Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

BUDIDAYA LAUT OBSERVASI


POTENSI BUDIDAYA DI
KECAMATAN BANCARAN
KABUPATEN BANGKALAN
MADURA

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Oleh kelompok IV
Nama
Nim
Mahrus Ali
130341100045
Achmad Hamdan
130341100047
Randiva Friman P
130341100049
Muhammad Nur A
130341100051
Ramli Hasan Basri
130341100053
Rahbini Effendy
130341100055
Ahmad Faris Suparno
130341100057
Ayatullah Humaini
130341100061
Novi Anjar Wati
130341100063
Syaiful Khafidzi
130341100065

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2015

ii. Abstraksi
Observasi ini bertujuan untuk mengetahui potensi sumber budidaya perikanan
pada tambak di Kecamatan Bancaran, Kabupaten Bangkalan. Observasi tambak
dilaksanakan pada tanggal 05 Juni 2015. Variabel yang diamati meliputi komoditas
budidaya, kegiatan pengembangan budidaya, dan sarana-sarana

pendukung

lainnya.Observasi dilakukan dengan pengamatan secara langsung. Hasil observasi


menunjukan bahwa komoditas yang dibudidayakan antara lain adalah udang,
bandeng, dan rumput laut. Adapun sarana dan teknologi yang digunakan adalah kincir
air, terpal sbagai media lahan, dan pmbrian pakan buatan yaitu pelet secara
teratur.Adapun strategi yang paling tepat untuk pengembangan usaha budi daya
ini adalah dengan mengotimalkan produksi komoditas, memberikan penyuluhan
secara bertahap kepada para petani dan memperluas areal budidaya.
Kata kunci : Potensiperikanan, teknologi budidaya, strategi pengembangan .

iii. Kata Pengantar


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan pratikum yang berjudul
Konstruksi Tambak Desa Telang Kabupaten Bangkalan Madura.
Penulisan laporan pratikum ini merupakan salah satu tugas pratikum yang
diberikan dalam mata kuliah Budidaya Laut Universitas Trunojoyo Madura.
Dalam Penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis
miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan laporan pratikum ini.
Dalam penulisan laporan pratikum ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
laporan ini, khususnya kepada :
1. Bapak DR. Apri Arisandi S.pi,.M.si yang sudah memberikan tugas dan petunjuk
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini
2. Rekan-rekan semua di Kelas A dan B Budidaya Laut Universitas Trunojoyo
Madura
3. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang
telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada
penulis dalam menyelesaikan tugas laporan pratikum ini
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan dalam penulisan laporan pratikum ini.
Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada mereka yang telah
memberikan bantuan.
Bangkalan, 07 Juni 2015

Penulis

iv. Daftar Isi


2

Abstraksi.................................................................................................... i
Kata Pengantar........................................................................................... ii
Daftar Isi.................................................................................................... iiii
Daftar Gambar........................................................................................... iv
Lampiran.................................................................................................... viii
1. Pendahuluan........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Permasalahan.................................................................................. 2
1.3 Latar Belakang................................................................................ 2
1.4 Permasalahan.................................................................................. 2
2. Potensi Komoditas Yang Bisa DiBudidayakan Dalam Tambak............ 3
2.1 Budidaya ikan................................................................................. 3
2.2 Budidaya rumput laut...................................................................... 3
2.3 Budidaya perikana selain ikan dan rumput laut.............................. 4
3. Progam Kegiatan Pengembangan Budidaya Dalam Tambak................ 5
3.1 Budidaya ikan................................................................................. 5
3.1.1 Budidaya Air Payau.............................................................. 5
3.1.2 Budidaya Laut....................................................................... 6
3.2 Budidaya rumput laut...................................................................... 6
3.3 Budidaya perikanan selain ikan dan rumput laut............................ 7
4. Ide Dan Masukan Progam..................................................................... 7
5. Penutup ................................................................................................. 8
5.1 Kesimpulan..................................................................................... 8
5.2 Saran............................................................................................... 8
Daftar pustaka............................................................................................ 9

vi. Daftar Gambar


3

1.

