PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Era Globalisasi ini, telah dimunculkan juga Manajemen Mutu
Pendidikan Berbasis Sekolah (school based quality managenment), yang merupakan
paradigma baru dalam pengelolaan pendidikan yang lebih memberi keleluasaan pada
sekolah untuk dapat mengembangkan suatu visi pendidikan yang sesuai dengan
keadaan setempat dan melaksanakan visi tersebut secara mandiri, tentu bukan hal
asing bagi para praktisi dan pengelola pendidikan formal. Untuk dapat dengan baik
mengimplementasikan MBS tersebut, pemberdayaan semua komponen yang
bersinggungan dengan pengelolaan sekolah mulai dari kepala sekolah, guru serta
komite sekolah merupakan sesuatu yang sangat krusial. Kepala sekolah merupakan
motor penggerak bagi sumber daya sekolah terutama guru dan karyawan sekolah.
Begitu besarnya peranan kepala sekolah dalam proses pencapaian tujuan pendidikan,
sehingga dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya suatu sekolah sangat ditentukan
oleh kwalitas kepala sekolah terutama dalam kemampuannya memberdayakan guru
dan karyawan ke arah suasana kerja yang kondusif ( positif, menggairahkan, dan
produktif).
sangat dipengaruhi hal-hal sebagai berikut: Kepribadian yang kuat; kepala sekolah
harus mengembangkan pribadi agar percaya diri, berani, bersemangat, murah hati,
misalnya
mengembangkan
konsep
pengembangan
sekolah,
global
cenderung
semakin
tinggi,
dituntut
memiliki
program
sistematis, membangun,
Dimana Kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap
bertanggungjawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cognizance), keberanian
bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan
orang lain (confidence) dan kemampuan
(communication)
dalam
membangun
organisasi.
Walaupun
kepemimpinan
kalangan
para
pemimpin
belum
mampu
melaksanakan
oleh karena itu mencermati dialog antara the manager and the sage dalam buku
Handbook of Leadership Development, berikut: Is experience the best teacher?
Can I develop as a leader from experience?. Some people have said that
experience is the best teacher, But some experiences dont teach. So experience is
not the best teacher?. Not exaltly that, . It is just that not every experience offers
important leadership lessons. So where do I learn ? What experiences will be help to
me ? It is the experiences that challenge you that are development, the sage
responded, the experiences that stretch you, that force you to develop new abilities if
you are going to survive and succeed (1998:1).
Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman merupakan faktor yang penting
dalam pengembangan kepemimpinan, walaupun tidak semua pengalaman dapat
menjadi guru yang baik. Berdasar penelitian pemikiran tersebut, kunci utama
pengembangan kepemimpinan adalah penilaian, tantangan, dan dukungan. Faktor
keturunan ternyata hanya memberikan sumbangan yang kecil bagi kepemimpinan
seseorang, sebagian besar karena faktor pengalaman sesudah dewasa. Sebuah
organisasi akan efektif, apabila dikelola dengan manajemen yang baik. Pendapat ini
tidak salah seluruhnya, akan tetapi sebenarnya faktor kepemimpinan-lah yang mampu
menggerakkan organisasi menjadi efektif, sementara para manajemen akan
menjalankan tugasnya agar lebih efisien. Selama beberapa dekade, banyak orang
yang menekankan manajemen karena lebih mudah diajarkan dibanding dengan
kepemimpinan. Dengan menekankan pada aspek manajemen, banyak persoalan
yang tidak terlacak dan akan menimbulkan arogansi. Hal tersebut menyebabkan
transformasi organisasi menjadi semakin sulit.
Dari pokok pokok Permasalahan yang timbul tersebut secara langsung
maupun tidak langsung bahwa pengembangan kepemimpinan memiliki beberapa
pemimpin dapat
karismanya. (5) Expert power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa
pemimpin adalah seeorang yang memiliki kompetensi dan mempunyai keahlian
dalam bidangnya. Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan
atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam
berbagai situasi.
