Anda di halaman 1dari 28

RESPONSI INTERNA

Infeksi Dengue dengan Warning Sign

OLEH :
Siti Ulfatun Najiyyah
H1A 011 064

SUPERVISOR:
dr. Palgunadi, Sp.PD

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
RSU PROVINSI NTB
2015

LAPORAN KASUS
I.

IDENTITAS
Nama

: Ny. W

Usia

: 50 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Alamat

: Lingsar

Suku

: Sasak

Agama

: Islam

Status

: Menikah

Pekerjaan

: Pedagang buah

No. RM

: 55-88-84

MRS

: 18-04-2015

Tanggal pemeriksaan : Observasi 19/4/2015


Pemeriksaan menyeluruh 22-04-2015
II.

SUBYEKTIF

Keluhan Utama : nyeri pinggang seperti mau pecah


Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluhkan nyeri pinggang sejak hari jumat, 17 April 2015. Nyeri terus
memberat hingga seperti terasa mau pecah. Nyeri pinggang dextra dan sinistra,
terlokalisir, tidak menjalar, tidak dipengaruhi perubahan posisi dan kontinyu. Pada
hari jumat pasien demam (+), menggigil (+), keringat dingin, pusing, nyeri perut
(+) sekitar umbilikus dan epigastrium, mual (+), muntah (-), nyeri seluruh
persendian (+), nyeri retroorbita (+), nyeri tenggorokan (-), batuk (-), pilek (-).
Demam dirasakan menurun setelah minum obat penurun panas. Hari sabtu demam
yang dirasakan menurun. Hari minggu jam 22.00 gusi berdarah setelah sikat gigi,
berlangsung sekitar 30 menit. Mimisan dan perdarahan di tempat lain disangkal.
Keluhan nyeri dada, rasa berdebar pada dada, sesak, kejang dan perubahan status
mental disangkal. Aktivitas buang air kecil dan buang air besar lancar dan tidak
didapatkan kelainan.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien menyangkal pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.


Riwayat tekanan darah tinggi atau penyakit jantung, asma atau penyakit paru,
penyakit ginjal, diabetes melitus, penyakit tulang/sendi, mudah ruam dan
keganasan disangkal pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada keluarga pasien atau tetangga yang mengalami keluhan serupa
seperti pasien.

Riwayat tekanan darah tinggi atau penyakit jantung, asma atau penyakit paru,
penyakit ginjal, diabetes melitus, penyakit tulang/sendi, mudah ruam atau
perdarahan yang lama setelah luka serta keganasan dalam keluarga disangkal.

Riwayat Pribadi dan Sosial :

Pasien merupakan seorang Pedagang buah. Setiap hari bangun pukul 03.00

untuk bersiap ke pasar. Selepas dari pasar langsung ke kebun mendulang buah.
Riwayat merokok, kebiasaan minum alkohol, atau jamu-jamuan disangkal.

Riwayat Pengobatan :

Ketika demam pasien dan ada keluhan nyeri pinggang dan kepala pasien
membeli obat di warung bermerk bodrex.

Riwayat Alergi:

Riwayat alergi makanan dan alergi obat disangkal.

III.
OBYEKTIF
Status Generalis

Keadaan Umum

: sedang

Kesadaran

: compos mentis

GCS

: E4V5M6

Status Gizi

Berat Badan

: 65 kg

Tinggi Badan

:155 cm

BMI

:27,08 (obes)

Vital Sign
Tekanan Darah

:130/70 mmHg (posisi baring)

Nadi

:64 x/menit, regular, kuat angkat (posisi baring)

Frekuensi Nafas

:18 x/menit, regular, tipe torako-abdominal

Suhu aksiler

:36,4C

Rumple Leed

: menolak untuk diperiksa

Status Lokalis
Kepala:

Ekspresi wajah

: normal

Bentuk dan ukuran

: normal

Rambut

: rontok (-)

Edema

: (-)

Malar rash

: (-)

Parese N. VII

: (-)

Nyeri tekan kepala

: (-)

