kerajaan islam. Dan kita perlu
mengembangkan wawasan kita tentang sejarah. Karena itu termasuk hal penting

DAFTAR PUSTAKA

12

Poesponegoro, Marwati Djoened, 2008, Sejarah Nasional Indonesia III, Balai Pustaka:
Jakarta
, Histografy Islam Kontemporer: Wacana, aktualitas, dan Aktor
Sejarah, Jakarta: Gramedia, 2002.
Taufik Abdullah (at.al), Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Asia Tenggara, Jakarta:
Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002, Jilid V.

13

Anda mungkin juga menyukai