Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Era Globalisasi ini, telah dimunculkan juga Manajemen Mutu
Pendidikan Berbasis Sekolah (school based quality managenment), yang merupakan
paradigma baru dalam pengelolaan pendidikan yang lebih memberi keleluasaan pada
sekolah untuk dapat mengembangkan suatu visi pendidikan yang sesuai dengan
keadaan setempat dan melaksanakan visi tersebut secara mandiri, tentu bukan hal
asing bagi para praktisi dan pengelola pendidikan formal. Untuk dapat dengan baik
mengimplementasikan MBS tersebut, pemberdayaan semua komponen yang
bersinggungan dengan pengelolaan sekolah mulai dari kepala sekolah, guru serta
komite sekolah merupakan sesuatu yang sangat krusial. Kepala sekolah merupakan
motor penggerak bagi sumber daya sekolah terutama guru dan karyawan sekolah.
Begitu besarnya peranan kepala sekolah dalam proses pencapaian tujuan pendidikan,
sehingga dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya suatu sekolah sangat ditentukan
oleh kwalitas kepala sekolah terutama dalam kemampuannya memberdayakan guru
dan karyawan ke arah suasana kerja yang kondusif ( positif, menggairahkan, dan
produktif).

Dalam pelaksanaannya, keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah

sangat dipengaruhi hal-hal sebagai berikut: Kepribadian yang kuat; kepala sekolah
harus mengembangkan pribadi agar percaya diri, berani, bersemangat, murah hati,

dan memiliki kepekaan sosial. Memahami tujuan pendidikan dengan baik;


pemahaman yang baik merupakan bekal utama kepala sekolah agar dapat
menjelaskan kepada guru, staf dan pihak lain serta menemukan strategi yang tepat
untuk mencapainya. Pengetahuan yang luas; kepala sekolah harus memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang luas tentang bidang tugasnya maupun bidang
yang lain yang terkait. Keterampilan professional yang terkait dengan tugasnya
sebagai kepala sekolah, yaitu: (a) keterampilan teknis, misalnya: teknis menyusun
jadwal pelajaran, memimpin rapat. (b) keterampilan hubungan kemanusiaan, misalnya
: bekerjasama dengan orang lain, memotivasi, guru dan staf (c) Keterampilan
konseptual,

misalnya

mengembangkan

konsep

pengembangan

sekolah,

memperkirakan masalah yang akan muncul dan mencari pemecahannya.


Kecenderungan pengembangan kepemimpinan di suatu satuan organisasi
termasuk satuan pendidikan ditujukan untuk mempercepat para bawahannya masuk
ke dalam suatu lingkungan baru dimana mereka dapat mengembangkan kompetensi
dan kapabilitasnya. Di beberapa satuan pendidikan

bisa jadi pengembangan

kepemimpinan direfleksikan oleh para pemimpin dalam mengelola akan persepsi


tentang beragam isu, dan menggunakan kapasitas huhungan untuk memengaruhi
perubahan satuan pendidikan. Dan semua dikaitkan dengan strategi satuan
pendidikan, Tanpa itu semua satuan pendidikan seolah berjalan tanpa arah. Ketika
persaingan

global

cenderung

semakin

tinggi,

dituntut

memiliki

program

pengembangan kepemimpinan yang unggul yang mampu menggalang jejaring

hubungan. Pertanyaannya adalah apakah satuan pendidikan khususnya SMA sudah


melakukan seperti itu?
Tidak jarang ditemukan bahwa program pengembangan kepemimpinan telah
gagal untuk memasukkan unsur kemampuan dalam membangun suatu nilai
hubungan bisnis yang strategik, Hal ini
kepemimpinannya

terlihat dalam penerapan gaya

dan dalam beberapa hal pengembangan adalah kemampuan

untuk mengidentifikasi segala permasalahan secara

sistematis, membangun,

pemeliharaan personal, fungsional, dan manajemen hubungan untuk memengaruhi


orang lain kurang diprogramkan. Dengan kata lain bagaimana setiap orang terutama
yang potensial diarahkan untuk menjadi seorang pemimpin yang memiliki kemampuan
hubungan dalam memengaruhi, mengarahkan, dan mengkoordinasi orang lain.
Permasalahan yang timbul terus menerus, adalah pengembangan langkah
langkah

strategis dari Pengembangan kepemimpinan (leadership development)

Dimana Kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap
bertanggungjawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cognizance), keberanian
bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan
orang lain (confidence) dan kemampuan
(communication)

dalam

membangun

untuk meyakinkan orang lain

organisasi.