Gambar.1 Lokasi tambak dilihat dengan satelit

Gambar di atas merupakan gambaran lokasi tambak yang di observasi, yaitu di


kecamatan bancaran, kabupaten bangkalan, madura. Dari gambar tersebut dapat
dilihat bahwa lokasi tambak ditunjukkan dengan kursor warna merah yang mana
berbentuk seperti petakan-petakan yang disusun secara persegi.
2.

Gambar.2 Tambak tampak tengah


3.

Gambar.3 Tambak tampak samping


4.

Gambar.4 Pematang antara

5.

Gambar. 5 Pematang utama


6.

Gambar.6 Saluran air (inlet)

7.
6

Gambar.7 Saluran air (outlet)


8.

Gambar.8 Saat wawancara

vii. Lampiran
1.
No

Komoditas Budidaya Laut


Jenis

Nama Komoditas

Keterangan
7

(ikan/udang
)
Udang
Vannamei

(+Nama Latin)
Udang Vannamei
(Litopenaeus vannamei)

(Padat Tebar & Tingkat


keberhasilan)
80 120 / meter persegi

5. Dimensi Tambak
N
o
1

Unit

Ukuran (meter)

Ukuran Tambak
Panjang

300

Lebar

200

Tinggi

1,5

Caren
Panjang

Lebar

Tinggi

Keterangan
1 m untuk kolom air, 0,5 meternya
untuk tinggi pematang.

Lokasi budidaya tambak tidak


memiliki caren, karena bentuk
dari dasar wadah budidaya
dibuat
rata.
Dan
tidak
menggunakan
media
tanah
langsung
melainkan
dengan
menggunakan terpal.

Inlet
Panjang
Lebar
Tinggi

Outlet
Panjang
Lebar
Tinggi

Saluran air/irigasi
Panjang

600

Lebar

Tinggi

Pematang Utama
Panjang

600

Lebar atas

Selain
digunanakan
untuk
mendistribusikan air, Saluran ini
juga digunakan untuk membuang
hasil sisa zat buangan udang.
Pematang utama ini langsung
sekaligus menjadi saluran air,
karena saluran irigasi air pada
tambak ini diletakkan ti tengah8

Tinggi

1,5

Lebar bawah

tengah tambak.

Pematang Antara
Panjang

200

Lebar atas

Tinggi

1,5

Lebar bawah

6. Sarana Pendukung Budidaya


N
o

Unit

Jumlah

Keterangan

Genset

1 buah/petak

Digunakan untuk saat pemadaman agar


kincir tetap bisa berfungsi pada saat
pemadaman

Kincir

28 buah/petak

Digunakan untuk menjaga sirkulasi


oksigen di media budidaya

Paralon

2 buah/petak

Digunakan untuk
pemasukan air

Terpal

Sesuai dengan ukuran tambak/petak

Saringan air

1 buah

Digunakan untuk menyaring air yang


diambil langsung dari laut

Tandon

Rumah jaga

3 rumah jaga

1 rumah di tempati karyawan, 1 rumah


jaga tempati pemilik tambak dan 1 di
tempati alat pendukung budidaya

Las terpal

1 buah

Digunakan menambal terpal apabila ada


kerusakan

Alat
penerangan

5 buah/bagian
sisi tambak

Digunakan sebagai penerangan pada


waktu malem hari

pengeluaran

dan

Digunakan untuk me- ngendapkan


partikel sedimen yang ikut terambil saat
pengambilan air dari laut sebelum
dialirkan ke tambak

7. Manajemen Pakan, Pupuk, Kapur


N
o

Jenis Pakan

Dosis pemberian

Frekwensi

I. Pakan Buatan
1

Pakan Pur 01, 02, 03

Untuk umur 1-20 hari


diberi pakan 3
kg/petak, jika pakan
habis maka keesokan
harinya ditambah 0,2
kg. jika pakan habis
lagi maka ditambah 0,2
lagi, begitu seterusnya.

5 kali dalam 1 hari.

Untuk chlorella tidak


ada dosis pemberian
hanya
menumbuhkannya pada
kolam budidaya

Tidak ada frekuensi


pemberian chlorella
karena pakan alami
ini hanya diberikan
pada saat akan
melakukan
penebaran udang.