(c) Implikasi ketiga: kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri
(integrity), sikap bertanggungjawab yang tulus (compassion), pengetahuan
(cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment),
kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan kemampuan untuk
meyakinkan orang lain (communication) dalam membangun organisasi. Walaupun
kepemimpinan
(leadership)
seringkali
disamakan
dengan
manajemen
tidak yakin dan kurang percaya diri, bekerja di bawah standar yang telah ditentukan.
Kepemimpinan adalah bagian penting manjemen, tetapi tidak sama dengan
manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang
untuk
mempengaruhi
orang
lain
agar
bekerja
mencapai
tujuan
dan
bawahan sehingga proses mempengaruhi bawahan berjalan baik dan disatu sisi
timbul kesadaran untuk bekerja sama dan bekerja produktif. mempengaruhi bawahan
guna kepentingan pemimpin yaitu tujuan organisasi. pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan pada tugas dan fungsi, melalui proses komunikasi dengan bawahannya
sebagai dimensi dalam kepemimpinan dan teknik-teknik untuk memaksimalkan
pengambilan keputusan serta lebih mementingkan pelaksanaan tugas oleh para
bawahannya, menuntut penyelesaian tugas yang dibebankan padanya sesuai dengan
keinginan pimpinan. Pemimpin menuntut agar setiap anggota seperti dirinya, menaruh
perhatian yang besar dan keinginan yang kuat dalam melaksanakn tugas-tugasnya.
Pemimpin beranggapan bahwa bila setiap anggota melaksanakn tugasnya secara
efektif dan efisien, pasti akan dicapai hasil yang diharapkan sebagai penggabungan
hasil yang dicapai masing-masing anggota. Kepemimpinan yang baik tentunya sangat
berdampak pada tercapai tidaknya tujuan organisasi karena pemimpin memiliki
pengaruh terhadap kinerja yang dipimpinnya. Kemampuan untuk mempengaruhi suatu
kelompok untuk mencapai tujuan merupakan bagian dari kepemimpinan.5 Konsep
kepemimpinan erat sekali hubungannya dengan konsep kekuasaan. Dengan
kekuasaan pemimpin memperoleh alat untuk mempengaruhi perilaku para
pengikutnya. Terdapat beberapa sumber dan bentuk kekuasaan, yaitu kekuasaan
paksaan, legitimasi, keahlian, penghargaan, referensi, informasi, dan hubungan.
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang menentukan kesuksesan
implementasi MBS. Sebagaimana dikemukakan oleh Nurkolis setidaknya ada empat
alasan kenapa diperlukan figur pemimpin, yaitu ; 1) banyak orang memerlukan figure
pemimpin, 2) dalam beberapa situasi seorang pemimpin perlu tampil mewakili
kelompoknya, 3) sebagai tempat pengambilalihan resiko bila terjadi tekanan terhadap
kelomponya, dan 4) sebagai tempat untuk meletakkan kekuasaan. Dalam Manajemen
berbasis sekolah dimana memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk mengelola
potensi yang dimiliki dengan melibatkan semua unsur stakeholder untuk mencapai
peningkatan kualitas sekolah tersebut. Karena sekolah memiliki kewenangan yang
sangat luas itu maka kehadiran figur pemimpin menjadi sangat penting.
Salah satu permasalahan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa kita
adalah permasalahan mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara
lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku
dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan meningkatkan
mutu manajemen sekolah.
Namun demikian, Indikator mutu pendidikan belum menunjukkan
peningkatan yang berarti. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan
peningkatan mutu pendidikan yang mencakup menggembirakan, namun sebagian
besar lainnya masih memprihatinkan.
Berdasarkan masalah di atas, maka berbagai pihak mempertayakan apa
yang
Kemudian munculnya
10
penciptaan iklim yang demokratisasi dan pemberian kepercayaan yang lebih luas
kepada sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan secara efisien dan berkualitas.