Walaupun

kepemimpinan

(leadership) seringkali disamakan dengan manajemen (management), Bennis and


Nanus (1995).

Menurut penadapat (Cynthia D. McCauley, Russ . Moxley, Ellen Van Velsor,


1998:4) bahwa perluasan kapasitas sesorang untuk menjadi efektif dalam peran dan
proses kepemimpinan. Peran dan proses kepemimpinan merupakan peran dan proses
yang memungkinkan kelompok orang dapat bekerja bersama dengan cara yang
produktif dan bermanfaat. Lebih jauh dinyatakan bahwa ada tiga permasalahan
penting yang menjadi latar belakang pengembangan kepemimpinan ini, yaitu:
a) Pengembangan kepemimpinan diarahkan pada pengembangan kapasitas inividu,
atau tujuan utamanya adalah kapasitas individu
b) Individu yang belum mampu secara efektif dalam peran dan proses kepimimpinan.
Karena setiap individu

dalam kehidupaannya harus mengambil peran dan

berpartisipasi dalam proses kepemimpinan agar dapat melaksanakan tanggung


jawabnya dalam masyarakat sekitarnya, oragnisasi dimana mereka bekerja,
kelompok professional dimana mereka diakui keberadaannya, tetangga dimana
mereka bermasyarakat.
c) Individu yang belum dapat memperluas kapasitas kepemimpinannya. Kuncinya
adalah bahwa setiap orang bisa belajar, tumbuh dan berubah
Banyak

kalangan

para

pengembangan langkah langkah

pemimpin

belum

mampu

melaksanakan

strategis dalam Pengembangan kepemimpinan

oleh karena itu mencermati dialog antara the manager and the sage dalam buku
Handbook of Leadership Development, berikut: Is experience the best teacher?
Can I develop as a leader from experience?. Some people have said that
experience is the best teacher, But some experiences dont teach. So experience is

not the best teacher?. Not exaltly that, . It is just that not every experience offers
important leadership lessons. So where do I learn ? What experiences will be help to
me ? It is the experiences that challenge you that are development, the sage
responded, the experiences that stretch you, that force you to develop new abilities if
you are going to survive and succeed (1998:1).
Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman merupakan faktor yang penting
dalam pengembangan kepemimpinan, walaupun tidak semua pengalaman dapat
menjadi guru yang baik. Berdasar penelitian pemikiran tersebut, kunci utama
pengembangan kepemimpinan adalah penilaian, tantangan, dan dukungan. Faktor
keturunan ternyata hanya memberikan sumbangan yang kecil bagi kepemimpinan
seseorang, sebagian besar karena faktor pengalaman sesudah dewasa. Sebuah
organisasi akan efektif, apabila dikelola dengan manajemen yang baik. Pendapat ini
tidak salah seluruhnya, akan tetapi sebenarnya faktor kepemimpinan-lah yang mampu
menggerakkan organisasi menjadi efektif, sementara para manajemen akan
menjalankan tugasnya agar lebih efisien. Selama beberapa dekade, banyak orang
yang menekankan manajemen karena lebih mudah diajarkan dibanding dengan
kepemimpinan. Dengan menekankan pada aspek manajemen, banyak persoalan
yang tidak terlacak dan akan menimbulkan arogansi. Hal tersebut menyebabkan
transformasi organisasi menjadi semakin sulit.
Dari pokok pokok Permasalahan yang timbul tersebut secara langsung
maupun tidak langsung bahwa pengembangan kepemimpinan memiliki beberapa

implikasi. Sebagaimana didinyatakan oleh Anderson (1988), "leadership means using


power to influence the thoughts and actions of others in such a way that achieve high
performance". Antara lain dimaksudkan adalah :
(a) Implikasi pertama: melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau
bawahan (followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk
menerima arahan dari pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau
bawahan, kepemimpinan tidak akan ada juga.
(b). Implikasi Kedua dimana seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang
dengan kekuasaannya (his or her power) mampu menggugah pengikutnya untuk
mencapai kinerja yang memuaskan. Dan lebih rinci dinyatakan menurut French dan
Raven (1968), kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin dapat bersumber dari:
(1) Reward power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin
mempunyai kemampuan dan sumberdaya untuk memberikan penghargaan kepada
bawahan yang mengikuti arahan-arahan pemimpinnya. (2) Coercive power, yang
didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan
memberikan hukuman bagi bawahan yang tidak mengikuti arahan-arahan
pemimpinnya (3) Legitimate power, yang didasarkan atas persepsi bawahan
bahwa pemimpin mempunyai hak untuk menggunakan pengaruh dan otoritas yang
dimilikinya. (4) Referent power, yang didasarkan atas identifikasi (pengenalan)
bawahan terhadap sosok pemimpin. Yang berarti bahwa

