Syukur alhamdulilah, kiranya tiada kata yang dapat diucapkan kecuali puji
syukur kehadirat Tuhan yang selalu melindungi, mencurahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah yang berjudul Kebijakan Fiskal
terhadap Stabilitas Pertumbuhan Ekonomi dapat diselesaikan dengan lancar.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan hormat
setinggi-tingginya dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Ucapan ini ditujukan kepada yang terhormat:
1.
Ibu Dra. Suryati Rizal M.E. selaku dosen pengajar mata kuliah Ekonomi mikro
dan makro.
2.
Page i
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1
Latar Belakang..........................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3
Tujuan........................................................................................................2
2.2
2.4
2.5
2.6
Page i
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................25
Page i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebijakan Fiskal memegang peranan yang cukup penting dalam
menstabilkan tingkat kegiatan ekonomi, dan menciptakan tingkat kegiatan
ekonomi ke arah tingkat yang dikehendaki. Kebijakan fiskal umumnya
merepresentasikan pilihan-pilihan pemerintah dalam menentukan besarnya
jumlah pengeluaran atau belanja dan jumlah pendapatan, yang secara
eksplisit digunakan untuk mempengaruhi perekonomian. Berbagai pilihan
tersebut, dalam prakteknya diwujudkan melalui anggaran pemerintah, yang
di Indonesia lebih dikenal dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN).
Terdapat 3 sistem perekonomian yang diterapkan di berbagai negara, yaitu
kapitalis, sosialis, dan campuran.Indonesia merupakan salah satu negara
yang
menganut
sistem
ekonomi
campuran
yakni
sebuah
sistem
nasional
dan
memobilisasikan
sumber-sumber
daya
perekonomian.
Mengetahui risiko kebijakan fiska
Mengetahui pengaruh pajak terhadap pendapatan dan konsumsi.
Mengetahui pengaruh pajak terhadap keseimbangan pasar.
Mengetahui keterkaitan Pajak dengan Anggaran Tidak Berimbang
dengan Anggaran Berimbang
BAB II
LANDASAN TEORI
untuk
membelanjakan
dananya
tersebut
dalam
rangka
yang
bertujuan
menstabilkan
perekonomian
dengan
cara
pemerintah
atau
perpajakkan
dengan
tujuan
untuk
Kebijakan tentang penghasilan tidak kena pajak yang dinaikan 10% pada
awal Januari yang tertuang dalam PP/UU APBN 2006 (Pajak ditanggung
pemerintah).
Subsidi BBM dan listrik
Apabila perekonomian nasional mengalami inflasi,pemerintah dapat
mengurangi kelebihan permintaan masyarakat dengan cara memperkecil
pembelanjaan dan atau menaikkan pajak agar tercipta kestabilan lagi. Cara
demikian disebut dengan pengelolaan anggaran.
perekonomian
dalam
kenyataannya
lebih
besar.
Untuk
Negara-negara
yang
sudah
maju
fiskal,
pemerintah
dapat
mengusahakan
terhindarnya
2.
menyusun
pengeluaran
sama
besar
dengan
penerimaan.
Kebijakan Anggaran Defisit
Kebijakan anggaran defisit yaitu kebijakan anggaran
dengan cara menyusun pengeluaran lebih besar daripada
3.
penerimaan.
Kebijakan Anggaran Surplus
penerimaan.
Kebijakan Anggaran Dinamis
Kebijakan anggaran dinamis, yaitu kebijakan anggaran
dengan cara terus menambah jumlah penerimaan dan
pengeluaran sehingga semakin lama semakin besar (tidak
statis).
