Anda di halaman 1dari 36

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Deskripsi Konseptual

1. Kinerja

Kinerja merupakan suatu konsep yang bersifat universal yang

merupakan efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi,

dan pegawainya berdasarkan standar dan kriteria yang telah ditetapkan

sebelumnya. Colquitt, Lepinne dan Wesson1 mendefinisikan kinerja

sebagai : the value of the set of employee behaviors that contribute,

either positively or negatively, to organizational goal accomplishment.

Kinerja adalah seperangkat nilai yang memberikan kontribusi atas perilaku

karyawan secara positif atau negatif untuk mencapai tujuan organisasi.

Hal ini dapat dijelaskan bahwa kinerja guru dapat dilihat dari perilakunya

dalam bekerja selama di kantor.

John M. Ivancevich, Robert Konopaske dan Michael T. Matteson

mendefinisikan kinerja sebagai berikut, job performance a set of

employee work related behavior designed to accomplish organizational

goals.2 Kinerja adalah seperangkat kerja perilaku pegawai yang

berhubungan dengan pekerjaannya yang dirancang untuk mencapai

tujuan organisasi ditempat mereka bekerja. Selanjutnya Chuck Williams

mendefinisikan kinerja sebagai berikut job performance is how well

1
Jason A. Colquitt, et.al.,op.cit., p. 37.
2
John M. Ivancevich, Robert Konopaske dan Michael T. Matteson, Organizational
Behavior and Management, (New York: McGraw-Hill, 2014),h.172.
11
12

someone performs the requirements of the job.3 Kinerja dapat dilihat dari

seberapa serius pegawai melaksanakan pekerjaan hingga tuntas.

Muchinsky mendefinisikan kinerja sebagai berikut job performance

is the set of workers behaviors that can be monitored, meansured and

assessed achievements in individual level.4 Kinerja adalah cerminan dari

perilaku kerja pegawai yang dapat dilihat, dinilai oleh atasannya dan dapat

diukur kinerja antara satu pegawai dengan pegawai yang lain.

Steve N. Jex mendefinisikan kinerja sebagai berikut job

performance is a deceptively simple term. At the most general level, it can

be defined simply as all the behaviors employees engage in while at

work.5 Kinerja dapat didefinisikan sebagai perilaku karyawan yang

digunakan pada saat bekerja yang dapat diukur dan dinilai oleh

atasannya. Selanjutnya Leslie W. Rue, dan lloyd L. Byars6 mendefinisikan

kinerja sebagai, :job performance is the net of an employees effort as

modified by abilities and role (or task) perceptions. Thus, performance is a

given situation can be viewed as resulting from the inter-relationship

Kinerja adalah upaya karyawan yang terkait dengan kemampuan dan

peran atau tugas yang dipersepsikan. Dengan demikian kinerja dalam

situasi tertentu dapat dilihat sebagai akibat dari hubungan pekerjaan

dengan pegawainya.

3
Chuck Williams, Management, (USA: South Western Changange, 2011), h.493.
4
Muchinsky, P. M., Psychology applied to work (7th ed), (Belmont, CA:
Wadsworth/Thompson Leraning. 2010), h.5.
5
Steve N. Jex, Psychology a Scientist Practitioner Approach, (New York: Jhon Wiley
and Sons, Inc, 2002), h.88.
6
Leslie W. Rue, dan Lloyd L. Byars, Human Resources Management, (New
York:McGraw-Hill,2008), h. 216.
13

Selanjutnya Lloyd L. Byars, dan leslie W. Rue7 mendefinisikan

kinerja sebagai berikut, job performance is the net effect of an employees

effort as modified by abilities and role (or task) perceptions. Thus,

performance in a given situation can be viewed as resulting from the

interrelationships among efforts, abillities, and role perceptions. Kinerja

adalah hasil dari usaha karyawan sebagaimana yang telah diubah dengan

kemampuan dan peran atau tugas karyawan. Dengan demikian, kinerja

dalam situasi tentu dapat dilihat sebagai akibat dari hubungan timbal balik

antara upaya, kemampuan dan persepsi peran.

Selanjutnya Nick forster, kinerja didefinisikan sebagai job

performance is defined as successful completion of a task, action or

process at works.8 Dapat di katakan berkinerja seorang pegawai ketika

dia sukses menyelesaikan dari satu pekerjaan, tindakan atau proses

pekerjaan ditempat kerjanya sampai tuntas. Lebih lanjut Greg l. Stewart.

Dan kenneth G. Brown (2011.297) mendefinisikan kinerja sebagai berikut,

job performance is the contribution that individuals make to the

organization that employs them.9 Kinerja adalah kontribusi pegawai

dalam melakukan pekerjaan yang ada didalam sebuah organisasi yang

mempekerjakan mereka.

Selanjutnya John R. Schemerhorn, JR, Paul davidson, david poole,

peter woods, alan simon, dan ellen McBarron mendefinisikan kinerja

sebagai berikut, job performance is the quantity and quality of task


7
Leslie W. Rue, dan Lloyd L. Byars,Ibidem., h.261
8
Nick forster (,2009),h.164.
9
Greg L. Stewart. Dan kenneth G. Brown (2011.297)
14

accomplishment by an individual or group.10 Kinerja adalah kuantitas dan

kualitas dari penyelesaian tugas oleh karyawan,. Kinerja seorang pegawai

dapat dilihat dari jumlah dan kualitas pekerjaan mereka yang sudah

diberikan oleh organisasi dimana mereka bekerja. Selanjutnya Edwin A.

Locke mendifinisikan kinerja sebagai berikut, job performance was

defined by a series of task statements that were derived from job

descriptions.11 Kinerja adalah serangkaian pernyataan tugas-tugas yang

harus dilakukan pegawai yang diperoleh dari deskripsi pekerjaan yang

didapatkan dari organisasi.

Mangkunegara menyatakan bahwa istilah kinerja berasal dari kata

job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi

sesungguhnya yang dicapai seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas

dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Jadi

menurut Mangkunegara, kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya.12

Sedangkan menurut Gibson kinerja karyawan merupakan suatu

ukuran yang dapat digunakan untuk menetapkan perbandingan hasil

10
John R. Schemerhorn, JR, Paul davidson, david poole, peter woods, alan simon, dan
ellen McBarron (2014.459)
11
Edwin A. Locke (2009.86)
12
A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya,2009),h.125.
15

pelaksanaan tugas, tanggung jawab yang diberikan oleh organisasi pada

periode tertentu dan relatif dapat digunakan untuk mengukur prestasi kerja

atau kinerja organisasi.13

Dari konsep yang sudah dikemukakan para ahli di atas maka dapat

disintesiskan bahwa, kinerja adalah perilaku yang berhubungan dengan

pekerjaan seseorang yang dirancang untuk mencapai tujuan organisasi,

dengan indikator: (1) tanggung jawab, (2) prestasi, (3) pengembangan diri,

dan (4) kemandirian.