1 liter tetes untuk 100


liter air yang ada di
tambak

Diberikan sebelum
komoditas di tebar

Dikarenakan luas
tambak 1,8 ha maka
gamping yang
dibutuhkan sebanyak
2,3 ton dengan acuan 1
ha lahan membutuhkan
1,5 ton Gamping

Pada saat awal


budidaya sebelum
pengisian air

-Pagi jam 06:00


-Siang jam 10:00
-Sore jam 14:00 dan
-Malam jam 21:00

II.Pakan Alami
1

Chlorella

III.Pupuk
1

Tetes tebu

IV.Kapur
1

Gamping

10

1.
Narasumber
Jabatan
Kota Asal

Daftar Hasil Wawancara


: Titut Puguh
: Asisten manager
: Sidoarjo

Kelompok IV
Narasumber
Kelompok IV
Narasumber
Kelompok IV

: Berapakah luas tambak untuk budidaya ini ?


: Sekitar kurang lebih 1,8 ha
: Jenis komoditas apa saja yang dibudidayakan ?
: Hanya udang vannamei (Litopenaeus vannamei).
: Berapakah modal awal yang harus dikeluarkan untuk proses

Narasumber

Budidaya yang dilakukan ?


: Sekitar kurang lebih 1M dengan biaya masing-masing tambak
kurang lebih sekitar Rp 600.000.000,- (ada sekitar 9 petak

Kelompok IV

tambak ).
: Kendala apa saja yang terjadi ketika proses budidaya

Narasumber

berlangsung ?
: Pemasukan air dari laut dikarenakan proses terjadinya pasang
surut tidak pasti, kondisi air yang ada bercampur dengan
lumpur, sulitnya pemasangan terpal karena ketika terpal
dipasang dan diisi air maka banyak terpal yang bocor dan
tingkat porositas pematang yang cukup tinggi.

Kelompok IV
Narasumber

: Berapa gaji dan jumlah pekerja yang ada ?


: Jumlah pekerja yang ada yaitu sebanyak orang ( Adi, Dwi,
Wawan, Adi, Titut dan Mbah Peno) gaji masing masing orang
Rp 1.200.000,-/bulan biaya makan, rokok dan tempat tinggal
ditanggung yang punya usaha.

Kelompok IV
Narasumber

: Bagaimana proses pemberian pakan yang dilakukan ?


: Pemberian pakan yang dilakukan disesuaikan dengan umur
komoditas yang dibudidayakan umur 1 sampai 120 hari
diberikan pakan sebanyak 3 kg . Harga pakan Rp 7.000,-/kg
total pakan yang diberikan sebanyak 60kg.

Kelompok IV
Narasumber

: Kapan pemberian pakan dilakukan ?


: Pemberian pakan dilakukan pada pukul 06.00, 10.00, 17.00,

Kelompok IV
Narasumber

dan 21.00 jenis pakan yang diberikan pur 01. 02. dan 03.
: Berapa kepadatan tebar yang dilakukan ?
: Seharusnya 80/m namun pemilik usaha menginginkan 120/m.
11

Kelompok IV

: Mengapa warna air yang ada di tambak terlihat berwarna


hijau sebelum proses penebaran benih dilakukan ?

Narasumber

: Warna hijau yang terlihat dikarenakan pemberian plankton


jenis green algae yang sebelumnya telah diberi tetes tebu dan
kapur untuk menumbuhkan plankton dan bakteri.

Kelompok IV
Narasumber

: Hama apa yang sering menyerang pada tambak ini ?


: Hama yang sering dijumpai adalah beberapa jenis kepiting,

Kelompok IV
Narasumber

teritip serta predator jenis biawak.


: Bagaimana proses pemasaran yang dilakukan ?
: Hasil yang diperoleh biasanya dipasarkan ke pasar-pasar lokal

Kelompok IV
Narasumber

namun juga ada yang di ekspor ke beberapa negara tetangga.