kebijakan
fiskal
adalah
untuk
mempengaruhi
jalannya
investasi
berencana
di
sektor
public,
namun
pada
fiskal
memegang
peranan
kunci
dalam
PENERIMAAN
PENGELUARAN
PENGELUARAN
PAJAK
PEMERINTAH
PENGELUARAN PEMERINTAH
NEGERI
membuat pengeluaran lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus
pada perekonomian. Dalam hal ini, peningkatan pengeluaran yaitu pembelian
pemerintah atas barang dan jasa. Peningkatan pembelian atau belanja pemeritah
berdampak terhadap peningkatan pendapatan nasional. Contohnya pemerintah
mengadakan proyek membangun jalan raya. dalam proyek ini pemerintah
membutuhkan buruh dan pekerja lain untuk menyelesaikannya. dengan kata lain
proyek ini menyerap SDM sebagai tenaga kerja. hal ini membuat pendapatan
orang yang bekerja di situ bertambah. Anggaran defisit memiliki keunggulan
maupun kelemahan, salah satu keunggulannya adalah terdapat penertiban pada
angka defisit dan nilai tambahan utang yang jelas dan lebih transparan serta bisa
diawasi masyarakat. Menurut Menkeu Agus DW Martowardojo penerapan
kebijakan anggaran defisit tujuannya untuk menciptakan ekspansi fiskal dan
menguatkan pertumbuhan ekonomi agar tetap terjaga pada level yang
tinggi. Umumnya sangat baik digunakan jika keadaan ekonomi sedang resesif. .
Anggaran defisit salah satunya dengan melakukan peminjaman/hutang, dahulu
pemerintahan Bung Karno pernah menerapkannya dengan cara memperbanyak
utang dengan meminjam dari Bank Indonesia, yang terjadi kemudian adalah
inflasi besar-besaran (hyper inflation) karena uang yang beredar di masyarakat
sangat banyak. Untuk menutup anggaran yang defisit dipinjamlah uang dari
rakyat, sayangnya rakyat tidak mempunyai cukup uang untuk memberi pinjaman
pada pemerintah. akhirnya, pemerintah terpaksa meminjam uang dari luar negeri.
Ini merupakan salah satu kasus yang menggambarkan kelemahan dari anggaran
defisit.
Sedangkan, anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk
membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik
anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi
yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan.
Anggaran surplus (Surplus Budget)/ Kebijakan Fiskal Kontraktif adalah
kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada
pengeluarannya.
Baiknya
politik
anggaran
surplus
dilaksanakan
ketika
Peningkatan
kesadaran
seluruh
pemangku
kepentingan
fiskal
dilakukan
dengan
tujuan
untuk
penerusan pinjaman dari luar negeri dan rekening pinjaman daerah serta
pengalihan pajak pusat menjadi pajak daerah.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengaruh pajak terhadap pendapatan dan konsumsi
Dengan tetap mempertahankan asumsi bahwa pengeluaran investasi [I]
dan pengeluaran pemerintah [G] bersifat otonomus, maka pajak akan
memengaruhi pengeluaran konsumsi melalui pengaruhnya terhadap fungsi
konsumsi.
a. Pajak nominal
Pajak nominal, pertama kali memengaruhi pendapatan disposabel.
Jika pendapatan adalah Y dan pajak nominal adalah T, maka pendapatan
disponsabel:
Yd = Y T
Fungsi konsumsi menurut model keynes adalah:
C = Co + bYd
Dengan adanya pajak nominal, maka Yd = Y T, sehingga fungsi
konsumsi menjadi:
C = Co + bYd
= Co + b [Y T]
= Co + bY bT
= Co bT + bY
Bahwa pajak nominal tidak mengubah nilai MPC. Artinya pajak
nominal tidak mengubah sensitivitas konsumsi akibat perubahan
pendapatan.Yang berubah adalah konsumsi otonomus, dimana pajak
nominal menyebabkan konsumsi otonomus menjadi lebih kecil sebesar
bT.
Contoh Soal
Misalnya C1 = 100 + 0,8Yd dan pajak nominal (T) sebesar 25,
maka pengaruhnya adalah sebagai berikut:
C2
= 80 0,8Y
b. Pajak proporsional
Jika pajak penghasilan yangdikenakan adalah proporsional (t),
maka pendapatan disposabel menjadi:
Yd = Y tY = Y (I t)
Akibatnya fungsi konsumsi berubah menjadi:
C
= Co + bYd = Co + b {Y(I t)}
= Co + b Y btY
= Co + [b-bt]Y
Teryata pajak proporsional menyebabkan MPC menjadi (b-bt) atau
lebih kecil sebesar bt, sedangkan konsumsi otonomus tetap.