2. Kepemimpinan Manajerial Kepala Sekolah

Kepala sekolah merupakan jabatan tertinggi dari suatu organisai

sekolah, ia mempunyai peranan yang sangat vital dalam mengembangan

institusi yang dipimpinya. Dinas pendidikan menetapkan tugas dan

peranan kepala sekolah dalam melaksanakan perkejaanya, yaitu sebagai

educator, manajer, adminitator, dan supervisor. Dalam perkembangan

berikutnya peranan kepala sekolah tersebut bertambah menjadi educator,

manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, figure dan

mediator.14

Begitu banyaknya tugas, fungsi dan peran kepala sekolah tersebut

menuntut kepala sekolah untuk memiliki kemampuan dan pengalaman

yang lebih dibanding bawahanya atau guru. Sehingga pengangkatan

kepala sekolah tidak dapat dilakukan sembarangan. Salah satu tugas

13
Gibson, Ivancevich, Donnely Jr.. Organisasi (Perilaku, Struktur, Proses), (Jakarta:
Lima, Erlangga,2010),h.220.
14
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003),hh.97-
98.
16

berat kepala sekolah adalah harus dapat berperan sebagai manajer atau

kata lain seorang kepala sekolah harus mempunyai kemampuan

manajerial yang memadai.

Menurut Robbins dalam kemampuan (ability) merujuk ke suatu

kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu

pekerjaan15 dan Yulk juga dalam dalam Soebagio Atmodiwirio

mengemukakan bahwa, kemampuan dapat diartikan Kemampuan atau

skill menuju kepada kemampuan dari seesorang untuk melalukan

berbagai jenis kegiatan kognitif atau diperlukan dengan suatu cara yang

efektif.16

Demikian pula Siagian, mengemukakan bahwa Manajerial skill

adalah keahlian menggerakkan orang lain untuk bekerja dengan baik. 17

Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan manajerial adalah

kemampuan untuk menggerakkan orang lain dalam memanfaatkan

sumber-sumber yang ada dalam mencapai tujuan organisasi secara

efisien dan efektif. Ukuran seberapa efisien dan efektifnya seorang

manajer adalah seberapa baik dia menetapkan rencana dalam mencapai

tujuan yang memadai, kemampuan memimpin secara efektif merupakan

kunci keberhasilan organisasi. Kepala sekolah sebagai manajer pada jalur

pendidikan formal dituntut memiliki kemampuan manajemen dalam

15
Soebagio Atmodiwirio, Manajemen Pelatihan, (Jakarta: Ardadizya Jaya, 2002), h.100.
16
Soebagio Atmodiwirio, ibidem.
17
Siagian P. Sondang, Kepemimpinan Organisasi & Perilaku Administrasi, (Jakarta:
Penerbit Gunung Agung, 2002), h. 36.
17

menjalankan tugas dan tanggung jawabnya agar mampu mencapai tujuan

proses belajar mengajar secara keseluruhan.

Menurut Wahjosumidjo mengemukakan bahwa deskripsi tugas dan

tanggung kepala sekolah dapat dilihat dari dua fungsi, yaitu kepala

sekolah sebagai administrator dan sebagai supervisor.18 Kepala sekolah

sebagai administrator di sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab

atas seluruh proses manajerial yang mencakup perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan terhadap seluruh

bidang garapan yang menjadi tanggung jawab sekolah. Bidang garapan

manajemen tersebut dapat meliputi bidang personalia, siswa, tata usaha,

kurikulum, keuangan, sarana dan prasarana, hubungan sekolah dan

masyarakat serta unit penunjang lainnya. Kemudian kepala sekolah

sebagai supervisor berkaitan dengan kegiatankegiatan pelayanan

terhadap peningkatan kemampuan profesionalisme guru dalam rangka

mencapai proses pembelajaran yang berkualitas. Untuk dapat melakukan

tugas dan tanggung jawab tersebut, kepala sekolah perlu memiliki

berbagai kemampuan yang diperlukan.

Menururut Crudy, bahwa Kemampuan manajerial adalah

kemampuan untuk memanaj sekolah, mengorganisasikan orang dan

sumber, mempergunakan tenaga-tenaga yang baik dan teknik kehumasan

yang baik, memanfaatkan komunikasi yang efektif dalam menghadapi

beraneka macam subjek yang berkepentingan, seperti orang tua murid

18
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,2002),h. 4.
18

atau siswa dan guru-guru.19 Sedangkan dalam penelitianya yang berjudul

Identifikasi Faktor-faktor Kemampuan Manajerial yang Diperlukan dalam

Implementasi School Based Management dan Implikasinya terhadap

Program Pembinaan Kepala Sekolah, Akdon menyebutkan bahwa

kemampuan manajerial adalah seperangkat keterampilan teknis dalam

melaksanakan tugas sebagai manajer sekolah untuk

memperdayagunakan segala sumber yang tersedia untuk mencapai

tujuan sekolah secara efektif dan efesien. Berdasarkan dua pendapat di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan manajerial kepala

sekolah adalah seperangkat keterampilan yang dimiliki oleh kepala

sekolah dalam upaya untuk mengelola sekolah dengan memanfaatkan

berbagai sumber daya yang ada untuk diarahkan pada pencapaian tujuan

sekolah yang telah ditetapkan.20

Menurut Katz menyebutkan bahwa: kemampuan manajerial itu

meliputi technical skill (kemampuan teknik), human skill (kemampuan

hubungan kemanusiaan), dan conceptual skill (kemampuan konseptual).

