pemeriksannya.
Seiring
dengan
perkembangan
teori
pemeriksaan,
Dengan menyadari bahwa SAP 95 telah tidak mukhtahir, maka kondisi kekinian
menjadi titik awal yang perlu diidentifikasikan dalam melakukan penyusunan
SPKN ini. Kondisi kekinian tersebut yang menjadi pertimbangan adalah (1)
Tuntutan akan akuntabilitas yang makin kencang, inilah yang mendorong SPKN
mengatur formulasi pelaporan yang lebih familiar dengan para pengguna.
Namun ini bukanlah tugas semata-mata SPKN, namun juga harus dibarengi
dengan kesediaan para pengguna LHP BPK untuk memahami dan mempelajari
SPKN. Untuk itulah SPKN ini akan BPK muat dalam website BPK dan mendapat
nomor ISBN agar mudah diakses di berbagai perpustakaan dan toko buku dan
secara internal, Mengaktifkan Kolom SPKN di Majalah Pemeriksa dan Buletin
Intern BPK adalah hal yang tak kalah pentingnya. Membuka akses inilah yang
akan membawa pengembangan terus menerus atas pentingnya pemeriksaan
BPK. (2) kronisnya penyalagunaan kewenangan yang merugiakan keuangan
negara atau yang biasa dikenal dengan KKN (korupsi, Kolusi dan Nepotisme).
mudah,
oleh
karenanya,
SPKN
ini
akan
selalu
dipantau
terbentuk dari semua elemen organisasi BPK yang tugas utamanya sebagai
pemeriksa keuangan negara.
Dengan demikian, sejak ditetapkannya Peraturan BPK ini dan dimuatnya dalam
Lembaran Negara, SPKN ini akan mengikat BPK maupun pihak lain yang
melaksanakan pemeriksaan keuangan negara untuk dan atas nama BPK. Inilah
tonggak sejarah dimulainya reformasi terhadap pemeriksaan yang dilakukan BPK
setelah 60 tahun pelaksanaan tugas konstitusionalnya. Dengan demikian,
diharapkan hasil pemeriksaan BPK dapat lebih berkualitas yaitu memberikan nilai
tambah yang positif bagi pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Selanjutnya akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat
Indonesia seluruhnya.
(1)
harus
merancang
prosedur
audit
untuk
menemukan
penyimpangan
yang
ditemukan.
Inilah
pendekatan
negatif
dari
laporan
kualitas
SPKN-nya
melainkan
terletak
pada
kesuksesan
dalam
kala
sosialisais
tidak
berjalan
efektif
karena
hanya
sekedar
penyampaian. Untuk itu, perlu dibuat suatu sosialisasi yang dapat membuat
pihak memahami makna SPKN tersebut sehingga tahu apa yang akan
dilaksnakaan. Sosialisasi tidak hanya diperuntukkann bagi (1) auditor BPK yang
bertujuan agar SPKN dapat diaplikasikan dalam pemeriksaan sehingga outputnya
seuai SPKN; (2) auditee BPK bertujuan untuk membantu auditee agar dapat
membantu dalam memahami hasil pemeriksaan Auditor BPK; (3) akademisi/
profesi/
dan
pemerhati
bertujuan
untuk
mendapat
masukan
dalam
SPKN DINAMIS
kualitas
SPKN-nya
melainkan
terletak
pada
kesuksesan
dalam