Massa

: (-)

Mata:

Simetris

Alis : normal

Exopthalmus (-/-)

Ptosis (-/-)

Edema palpebra (-/-)

Konjungtiva: anemis (-/-), hiperemia (-/-)

Sclera : icterus (-/-)

Pupil : isokor, bulat, refleks pupil (+/+)

Kornea : normal

Lensa : katarak (-/-)

Pergerakan bola mata ke segala arah : normal


Telinga:

Bentuk : normal simetris antara kiri dan kanan

Lubang telinga : normal, secret (-/-)

Nyeri tekan tragus (-/-)

Peradangan pada telinga (-)

Pendengaran : kesan normal


Hidung:

Simetris, deviasi septum (-/-)

Napas cuping hidung (-/-)

Perdarahan (-/-), secret (-/-)

Penghidu normal
Mulut:

Simetris

Bibir : sianosis (-), stomatitis angularis (-), pursed lips breathing (-)

Gusi : hiperemia (+), perdarahan (+)

Lidah: glositis (-), atropi papil lidah (-), lidah berselaput (-), kemerahan di
pinggir (-), tremor (-), lidah kotor (-)

Gigi : dalam batas normal

Mukosa : Normal
Leher:

Simetris

Kaku kuduk (-)

Pembesaran KGB (-)

JVP : 5 + 2 (tidak meningkat)

Pembesaran otot SCM (-)

Otot bantu nafas SCM tidak aktif

Pembesaran kelenjar thyroid (-)


Thoraks:
1. Inspeksi:

Bentuk & ukuran: normal, simetris,barrel chest (-)

Pergerakan dinding dada: simetris

Permukaan dada: ikterik (-), papula (-), petechiae (-), purpura (-), ekimosis
(-), spider naevi (-), vena kolateral (-), massa (-)

Penggunaan otot bantu nafas: SCM tidak aktif

Iga dan sela iga: simetris, pelebaran ICS (-)

Fossa supraclavicularis, fossa infraclavicularis: cekung, simetris kiri dan


kanan

Fossa jugularis: tidak tampak deviasi

Tipe pernapasan: torako abdominal

Ictus cordis : ICS V linea midclavicula sinistra

2. Palpasi:

Posisi mediastinum: deviasi trakea (-)

Nyeri tekan (-), benjolan (-), krepitasi (-)

Pergerakan dinding dada simetris, gerakan tertinggal (-)

Fremitus vocal:

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Ictus cordis teraba pada ICS V linea mid clavicula sinistra, thrill (-).

3. Perkusi:

Densitas

Sonor

Sonor

Sonor

Sonor

Sonor

Sonor

Batas paru-hepar:
o Inspirasi

: ICS VI

o Ekspirasi

: ICS IV

Ekskursi 2 ICS

4. Auskultasi:

Cor

Pulmo :

: S1S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-).

Vesikuler

Rhonki basah :

Wheezing
-

Abdomen:
1. Inspeksi:

Distensi (-)

Umbilicus: masuk merata

Permukaan kulit: ikterik (-), vena collateral (-), massa (-), caput medusae
(-), spider naevi (-), scar (-), striae (-), ruam (-)

2. Auskultasi:

Bising usus (+) normal, frekuensi 8 x/menit

Metallic sound (-)

Bising aorta (-)

3. Perkusi:

Orientasi

Organomegali : tidak ada.

Nyeri ketok (-)

: Normal

4. Palpasi:

Nyeri tekan ringan (-)

Nyeri tekan dalam

massa (-), defans muskular (-)

Hepar , ren, dan lien : Normal, tidak terdapat pembesaran.

Nyeri kontra lateral (-), nyeri tekan lepas (-)

- + -

Ekstremitas:

Akral hangat

+
+

+
+

Sianosis

Edema

Clubbing finger

Deformitas

Ikterik

Genitourinaria: Tidak dievaluasi

IV.