Kemampuan teknik adalah kemampuan yang berhubungan erat dengan

penggunaan alat-alat, prosedur, metode dan teknik dalam suatu aktivitas

manajemen secara benar (working with things).21

Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah

a. Fungsi-Fungsi Manajerial

19
Soebagio Atmodiwirio, op.cit., h.107.
20
Soebagio Atmodiwirio, ibidem.
21
Soebagio Atmodiwirio,ibidem.h. 7
19

Fungsi-fungsi manajerial dapat digolongkan dalam dua jenis utama,

yaitu fungsi organik dan fungsi penunjang. Yang tergolong kepada jenis

fungsi organik adalah keseluruhan fungsi utama yang mutlak perlu

dilakukan oleh para manajer dalam rangka pencapaian tujuan dan

berbagai sasaran dan harus digunakan sebagai dasar atau strategi

organisasi yang telah ditetapkan dan harus digunakan sebagai dasar

bertindak. Sedangkan yang dimaksud dengan fungsi penunjang adalah

berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh orang-orang atau satuan-

satuan kerja dalam organisasi dan dimaksudkan mendukung semua

fungsi organik para manajer.22

Kepala sekolah memiliki berbagai potensi yang dapat

dikembangkan secara optimal. Setiap kepala sekolah harus memiliki

perhatian yang cukup tinggi terhadap peningkatan kualitas pendidikan di

sekolah. Perhatian tersebut harus ditunjukkan dalam kemauan dan

kemampuan untuk mengembangkan diri dan sekolahnya secara optimal.

b. Pengembangan Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah

Tuntutan pengembangan kemampuan manajerial kepala sekolah

menjadi dibutuhkan, sehubungan dengan keterbatasan yang ada pada diri

sebagai manusia. Pengakuan diri ini diperlukan, mengingat manusia

bukan mahluk yang serba bisa. Menurut Mulyasa23, bahwa tidak semua

kepala sekolah memiliki wawasan yang cukup memadai untuk

melaksanakan tugas dan fungsinya dalam meningkatkan kualitas

22
Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial, (Jakarta: Bumi Aksara,2007), h.32.
23
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2003),h.73.
20

pendidikan di sekolah. Kemampuan manajerial kepala sekolah semakin

penting untuk ditingkatkan sejalan dengan semakin kompeleksnya

tuntutan tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang

semakin efektif dan efesien. Di samping itu, perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya yang diterapkan dalam kegiatan

pendidikan di sekolah juga cenderung bergerak maju semakin pesat

sehingga menuntut penguasaan secara profesional.24

Pengembangan kemampuan manajerial kepala sekolah merupakan

kebutuhan yang bersifat mendesak untuk segera dipenuhi dan diasah

secara berkelanjutan. Pengembangan kemampuan tersebut, bisa

dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan fungsional25. Model

peningkatan kemampuan manajerial ini, merupakan tindakan yang

dianggap efektif. Dampak dari hasil kegiatan peningkatan kemampuan

yang diikuti atau dilaksanakan, terlihat dari pemanfaatan kemampuan

yang telah diperoleh. Implementasi dari hasil pengembangan kemampuan

tersebut, merupakan tujuan dan sasaran terpenting dari suatu kegiatan

pengembangan diri. Karena pengembangan SDM tidak hanya sekedar

meningkatkan kemampuan, tetapi juga menyangkut pemanfaatan

kemampuan tersebut.

24
E.Mulyasa, op.cit. h.25
25
Kemendiknas. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007
tentang Standar Kepala Sekolah. Diakses dari www.bpkp.go.id/uu/filedownlod/4/58/766.bpkp,
pada tanggal 26 Desember 2016
21

Sedangkan di dalam Peraturan Menteri No 13 Tahun 2007 Tentang

Standar Kepala Sekolah/Madrasah, kemampuan manajerial kepala

sekolah meliputi:

1) Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan

perencanaan.

2) Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan

kebutuhan.

3) Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber

daya sekolah/madrasah secara optimal.

4) Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju

organisasi pembelajaran yang efektif.

5) Menciptakan budaya dan iklim sekolah/ madrasah yang kondusif dan

inovatif bagi pembelajaran peserta didik.

6) Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya

manusia secara optimal.

7) Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka

pendayagunaan secara optimal.

8) Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam

rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan

sekolah/madrasah.

9) Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru,

penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.


22

10) Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran

sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.

11) Mengelola keuangan sesuai dengan prinsip pengelolaan yang

akuntabel, transparan, dan efisien.

12) Mengelola ketatausahaan dalam mendukung pencapaian tujuan

sekolah/madrasah.

13) Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung

kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di

sekolah/madrasah.

14) Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung

penyusunan program dan pengambilan keputusan.

15) Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan

pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah.

16) Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program

kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta

merencanakan tindak lanjutnya.

Terry mendefinisikan manajemen dalam bukunya Principles of

Management yaitu "Suatu proses yang membedakan atas perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dengan memanfaatkan

baik ilmu maupun seni demmi mencapai tujuan yang telah ditetapkan
23

sebelumnya".26 Dari definisi Terry itulah kita bisa melihat fungsi

manajemen.

Berikut ini adalah fungsi manajemen menurut Terry:

1. Perencanaan (planning) yaitu sebagai dasar pemikiran dari tujuan

dan penyusunan langkah-langkah yang akan dipakai untuk mencapai

tujuan. Merencanakan berarti mempersiapkan segala kebutuhan,

memperhitungkan matang-matang apa saja yang menjadi kendala,

dan merumuskan bentuk pelaksanaan kegiatan yang bermaksuud

untuk mencapai tujuan.

2. Pengorganisasian (organization) yaitu sebagai cara untuk

mengumpulkan orang-orang dan menempatkan mereka menurut

kemampuan dan keahliannya dalam pekerjaan yang sudah

direncanakan.

3. Penggerakan (actuating) yaitu untuk menggerakan organisasi agar

berjalan sesuai dengan pembagian kerja masing-masing serta

menggerakan seluruh sumber daya yang ada dalam organisasi agar

pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan bisa berjalan sesuai rencana

dan bisa memcapai tujuan.

4. Pengawasan (controlling) yaitu untuk mengawasi apakah gerakan

dari organisasi ini sudah sesuai dengan rencana atau belum. Serta

mengawasi penggunaan sumber daya dalam organisasi agar bisa

26
Studi Ilmu Management. Fungsi Managemen Menurut George Terry.
http://studimanajemen.blogspot.co.id/2012/08/fungsi-manajemen-menurut-george-terry.html
24

terpakai secara efektif dan efisien tanpa ada yang melenceng dari

rencana.27

Berdasarkan pembahasan konsep di atas, dapat disintesiskan

bahwa, kepemimpinan manajerial kepala sekolah adalah kapasitas yang

dimiliki oleh seorang kepala sekolah dalam mengelola organisasi dan

sumber daya yang ada, guna mencapai tujuan organisasi, dengan

indikator: (1) perencanaan, (2) kepemimpinan, (3) pengorganisasian, (4)

penggerakan, dan (5) pengawasan.

3. Supervisi Pengawas

Supervisi adalah kegiatan profesional yang berbeda di mana

pendidikan dan pelatihan yang bertujuan untuk emngembangkan praktek

informasi ilmu akan difasilitasi melalui proses interpersonal yang

kolaboratif. Ini melibatkan observasi, evaluasi, umpan balik, fasilitasi

penilaian diri supervisi dan akuisisi pengetahuan dan keterampilan dengan

instruksi, pemodelan dan pemecahan masalah bersama.

