Anda di halaman 1dari 18

Displasia Bronkopulmoner

Eka U. F.
1310211001

Definisi
Displasia bronkopulmoner
(bronchopulmonary dysplasia, BPD)
merupakan diagnosis klinis yang
ditentukan berdasarkan
ketergantungan oksigen dalam
periode waktu tertentu setelah lahir
dan disertai gambaran radiologis
tertentu sesuai dengan kelainan
anatomi.

Hingga saat ini definisi BPD hanya berdasarkan kebutuhan oksigen


dalam waktu tertentu tanpa memerhatikan terapi. Masalah yang
ditimbulkan adalah kesulitan penentuan insidens dan prevalens yang
akurat dari BPD serta kesulitan membandingkan terapi atau keluaran
diantara pusat rumah sakit yang berbeda.

Beberapa bayi dengan berat lahir


sangat rendah (BBLSR), bayi
prematur yang lahir antara 23-28
minggu gestasi dan berat lahir
<1250gr, membutuhkan oksigen
lebih tinggi selama 1-2 minggu
setelah lahir, meskipun sebelumnya
tidak terdapat penyakit paru dan
juga tidak mendapat ventilator atau
terapi oksigen. Tipe BPD tersebut

Gejala Klinis

Takipnea
Retraksi
Mengi
Ronki
Risiko terjadinya infeksi meningkat
Kebutuhan oksigen mulai meningkat pada
akhir minggu pertama setelah lahir, lalu
menetap pada awal minggu ketiga.
Eksaserbasi terjadi berhubungan dengan
edema paru, infeksi, atau gagal jantung kanan.

BPD sering disertai dengan bronkospasme,


episode sianosis, dan hipoksemia kronik.
Abnormalitas fungsi paru pada bayi BPD
meliputi penurunan komplians paru,
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi,
peningkatan volume paru, peningkatan
tahanan saluran respiratorik, dan
peningkatan air trapping.
Perbaikan klinis BPD dinyatakan dengan
perkembangan somatik yang membaik.

Northway menggambarkan 4 stadium radiologis BPD:


1. Sindrom distres pernapasan
2. Diffusely hazy
3. Diffusely bubbly, pola interstisial.
4. Hiperaerasi, hiperlusen fokal.
akan tetapi, lesi pada pasien BPD tergambarkan lebih
baik pada CT-scan daripada rontgen.
. Pada CT-scan dapat ditemukan area hiperaerasi
multifokal, beberapa opasitas linier subpleura, dan
menyingkirkan bronkiektasis jika didapatkan
gambaran sekuele dari BPD.

Abnormalitas uji fungsi paru menetap pada anak usia


sekolah dengan riwayat BPD, abnormalitas tersebut
mencakup penurunan kapasitas vital paru, volume
ekspirasi paksa (forced expiratory volume, FEV), aliran
ekspirasi paksa, dan peningkatan volume residu. Uji
fungsi paru biasanya membaik pada pada usia 7-11
tahun.
Sekitar 50% anak-anak dengan riwayat BPD mempunyai
hiperreaktivitas bronkus meskipun tidak terdapat
riwayat mengi.
Suatu studi kohort menyatakan bahwa bayi BBLSR yang
menderita BPD memiliki kelemahan motorik dan
berisiko lebih tinggi terhadap retardasi mental.

Tatalaksana
Tujuan tatalaksana BPD adalah
mengurangi keluhan respiratorik,
memperbaiki fungsi paru,
meminimalkan jejas paru dan
inflamasi, memberikan oksigenasi
adekuat, dan memfasilitasi
perkembangan paru.

Tatalaksana

Nutrisi
Nutrisi yang penting untuk mencegah atau mengobati
BPD adalah inositol, asam lemak, karnitin, sistein, serta
vitamin A, C, dan E. Hingga saat ini hanya vitamin A
parenteral yang diberikan setelah lahir. Vitamin A, C
dan E adalah nutrisi antioksidan yang bisa mencegah
peroksidase lipid dan menjaga integritas dinding sel.
Mengawali nutrisi parenteral dengan protein, lemak,
karbohidrat, vitamin, dan mineral dalam 24-48 jam
setelah lahir dapat mencegah kehilangan protein,
meminimalkan katabolisme, mencegah defisiensi asam
lemak esensial, dan menyediakan vitamin dan mineral.

Air susu ibu (ASI) membantu memberikan keuntungan


imunologis spesifik pada bayi yang menderita BPD. Di dalam
kandungan ASI terdapat inositol yang merupakan suplemen
nutrisi yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
komponen surfaktan. Selain itu, ASI juga dibutuhkan untuk
memperoleh protein yang adekuat, kalori, dan mineral pada
semua bayi dengan berat badan lahir <1500gr. Susu formula
dapat digunakan sebagai alternatif jika ASI tidak tersedia.
Baik ASI maupun susu formula dapat menjaga keseimbangan
nutrisi, dimana kalori dapat ditingkatkan hingga 30kkal/onz
jika dibutuhkan retriksi cairan untuk menurunkan edema
paru. Pengukuran parameter pertumbuhan seperti berat
badan, lingkar lengan, dan lingkar kepala dilakukan sesering
mungkin untuk menentukan kebutuhan nutrisi.

Pencegahan
Terapi steroid prenatal dan surfaktan postnatal
telah dibuktikan meningkatkan kelangsungan
hidup pada BPD.
Pencegahan kehamilan prematur dan
korioamnionitis dapat menurunkan insiden BPD.
Dari segi pemakaian ventilator (ekstubasi dini,
pemakaian CPAP) dan pengaturan cairan
mungkin menurunkan insiden dan keparahan dari
BPD.
Memaksimalkan nutrisi, memonitor pemasukan
cairan, pemakaian diuretik untuk perbaikan paru.

Komplikasi
Infeksi post natal atau sepsis
Gangguan pendengaran
Retinopathy of prematurity yang
berat

Prognosis
Sebagian bayi dengan BPD dapat bertahan hidup,
tetapi terdapat peningkatan risiko infeksi,
hiperreaktivitas saluran respiratorik, disfungsi
jantung, dan kelainan neurologis.
24% dari bayi dengan BPD klasik akan mempunyai
keluhan respiratorik hingga dewasa.
Meskipun BPD ringan berhubungan dengan hasil
yang lebih baik, tetapi anak yang menderita BPD
mempunyai risiko 2x lebih besar untuk menderita
mengi, asma, atau infeksi saluran respiratorik
bawah, dibandingkan dengan anak-anak tanpa
BPD.

Pada beberapa laporan, 50% dari seluruh


bayi BBLSR dengan riwayat BPD kembali
masuk rumah sakit pada 1224 bulan
pertama setelah lahir, dan 50%
mempunyai riwayat mengi atau asma
pada masa anak-anak.
Risiko kejadian akut yang mengancam
jiwa (20%) atau kematian mendadak (3%)
lebih tinggi pada bayi BBLSR dengan BPD.

Referensi
Respirologi Anak IDAI 2013

Anda mungkin juga menyukai