TUMOR PARU
1. DEFINISI
Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang
abnormal. Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya didalam rongga
dada. Jenis tumor paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi SCLC ( Small Cell Lung
Cancer ) dan NSLC ( Non Small Cell Lung Cancer / Karsinoma Skuamosa, adenokarsinoma,
karsinoma sel besar).
Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran
napas. ( Hood Al sagaff, dkk 1993 )
Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker paru
berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain yang terkena
kanker.
2. ETIOLOGI
( Amin Zulkifli, Ilmu Penyakit Dalam Ed. IV, hal 1005 )
Penyebab / faktor pendukung dari kanker paru, antara lain :
a. Merokok
Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat
menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai
merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan
lamanya berhenti merokok (Stoppler,2010).
b. Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau
mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan
risiko terjadinya kanker paru. (Wilson, 2005).
c. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya kecil
bila dibandingkan dengan merokok kretek. Suatu karsinogen yang ditemukan dalam udara
polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren (Wilson, 2005).
d. Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik
hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru (Amin, 2006). Risiko kanker
paru di antara pekerja yang menangani asbes kirakira sepuluh kali lebih besar daripada
masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun uranium
meningkat kalau orang tersebut juga merokok.
e. Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene,
selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru (Amin, 2006).
f. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar terkena
penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi pada
protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan
berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk juga
gen-gen K-ras dan myc) dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor (termasuk gen rb, p53,
dan CDKN2) (Wilson, 2005).
g. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi
risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai
enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan (Stoppler,
2010).
3. PATOFISIOLOGI
( Prince S, 2006 )
Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor lingkungan, faktor
hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan dengan resiko terjadinya tumor. Permulaan
terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat yang bersifat intiation yang merangasang
permulaan
terjadinya
perubahan
sel.
Diperlukan
perangsangan
yang
lama
dan
berkesinambungan untuk memicu timbulnya penyakit tumor. Initiati agen biasanya bisa
berupa nunsur kimia, fisik atau biologis yang berkemampuan bereaksi langsung dan merubah
struktur dasar dari komponen genetik ( DNA ). Keadaan selanjutnya diakibatkan keterpaparan
yang lama ditandai dengan berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya tumor, hal ini
berlangsung
lama
meingguan
sampai
tahunan.
Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel daerah asal dan kecepatan pertumbuhan. Empat tipe sel
primer pada kanker paru adalah karsinoma epidermoid ( sel skuamosa ). Karsinoma sel kecil
( sel oat ), karsinoma sel besar ( tak terdeferensiasi ) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan
karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial. Karsinoma sel kecil
umumnya terbentuk dijalan napas utama bronkial. Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma
umumnya tumbuh dicabang bronkus perifer dan alveoli. Karsuinoma sel besar dan karsinoma
sel oat tumbuh sangat cepat sehigga mempunyai progrosis buruk. Sedangkan pada sel
skuamosa dan adenokar atau toraksinoma prognosis baik karena pertumbuhan sel ini lambat.
4. MANIFESTASI KLINIK
manifestasi klinik pada penderita tumor paru yaitu:
a.
b.
c.
d.
Nyeri pada dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam
e.
T3 : tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar atau sudah dekat karina dan
atau disetai efusi pleura.
2. N : N0 : tidak didapatkan penjalaran ke kelenjar limfe regional
N1 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral
N2 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe mediastinum atau kontralateral
N3 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal
3. M : M0 : tidak terdapat metastase jauh
M1 : sudah terdapat metastase jauh ke organ organ lain
Pembagian stadium klinis sistem TNM menurut International Union Against (IUAC)/The
American Joint Comittee on Cancer (AJCC) 1997 adalah sebagai berikut :
STADIUM
Karsinoma tersembunyi
Stadium 0
Stadium IA
Stadium IB
Stadium IIA
Stadium IIB
Stadium IIIA
Stadium IIIB
Stadium IV
5. KOMPLIKASI
- Hematorak
- Pneumotorak
- Empiema
- Endokarditis
- Abses paru
- Atelektasis
TNM
Tx, N0, M0
Tis, N0, M0
T1, N0, M0
T2, N0, M0
T1, N1, M0
T2, N1, M0
T3, N0, M0
T3, N1, M0
T1-3, N2, M0
T berapa pun, N3, M0
T4, N berapa pun, M0
T berapa pun, N berapa pun, M1
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
( Barbara, Engram, hal.7, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah )
Pemeriksaan Penunjang
a.
b.
c.