RESUME
Pasien Ny.W usia 50 tahun datang ke UGD RSUP NTB mengeluhkan pinggang

seperti mau pecah. Pasien mengeluhkan nyeri pinggang sejak hari jumat, 17 April
2015. Nyeri pinggang dextra dan sinistra, terlokalisir, tidak menjalar, tidak
dipengaruhi perubahan posisi dan kontinyu. Pada hari jumat pasien demam,
menggigil, keringat dingin, pusing, nyeri perut sekitar umbilikus dan epigastrium,
mual, nyeri seluruh persendian, nyeri retroorbita. Mulai hari sabtu demam
dirasakan menurun setelah minum obat penurun panas. Hari minggu sekitar jam
22.00 WITA gusi berdarah setelah sikat gigi, berlangsung sekitar 30 menit.
Mimisan dan perdarahan di tempat lain disangkal.
Pemeriksaan fisik yang didapatkan KU sedang compos mentis. Tekanan darah
130/70 mmHg, nadi radialis 64x/menit, pernapasan 18x/menit, suhu aksila 36,4 C.
Nyeri tekan ringan pada abdomen regio kanan bawah.

V.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah Lengkap
Paramete
r
HGB
RBC
HCT
MCV
MCH
MCHC
WBC
PLT

Hasil
Ruangan
Ruangan

Ruangan

Ruangan

(19/04/15)
17,5
5,97
48,6
81,4
29,3
36
3,21
8

(21/04/15)
13,6
4,61
38,1
82,6
29,5
35,7
5,56
20

(22/04/15)
13,1
4,52
37
81,9
29
36,4
4,46
30

UGD
(18/04/15)
17,8
6,21
50
80,5
28,7
35,6
2,82
8

(20/04/15)
16,3
5,68
46,4
81,7
28,7
35,1
7,49
7

Nilai Rujukan

11,5 16,5 g/dL


4,0 5,0 x 106 /L
37,0 45,0 %
82,0 92,0 fl
27,0 31,0 pg
32,0 37,0 g/dL
4,0 11,0 x 103 /L
150 400 x 103 /L

Pemeriksaan Lain
Parameter
GDS
Kreatinin
Ureum
SGOT
SGPT
HbsAg

Hasil
UGD (18/04/2015)
145
1,2
41
199
197
(NR)

VI.

ASESSMENT
Diagnosis : infeksi Dengue dengan Warning Sign

VII.

PLANNING

Terapi:
Medikamentosa:
Infus RL 30 tpm
Paracetamol 3x500 mg (k/p)
Ranitidin 2x1 amp
Non-medikamentosa:

Bed rest

Konsumsi cairan yang adekuat

Penyakit infeksi Dengue, terapi, dan komplikasinya.

Kontrol kembali jika ada keluhan berulang atau keluhan lain.

KIE

Monitoring
Keluhan

Tanda vital

Hematologi (Hb,Ht, trombosit,WBC) per 24 jam

Prognosis
Ad Vitam : Bonam

Ad Functionam : Bonam

Ad Sanationam : Bonam

10

FOLLOW UP PASIEN

Tgl
19/04
/15

22/04
/15

Subyektif
KU: Gusi berdarah
RPS: Gusi berdarah
setelah sikat gigi. Jumlah
sekedar mewarnai saliva,
selama sekitar 30 menit.
Nyeri perut (+) sekitar
epigastrium dan
umbilikus disertai mual,
muntah (-), nyeri
memberat dengan palpasi
dalam. Sakit kepala
terutama retroorbita (+),
nyeri sendi (+)
menyeluruh tidak
berpindah. Keringat
dingin dan menggigil
(+).Batuk (-), pilek
(-).
Mual (-), perdarahan gusi
(-)

Obyektif
Keadaan Umum: Sedang
Kesadaran: CM
TD: 110/80 mmHg
N: 62x/mnt regular, kuat
angkat
RR: 24x/mnt
T: 35,6C
K/L: an -/-; ikt -/-,
Tho: C: S1S2 tunggal
regular m(-) g (-)
P: Ves +/+ wh -/- rh-/Abd: distensi (-); BU (+),
N; massa (-); Nyeri tekan
dalam di umbilikus.
Ekst: hangat (+/+)/(+/+)
Edema (-/-)/(-/-)