Sehingga diberlakukannya MBS, dimana Sekolah adalah salah satu dari Tripusat
pendidikan yang dituntut untuk mampu menjadikan output yang unggul, sebagamana
menurut pendapat Gorton tentang sekolah ia mengemukakan, bahwa sekolah adalah
suatu sistem organisasi, di mana terdapat sejumlah orang yang bekerja sama dalam
rangka mencapai tujuan sekolah yang dikenal sebagai tujuan instruksional.
Pendidikan merupakan salah satu bidang yang disentralisasikan yang berkaitan erat
dengan filosofi otonomi daerah. Secara esensial landasan filosofis otonomi daerah
adalah pemberdayaan dan kemandirian daerah menuju kematangan dan kualitas
masyarakat yang dicita-citakan (Gafar, 2000). Pendidikan merupakan salah satu
instrumen paling penting dalam kehidupan manusia. Ia merupakan bentuk strategi
budaya tertua bagi manusia untuk mempertahankan berlangsungnya eksistensi
mereka (Fakih dalam Wahono, 2000: iii).
Manajemen Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah (school based quality
managenment) atau sering disebut manejemen mutu berbasis (MBS), yang
merupakan paradigma baru dalam pengelolaan pendidikan yang lebih memberi
keleluasaan pada sekolah untuk dapat mengembangkan suatu visi pendidikan yang
sesuai dengan keadaan setempat dan melaksanakan visi tersebut secara mandiri,
tentu bukan hal asing bagi para praktisi dan pengelola pendidikan formal. Untuk dapat
dengan baik mengimplementasikan MBS tersebut, pemberdayaan semua komponen
11
yang bersinggungan dengan pengelolaan sekolah mulai dari kepala sekolah, guru
serta komite sekolah merupakan sesuatu yang sangat krusial Manajemen Berbasis
Sekolah merupakan upaya serius yang rumit, memunculkan berbagai isyu kebijakan
dan melibatkan banyak lini kewenangan dalam pengambilan keputusan serta
tanggung jawab dan akuntabilitas atas konsekuensi keputusan yang diambil. Oleh
sebab itu, semua pihak yang terlibat perlu memahami benar pengertian MBS,
manfaat, masalah-masalah dalam penerapannya, dan yang terpenting adalah
pengaruhnya terhadap prestasi belajar murid. Kendati Manajemen Berbasis Sekolah
dapat bermakna pemberlakuan desentralisasi yang sistematis pada otoritas dan
tanggung jawab tingkat sekolah untuk membuat keputusan atas masalah signifikan
terkait penyelenggaraan sekolah dalam kerangka kerja yang ditetapkan oleh pusat
terkait tujuan, kebijakan, kurikulum, standar, dan akuntabilitas
namun timbullah
B. Fokus Penelitian
1. Bagaimanakah perencanaan program kepemimpinan dengan kaitannya dalam
mengembangkan manajemen sekolah yang berkualitas di SMKN 1 Tarakan ?
12
2.
3.
13
a. Secara akademis, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi dalam
pengembangan ilmu yang berkaitan dengan konsep manajemen kualitas
sekolah yang nantinya akan membawa dampak positif terhadap peningkatan
sekolah dan daerah lokal.
b. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi sekolah, masyarakat
serta pemerintah agar dapat memacu usaha dalam meningkatkan daearah
dan sekolah, sedangkan bagi Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah, hasil
penelitian ini dapat memberikan informasi kepada mereka dalam kaitannya
dengan kegiatan pengembangan sekolahnya.
c. Memperkaya kajian empiris tentang teoro-teori kinerja kepemimpinan,
terutama dalam mengembangkan potensi sumber daya manusia.
2. Secara Praktik
a. Sekolah diharapkan mampu mempergunakan hasil-hasil temuan dalam
penelitian ini. Sebagai bahan untuk memperluas wawasan sehingga para guru
memiliki sumber daya manusia yang handal dan profesional yang dapat
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, guna peningkatan
mutu pendidikan nasional.
b. Memberikan informasi kepada kepala sekolah sebagai pimpinan untuk lebih
mampu meningkatkan kualitas sekolah.
14