: Penyakit apa yang sering menyerang ?
: Penyakit yang sering m,enyerang diantaranya adalah

Kelompok IV
Narasumber
Kelompok IV
Narasumber

insanghitam dan keropos sehingga udang tidak bisa moulting.


: Berapakah pH dan salinitas yang digunakan ?
: pH kisaran 7-8 dan salinitas sebesar 10-30 ppt.
: Berapakah untung yang didapat selma proses budidaya ?
: Kalau berbicara soal untung kita tidak tahu secara pasti

Kelompok IV

namun biasanya dilihat dari nilai FCRnya.


: Ada berapa kincir untuk aerasi yan g diberikan dalam setiap
petakan tambak ?

Narasumber

: Dalam satu petakan tambak saya berikan sekitar 28 kincir


yang setiap kincirnya dapat mencukupi kebutuhan oksigen
100.000 sampai 120.000 ekor komoditas budidaya dan jarak
antar kincir sejauh 1m 1m. Selain berfungsi sebagai penyuplai
oksigen kincir ini juga dapat berfungsi sebagai pemutar air
sehingga kotoran sisa metabolisme udang dapat terumpul di
tengah. Tata letak kincir di setting sedemikian rupa agar dapat
memutar air sesuai dengan kebutuhan.

Kelompok IV
Narasumber

: Berapa jam kincir dinyalakan setiap harinya ?


: Sebelum proses penebaran dilakukan kincir dinyalakan

Kelompok IV

selama 3 jam / harinya.


: Bagaimana proses pengisian air untuk beberapa tambak yang
ada ?
12

Narasumber

: Proses pengisian air yang dilakukan yaitu terlebih dahulu air


dari laut kita alirkan ke bak penampungan air (tandon) terlebih
dahulu sebelum kita alirkan ke beberapa petakan tambak yang
ada kemudian air tersebut didiamkan selama satu malam agar
lumpur dapat mengendap. Setelah didiamkan semalam maka
air akan diisikan pada masing-masing petakan tambak melaui

Kelompok IV
Narasumber

pipi-pipa paraln yang ada di sisi sudut petakan tambak.


: Berapakali proses pembesihan tambak dilakukan ?
: Proses pembersihan tambak dilakukan setiap 1 kali dalam
seminggu dimana dalam tengah-tengah tambak terdapat
semacam sipon dan terbuat dari paralon yang telah dilubangi
dan diberikan saringan yang tujuannya agar komoditas
budidaya tidak ikut keluar bersama dengan kotoran yang akan

Kelompok IV

dibuang.
: Berapakah kedalaman dan ketinggian air dalam m,asing-

Narasumber
Kelompok IV
Narasumber

masing petakan tambak ?


: Kedalaman tambak sekitar 1,5 m dan ketinggian air 1 m.
: Bagaimana proses pemanenan yang dilakan ?
: Udang dikumpulkan di pematang atau sisi tambak dibuat
lebih dalam namun untuk pemanenan mendatang pemanenan
dilakukan secara parsial yakni udang yang telak berumur dan
mencukupi ukuran akan dipanen sedangkan udang yang masih
kesil dibiarkan sampai ukuran mencukupi. Sebelum melakukan

Kelompok IV
Narasumber

pemanenan biasanya pemilik tambak melihat harga pasar.


: Bagaimana perolehan bibit dan cara penebarannya ?
: Benih diperoleh dari penjual benih. Penebaran benih
dilakukan dengan cara benih dimasukkan kedalam tambak
untuk beberapa waktu agar benih dapat beradaptasi dengan
lingkungannya kemudian sekitar 10 menit benih akan

Kelompok IV

dikeluarkan lewat lubang-lubang plastik tempat benih tadi.


: Peralatan apasaja yang digunakan dalam proses budidaya
udang ?

13

Narasumber

: Peralatan yang digunakan yaitu kincir, seddle ( untuk


menyedot air laut ), jenset dan anco ( untuk mengontrol

Kelompok IV
Narasumber

udang).
: Berapakah jumlah teknisi dan mekanik ?
: Unntuk teknisi sebanyak 1 orang sedangkan untuk mekanik 2
orang.

14

2.

Dokumentasi

15

16

17

18

19

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
2.