Menurut Briggs dalam Ali Imron, supervisi juga berfungsi untuk

mengkoordinasi, menstimulasi, dan mengarahkan pertumbuhan guru-

guru; mengkoordinasikan semua usaha sekolah, memperlengkapi

kepemimpinan sekolah, memperluas pengalaman guru-guru,

menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, memberi fasilitas dan penilaiann

yang terus-menerus, menganalisis situasi belajar mengajar, memberikan

27
Terry dan Leslie, Dasar-Dasar Manajemen,Penerjemah: G.A. Ticoalu (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2013), h.9.
25

pengetahuan dan keterampilan guru serta staf, mengintegrasikan tujuan

pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan guru.28

1. Menurut Sergiovani, tujuan supervisi pengawas pendidikan adalah:

peningkatan kualitas. Pengawas sekolah dalam meningkatkan kualitas

penyelenggara sekolah dituntut untuk senantiasa mengawasi atau

memonitor kinerja personil sehingga kualitasnya dapat ditingkatkan

dari waktu ke waktu.

2. Pengembangan profesional. Pengawas sekolah dalam

mengembangkan kemampuan profesional personil (kepala sekolah,

guru, dan tenaga administrasi) dituntut untuk melakukan pembinaan,

pengetahuan dan keterampilan mereka sehingga dalam menjalankan

tugasnya semakin tumbuh dan berkembang secara profesional.

3. Memotivasi personil. Pengawas sekolah dalam memotivasi personil

dituntut untuk memberikan motivasi dalam melakukan supervisi

kepada mereka. Misalnya, setelah supervisi personil termotivasi untuk

berprestasi dan penghargaan bagi mereka yang mampu

mengembangkan diri baik melalui pendidikan maupun bentuk-bentuk

yang lain.

Sutisna dalam Barinto menjelaskan bahwa supervisi adalah suatu

bentuk layanan, bantuan profesional atau bimbingan bagi guru-guru dan

28
Ali Imron, Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta, PT Bumi
Aksara, 2011), h.12.
26

dengan melalui pertumbuhan kemampuan guru ingin meningkatkan mutu

pendidikan pengajaran.29

Menurut Daresh dalam Murat and Sibel ...educacational

supervision as a set of duties and a comprehensive process wich aim to

help teachers to develop their profession to achieve their pedagogical

objectives ...diartikan bahwa pengawasan pendidikan sebagai sebuah

penataan kewajiban dan sebuah proses yang mempunyai maksud untuk

membantu guru mengembangkan profesinya dan untuk mencapai

obyektifitas pedagogik mereka. Sedangkan pendapat lain dari Kilminster

etal. Dalam Murat and Sibel educational supervision is the provision of

guidance and feedback onmatters of personal, professional and

educational development in the context of trainees experience taking

place, diartikan bahwa pengawasan pendidikan adalah pengawasan

bimbingan dan pengaruh arus baliknya terhadap hal-hal yang berkaitan

dengan kepribadian, pengembangan yang mendidik dan profesional

dalam kontek agar terjadinya pengalaman latihan.30

Tugas pengawas seharusnya mencakup: (1) inspecting

(mensupervisi), (2) advising (memberi advis atau nasehat), (3) monitoring

(memantau), (4) reporting (membuat laporan), (5) coordinating

29
Barinto. 2012. Hubungan Kompetensi Guru dan Supervisi Akademik dengan Kinerja
Guru SMP Negeri se-Kecamatan Percut Sei Tuan. Jurnal Tabularasa PPS UNIMED vol.9. No.2
Desember 2012. Diakses 17 Januari 2017.
30
Murat H. and Sibel H. 2010. English LanguageTeachers Perceptions of Educational
Supervision in Relation Their Professional Development a Case Study of Northern Cyprus. Journal
Novtas Royal (Research on Youth and Language) 4(1), 16-34. Diakses 17 Januari 2017.
27

(mengkoordinir) dan (6) performing leadership dalam arti memimpin dalam

melaksanakan kelima tugas pokok tersebut.31

Tugas pokok inspecting (mensupervisi) meliputi tugas mensupervisi

kinerja kepala sekolah, kinerja guru, kinerja staf sekolah, pelaksanaan

kurikulum/mata pelajaran, pelaksanaan pembelajaran, ketersediaan dan

pemanfaatan sumberdaya, manajemen sekolah, dan aspek lainnya

seperti: keputusan moral, pendidikan moral, kerjasama dengan

masyarakat.

Tugas pokok advising (memberi advis/nasehat) meliputi advis

mengenai sekolah sebagai sistem, memberi advis kepada guru tentang

pembelajaran yang efektif, memberi advis kepada kepala sekolah dalam

mengelola pendidikan, memberi advis kepada tim kerja dan staf sekolah

dalam meningkatkan kinerja sekolah, memberi advis kepada orang tua

siswa dan komite sekolah terutama dalam meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam pendidikan.

Tugas pokok monitoring/pemantauan meliputi tugas: memantau

penjaminan/ standard mutu pendidikan, memantau penerimaan siswa

baru, memantau proses dan hasil belajar siswa, memantau pelaksanaan

ujian, memantau rapat guru dan staf sekolah, memantau hubungan

sekolah dengan masyarakat, memantau data statistik kemajuan sekolah,

memantau program-program pengembangan sekolah.

31
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan,
(Bandung: Rosdakarya, 2003), h.43.
28

Tugas pokok reporting meliputi tugas: melaporkan perkembangan

dan hasil pengawasan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota,

Propinsi dan/atau Nasional, melaporkan perkembangan dan hasil

pengawasan ke masyarakat publik, melaporkan perkembangan dan hasil

pengawasan ke sekolah binaannya.

Tugas pokok coordinating meliputi tugas: mengkoordinir sumber-

sumber daya sekolah baik sumber daya manusia, material, financial dll,

mengkoordinir kegiatan antar sekolah, mengkoordinir kegiatan preservice

dan in service training bagi Kepala Sekolah, guru dan staf sekolah lainnya,

mengkoordinir personil stakeholder yang lain, mengkoordinir pelaksanaan

kegiatan inovasi sekolah.

Tugas pokok performing leadership/memimpin meliputi tugas:

memimpin pengembangan kualitas SDM di sekolah binaannya, memimpin

pengembangan inovasi sekolah, partisipasi dalam memimpin kegiatan

manajerial pendidikan di Diknas yang bersangkutan, partisipasi pada

perencanaan pendidikan di kabupaten/kota, partisipasi pada seleksi calon

kepala sekolah/calon pengawas, partisipasi dalam akreditasi sekolah,

partisipasi dalam merekruit personal untuk proyek atau program-program

khusus pengembangan mutu sekolah, partisipasi dalam mengelola konflik

di sekolah dengan win-win solution dan partisipasi dalam menangani

pengaduan baik dari internal sekolah maupun dari masyarakat. Itu semua

dilakukan guna mewujudkan kelima tugas pokok di atas.