Contoh Soal
Fungsi konsumsi awal = 100 + 0,8Yd, bila pajak pendapatan
sebesar 25%, maka Yd = (l-t)T.
Fungsi konsumsi yang baru menjadi:
C2
= 100 + 0,8(1-0,25)Y
= 100 + 0,8(0,75)Y
= 100 + 0,6 Y
Pajak porposional telah menyebabkan MPC berubah menjadi 0,6
atau lebih kecil 0,2 dari MPC sebelum ada pajak porposional.
3.2 Pengaruh pajak terhadap keseimbangan pasar
Karena kebijakan fiskal bertujuan mengarahkan perekonomian ke kondisi
yang lebih baik, maka dampaknya terhadap keseimbangan ekonomi harus
dipahami. Salah satu cara paling mudah melihatnya adalah dengan melihat
pengaruh pajak terhadap output keseimbangan.
Contoh soal
Seperti dengan yang sebelumnya, yaitu lebih baik menggunakan contoh
kuantitatif. Asumsi yang digunakan adalah perekonomian tertutup dan pajak
nominal. Fungsi konsumsi, C = 100 + 0,8Yd dan investasi bersifat otonomus,
I = 150. Jika pengeluaran pemerintah, G = 250, maka kondisi keseimbangan
ekonomi adalah:
Y=C+I+G
= 100 + 0,8Yd + 150 + 250
= 500 + 0,8Yd
0,2 Y = 500
Y = 2500
Bila ada pajak penghasilan nominal sebesar 100, maka Yd = Y 100,
sehingga fungsi konsumsi C = 100 + 0,8Yd = 100 + 0,8(Y 100) = 20 +
A0
+ bY
Y=
A0
(1b)
C0
A0
Y(l b) =
Y=
bT + bY
A0
bT
A 0bT
(1b)
b T
Y = (1b)
Pada contoh soal di atas, T
Y=
= 100, sehingga:
0,8(100)
(10,8)
= -400
= 250,
= -220 + 0,8Y
Y=C+I+G
= -220 + 0,8Y + 150 + 500
= 430 + 0,8Y
0,2 Y = 430
Y = 2150 atau Y
= T
+ 500 = 650
b. Anggaran Surplus (Surplus Budget)
Kebalikan dari anggaran defisit, dalam anggaran surplus
pemerintah merencanakan penerimaan lebih besar dari pengeluaran (T > G
atau G < T). Atau dapat juga dikatakan pemerintah menempuh politik
anggaran surplus sering diidentikkan dengan kebijakan fiskal kontraktif.
Politik anggaran surplus dilakukan bila perekonomian sedang dalam tahap
ekspansi dan terus memanas (overheating). Melalui anggaran surplus
pemerintah mengerem pengeluarannya untuk menurunkan tekanan
permintaan atau mengurangi daya beli dengan menaikkan pajak. Pengaruh
anggaran surplus terhadap output keseimbangan adalah kebalikan dari
pengaruh anggaran defisit.
Contoh Soal
C = 100 + 0,8Yd
I = 150
G = 250 dan T = 250
Kondisi keseimbangan awal:
Y=C+I+G
Y = 100 + 0,8 (Y -250) + 150 + 250
= 500 + 0,8Y 200
= 300 0,8Y
0,2 Y = 300
Y = 1500
Jika pemerintah menempuh anggaran defisit, di mana
= 150,
=C+I+G
= -220 + 0,8Y + 150 + 400
= 150,
= 330 + 0,8Y
0,2 Y = 330
Y = 1650 atau Y
Angka 150 adalah Y
= G
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dibuat pemerintah untuk
mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan
(berupa pajak)
DAFTAR PUSTAKA
http://okapingit.blogspot.com/2013/07/kebijakan-fiskal.html
Rahardja, Prathama. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi (Makroekonomi dan
Mikroekonomi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.
Subiyantoro, Heru dkk. 2004. Kebijakan Fiskal Pemikiran, Konsep, dan
Implementasi. Jakarta: PT.Kompas Media Nusantara.
Sukirno, Sadono. 2006. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Manurung, Mandala. 2008. Teori Ekonomi Makro. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi UI.