Assessment
Dengue dengan Warning Sign

Keadaan Umum: Sedang


Kesadaran: CM
TD: 130/70 mmHg
N: 64x/mnt regular, kuat
angkat,
RR: 18x/mnt
T: 36,4C
Abd: Nyeri tekan dalam
regio kanan bawah (+)

Dengue dengan Warning Sign

Planning
Infus RL 30 tpm
Paracetamol 3x500
mg
Injeksi Ranitidin
2x1 amp

Infus RL 30 tpm

11

23/04
/15

Keadaan umum: baik


Kesadaran: CM
TD: 135/70
N: 60x/menit
RR: 15 x/menit
T: 36,5C
Abd: Nyeri tekan dalam
regio kanan bawah (+)
Pukul 13.00

Infus RL 30 tpm

BPL

12

PEMBAHASAN
Definisi
Demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome)
merupakan DBD disertai dengan renjatan syok.
Epidemiologi
Indonesia merupakan salah satu negara endemis DBD. Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar 2007, prevalensi kasus DBD tersebar di Indonesia dengan nilai 0,6%.
Prevalensi tertinggi DBD diperoleh pada kelompok umur dewasa muda (25-34 tahun)
dan terendah pada bayi.
Etiologi
Penyebab DD/DBD ialah virus dengue genus Flavivirus dan terdiri dari 4
serotipe, yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Serotipe terbanyak di Indonesia
adalah DEN-3. Ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albocpitus
dengan masa inkubasi 4-10 hari. Vektor tersebut umumnya menggigit pada siang hari.
Patogenesis dan Patofisiologi
Patogenesisnya masih belum diketahui dengan pasti. Terdapat 3 sistem organ
yang berperan penting dalam patogenesisnya, yakni sistem imun, hati dan sel endotel
pembuluh darah. Virus yang diinjeksikan vektor

terlebih dahulu menginfeksi sel

langerhans dan keratinosit pada epidermis dan dermis yang selanjutnya bermigrasi ke
nodus limfe, di mana makrofag dan monosit direkrut sebagai target infeksi selanjutnya.
Selanjutnya, virus tersebar melalui darah (viremia primer), menginfeksi makrofag
jaringan pada organ limpa, hati, sum-sum tulang, sel stromal dan sel endotel pembuluh
darah. Sel-sel yang terinfeksi mengalami nekrosis dan melepas produk toksik yang
mengaktivasi sistem fibrinolitik dan koagulasi. Gangguan fungsi trombosit terjadi melalui
gangguan pelepasan ADP, peningkatan kadar b-tromboglobulin, dan PF4 (trombosit
faktor 4), sedangkan koagulopati terjadi karena interaksi virus dengan endotel yang
13

memicu disfungsi endotel(jalur ekstrinsik) dan aktivasi faktor XIa (jalur interinsik).
Hemopoeisis juga ditekan, bergantung pada luasnya infeksi di sum-sum tulang dan kadar
IL-6, IL-8,IL-10, IL-18 sehingga menurunkan trombogenisitas darah. Masa hidup
trombosit pun memendek akibat pengikatan fragmen C3g. Antibodi IgM terhadap virus
dengue bereaksi silang dengan endoteliosit, plasmin dan trombosit, memperkuat
peningkatan permeabilitas vaskular dan koagulopati.
Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul antara lain:

Demam bifasik yang muncul tiba-tiba


Mual-muntah
Nyeri kepala, nyeri otot dan tulang. Nyeri kepala bisa menyeluruh atau terpusat pada
supraorbita dan retroorbita. Nyeri otot terutama pada tendon dan otot perut apabila

ditekan.
Gangguan pada mata: pembengkakan, injeksi konjungtiva, lakrimasi dan fotofobia.
Tanda bahaya: nyeri perut, muntah persisten, akumulasi cairan terlihat pada
pemeriksaan fisik, perdarahan mukosa, letargi, pembesaran hepar >2 cm,
peningkatan hematokrit disertai penurunan jumlah trombosit.
Perjalanan klinis infeksi dengue dibagi menjadi 3 fase, yakni fase febris, kritis dan

pemulihan (gambar 1).