29

Berdasarkan uraian di atas, dapat disintesiskan bahwa Supervisi

pengawas adalah kegiatan yang dilakukan untuk membantu guru dalam

pelaksanaan tugas dan memecahkan permasalahan yang dihadapi untuk

meningkatkan sumber daya dalam proses pembelajaran, dengan

indikator: (1) pemberian bantuan, (2) memberi arahan, (3) pelaporan, (4)

monitoring dan (5) evaluasi.

4. Komitmen Berprestasi

Kata komitmen berasal dari bahasa Latin commitere, to

connect,entrust the state of being obligated or emotionally, impelled

adalah keyakinan yang mengikat sedemikian kukuhnya sehingga

membelenggu seluruh hati nuraninya dan kemudian menggerakkan

perilaku menuju arah yang diyakininya. (Tasmara, 2006:26)

Senada dengan hal ini, komitmen sebagai a sense of identification,

loyalty and involvement expressed by an emplyee toward the organization

or unit of the organization. Rumusan ini merujuk pada satu pengertian

bahwa komitmen merupakan ekspresi perasaan seseorang dalam hal

identifikasi, loyalitas dan keterlibatan dalam pencapaian tujuan organisasi.

(Mary L. Long, 2000:14)

Pengertian ini dapat dipahami bahwa komitmen merupakan

sesuatu yang abstrak tidak dapat diamati secara langsung namun hanya

dapat diduga berdasarkan apa yang dikatakan oleh seseorang dan dilihat

dari apa yang dilakukannya dan komitmen ini ada ketika seseorang
30

memiliki kesempatan untuk menentukan apa yang akan dilakukan serta

akan muncul ketika seseorang atau sekelompok mempunyai keinginan.

Pernyataan ini mengandung makna bahwa seseorang yang

memiliki kecenderungan melibatkan diri ke dalam apa yang akan

dikerjakan dengan pemikiran bahwa kegiatan yang dikerjakan penting dan

berarti sehingga ada perasaan akan pengenalan, loyalitas dan fokus

dengan apa yang akan dikerjakan diungkapkan seseorang sebagai rasa

menyatu terhadap unit organisasi, sehingga tujuan, rencana dan

keputusan sebagimana yang diharapkan unit organisasi dapat dicapai.

Hersey dan Kenneth menyatakan bahwa :commitment to the task

is achieved by keeping the right focus, keeping it simple, being action

oriented, and building task importance. Sedangkan Yulk mengatakan

Task commitment is the extent to which unit members strive to attain a

high level of performance and show a high degree of personal

commitment to unit task objectives.

Menurut McCayk, task commitment is the focal determinant of

student success related to confronting unstructured high level tasks. Dan

menurut Renzulli, dan Shavinina, task commitment are perseverance,

endurance, hard work, dedicated practice, self-confidence, and a belief in

ones ability to carry out important work.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kata berprestasi berasal

dari kata prestasi yang memiliki arti hasil yang telah dicapai dari yang

telah dikerjakan. Misal, prestasi akademik adalah prestasi dari hasil


31

pelajaran yang di dapat dari kegiatan belajar di bangku perguruan tinggi.

Sifat dari prestasi di dunia akademis adalah kognitif dan biasanya yang

disebut prestasi sengaja ditentukan dengan pengukuran dan penilaian.

Berdasarkan kerangka konsep di atas, dapat disintesiskan bahwa

komitmen berprestasi adalah kesetiaan seorang guru dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam rangka mencapai

tujuan dengan indikator: (1) memiliki identifikasi diri, (2) loyalitas dalam

melaksanakan tugasnya dan (3) fokus pada apa yang dikerjakan.

5. Kompetensi Guru

Kualifikasi dan kompetensi yang harus dimiliki guru selanjutnya

dijelaskan dalam UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 8,

pasal 9 dan pasal 10. Adapun pasal 8 yang berbunyi bahwa guru wajib

memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat

jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan

pendidikan nasional. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program

diploma empat. Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

yang dijelaskan pada pasal 10 meliputi kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional

yang diperoleh melalui pendidikan profesi.32

32
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005.
32

Keempat jenis kompetensi guru tersebut penjelasannya

sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Farida Sarimaya, sebagai

berikut:

a. Kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang

mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan

berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

b. Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta

didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,

dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimilikinya.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, Penjelasan Pasal 28 ayat (3)

butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan

mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman

terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,

evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

c. Kompetensi profesional

Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan

materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang


33

menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi

keilmuannya.

d. Kompetensi sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama

pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan

masyarakat.33

Berdasarkan kerangka konsep di atas, dapat disintesiskan bahwa

kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang

harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat

dan efektif, dengan indikator: (1) kepribaidan, (2) pedagogik, (3)

profesional, dan (4) sosial.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Sebelum penelitian ini dilaksanakan, peneliti telah membaca

beberapa keterangan dari berbagai sumber yang relevan dengan

penelitian, diantaranya:

1. Sutarjo dalam penelitiannya tentang Pengaruh Kemampuan

Manajerial, Gaya Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah, Dan

Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Di

Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur, hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa persepsi guru atas kemampuan

33
Farida Sarimaya, Sertifikasi Guru(Bandung: Yrama Widya, 2008), 17-22.
34

manajerial kepala sekolah memberikan sumbangan yang positif

terhadap peningkatan kinerja guru disamping faktor yang lain.34

2. Jasmaniar dalam penelitiannya tentang pengaruh motivasi kerja,

komitmen organisasi, dan Organizational Citizenship Behavior (OCB)

terhadap kinerja pegawai di Biro Umum dan Humas Sekretariat

Daerah Provinsi Gorontalo: Hasil penelitiannya menunjukkan

komitmen organisasi berpengaruh langsung positif terhadap kinerja

pegawai, artinya Peningkatan pada komitmen organisasi seorang

pegawai dapat meningkatkan kinerja pegawai.35

3. Pesta Maria Yanche Sinaga, dalam penelitiannya tentang Pengaruh

Supervisi Pengawas, Komunikasi Persuasif, Keterampilan

Manajerial, terhadap Mutu Layanan Kepala Sekolah SMP di Jakarta

Selatan: Hasil penelitian menunjukkan supervisi pengawas

berpengaruh langsung terhadap mutu layanan kepala sekolah SMP

Negeri di Kota Adminstrasi Jakarta Selatan. Semakin baik supervisi

yang diberikan kepada guru maka kinerjanya makin baik dan kualitas

layanan makin efektif dan efisien, artinya supervisi pengawas

34
Sutarjo, Pengaruh Kemampuan Manajerial, Gaya Kepemimpinan Partisipatif Kepala
Sekolah, Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Di Kecamatan
Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur http://www.e-jurnal.com/2015/09/pengaruh-
kemampuan-manajerial-kepala.html. Diunduh tanggal 24 Desember 2016.
35
Jasmaniar, Pengaruh Motivasi Kerja,Komitmen Organisasi, Dan Organizational
Citizenship Behavior (OCB) Terhadap Kinerja Pegawai di Biro Umum dan Humas Sekretariat
Daerah Provinsi Gorontalo, (Disertasi, Universitas Negeri Jakarta, 2014), h.1.
35

melakukan pembinaan dengan baik maka layanan kepala sekolah

dapat meningkat36

4. Penelitian yang berjudul Hubungan kompetensi guru dan Motivasi

Kerja dengan Kinerja Guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) se-