Tambak merupakan salah satu tempat yang banyak diminati oleh

masyarakat untuk budidaya ikan atau komoditas perairan lainnya, misal udang,
kepiting dan lain-lain. Tambak harus dibuat di wilayah dengan lingkungan yang
sesuai untuk budidaya. Pembangunan tambak tidak boleh membawa dampak yang
merugikan bagi keanekaragaman hayati, habitat yang secara ekologis rawan dan
fungsi ekosistem. Keberhasilan pengembangan tambak ditentukan oleh beberapa
aspek, antara lain kondisi sumber daya (fisik, sosial dan ekonomi), desain teknis (tata
letak tambak, pemukiman dan fasilitas umumlainnya), termasuk tenaga pengelola dan
dukungan sarana atau prasarana penunjang usaha pertambakan ( Sukardi 2002).
3.

Tambak yang berada di kecamatan bancaran ini dapat dikategorikan

tambak intensif karena pada tambak ini telah terdapat teknologi-teknologi modern
seperti adanya kincir air untuk aerasi, penggunaan terpal sebagai lahan (media), dan
pemberian pakan buatan secara teratur. Sehingga produktivitas yang dihasilkan
tambak ini tinggi (Supardan 1999 ).
4.

Kinerja para teknisi dan mekanik sangat mempengaruhi kualitas

tambak sendiri karena segala operasiaonal (kegiatan) pada tambak harus dilakukan
dengan benar. Peningkatan jaringan pengairan yang ada perlu memperhatikan
pengembangan yang berkelanjutan (sustainable), sehingga diharapkan petani dapat
berpartisipasi aktif dalam mengoprasikan dan memelihara alat maupun strategistrategi yang ada dalam budidaya perikanan ( Fauzie 2007 ).
5.

20

5.1 Permasalahan
6.

Pada tambak yang di observasi yang perlu diperhatikan adalah

pembuangan zat sisa dari budidaya. Hasil sisa pembuangan langsung dibuang ke
saluran pembuangan yang mana saluran pembuangan ini memiliki interaksi lansung
dengan air laut. Sehingga dikhawatirkan dapat merusak ekosistem dan habitat yang
ada.
6.1 Tujuan
7.

Tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui komuditas apa saja yang dapat di budidayakan tambak.


2. Mengetahui kegiatan dan pengembangan yang di terapkan pada budidaya.
3. Mengetahui sarana dan teknologi yang ada pada budidaya.
8.
8.1 Sasaran
9.

Dari pratikum ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui hal-hal

sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat mengetahui lokasikomuditas apa saja yang dapat di
budidayakan tambak.
2. Mahasiswa dapat mengetahui kegiatan dan pengembangan yang di terapkan
pada budidaya.
3. Mahasiswa dapat mengetahui sarana dan teknologi yang ada pada budidaya.
10.
11.

12. II. POTENSI KOMODITAS YANG BISA DIBUDIDAYAKAN DALAM


TAMBAK
1

Budidaya ikan
13.
14.

2.1.1 Ikan Bandeng


Ikan bandeng merupakan komuditas andalan pengembangan budidaya

laut yang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan spesies lainnya, antara
lain adalah teknik pembenihannya telah dikuasai, teknik budidayanya relatif mudah
dan dapat diadopsi oleh petani, tahan terhadap perubahan lingkungan yang cukup
ekstrim (salinitas), tanggap terhadap pakan buatan yang telah tersedia secara
komersial, dapat dipelihara dengan kepadatan tinggi dan tidak bersifat kanibalisme.
selain itu ikan bandeng juga memiliki rasa yang lezat dan harga yang terjangkau,
sehingga ikan bandeng sangat digemari oleh masyarakat terutama di Jawa dan
Sulawesi Selatan. ikan bandeng juga dapat dijadikan umpan bagi kebutuhan industri
perikanan tuna dan cakalang ( Kusumastanto 2000 ).
15.

