Latar Belakang
Di era modern ini kebutuhan setiap masyarakat semakin kompleks. Dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat tersebut diperlukan adanya peranan dari
pemerintah. Peran pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat
tersebut adalah melakukan pelayanan public. Seluruh masyarakat tentunya
menginginkan pelayanan public yang berkualitas baik agar kebutuhan mereka
dapat terpenuhi. Untuk mengukur kualitas pelayanan public tidak cukup hanya
menggunakan indicator tunggal tetapi harus menggunakan multi-indicator atau
indiator ganda. Efisiensi, responsivitas, dan non-partisian merupakan beberapa
indicator yang digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan publik
(Agus,2008:147). Setiap Negara termasuk Indonesia akan terus melakukan
perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan public. Harus terlebih dahulu
diketahui bagaimana kondisi kualitas pelaksanaan pelayanan public di Indonesia
saat ini dilihat dari indikator efisiensi, responsivitas, dan non-partisian serta
bagaimana cara peningkatan kualitas pelayanan public di Indonesia. Salah satu
contoh praktek penyelenggaraan pelayanan public yang mencerminkan
bagaimana kondisi kualitas pelayanan public di Indonesia saat ini adalah
pelayanan pembuatan e-KTP yang sampai saat ini masih ditemukan banyak
permasalahan di dalamnya. Masalah yang ditemukan dalam pelayanan
pembuatan e-KTP tersebut antara lain masih adanya pungutan liar, belum semua
daerah memiliki jaringan komunikasi data yang memadai, kesalahan input data
yang dilakukan oleh petugas dan masih banyak lagi. Selain pelayanan
pembuatan e-KTP pelayanan kesehatan juga merupakan cerminan dari kondisi
kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Dalam pelayanan kesehatan di
Indonesia juga masih terdapat kekurangan dan permasalahan. Permasalahan
tersebut misalnya adanya keluhan masyarakat terhadap mutu pelayanan Rumah
sakit, yaitu tentang lamanya pelayanan, administrasi yang berbelit dan lamanya
waktu tunggu. Pelaksanaan pelayanan pembuatan e-KTP dan pelayanan
kesehatan
yang merupakan cerminan dari kualitas pelayanan public di
Indonesia dan mengharuskan adanya perbaikan atau peningkatan kualitas
pelayanan. Perbaikan dalam pelayanan pembuatan e-KTP dan pelayanan
kesehatan dapat dilakukan jika kita sudah mengetahui bagaimana kondisi
sebenarnya yang sedang berlangsung di Indonesia saat ini, apa saja
permasalahan yang ada dan apa penyebab munculnya masalah itu, serta
mengetahui apa saja upaya yang harus dilakukan agar dapat memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pelayanan pembuatan e-KTP dan kualitas pelayanan
kesehatan karena pelayanan pembuatan e-KTP dan pelayanan kesehatan
merupakan cerminan dari kualitas pelaksanaan pelayanan public di Indonesia.
Rumusan masalah
1.
2.
3.
4.
LANDASAN TEORI
Pelayanan Publik
Menurut Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik, yang
dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administrasi yad disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik. Menurut Sinambela mengungkapkan pelayanan publik diartikan sebagai
setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia
yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau
kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu
produk secara fisik.Kemudian, Munir menambahkan terdapat tiga bentuk dalam
pelayanan umum, yaitu layanan dengan lisan,layanan dengan menggunakan
tulisan tulisan, dan layanan dengan menggunakan perbuatan. Menurut ketiganya
bentuk layanan ini tidak dapat berdiri sendiri secara murni karena ketiganya
sering berkombinasi dalam proses pemberian pelayanan.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Nomor
63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang pedoman umum penyelenggaraan pelayanaN
publik menyebutkan bahwa pelayanan publik merupakan segala kegiata
pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai
upaya pemenuhan kebutuhan penerima layanan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Jadi yang yang dimaksud pelayanan publik pada
dasarnya sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang
publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan
dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat,di daerah, dan dilingkungan
badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah, dalam rangka upaya
pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan kata lain, penyelenggaraan
pelayanan publik adalah instansi pemerintah. Pelayanan dapat di katakan
sebagai suatu aktifitas dari seseorang, sekelompok dan/atau organisasi secara
langsung maupun tidak langsung yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan.