Diagnosis
Gambar 1. Perjalanan klinis
dengue

14

Berdasarkan pedoman demam berdarah dengue WHO 2009, demam dengue terbagi
menjadi 3 bagian, yakni: dengue tanpa tanda-tanda bahaya, dengue dengan tanda-tanda
bahaya, dan dengue berat (gambar 2).

Gambar 2. Klasifikasi
dengue

Berdasarkan pedoman WHO tahun 2009 tentang dengue langkah-langkah untuk


menegakkan diagnosis DD/DBD adalah:
a. Anamnesis:
Onset demam/gejala
Jumlah intake cairan oral
Warning sign
Diare
Perubahan status mental/ kejang/ pusing
Urin output (frekuensi, volume, dan waktu buang air kecil terakhir)
Riwayat lain yang relevan, misalnya keluarga atau tetangga menderita
dengue, bearada atau beperjalanan ke area endemis dengue, co-existing
condition (misalnya: hamil, obes, diabetes mellitus, hipertensi), ke hutan dan
berenang di air terjun (pertimbangkan leptospirosis, thypus, malaria), seks
bebas dan pengguna obat terlarang (pertimbangkan HIV).
b. Pemeriksaan Fisik Wajib:
15

Status mental
Status hidrasi
Status hemodinamik
Takipneu/asidosis breathing/efusi pleura
Abdominal tenderness/hepatomegali/asites
Rash dan manifestasi perdarahan
Tes rumple leed
c. Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap
Sangat penting untuk melihat jumlah hematokrit, WBC, dan platelet.
Leukopenia umumnya terjadi pada hari ke 2-3. Peningkatan hematokrit dan
penurunan platelet umumnya terjadi pada hari ke 2-7 demam.

Pemeriksaan tambahan dibutuhkan sesuai indikasi, meliputi: tes fungsi hati,


glukosa, elektrolit serum, urea, kreatinin, bikarbonat atau laktat, enzim
jantung, EKG dan pemeriksaan urin.

16

Manajemen
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisikdan penunjang, pasien dibagi ke dalam
3 kategori manajemen:
a. Group A- Tidak MRS
Pasien yang bisa mendapat volume yang adekuat melalui intake oral dan buang
air kecil minimal sekali setiap 6 jam, serta tidak ada warning sign.Pasien dengan
hematokrit stabil dapat pulang dengan diberikan KIE segera ke rumah sakit jika
keluhan memberat atau ada warning sign.

17

b. Group B-MRS
Meliputi pasien dengan warning sign, dengan co-existing condition (hamil, infan
atau lansia, obes, diabetes mellitus, gagal ginjal, penyakit hemolisis kronis) dan
disesuaikan dengan kondisi sosial pasien (di rumah tinggal sendiri atau jauh dari
rumahsakit dengan transport yang tidak memadai). Jika pasien mengalami dengue
dengan warning sign, rencana terapi sebagai berikut:

Dapatkan nilai hematokrit sebelum mulai terapi cairan. Berikan cairan isotonik
seperti NaCl 0,9%, Ringers lactate, atau Hartmanns solution. Mulai dengan 57 ml/kg/jam selama 1-2 jam, kemudian 3-5 ml/kg/jam

selama 2-4 jam ,

kemudian 2-3 ml/kg/jam atau kurang bergantung respon klinis pasien.