Ikan bandeng cocok dibudidayakan dalam tambak karena tambak

memiliki kondisi air yang payau, benih ikan bandeng mudah didapat, dan ikan
bandeng termasuk ikan yang cukup dapat bertahaan hidup dari serangan penyakit dan
hama. Ikan bandeng tidak di budidayakan pada tambak yang di observasi karena
masa pemeliharaan ikan bandeng lebih lama dari pada udang vannamei. Dan dari segi
harga udang lebih mahal dari pada ikan bandeng ( Romadon 2011).
16.
2

Budidaya rumput laut


17.

Rumput laut merupakan komoditas ekspor yang nilai ekonomisnya

cukup baik saat ini. Rumput laut dapat digunakan untuk mereduksi dan merubah
nutrien anorganik terlarut dari buangan limbah sistem budi daya pantai dan tambak
( Sulaeman 2016 ).
18.

Rumput laut yang dibudidayakan dalam tambak adalah rumput laut

jenis (Gracilaria). Ada beberapakeuntungan penggunaan rumput laut padasistem


budi daya tambak. 1) Budi daya rumput laut lebih stabildan faktor yang
mempengaruhi kegagalan budi dayanya kurangdibanding mikroalga, 2) rumput laut
3

secara fisik dapat bertahandan mengembangkan diri lebih mudah dalam sistem
budidayadibanding mikroalga karena tallus dapat bertahan dalam wadahtank.
Masalah yang sering terjadi pada budidaya rumput laut adalah berkembangnya gulma
seperti lumut. Jadi rumput laut sangat rentan terhadap gulma, yang dapat
menyebabkan kerugian bagi petani budidaya rumput laut ( Kementerian Kelautan dan
Perikanan 2010 ).
3

Budidaya perikanan selain ikan dan rumput laut.


19.

2.3.1 Udang

20.

Udang vannamei (litopenaeus vannamei) merupakan salah satu jenis

udang introduksi yang akhir-akhir ini banyak diminati, karena memiliki keunggulan
seperti tahan penyakit, pertumbuhannya cepat (masa pemeliharaan 100-110 hari),
nilai konversi pakan (FCR-nya) rendah (1:1,3). Namun dimikian pembudidaya udang
yang modalnya terbatas masih menggangap bahwa udang vannamei hanya dapat
dibudidayakan secara intensif. Anggapan tersebut ternyata tidalah sepenuhnya benar,
karena hasil kajian menunjukan bahwa vannamei juga dapat diproduksi dengan pola
tradisional. Bahkan dengan pola tradisional petambak dapat menghasilkan ukuran
panen yang lebih besar sehingga harga per kilo gramnya menjadi lebih mahal
(Dahuri, R. 2001 ).
21.
22.

23. III. PROGRAM KEGIATAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA DALAM


TAMBAK
1
1

Budidaya ikan
Budidaya Air Payau
24.

Salah satu program pengembangan budidaya yang bisa diterapkan di

lokasi budidaya tersebut yaitu budidaya komoditas air payau, salah satu komoditas air
payau yang menguntungkan untuk di budidayakan adalah budidaya ikan bandeng. Di
karenakan ikan bandeng sangat digemari masyarakat dan proses budidayanya mudah
di lakukan ( Wardana 2002 ).
25.

Ikan bandeng mempunyai keunggulan yaitu tahan terhadap perubahan

lingkungan yang cukup ekstrim, selain itu ikan bandeng juga memiliki nilai ekonomi
tinggi di samping budidaya udang.Ikan bandeng juga baik untuk konsumsi domestik
dan ekspor ke negara-negara asing dalam bentuk segar maupun olahan.Melihat lokasi
tambak dan penjelasan dari narasumber yang mengatakan bahwa lokasi tambak
tersebut apabila surut air tambak tidak dapat diganti di karenakan saat surut terendah
keberadaan air laut jauh dari lokasi budidaya. Menyebabkan saat surut air tidak dapat
mengganti air yang ada di dalam tambak ( Sudrajat 2008 ).
26.
2

Budidaya Laut
27.