Ada terdapat lima indikator pelayanan publik menurut Fitsimmons (dalam
Sinambela (2006:7 ) sebagai berikut :
1. Reliability (handal) yaitu suatu pelayanan yang baik ditandai dengan
adanya pemberian pelayanan yang tepat dan benar.
2. Tangibles ( jelas) yang ditandai dengan penyediaan yang memadai
sumber daya lainnya.
3. Responsiveness (tanggap) yang ditandai dengan keinginan melayani
konsumen.
4. Assurance (kepastian) yang ditandai dengan tingkat kemauan untuk etika
dan moral dalam memberikan pelayanan.
5. Empathy (empaty) yang ditandai dengan tingkat kemauan untuk
mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen.
Kualitas Pelayanan
Penyelenggaraan pelayanan public merupakan proses yang strategis karena di
dalamnya terdapat interaksi yang cukup intensif antara warga Negara dengan
6. Peningkatan terus-menerus.
Hal ini didefinisikan sebagai suatu proses yang berfokus pada upaya
peningkatan efektivitas dan efisiensi organisasi secara terus menerus, yang
membutuhkan langkah konsolidasi yang progresif dan menanggapi
perkembangan kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. Dengan demikian
dapat mengetahui keunggulan kinerja melalui peningkatan kemampuan
organisasi.
7. Pendekatan faktual dalam pembuatan keputusan.
Dengan menggunakan data dan informasi yang faktual maka dapat
menghilangkan akar penyebab masalah, sehingga dapat diselesaikan
secara tepat sehingga dapat meningkatkan kinerja orgaisasi dan efektivitas
implementasi sistem manajemen kualitas.
8. Hubungan pemasok yang saling menguntungkan
Dalam rangka menanggapi perubahan pasar dan mengoptimalkan biaya dan
penggunaan sumber daya, hubungan antara organisasi dengan pelanggan
atau stakeholders merupakan hubungan ketergantungan yang saling
menguntungkan, sehingga akan meningkatkan kemampuan bersama dalam
menciptakan nilai tambah masing-masing.
Kualitas pelayanan mencakup tata cara, perilaku dan juga penguasaan
pengetahuan tentang produk dari penyelenggara layanan, sehingga
penyampaian informasi dan pemberian fasilitas/jasa pelayanan kepada
pelanggan dapat secara optimal memenuhi kebutuhan yang diharapkan
pelanggan, sehingga pelanggan akan merasa puas dan perusahaan akan
mendapatkan manfaatnya.
Untuk menilai kualitas pelayanan terdapat sejumlah indicator yang digunakan.
Menurut Lenvine (1990:188), produk pelayanan public di dalam Negara
setidaknya harus memenuhi tiga indicator, yaitu
1. Responsivitas, yaitu daya tanggap penyedia layanan terhadap segala
tuntutan dari pengguna layanan.
2. Responsibilitas, merupakan suatu ukuran yang menunjukkan sejauh
mana pelayanan sudah berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip atau
ketentuan yang telah disepakati sebelumnya.
3. Akuntabilitas, adalh suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana proses
penyelenggaraan pelayanan sudah sesuai dengan kehendak
stakeholders dan norma-norma yang berkembang dalam masyarakat.
Di Indonesia, upaya penyediaan pelayanan yang berkualitas antara lain dapat
dilakukan dengan memperhatikan ukuran-ukuran yang menjadi kriteria kinerja
pelayanan. Berdasarkan Kep MenPAN No 63 tahun 2003 kriteria-kriteria
pelayanan tersebut adalah :
1. Kesederhanaan, yaitu bahwa tata cara pelayanan dapatdiselenggarakan
secara mudah, lancar, cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan
dilaksanakan oleh pelanggan.