Skan tomografi komputer dan tomogram paru menunjukkan lokasi tumor dan ukuran
tumor
d.
Aspirasi dengan janim dan biopsi jaringan paru dapat dilakukan jika pemeriksaan
mediastinum
7. PENATALAKSANAAN MEDIK
( At a Glance, Medicine, Patrisk Davey, hal. 203 )
Pembedahan
Pembedahan pada kanker paru bertujuan untuk mengangkat tumor secara total berikut
kelenjar getah bening disekitarnya. Hal ini biasanya dilakukan pada kanker paru yang tumbuh
terbatas pada paru yaitu stadium I (T1 N0 M0 atau T2 N0 M0), kecuali pada kanker paru
jenis SCLC. Luas reseksi atau pembedahan
Pembedahan untuk mengobati kanker paru dapat dilakukan dengan cara :
a. Wedge Resection, yaitu melakukan pengangkatan bagian paru yang berisi tumor,
bersamaan dengan margin jaringan normal.
b. Lobectomy, yaitu pengangkatan keseluruhan lobus dari satu paru.
c. Pneumonectomy, yaitu pengangkatan paru secara keseluruhan. Hal ini dilakukan jika
diperlukan dan jika pasien memang sanggup bernafas dengan satu paru.
Radioterapi
Radioterapi dapat digunakan untuk tujuan pengobatan pada kanker paru dengan tumor yang
tumbuh terbatas pada paru. Radioterapi dapat dilakukan pada NCLC stadium awal atau
karena kondisi tertentu tidak dapat dilakukan pembedahan, misalnya tumor terletak pada
bronkus utama sehingga teknik pembedahan sulit dilakukan dan keadaan umum pasien tidak
mendukung untuk dilakukan pembedahan. Terapi radiasi dilakukan dengan menggunakan
sinar X untuk membunuh sel kanker. Pada beberapa kasus, radiasi diberikan dari luar tubuh
(eksternal). Tetapi ada juga radiasi yang diberikan secara internal dengan cara meletakkan
senyawa radioaktif di dalam jarum, dengan menggunakan kateter dimasukkan ke dalam atau
dekat paru-paru. Terapi radiasi banyak dipergunakan sebagai kombinasi dengan pembedahan
atau kemoterapi.
2.1.7.3. Kemoterapi
Kemoterapi pada kanker paru merupakan terapi yang paling umum diberikan pada SCLC
atau pada kanker paru stadium lanjut yang telah bermetastasis ke luar paru seperti otak,
ginjal, dan hati. Kemoterapi dapat digunakan untuk memperkecil sel kanker, memperlambat
pertumbuhan, dan mencegah penyebaran sel kanker ke organ lain. Kadang-kadang
kemoterapi diberikan sebagai kombinasi pada terapi pembedahan atau radioterapi.
Penatalaksanaan ini menggunakan obat-obatan (sitostatika) untuk membunuh sel kanker.
Kombinasi pengobatan ini biasanya diberikan dalam satu seri pengobatan, dalam periode
yang memakan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan agar kondisi tubuh penderita
dapat pulih (ASCO, 2010)
8. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
- Bantu pasien untuk mencari posisi yang paling sedikit nyerinya
- Dalam tindakan psikologis kurangi ansietas dengan memberikan informasi yang sering,
sederhana, jelas tentang apa yang sedang dilakukan untuk mengatasi kondisi dan apa makna
respons terhadap pengobatan.
Pengkajian
1.
Identitas
Identitas klien
Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa / ras, pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan, penghasilan dan alamat.
2.
Riwayat Keperawatan
a.
Keluhan utama
Keluhan yang biasa muncul pada klien Kanker paru paru biasanya batuk terus menerus,
dahak berdarah, sesak nafas dan pendek pendek, sakit kepala.
b.