Kabupaten Sidoarjo yang dilakukan oleh Reny Wahyuningsih

memberi kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif antara

kompetensi guru dengan kinerja guru SMK se Kabupaten Sidoarjo.37

Berdasarkan pada penelitian-penelitian di atas dapat diketahui

bahwa penelitian mengenai pengaruh kepemimpinan manajerial kepala

sekolah, supervisi pengawas, komitmen berprestasi dan kompetensi guru

terhadap kinerja guru SMA Negeri di Kota Samarinda belum pernah

diteliti. Titik beda penelitian ini adalah (1) variabel komitmen berprestasi

merupakan variabel yang jarang diteliti dalam pengaruhnya terhadap

kinerja, (2) tempat penelitian yaitu guru SMA di Kota Samarinda yang

belum pernah diteliti peneliti-peneliti lain sebelumnya, (3) subjek, populasi,

jumlah sampel penelitian dan waktu penelitian juga membedakan antara

penelitian ini dengan yang sudah ada, (4) jumlah variabel juga berbeda,

dan (5) penelitian ini menggunakan uji analisis jalur sedangkan penelitian

terdahulu menggunakan uji korelasi.

36
Pesta Maria Yanche Sinaga, Pengaruh Supervisi Pengawas, Komunikasi Persuasif,
Keterampilan Manajerial, terhadap Mutu Layanan Kepala Sekolah SMP di Jakarta Selatan
(Disertasi, Universitas Negeri Jakarta, 2016), h.1.
37
Reny Wahyuningsih,Hubungan kompetensi guru dan Motivasi Kerja dengan Kinerja
Guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Se-Kabupaten Sidoarjo http://www.e-
jurnal.com/2016/05/hubungan-kompetensi-guru-dan-motivasi.html (diakses 24 Desember 2016).
36

C. Kerangka Teoritis

Berdasarkan kesimpulan kajian teoritis dan hasil penelitian

terdahulu yang relevan, maka dapatlah disusun kerangka berpikir sebagai

berikut:

1. Kepemimpinan dan Komitmen

Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, diperlukan

upaya yang sungguh-sungguh dan komprehensif. Salah satu upaya yang

dapat dilakukan adalah melalui optimalisasi peran kepala sekolah. Kepala

sekolah memiliki peranan yang strategis dalam rangka meningkatkan

komitmen guru, baik sebagai educator (pendidik), manager, administrator,

supervisor, leader (pemimpin), pencipta iklim kerja maupun sebagai

wirausahawan.

Dalam hal ini kepemimpinan memiliki pengaruh yang lebih besar

terhadap komitmen organisasi karena pemimpin lebih memberikan

perhatian, dorongan motivasi dan mampu memahami keinginan

karyawannya. yang menyimpulkan bahwa efektivitas kepemimpinan

berpengaruh secara signifikan terhadap komitmen organisasi.38

Komitmen organisasi merupakan tanggapan afektif terhadap

organisasi. Beberapa ahli mendefinisikan komitmen organisasi dalam

bentuk yang berbeda namun memiliki kesamaan arti. Menurut Robbins &

Judge komitmen organisasi didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana

seorang individu memihak organisasi serta tujuan-tujuan dan

38
Raja, A. Senthamil dan Dr. P. Palanichamy. 2013. Leadership Styles And Its Impact On
Organizational Commitment. The Journal of Commerce, 3(4), pp: 15 23.
37

keinginannya untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi.

Sedangkan Steers dalam Kuntjoro mendefinisikan komitmen organisasi

sebagai rasa identifikasi (kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi),

keterlibatan (kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan

organisasi) dan loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi anggota

organisasi yang bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang pegawai

terhadap organisasinya. Dengan kata lain, komitmen organisasi

merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi

dan proses berkelanjutan dimana anggota organisasi mengekspresikan

perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang

berkelanjutan.39

Berdasarkan kajian teoretik di atas maka diduga terdapat pengaruh

langsung positif kepemimpinan manajerial kepala sekolah terhadap

komitmen berprestasi. Artinya peningkatan kepemimpinan manajerial

kepala sekolah akan mempengaruhi peningkatan komitmen berprestasi.

2. Kepemimpinan manajerial kepala sekolah dan kompetensi Guru

Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, diperlukan

upaya yang sungguh-sungguh dan komprehensif. Salah satu upaya yang

dapat dilakukan adalah melalui optimalisasi peran kepala sekolah. Kepala

sekolah memiliki peranan yang strategis dalam rangka meningkatkan

kompetensi guru, baik sebagai educator (pendidik), manager,

39
Kuncoro Mudrajat, Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi, ( Jakarta: Erlangga, 2009),
h. 65.
38

administrator, supervisor, leader (pemimpin), pencipta iklim kerja maupun

sebagai wirausahawan.

Berdasarkan hasil penelitian Carudin (2011:230), kepemimpinan

kepala sekolah sangat menentukan mutu, tanpa kepemimpinan yang baik

proses peningkatan mutu tidak dapat dilakukan dan diwujudkan.

Keutamaan pengaruh (influence) kepemimpinan kepala sekolah bukanlah

semata-mata berbentuk instruksi, melainkan lebih merupakan motivasi

atau pemicu (trigger) yang dapat memberi inspirasi terhadap para guru

dan karyawan, sehingga inisiatif dan kreatifitasnya berkembang secara

optimal untuk meningkatkan kinerjanya.40

Gusti (2012:6), bahwa kepemimpinan kepala sekolah merupakan

kemampuan untuk mengkoordinasikan dan menggerakkan segala sumber

(guru, staff, karyawan, dan tenaga kependidikan) yang ada pada suatu

lembaga sekolah, sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.41

Berdasarkan uraian di atas maka diduga terdapat pengaruh

langsung secara positif kepemimpinan manajerial kepala sekolah dan

kompetensi guru. Artinya peningkatan kepemimpinan manajerial kepala

sekolah akan mempengaruhi kompetensi guru.