pemimpin dapat

menggunakan pengaruhnya karena karakteristik pribadinya, reputasinya atau

karismanya. (5) Expert power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa
pemimpin adalah seeorang yang memiliki kompetensi dan mempunyai keahlian
dalam bidangnya. Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan
atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam
berbagai situasi.
(c) Implikasi ketiga: kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri
(integrity), sikap bertanggungjawab yang tulus (compassion), pengetahuan
(cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment),
kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan kemampuan untuk
meyakinkan orang lain (communication) dalam membangun organisasi. Walaupun
kepemimpinan

(leadership)

seringkali

disamakan

dengan

manajemen

(management), kedua konsep tersebut berbeda. Selanjutnya hampir disetiap


organisasi termasuk didalamnya organisasi Kependidikan timbul persoalan bahwa
kecendrungan dari seorang pemimpin/ Kepala Sekolah yang senang mengambil
keputusan sendiri dengan memberikan instruksi yang jelas dan mengawasinya
secara ketat serta memberikan penilaian kepada mereka yang tidak
melaksanakannya sesuai dengan yang apa seorang pemimpin harapkan. selalu
ingin mendominasi semua persoalan sehingga ide dan gagasan bawahan tidak
berkembang. Selanjutnya Kecendrungan dari Seorang pemimpin/ Kepala Sekolah
yang mempunyai pengalaman terbatas untuk mengerjakan apa yang diminta, tidak
memiliki motivasi dan kemauan untuk mengerjakan apa yang diharapkan, merasa

tidak yakin dan kurang percaya diri, bekerja di bawah standar yang telah ditentukan.
Kepemimpinan adalah bagian penting manjemen, tetapi tidak sama dengan
manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang
untuk

mempengaruhi

orang

lain

agar

bekerja

mencapai

tujuan

dan

sasaran.Manajemen mencakup kepemimpinan tetapi juga mencakup fungsi-fungsi


lainnya seperti perencanaan, penorganisasian , pengawasan dan evaluasi.
Perasalahan lainnya adalah hal yang menyangkut dan melekat pada polapola perilaku pemimpin yang digunakan untuk mempengaruhi aktuivitas orang-orang
yang dipimpin untuk mencapai tujuan dalam suatu situasi organisasinya dapat
berubah bagaimana pemimpin mengembangkan program organisasinya, menegakkan
disiplin yang sejalan dengan tata tertib yang telah dibuat, memperhatikan bawahannya
dengan meningkatkan kesejahteraanya serta bagaimana pimpinan berkomunikasi
dengan bawahannya. Dan ada juga pola kepemimpinan yang kurang melibatkan
bawahan dalam mengambil keputusan, akan mengakibatkan bawahan merasa tidak
diperlukan, karena pengambilan keputusan tersebut terkait dengan tugas bawahan
sehari-hari. Pemaksaan kehendak oleh atasan mestinya tidak dilakukan. Namun
pemimpin dalam menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat merupakan tindakan
yang bijaksana kepada bawahan, maka akan terjadi kegagalan dalam pencapaian
tujuan organisasi.
Idealnya, pemimpin yang bijaksana umumnya lebih memperhatikan kondisi
bawahan guna pencapaian tujuan organisasi mendapat sambutan hangat oleh