Nilai status klinis dan ulangi pemeriksaan hematokrit. Jika hematokrit tetap atau
meningkat sedikit, berikan 2-3 ml/kg/jam selama 2-4 jam. Jika tanda vital
memburuk dan hematokrit meningkat tajam, tingkatkan menjadi 5-10 ml/kg/jam
selama 1-2 jam. Nilai status klinik dan ulangi pemeriksaan hematokrit, laju infus

berdasarkan keduanya.
Prinsipnya berikan cairan intravena untuk mempertahankan perfusi yang baik
dan urin output 0,5 ml/kg/jam. Parameter yang harus dimonitor meliputi tanda
vital, perfusi perifer (setiap 1-4 jam hingga keluar dari critical phase), urin
output setiap 4-6 jam, hematokrit (sebelum dan setelah terapi penggantian
cairan, kemudian setiap 6-12 jam), glukosa darah, dan fungsi organ lainnya
(profil ginjal, hati, dan koagulasi sesuai indikasi).

Jika pasien dengue tanpa warning sign, rencana terapinya sebagai berikut:
Anjurkan cairan oral. Jika tidak toleran, mulai infus NaCl 0,9% atau RL dengan
atau tanpa dekstrose dengan laju maintenance. Untuk pasien obes dan
overweight gunakan berat ideal.

18

Harus dimonitor tempratur, volume cairan masuk dan urin output (volume dan
frekuensi), warning sign, hematokrit, WBC dan platelet. Pemeriksaanlain
(fungsi hati dan ginjal) sesuai indikasi.

c. Group C- Severe dengue


Tujuan yang ingin dicapai dari resusitasi cairannya adalah meningkatkan
sirkulasi sentral dan perifer (kurangi takikardi, tingkatkan tekanan darah, volume
pulsasi, ekstremitas hangat dan tidak pucat, dan CRT <2 detik) dan
meningkatkan perfusi organ target (kesadaran stabil, urin output 0,5 ml/kg/jam,
memperbaiki atau mencegah asidosis metabolik).
19

Pada renjatan shock, perhatikan apakah shock terkompensasi atau tidak.

20

ParameterTTV, CRT, hematokrit, Urin


output

>50
%

Anak dan
wanita
dewasa:
<40%,Pria
<45%
(kemungkina

Gambar 3. Algoritma compensated shock

21

TTVdan cek perfusi perifer setiap 30 menit hingga


bebas shock, selanjutnya tiap 1-2 jam

Gambar 4. Algoritma decompensated shock

22

Komplikasi
1. Haemorrhagic complication
Pasien yang berisiko mengalami perdarahan mayor (terutama perdarahan GIT
dan vagina) adalah pasien yang:
Shock prolonged/refrakter
Shock hypotensive dan gagal ginjal atau hati dan/atau asidosis metabolik

berat dan persisten


Diberikan kortikosteroid
Memiliki ulkus peptikum sebelumnya
Dalam terapi antikoagulan
Memiliki trauma, misalnya injeksi intramuskular.

Transfusi harus diberikan segera ketika dicurigai atau dikenali adanya perdarahan
berat. Perdarahan berat dikenali melalui:

Status hemodinamik dan hematokrit


Penurunan hematokrit disertai hemodinamik tidak stabil setelah resusitasi

cairan
Shock refrakter yang gagal respon terhadap terapi cairan 40-60 kg/kg
Hypotensive shock dengan hematokrit normal atau rendah sebelum resusitasi

cairan
Asidosis metabolik persisten atau memburuk, terutama jika disertai distensi/
abdominal tenderness berat.

Tatalaksana komplikasi haemoragik berikan 5-10ml/kg PRC atau 10-20 ml/kg


whole blood. Cek respon hemodinamik dan keseimbangan asam-basa.
2. Overload cairan
Overload cairan dengan efusi pleura luas dan asites umumnya menyebabkan
distres dan gagal nafas akut pada severe dengue. Penyebab lain distres dan gagal
nafas yang munkin adalah edema paru akut, metabolik asidosis berat dan ARDS.