40
Carudin,Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Kerja Sekolah Terhadap
Kinerja Guru (Studi Deskriptif Analitik Pada Guru SMK Negeri se-Kabupaten Indramayu).
Jurnal Edisi Khusus, No. 2, Agustus 2011. ISSN : 1412-565X. Hal : 229-245.diakses 17 Januari
2017.
41
Pratiwi Indah Sari dan Prof. Dr. Yunia Wardi, Pengaruh Kepemimpinan Kepala
Sekolah dan Kompetensi Guru terhadap Kinerja Guru Bidang produktif Jurusan Manajemen
Bisnis di SMK Kota Jambi http://ejournal.unp.ac.id/index.php/mpe/article/download/4242/3332.
diakses 17 Januari 2017
39

3. Kepemimpinan manajerial kepala sekolah dan kinerja

Kepala sekolah adalah manajer atau pimpinan yang ada di sekolah

mempunyai peranan sangat besar dalam upaya memajukan sekolah.

Untuk dapat mensinergikan organisasi dalam sekolah, kepala sekolah

harus mempunyai kompensi manajerial yang memadai. Dengan

kompetensi manajerial yang dimilikinya, sorang kepala sekolah dapat

memotivasi guru dan membangkitkan semangat kerja, menciptakan

kerjasama yang harmonis antara semua unsur yang ada disekolah,

menumbuhkan minat terhadap perkembangan dan kemajuan pendidikan.

Andi Anwar Faisal dalam penelitiannya menyatakan bahwa

pengaruh kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kinerja guru,

menunjukkan bahwa faktor kemampuan manajerial memberikan

sumbangan efektif sebesar 0,591, dapat diartikan bahwa 59% kinerja guru

dipengaruhi oleh kemampuan manajerial kepala sekolah. Hal itu juga

dapat diartikan bahwa 41% merupakan pengaruh dari variabel yang tidak

diteliti seperti kemampuan guru dalam mengembangkan

profesionalitasnya, ketersediaan fasilitas pendukung yang dibutuhkan

dalam proses pembelajaran, dukungan moril dan material dari pimpinan

sekolah.42

Berdasarkan uraian di atas maka diduga terdapat pengaruh

langsung positif kepemimpinan manajerial kepala sekolah terhadap

42
Adi Anwar Faisal, Pengaruh Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah Terhadap
Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Kotagede Yogyakarta,
http://eprints.uny.ac.id/19436/1/Adi%20Anwar%20Faisal.pdf. Diakses tanggal 17 Januari 2017
40

kinerja. Artinya peningkatan kepemimpinan manajerial kepala sekolah

akan mempengaruhi kinerja.

4. Supervisi Pengawas dan Komitmen Berprestasi

Supervisi hadir untuk membimbing pertumbuhan kemampuan dan

kecakapan profesional guru, bilamana guru memperoleh pembinaan dan

menyadari pentingnya meningkatkan kemampuan diri, guru tumbuh dan

makin bertambah mampu dalam menjalankan tugasnya.

supervisi atau pembinaan guru tersebut lebih menekankan pada

Pembinaan profesional guru yakni pembinaan yang lebih diarahkan pada

upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan profesional guru.

Guru yang profesional amat berarti bagi pembentukan sekolah unggulan.

Guru profesional memiliki pengalaman mengajar, kapasitas intelektual,

moral, keimanan, ketaqwaan, disiplin, tanggungjawab, wawasan

kependidikan yang luas, kemampuan manajerial, terampil, kreatif, memiliki

keterbukaan profesional dalam memahami potensi, karakteristik dan

masalah perkembangan peserta didik, mampu mengembangkan rencana

studi dan karir peserta didik serta memiliki kemampuan meneliti dan

mengembangkan kurikulum.43

Berdasarkan uraian di atas, maka diduga terdapat pengaruh

langsung secara positif supervisi pengawas dan komitmen berprestasi.

Artinya dengan supervisi pengawas yang memberikan perhatian kepada

43
Dalawi, Amrazi Zakso, Usman Radiana, Pelaksanaan Supervisi Akademik Pengawas
Sekolah Sebagai Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru Smp Negeri 1 Bengkayang,
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=33392&val=2338. Diakses 17 Januari 2017
41

bawahan akan berpengaruh pada meningkatnya komitmen berprestasi

bawahan.

5. Supervisi Pengawas dan Kompetensi Guru

Supervisi adalah proses bantuan yang diberikan kepada individu

yang membutuhkan, sehingga seorang pengawas melakukan supervisi

hanya sebatas untuk mendampingi individu seorang guru serta

memberikan saran dan jalan alternatif untuk mengarahkan sedangkan

keputusan berada diserahkan kepada individu atau guru tersebut tersebut.

Supervisi diberikan kepada seorang guru dengan maksud agar dapat

memahami dirinya, sehingga dengan sendirinya guru akan memiliki

kompetensi yang kuat untuk melaksanakan kompetensi tersebut sesuai

dengan arahan pengawas.

Supervisi adalah suatu bentuk layanan, bantuan profesional atau

bimbingan bagi guru-guru dan dengan melalui pertumbuhan kemampuan

guru ingin meningkatkan mutu pendidikan pengajaran. Pengertian

supervisi menurut Carter dalam Sahartian dan Mataheru diterangkan

bahwa supervisi adalah usaha dari petugas sekolah dalam memimpin

guru-guru dan petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk

menstimulir, menyeleksi pertubuhan jabatan dan perkembangan guru-

guru dan merevisi tujuan tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan

metode mengajar dan evaluasi pengajaran.44

44
Sudriyah dan Lie liana, Pengaruh Motivasi Kerja Dan Kompetensi Profesional
Terhadap Kinerja Guru Dimoderasi Oleh Supervisi, Jurnal Ilmu Ekonomi dan Manajemen,
volume 4 No. 1 Tahun 2015
(studi kasus pada guru sma negeri wilayah timur di kabupaten pemalang)
42

Berdasarkan uraian di atas maka diduga terdapat pengaruh

langsung secara positif supervisi pengawas dan kompetensi guru. Artinya

dengan peningkatan supervisi pengawas akan mempengaruhi

peningkatan kompetensi guru.