Lokasi

tambak

di

bancaran

mempunyai

kendala

lingkungan

diantaranya terbatasnya sumberdaya lahan mengingat tidak semua areal yang terdapat
di laut sesuai untuk budidaya perikanan, kualitas dan kuantitas air yang lebih banyak
disebabkan karena pengolahan air yang diambil dari laut perlakuannya terlalu
sederhana, hanya menmpungnya di dalam tandon untuk mengendapkan sedimensedimen yang ikut terbawa saat pengambilan air, sedangkan controling untuk
mencegah virus yang terdapat secara alami di perairan yang dapat menyebabkan
komoditas budidaya laut dapat terserang penyakit bahkan kematian masih belum di
lakukan secara ketat. Kendala sosial ekonomi diantaranya terbatasnya sarana
prasarana produksi, disebabkan oleh penyakit, hama maupun parasit ( Nurdin 2013 ).

28.

Komoditas yang dapat dibudidayakan di lokasi meliputi ikan kakap,

kerapu, tiram, kerang, teripang, mutiara, abalone. Tetapi lokasi tersebut harus
memenuhi kriteria lokasi budidaya laut, seperti pada saat terjadi pasang tertinggi air
dari laut tidak masuk kedalam tambak sedangkan pada saat surut terendah air laut
tetap bisa dialirkan ke dalam tambak untuk mengganti air di dalam tambak.
menejemen kualitas airnya perlu ditinggkatkan dengan cara controling parameter
kualitas air agar sesuai dengan komoditas yang di budidayakan.
2

Budidaya rumput laut


29.

Melihat lokasi tambak di bancaran, lokasi tersebut tidak sesuai dan

tidak baik untuk budidaya rumput laut, di karenakan budidaya rumput laut
membutuhkan sirkulasi air yang baik. Dan harus memiliki daya dukung lingkungan
yang baik. Pada umumnya untuk budidaya rumput laut jarang ditemukan di likasi
tambak, melainkan di budidayakan di perairan terbuka.
30.
3

Budidaya perikanan selain ikan dan rumput laut


31.

Pada lokasi tambak kita observasi, tambak tersebut bisa di jadikan

wadah untuk lokasi budidaya lobster, tetapi harus memenuhi kriteria untuk lokasi
budidaya lobster misalnya ketinggian air kolam sekitar 40 cm 2 m dan dasar kolam
di semen.
32.

Ukuran dan jumlah kolam yang dibuat harus disesuaikan dengan luas
lahan dan jumlah lobster yang akan dipelihara. Namun, untuk budidaya dalam
jumlah besar sebaiknya kolam tidak dibuat terlalu luas, tetapi berukuran
sedang dengan jumlah banyak (ditambahjikaperlu). Hal tersebut bertujuan
memudahkan perawatan, penyeleksian, danpengontrolan lobster.Dindingdindingkolamsebaiknyadibuatlicin agar lobster tidak dapat merayap keluar
kolam,

mengingat

lobster

terkenalsebagabinatangpengembara

yang

tangguh.Iadapatbertahanbeberapa jam di datarantanpa air.


33.
34.
35.
6

36.
I.
IDE MASUKAN PROGRAM
1. Pengolahan hasil buangan
37.

Pada tambak yang diobservasi hasil sisa buangan hanya dibuang

langsung ke laut tanpa adanya pemanfaatan terlebih dahulu, hal ini mengakibatkan
pencemaran pada area sekitar buangan limbah dan dikhawatirkan dapat merusak
ekosistem dan kehidupan biota yang ada ( Susanto 2003). Solusinya, hasil buangan
diendapkan terlebih dahulu sebelum dibuang ke laut, nantinya hasil endapan ini dapat
di manfaatkan menjadi pupuk organik.
2. Keamanan lokasi tambak
38.

Pada saat pemanenan ketika air sudah seukuran lutut, warga sekitar

ikut mengambil hasil dari tambak tanpa seperizinan pemilik tambak sehingga
mengakibatkan kerugian besar. Solusinya adalah teknik pemanenan di lakukan secara
parsial yaitu pemanenan dengan berkala. Hanya memanen udang sebagian saja bukan
memanen secara total.
3. Perbaikan saluran air
39. Kendala pada saluran air yang berada di tambak adalah lokasi tambak yang
tidak sesuai dengan kondisi pasang surut, apabila tidak terjadi pasang maka
air tambak tidak bisa masuk. Sehingga ketika air laut masuk masih
mengandung lumpur dan hama. Sehingga dapat menyebabkan penyakit pada
ikan (Schmittou, H. R. 1991). Solusinya, penentuan lokasi tambak harus
memperhatikan pola pasang surut serta letak geografis maupun strategis dari
tambak.
40.
41.