Kemungkinan yang muncul pada riwayat kesehatan terdahulu pada pasien dengan Ca Paru
antara lain, perokok berat, lingkungan tempat tinggal di daerah yang tercemar polusi udara,
pernah menglami bronchitis kronik, pernah terpajan bahan kimia seperti asbestos.
c.
Di keluarga pasien ada yang pernah mengidap penyakit kanker paru paru.
d.
Riwayat psikososial
Kaji adanya emosi kecemasan, pandangan klien terhadap dirinya, serta interaksi social yang
mungkin terhambat akibat gejala penyakit seperti batuk yang berkepanjangan.
e.
1.
Integritas Ego : Ansietas, takut akan kematian, menolak kondisi yang berat, gelisah,
Pernafasan : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya , peningkatan
produksi sputum, nafas pendek, pekerja terpapar bahan karsinogenik, serak, paralisis pita
suara, dan riwayat merokok.Dsipnoe, meni gfkat dengan kerja, peningkatan fremitus taktil,
krekels/mengi pada inspirasi atau ekspirasi ( ganguan aliran udara ). Krekels/mengi yang
menetap penyimpangan trakeal( area yang mengalami lesi ) Hemoptisis.
8.
9.
10. Penyuluhan/pembelajaran : Faktor resiko keluarga, : adanya riwayat kanker paru, TBC.
Kegagalan untuk membaik.
f.
Pemeriksaaan Fisik
a.
Inspeksi
Kesimetrisan dada,
Penggunaan otot bantu napas, yang terlihat dengan mengangkat bahu, menunjukan
Pasien dengan penyakit paru obstruktif sering duduk dan menyangga diri dengan
tangan atau menyangga dengan siku di meja sebagai upaya untuk tetap mengangkat klavikula
sehingga memperluas kernampuan ekspansi dada.
Sianosis (kebiruan)
Pada pasien dengan kanker paru paru biasanya terjadi sianosis akibat dari gangguan
bentuk kuku
pada pasien dengan kanker paru paru biasanya memiliki kuku berbentuk tabuh
kulit pucat
frekuensi batuk
karakteristik sputum
b.
Palpasi
Taktil fremitu
Pada pasien normal vibrasi taktil fremitus ada. Ini dapat menurun atau tidak ada bila
terdapat sesuatu dintara tangan pemeriksa dan paru pasien serta dinding dada. Sebagai
contoh, bila ada efusi pleural, penebalan pleural atau pnemotorak akan menyebabkan
pemeriksa tidak mungkin merasakan vibrasi ini atau vibrasi menurun
Capillary refill
c.
Perkusi
d.
Auskultasi
Suara nafas
Pada obstruksi jalan napas seperti penyakit paru obstruksi menahun (PPOM) atau
atelektasis, intensitas bunyi napas menurun. Pada penebalan pleural, efusi pleural,
pneumotoraks, dan kegemukan ada substansi abnormal Jaringan fibrosa, cairan, udara, atau
lemak) antara stetoskop dan paru di bawahnya; substansi ini menyekat bunyi napas dari
stetoskop, membuat bunyi napas menjadi tidak nyaring.
Bunyi napas bronkial, selain terdengar pada trakea orang normal, juga terdengar pada
beberapa situasi dimana ada konsolidasi-contohnya pneumonia. Bunyi napas bronkial juga
terdengar di atas efusi pleural dimana paru normal tertekan. Bunyi crackles terjadi pada
pneumonia, gagal jantung kongestif, dan fibrosis pulmonalis. Baik crackles inspirasi maupun
ekspirasi dapat terauskultasi pada bronkiektaksis. Bunyi ekstra seperti mengi berarti adanya
penyempitan jalan napas. Ini dapat disebabkan oleh asma, benda asing, mukus di jalan napas,
stenosis, dan lain-lain.
Tekanan darah
Denyut jantung
g.
Data Penunjang
CT scan/MRI
Bronchoscope
Sitologi
h.
Pengelompokan Data
1.