bawahan sehingga proses mempengaruhi bawahan berjalan baik dan disatu sisi
timbul kesadaran untuk bekerja sama dan bekerja produktif. mempengaruhi bawahan
guna kepentingan pemimpin yaitu tujuan organisasi. pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan pada tugas dan fungsi, melalui proses komunikasi dengan bawahannya
sebagai dimensi dalam kepemimpinan dan teknik-teknik untuk memaksimalkan
pengambilan keputusan serta lebih mementingkan pelaksanaan tugas oleh para
bawahannya, menuntut penyelesaian tugas yang dibebankan padanya sesuai dengan
keinginan pimpinan. Pemimpin menuntut agar setiap anggota seperti dirinya, menaruh
perhatian yang besar dan keinginan yang kuat dalam melaksanakn tugas-tugasnya.
Pemimpin beranggapan bahwa bila setiap anggota melaksanakn tugasnya secara
efektif dan efisien, pasti akan dicapai hasil yang diharapkan sebagai penggabungan
hasil yang dicapai masing-masing anggota. Kepemimpinan yang baik tentunya sangat
berdampak pada tercapai tidaknya tujuan organisasi karena pemimpin memiliki
pengaruh terhadap kinerja yang dipimpinnya. Kemampuan untuk mempengaruhi suatu
kelompok untuk mencapai tujuan merupakan bagian dari kepemimpinan.5 Konsep
kepemimpinan erat sekali hubungannya dengan konsep kekuasaan. Dengan
kekuasaan pemimpin memperoleh alat untuk mempengaruhi perilaku para
pengikutnya. Terdapat beberapa sumber dan bentuk kekuasaan, yaitu kekuasaan
paksaan, legitimasi, keahlian, penghargaan, referensi, informasi, dan hubungan.
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang menentukan kesuksesan
implementasi MBS. Sebagaimana dikemukakan oleh Nurkolis setidaknya ada empat

alasan kenapa diperlukan figur pemimpin, yaitu ; 1) banyak orang memerlukan figure
pemimpin, 2) dalam beberapa situasi seorang pemimpin perlu tampil mewakili
kelompoknya, 3) sebagai tempat pengambilalihan resiko bila terjadi tekanan terhadap
kelomponya, dan 4) sebagai tempat untuk meletakkan kekuasaan. Dalam Manajemen
berbasis sekolah dimana memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk mengelola
potensi yang dimiliki dengan melibatkan semua unsur stakeholder untuk mencapai
peningkatan kualitas sekolah tersebut. Karena sekolah memiliki kewenangan yang
sangat luas itu maka kehadiran figur pemimpin menjadi sangat penting.
Salah satu permasalahan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa kita
adalah permasalahan mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara
lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku
dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan meningkatkan
mutu manajemen sekolah.
Namun demikian, Indikator mutu pendidikan belum menunjukkan
peningkatan yang berarti. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan
peningkatan mutu pendidikan yang mencakup menggembirakan, namun sebagian
besar lainnya masih memprihatinkan.
Berdasarkan masalah di atas, maka berbagai pihak mempertayakan apa
yang

salah dalam penyelenggaraan pendidikan kita?

Kemudian munculnya

paradigma Guru tentang manajemen berbasis sekolah yang bertumpu pada

10

penciptaan iklim yang demokratisasi dan pemberian kepercayaan yang lebih luas
kepada sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan secara efisien dan berkualitas.
Sehingga diberlakukannya MBS, dimana Sekolah adalah salah satu dari Tripusat
pendidikan yang dituntut untuk mampu menjadikan output yang unggul, sebagamana
menurut pendapat Gorton tentang sekolah ia mengemukakan, bahwa sekolah adalah
suatu sistem organisasi, di mana terdapat sejumlah orang yang bekerja sama dalam
rangka mencapai tujuan sekolah yang dikenal sebagai tujuan instruksional.
Pendidikan merupakan salah satu bidang yang disentralisasikan yang berkaitan erat
dengan filosofi otonomi daerah. Secara esensial landasan filosofis otonomi daerah
adalah pemberdayaan dan kemandirian daerah menuju kematangan dan kualitas
masyarakat yang dicita-citakan (Gafar, 2000). Pendidikan merupakan salah satu
instrumen paling penting dalam kehidupan manusia. Ia merupakan bentuk strategi
budaya tertua bagi manusia untuk mempertahankan berlangsungnya eksistensi
mereka (Fakih dalam Wahono, 2000: iii).
Manajemen Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah (school based quality
managenment) atau sering disebut manejemen mutu berbasis (MBS), yang
merupakan paradigma baru dalam pengelolaan pendidikan yang lebih memberi
keleluasaan pada sekolah untuk dapat mengembangkan suatu visi pendidikan yang
sesuai dengan keadaan setempat dan melaksanakan visi tersebut secara mandiri,
tentu bukan hal asing bagi para praktisi dan pengelola pendidikan formal. Untuk dapat
dengan baik mengimplementasikan MBS tersebut, pemberdayaan semua komponen