6. Supervisi Pengawas dan Kinerja Guru

Kegiatan pengajaran dan pendidikan di sekolah akan berhasil, jika

semua unsur yang terkait di dalamnya dapat bekerja sama atau menjadi

tim kerja yang solid untuk mencapai tujuan sekolah/madrasah. Kualitas

pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kualitas profesional kinerja kepala

sekolah dan guru, peningkatan kemampuan profesional ini akan lebih

berhasil apabila dilakukan oleh kepala sekolah dan guru dengan kemauan

dan usaha mereka sendiri. Kemudian N.A. Amatembun dalam Sagala

mengemukakan bahwa supervisi adalah pembinaan kearah perbaikan

situasi pendidikan. Perbaikan ini difokuskan pada kinerja pembelajaran,

sehingga guru profesional memberikan bantuan dan layanan belajar. 45

Uu Badrudin dengan hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan dan positif antara supervisi terhadapkinerja guru

di MTs Negeri Anyar Kabupaten Serang. Pengaruh positif tersebut

berhubungan erat dengan supervisi sebesar 69,4%. Artinya, jika kualitas

supervisi meningkat, maka akan mempengaruhi peningkatan kinerja guru

di MTs Negeri Anyar Kabupaten Serang.46

45
Syaeful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung :
CV Alfabeta, 2011), h.195.
46
Uu Badrudin, Pengaruh Supervisi Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Pada
Mts. Negeri Anyar Kabupaten Serang Propinsi Banten,
43

Supervisor harus mengetahui sejauhmana peserta bimbingannya

telah menyerap dan menguasai materi atau bahan yang telah

disampaikan. Sebaliknya, peserta bimbingan atau binaan juga

membutuhkan informasi tentang hasil pekerjaannya. Hal ini hanya dapat

diketahui jika seorang supervisor (pengawas) melakukan evaluasi.

Berdasarkan uraian di atas maka diduga terdapat pengaruh

langsung secara positif supervisi pengawas dan kinerja guru. Artinya

dengan peningkatan supervisi pengawas akan mempengaruhi

peningkatan kinerja guru.

7. Komitmen berprestasi dan Kinerja Guru

Kinerja dalam arti sebagai penampilan kerja menuntut adanya

pengekspresian potensi atau kemampuan dari seseorang serta menuntut

adanya pengambilan tanggung jawab atau kepemilikan menyeluruh

terhadap pekerjaannya. Seseorang yang mampu mengekspresikan

potensi atau kemampuannya secara maksimal dapat menangani suatu

pekerjaan dengan baik dan akan menghasilkan kinerja yang tinggi. Oleh

karena itu, dalam hal ini peran dari lingkungan pekerjaan seperti komitmen

guru, suasana kerja, iklim organisasi, dan kerjasama dengan rekan

sejawat sangat penting karena dapat mempengaruhi terhadap kinerja

pegawai atau anggota organisasi baik secara individual maupun secara

kelembagaan.

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=114976&val=5260. Diakses tanggal 17


Januari 2017.
44

Penelitian Rika Verawati dengan judul Pengaruh kepemimpinan,

motivasi kerja, dan komitmen kerja terhadap kinerja guru Madrasah Aliyah

(MAN) Lubuk Linggau dengan hasil pada hipotesis ketiga yang diajukan

adalah Kepemimpinan, Motivasi dan Komitmen mempunyai

pengaruh signifikan terhadap Kinerja guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN)

Lubuk Alung.47

Kinerja guru merupakan prestasi guru yang dapat dicapai oleh

seorang guru di lembaga pendidikan sesuai dengan tugas dan tanggung

jawabnya dalam mencapai tujuan pendidikan yang didasarkan pada

kecakapan, pengalaman, dan kesungguhannya atau komitmennya.

Berdasarkan uraian di atas maka diduga terdapat pengaruh

langsung secara positif kompetensi guru dan kinerja guru. Artinya dengan

peningkatan komitmen berprestasi akan mempengaruhi peningkatan

kinerja guru.

8. Kompetensi Guru dan Kinerja Guru

Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat

dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus

dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku

yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu

bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan

kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.

47
Rika Verawati, Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi Kerja Dan Komitmen
Kerja Terhadap Kinerja Guru Madrasah Aliyah Negeri (Man) Lubuk Alung,
http://ejournal.stkip -pgri-sumbar.ac.id/index.php/economica/article/view/650
diakses 17 Januari 2017
45

Dari hasil penelitian Herman dengan hasil penelitiannya

menyatakan bahwa kompetensi guru ekonomi dengan kinerja guru mata

pelajaran ekonomi Kompetensi guru ekonomi yang ada di SMAN se Kota

Makassar, mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja guru

mata pelajaran ekonomi SMAN di Makassar dengan kategori kuat. Hal ini

disebabkan oleh keempat kompetensi dijalankan dengan benar yaitu

Kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional.48

Hasil penelitian lain menunjukkan: (1) kompetensi dan kinerja guru

berada pada kategori tinggi; (2) kompetensi berpengaruh positif terhadap

tingkat kinerja guru baik guru yang belum mengikuti sertifikasi profesi

maupun yang sudah mengikuti sertifikasi profesi; dan (3) terdapat

perbedaan kompetensi dan kinerja guru yang belum mengikuti sertifikasi

profesi dengan yang sudah mengikuti sertifikasi profesi.49

Berdasarkan uraian di atas maka diduga terdapat pengaruh

langsung secara positif kompetensi guru dan kinerja guru. Artinya dengan

peningkatan kompetensi guru akan mempengaruhi peningkatan kinerja

guru.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

48
Herman, Hubungan Kompetensi dengan Kinerja Guru Ekonomi SMA, Jurnal Ekonomi
Bisnis, Th. 16, No. 1, Maret 2011. Diakses 17 Januari 2017.
49
Rasto Koswara, Kompetensi Dan Kinerja Guru Berdasarkan Sertifikasi Profesi, Jurnal
pendidikan manajemen perkantoran Volume 1, nomor 1, Agustus 2016 halaman 64 74. Diakses
tanggal 17 Januari 2017
46

1. Terdapat pengaruh langsung positif kepemimpinan manajerial kepala

sekolah terhadap komitmen berprestasi.

2. Terdapat pengaruh langsung kepemimpinan manajerial kepala

sekolah terhadap kompetensi guru.

3. Terdapat pengaruh langsung kepemimpinan manajerial kepala

sekolah terhadap kinerja guru.

4. Terdapat pengaruh langsung supervisi pengawas terhadap komitmen

berprestasi.

5. Terdapat pengaruh langsung supervisi pengawas terhadap

kompetensi guru.

6. Terdapat pengaruh langsung supervisi pengawas terhadap kinerja

guru.

7. Terdapat pengaruh langsung komitmen berprestasi terhadap kinerja

guru.

8. Terdapat pengaruh langsung kompetensi guru terhadap kinerja guru.

Anda mungkin juga menyukai