Data Subjektif
Perasaan lemah, Sesak nafas, nyeri dada, Batuk tak efektif, Serak, haus, Anoreksia, disfalgia,
berat badan menurun, Peningkatan frekuensi/jumlah urine, Takut
2.
Data Objektif
Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksia kronik pada jaringan paru.
4.
5.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan saraf oleh tumor paru.
6.
4.
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa keperawatan
1
Ketidakefektifan
pola
nafasNOC :
berhubungan dengan penurunan
v Respiratory
ekspansi paru
ventiolation
NIC :
status: Airway Management
Buka
jalan
nafas
v Respiratory
status:dengan teknik chin lift atau
Definisi : Inspirasi atau ekspirasiAirway patency
jaw thrust bila perlu
yang tidak memberi ventilasi
v Vital sign status
Identivikassi
pasien
v Mendemonstrasikan perlunya pemasangan alat
Perubahan
kedalamanbatuk efektif denganjalan nafas buatan
bernafas
suara nafas yang besih,
tidak ada sianosis dan
Pasang mayo bila perlu
Perubaham ekskursi dada dyspneu
(
mamou
Auskultassi
suara
nafas yang paten ( klien
nafas, catat adanya suara
tidak merasa tercekik,
tambahan
Penurunan ventilasi seirama nafas, frekuensi
menit
pernafasan dalam rentang
Lakulkan suction pada
normal, tidak ada suaramayo
Penurunan kapsitas vital abnormal)
Berikan brinkodilator
Dipneu
v Tanda- tanda vitalbila perlu
dalam
rentang
Penurunan
ekspirasi
Peningkatan
anterior posterior
diameternormal(tekanan
nadi, pernafasan)
Ortopneu
Fese
memanjang
-
Pernapasan bibir
Takipneu
ekspirassi
Penggunaan
eksesorius untuk bernapas
darah,
Berikan
pelembab
udara kassa basah NaCl
lembab
Atur
intake
untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
otot
Ansietas
Posisi tubuh
Defomitas tulang
Keletihan
Hiperventilasi
Sindrom hipoventilasi
Gangguan
muskuloskeletal
Bersihkan
mulut,
hidung dan sekret trakea
Pertahankan
pasien
Monitor
adanya
kecemasan pasien terhadan
oksigenasi
Kerusakan neurologis
Imaturitas neurologis
Disfungsi neuromuskular
Monitor
TD,nadi,suhu,dan RR
Obesitas
Nyeri
posisi
Auskultasi TD pada
kedua lengan dan bandingkan
nadi
Monitor
pernafasan abnormal
pola
Monitor
perifer
sianosis
Monitor
adanya
cushing triad(tekanan nadi
yang
melebar,
bradikardi,peningkatan
sistolik)
Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign
2
Ketidakefektifan
pembersihanNOC:
jalan nafas berhubungan dengan
v Respiratory
obstruksi jalan nafas.
Ventilation
NIC:
Status:Airway Suction
Pastikan
kebutuhan
status:oral / trakeal suctioning
v Respiratory
Definisi : Ketidakmampuan
Airway patency
Informasikan
pada
v Mendemonstrasikan klien dan kluarga tentang
Batasan Karakteristik :
batuk efektif dan suarasuctioning
nafas yang bersih, tidak
Tidak ada batuk
ada
sianosis
dan
Minta pasien nafas
Suara napas tambahan
dyspneu(mampu
dalam
sebelum
suction
mengelurkan
dilakukan
Perubahan frekuensi napas sputum,mampu bernafas
Berikan O2 dengan
dengan mudah,tidak ada
Perubahan irama napas
menggunakan nasal untuk
suara nafas abnormal)
memfasilitassi
suction
Sianosis
v Menunjukkan
jalannasotrakeal
nafas
yang
paten
(
klien
Kesulitan berbicara atau
Gunakan alat yang
tidak merasa tercekik,
mengeluarakan suara
steril
setiap
melakukan
irama
nafas,frekuensi
Penurunan bunyi napas pernafasan dalam rentangtindakan
normal,tidak ada suara
Dipsneu
v Mampu
istirahat dan nafass dalam
mengidentifikasikan dansetelah kateter dikeluarkan
Sputum dalam jumlahmencegah faktor yangdari nasotrakeal
yang berlebihan
dapat menghambat bjalan
Orthopneu
Gelisah
Ajarkan
keluarga
bagaimana cara melakukan
suction
Lingkungan:
Perokok pasif
Pengisap asap
Merokok
Airway Management
Mokus
berlebihan
Eksudat
alveoli
dalam
Buka
jalan
nafas,
gunakan teknik chin lift atau
jaw thrust bila perlu
jumlah
jalan
Identifikasi
pasien
perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
dalam
Lakukan
dada jika perlu
Sekresi
sekresi
bertahan/sisa
Asma
Keluarkan
sekret
dengan batuk atau suction
Auskultassi
suara
nafass , catat adanya suara
tambahan
Berikan bronkodilator
bila perlu
Hiperplasihiperplasi
dinding bronkial
Berikan
pelembab
udara kassa basah NaCl
lembab
Infeksi
Disfungsi neuromuskular
Atur
intake
untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
Gangguan pertukaran
gasNOC :
NOC:
berhubungan dengan hipoksia
v Respiratory Status:GasAirway Management
kronik pada jaringan paru.