2. Reliabilitas, meliputi konsistensi dari kinerja yang tetap dipertahankan dan
menjaga saling ketergantungan antara pelanggan dengan pihak penyedia
pelayanan, seperti menjaga keakuratan perhitungan keuangan, teliti
dalam pencatatan data dan tepat waktu.
3. Tanggung jawab dari para petugas pelayanan yang meliputi pelayanan
sesuai dengan urutan waktunya, menghubungi pelanggan secepatnya
apabila terjadi sesuatu yang perlu segera diberitahukan.
4. Kecakapan para petugas pelayanan, yaitu bahwa para petugas
pelayanan
menguasai
keterampilan
dan
pengetahuan
yang
dibutuhkan.Pendekatan kepada pelanggan dan kemudahan kontak
berkualitas (LAN, 3: 2003). Pengertian yang sama tetang standar pelayanan ini
juga terdapat dalam Permenpan No. 20 tahun 2006 tetang Pedoman
Penyusunan Standar Pelayanan Publik dan Rancangan final Undang-undang
Pelayanan Publik.
Ruang lingkup standar pelayanan publik, sebagaimana dituangkan dalam buku
yang diterbikan LAN tahun 2003 mencakup sekurangkurangnya: (1) Nama Jenis
pelayanan; (2) Visi dan Misi Pelayanan; (3) Prosedur pelayanan; (4) Persyaratan
Pelayanan, (5) Waktu Pelayanan; (6) Biaya/Tarif pelayanan serta (7) Mekanisme
Pengelolaan Pengaduan Pelayanan. Sedangkan dalam Permenpan Nomor 20
tahun 2006 disebutkan bahwa ruang lingkup atau komponen yang harus ada
dalam standar pelayanan adalah : (1) Jenis pelayanan; (2) Dasar Hukum
Pelayanan; (3) Persyaratan Pelayanan; (4) Prosedur Pelayanan; (5) Waktu
penyelesaian pelayanan; (6) Biaya pelayanan; (7) Produk pelayanan; (8) Sarana
dan prasarana pelayanan serta (9) Mekanisme pengaduan.
ISU TERKINI
PEMBAHASAN
1.
Ya
Tidak
Jumlah
Sumatra Barat
N
184
103
287
%
64,1
35,9
100,0
Lokasi
D.I. Yogyakarta
N
201
124
325
%
61,8
38,2
100,0
Sulawesi
Selatan
N
175
125
300
%
58,3
41,7
100,0
PENUTUP
Kesimpulan
Kondisi kualitas pelayanan publik di Indonesia dapat dilihat melalui tiga indikator
yaitu efisiensi, responsivitas, dan non-partisian. Dilihat dari efisiensi, kualitas
pelayanan publik di Indonesia masih rendah atau masih kurang baik karena
masih belum efisien yang ditunjukkan adanya tambahan biaya yang harus
dikeluarkan oleh pengguna layanan untuk mempermudah pelayanan publik. Dari
segi responsivitas kualitas peelayanan publik juga dapat dikatakan masih rendah
atau msih kurang baik karena responsivitas birokrasi penyelenggara layanan di
Indonesia terhadap kebutuhan masyarakat yang selalu berkembang masih
rendah sebagaimana terlihat dari birokrat di beberapa daerah di Indonesia yang
hanya sekedar menampung keluhan masyarakat tanpa ditindaklanjuti. Dilihat dari
indikator non-partisian pelayanan publik di Indonesia masih bersifat diskriminatif
yang ditunjukkan dari Perda Kabupaten Cirebon No 53 Tahun 2001 tentang
Penyelenggaraan Pelelangan Ikan yang memberikan hak monopoli TPI (Tempat
Pelelangan Ikan) hanya kepada koperasi dan menutup akses pihak swasta yang
lain. Pelayanan publik di Indonesia yang masih bersifat diskrimintif menunjukkan
bahwa kualitas pelayanan publik di Indonesia masih kurang baik atau masih
rendah. Kondisi kualitas pelayanan publik di Indonesia tidak hanya dapat dilihat
dari ketiga indikator tersebut, tetapi juga dapat dilihat dari beberapa kasus yang