II.

PENUTUP

42. 5.1 Kesimpulan


43.
komoditas

Observasi dilakukan di desa bancaran, tepatnya di tambak udang. Jenis


yang

di

budidayakan

yaitu

Udang

vannamei

(litopenaeus

vannamei).Udang vannamei (litopenaeus vannamei) merupakan salah satu jenis


udang introduksi yang akhir-akhir ini banyak diminati, karena memiliki keunggulan
seperti tahan penyakit, pertumbuhannya cepat (masa pemeliharaan 100-110 hari),
nilai konversi pakan (FCR-nya) rendah (1:1,3).
44.

Lokasi

budidaya

menggunakan

teknik

semi

intensif,

yaitu

perlakuannya yang masih sederhana. Lokasi budidaya tambak tidak memiliki caren,
karena bentuk dari dasar wadah budidaya

dibuat rata. Dan tidak menggunakan

media tanah langsung melainkan dengan menggunakan terpal.


5.2 Saran
1.
2.

Sebaiknya sampel tambak yang di observasi lebih

banyak agar data yang didapatkan lebih valid dan terukur.


Dan seharusnya pada saat observasi para praktikan
ditemani oleh asisten praktikum, agar praktikum yang dilakukan bisa berjalan
dengan lancar dan terarah.
45.

46. DAFTAR PUSTAKA


47.
48.

Dahuri, R. 2001. Sektor Perikanan dan Kelautan Sebagai Pilar


Kemandirian Ekonomi Nasional. Departemen Kelautan dan Perikanan.
Jakarta..

49.

Fauzie, Achmad. 2007. Strategi Pengembangan Industri Perikanan Laut


Di Sumatera Barat. Tesis Pascasarjana Universitas Andalas. Tidak di
Publikasikan.

50.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2010. Rencana Strategis


Kementerian
Kelautan dan Perikanan 2010 2014. Kementerian
Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

51.

Kusumastanto, Tridoyo. 2000. Pengembangan Sumber Daya Kelautan


dalam Memperkokoh Perekonomian Nasional Abad 21.

52.

Romadon, Ahmad. 2011. Teknik Budidaya Ikan Bandeng Di Kabupaten


Demak. 7 (2): 19 24.

53.
54.

57.
58.
59.
61.

Nurdin, fahruddin. 2013. Strategi Pengembangan Usaha Budidaya


Rumput Laut
55. Di Desa Lalombi Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Dongala.
Agrotekbis. 1 (2) : 192-197.
56.
Schmittou, H. R. 1991. Cage Culture : A Method of Fish Production in
Indonesia. Fiseries Research and Development Center.
Sudradjat, A. 2008. Budidaya 23 Komoditas Laut Menguntungkan.
Penebar Swadaya. Jakarta.
60.
Sukardi, M. Fatuchri. 2002. Peningkatan Teknologi Budidaya Perikanan.
Jurnal ikhtiologi indonesia.2(2): 61- 66.

62.

Sulaeman, suhendar. 2006. Pengembangan Agribisnis Komoditi Rumput


Laut
Melalui Model Klaster Bisnis. Infokop. 28 (12) : 71-7

63.

Supardan, A. 1999. Kebijakan tambak udang di indonesia. Seminar


WALHI . 1-19.
64. Susanto, Heru. 2003. Membuat Kolam Ikan. Jakarta : Penebar Swadaya.

65.
66.

Wardana, I dan E. Pratiwi. 2002. Pengembangan Budidaya Bandeng


Disesuaikan dengan Tipe Lahan yang Tersedia (Laut, Tambak dan
Tawar). Warta Penelitian Perikanan Indonesia. ISSN No. 0852/894.
Volume 8. No. 1. Jakarta.
9

67.
68.
69.

10

Anda mungkin juga menyukai