11

yang bersinggungan dengan pengelolaan sekolah mulai dari kepala sekolah, guru
serta komite sekolah merupakan sesuatu yang sangat krusial Manajemen Berbasis
Sekolah merupakan upaya serius yang rumit, memunculkan berbagai isyu kebijakan
dan melibatkan banyak lini kewenangan dalam pengambilan keputusan serta
tanggung jawab dan akuntabilitas atas konsekuensi keputusan yang diambil. Oleh
sebab itu, semua pihak yang terlibat perlu memahami benar pengertian MBS,
manfaat, masalah-masalah dalam penerapannya, dan yang terpenting adalah
pengaruhnya terhadap prestasi belajar murid. Kendati Manajemen Berbasis Sekolah
dapat bermakna pemberlakuan desentralisasi yang sistematis pada otoritas dan
tanggung jawab tingkat sekolah untuk membuat keputusan atas masalah signifikan
terkait penyelenggaraan sekolah dalam kerangka kerja yang ditetapkan oleh pusat
terkait tujuan, kebijakan, kurikulum, standar, dan akuntabilitas

namun timbullah

persoalan yang paling mendasar yaitu Pola Kepemimpinan dalam konteks


peningkatan Manajemen Kualitas Sekolah di SMKN 1 Tarakan.

B. Fokus Penelitian
1. Bagaimanakah perencanaan program kepemimpinan dengan kaitannya dalam
mengembangkan manajemen sekolah yang berkualitas di SMKN 1 Tarakan ?

12

2. Bagaimana pengorganisasian manajemen kualitas sekolah yang dilakukan kepala


sekolah selaku pemimpin di SMKN 1 Tarakan ?
3. Apakah kendala serta pemecahan implimentasi program manajemen kualitas
sekolah di SMKN 1 Tarakan ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan fokus penelitian diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.

Untuk menguraikan tentang perencanaan program kinerja kepemimpinan dengan


kaitannya dalam mengembangkan manajemen sekolah yang berkualitas di
SMKN 1 Tarakan

2.

Untuk menguraikan tentang Bagaimana pengorganisasian manajemen kualitas


sekolah yang dilakukan kepala sekolah selaku pemimpin di SMKN 1 Tarakan

3.

Untuk menguraikan kendala serta pemecahan implimentasi program manajemen


kualitas sekolah di SMKN 1 Tarakan

D. Manfaat Penelitian Secara Teoritis Dan Praktik


Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut
:
1. Secara Teoritis

13

a. Secara akademis, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi dalam
pengembangan ilmu yang berkaitan dengan konsep manajemen kualitas
sekolah yang nantinya akan membawa dampak positif terhadap peningkatan
sekolah dan daerah lokal.
b. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi sekolah, masyarakat
serta pemerintah agar dapat memacu usaha dalam meningkatkan daearah
dan sekolah, sedangkan bagi Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah, hasil
penelitian ini dapat memberikan informasi kepada mereka dalam kaitannya
dengan kegiatan pengembangan sekolahnya.
c. Memperkaya kajian empiris tentang teoro-teori kinerja kepemimpinan,
terutama dalam mengembangkan potensi sumber daya manusia.
2. Secara Praktik
a. Sekolah diharapkan mampu mempergunakan hasil-hasil temuan dalam
penelitian ini. Sebagai bahan untuk memperluas wawasan sehingga para guru
memiliki sumber daya manusia yang handal dan profesional yang dapat
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, guna peningkatan
mutu pendidikan nasional.
b. Memberikan informasi kepada kepala sekolah sebagai pimpinan untuk lebih
mampu meningkatkan kualitas sekolah.

14

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen22 halaman
    Bab Iv
    Sudadi Kasran
    Belum ada peringkat
  • Bab III
    Bab III
    Dokumen10 halaman
    Bab III
    Sudadi Kasran
    Belum ada peringkat
  • Bab Vi
    Bab Vi
    Dokumen3 halaman
    Bab Vi
    Sudadi Kasran
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen44 halaman
    Bab Ii
    Sudadi Kasran
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen24 halaman
    Bab I
    Sudadi Kasran
    Belum ada peringkat
  • 5) Bab 3 Seni Musik - Menyanyi Dengan Satu Suara
    5) Bab 3 Seni Musik - Menyanyi Dengan Satu Suara
    Dokumen43 halaman
    5) Bab 3 Seni Musik - Menyanyi Dengan Satu Suara
    Sudadi Kasran
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen36 halaman
    Bab Ii
    Sudadi Kasran
    Belum ada peringkat
  • Dari Everand
    Belum ada peringkat
  • Dari Everand
    Belum ada peringkat