menyangkut pelayanan publik di Indonesia, antara lain pelaksanaan pelayanan
pembuatan e-KTP di beberapa daerah di Indonesia dan pelaksanaan pelayanan
kesehatan di beberapa daerah di Indonesia. Dalam pelaksanaan pelayanan
pembuatan e-KTP masih ditemukan beberapa permasalahan, antara lain adanya
pungutan liar yang dilakukan oleh oknum aparatur desa (kepala desa) PTPN V
PABRIK KELAPA SAWIT TANJUNG MEDA setiap pengambilan e-KTP dan
adanya petugas yang arogan dan tidak peduli terhadap warga yang sudah bolakbalik ke kelurahan untuk menanyakan apakah e-KTP sudah jadi atau belum,
petugas terus menjawab belum selesai tanpa memberikan kepastian mengenai
kapan e-KTP tersebut bias selesai. Permasalahan pungutan liar dalam
pelayanan pembuatan e-KTP menunjukkan bahwa pelayanan publik di Indonesia
masih belum efisien karena biaya pelayanan publik jadi semakin tinggi.
Permaslahan petugas yang tidak peduli terhadap warga dalam pelayanan
pembuatan e-KTP menunjukkan bahwa responsivitas pelayanan publik di
Indonesia masih rendah. Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan juga
ditemukan beberapa permasalahan, salah satunya angka kematian bayi dan
amgka kematian balita pada kelompok termiskin adalah empat kali lebih tinggi
daripada kelompok terkaya. Permasalahan dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan tersebut menunjukkan bahwa pelayanan publik di Indonesia belum
bersifat non-partisian atau masih bersifat diskriminatif karena masih lebih
mengutamakan golongan kaya dibandingkan golongan miskin. Berdasarkan
penjelasan mengenai kondisi kualitas pelayanan publik di Indonesia yang
dijelaskan melalui tiga indikator, yaitu efisiensi, responsivitas dan non-partisian
serta melalui beberapa kasus pelayanan publik di Indonesia, dapat diketahui
bahwa kualitas pelayanan publik di Indonesia masih kurang baik atau masih
rendah. Oleh karena itu perlu diadakan perbaikan dan peningkatan kualitas
pelayanan publik di Indonesia. Peningkatan kualitas pelayanan publik di
Indonesia dapat dilakukan melalui perbaikan dan peningkatan pada tiga aspek,
yaitu efisiensi, responsivitas, dan non-partisian. Untuk memperbaiki aspek
efisiensi terdapat tiga strategi yang dapat dilakukan, yaitu deregulasi,
pengurangan biaya, dan adopsi teknologi. Strategi yang dapat digunakan untuk
DAFTAR PUSTAKA
Agus Dwiyanto,dkk. 2008. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan
Publik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Iqrom, Pahrizal. 2013. Reformasi Birokrasi Nusantara. Malang: UB Press.
Lembaga Administrasi Negara. 2003. Standar Pelayanan Publik. Jakarta: LAN
Moenir. 1995. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara
Montung, Lidya Christine. 2014. Efektivitas Pemerintah dalam Pelayanan
Pembuatan KTP dan Legalisir KTP di Kecamatan Matuari Kota Bitung.
(online), http://ejournal.unsrat.ac.id , diakses pada 14 November 2014
Murdyastuti, Anastasia. Strategi Meingkatkan Kualitas Pelayanan Publik. (online),
http://www.jurnalinspirat.com/Download/JI4_1.pdf , diakses pada 13
November 2014
Wirasari, Nina. Peningkatan Pelayanan Publik Melalui Pemberdayaan Aparatur
Kelurahan Beji Kecamatan Ungaran Timur dalam Pengelolaan Arsip.
(online), http://ejournal.unnes.ac.id , diakses pada 14 November 2014