exchange
Buka
jalan
nafas,
Definisi : Kelebihan atau defisit
v
Respiratory
status:
gunakan
teknik
chin
lift
atau
pada oksigenasi atau eleminassi
jaw thrust bila perlu
karbon dioksida pada membranVentilation
alveolar - kapiler
v Vital Sign status
Identifikasi
pasien
PH darah arteri abnormal
v Mendemonstrasikan perlunya pemasangan alat
peningkatan
ventilassijalan nafas buatan
PH arteri abnormal
dan oksigenassi yang
Pernafasan
adekuat
Keluarkan
sekret
saja)
dengan batuk atau suction
v Mendemonstrasikan
Penurunan karbondioksida batuk efektif dan suara
Auskultassi
suara
nafass
,
catat
adanya
suara
nafas yang bersih,tidak
Diaforesis
ada sianosis dan dyspneutambahan
( mampu mengeluarkan
Dispneu
Berikan bronkodilator
Hiperkapnia
bila perlu
v Tanda tanda vital
Hipoksemia
dalam rentang normal
Berikan
pelembab
udara kassa basah NaCl
Hipoksia
lembab
Iritabilitas
Atur
intake
untuk
Nafas cuping hidung
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
Gelisah
Respiratory Monitoring
respirasi
Perubahan
alveolar kapiler
membran
Ventilasi - perfusi
Monitor
nafas,seperti dengkur
suara
Monitor
pola
nafas:bradipneu,takipneu,
kussmaul,
hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
Tentukan
kebutuhan
suction
dengan
mengauskultasi crakles dan
rocki pada jalan nafs trauma
NIC :
Activity Therapy
Kolaborasikan dengan
tenaga rehabilitasi medik
dalam
merencanakan
program terapi yang tepat
melakukan
aktifitassfisik , psikologi dan sosial
sehari
harib
Bantu
untuk
(ADLs)secara mandiri
mengidentifikasi
dan
Tanda tanda vitalmendapatkan sumber yang
normal
diperlukan untuk aktivitas
yang di inginkan
Energy psikomotor
Banytu
untuk
Level kelemahan mendapatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda,
Mampu
krek,
berpindah:dengan
atau
tanpa bantuan alat
Bantu
untuk
mengidentivikasi
kegiatan
Status
yang disukai
kardiopulmonari adekuat
Sediakan
penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
Monitor
fisik,emosi,sosial
spiritual
DAFTAR PUSTAKA
Behrman E Richar. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Vol 2. Edisi 15. Jakarta: EGC
respon
dan
Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Doenges E Mailyn,1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta, EGC
Mansjoer, A,.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Klinis Proses- Proses Penyakit . Jakarta :EGC
http:\\asuhan-keperawatan-tumor-paru-ca-paru.html
Diposkan oleh haha di 01.07
http://serbaserbi02.blogspot.com/2011/11/askep-tumor-paru.html
LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR PARU
Oleh :
Eka Permata Yuni Wulandari
NIM 135070209111036