Tatalaksana overload cairan:


Oksigen segera
23

Stop terapi cairan atau kurangi ke laju minimal


Bergantung fase klinis dengue dan status hemodinamik; jika hemodinamik stabil
dan diluar fase kritis (>24-48 jam) stop cairan IV ataukontinyu dengan monitor
ketat. Jika dibutuhkan berikan furosemide oral/IV 0,1-0,5 mg/kg/dose, 1-2
kali/hari atau infus kontinyu 0,1 mg/kg/jam. Monitor serum kalium.
Jika hemodinamik stabil tapi masih dalam fase kritis, kurangi cairan. Hindari
diuretik.
Jika pasien tetap shock dengan hematokrit rendah atau normal tapi ada tanda
overload cairan mungkin mengalami occult haemorrhage. Berikan whole blood.
Jika tetap shock dengan peningkatan hematokrit, ulangi bolus kecil koloid.
3.

Komplikasi lain
Hiperglikemia dan hipoglikemia bisa muncul walaupun tanpa riwayat diabetes
mellitus dan/agen hipoglikemi. Ketidak seimbangan elektrolit dan asam basa yang
kemungkinan berhubungan dengan kehilangan melalui muntah dan diare atau
penggunaan larutan hipotonis untuk resusitas dan koreksi dehidrasi. Hiponatremi,
hipokalemi, hiperkalemi, ketidak seimbangan kalsium dan asidosis metabolik dapat
terjadi. Waspada juga infeksi nosokomial.

Kriteria Boleh Pulang dan KIE

24

25

Berdasarkan anamnesis pada pasien yang saya laporkan terdapat gejala nyeri pinggang
bilateral yang kontinyu dan tidak dipengaruhi perubahan posisi. Disertai nyeri kepala
terutama retroorbita dan nyeri seluruh persendian. Merasakan demam pada hari jumat 17
April 2015, namun Sabtu demam dirasakan turun. Nyeri perut di sekitar epigastrium dan
umbilikus disertai mual, muntah (-). Malam minggu setelah sikat gigi gusi pasien
berdarah dengan jumlah sekedar mewarnai liur,selama sekitar 30 menit.

Dari hasil

pemeriksaan fisik didapatkan KU sedang compos mentis. Tekanan darah 130/70 mmHg,
nadi radialis 64x/menit, pernapasan 18x/menit, suhu aksila 36,4 C. Pemeriksaan
abdomen didapatkan nyeri tekan dalam pada regio kanan bawah. Pasien menolak

dilakukan tes Rummple leed.


Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan :
1. Leukopenia yakni dengan jumlah sel darah putih 2.820 sel/mm3 pada hari ke 2
demam.
2. Trombositopenia yang mulai pada hari ke 2 demam yakni 8.000, 8000, 7000, 20.000,
dan 30.000 pada hari ke 6 demam.
3. Pada pasien ini hematokrit pada hari ke 2 demam 50%,terus menurun hingga pada
hari ke 6 demam sebesar 37%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien yang saya laporkan terkena infeksi virus
dengue, MRS pada awal fase kritis disertai dengan warning sign.

Pada pasien Dengue dengan Warning Sign yang dirawat inap di rumah sakit terapi yang
diberikan adalah berdasarkan guideline WHO 2009 terapi cairan. Cairan yang digunakan
adalah cairan isotonik yaitu NaCl 0.9% atau Ringer Laktat . Pada pasien ini jumlah cairan
yang diberikan adalah 90 cc/jam atau 2160 cc per hari. Jumlah tetesan yang didapat
adalah 30 tetes per menit sehingga tetesan yang diberikan pada pasien ini adalah kurang

lebih 30 tetes per menit.


Pada pasien ini diperbolehkan pulang pada hari ke 6 perawatan karena secara keseluruhan
kondisi pasien membaik. Nafsu makan pasien membaik, keluhan nyeri pinggang, nyeri
kepala (retroorbita), dan nyeri perut sudah berkurang. Pasien juga sudah bebas demam
selama 48 jam tanpa antipiretik. Jumlah trombosit pasien juga sudah kecenderungan
meningkat.
Daftar Pustaka
26

Tanto, et al, 2014. Kapita selekta kedokteran: essentials of medicine. Jakarta: Media
aesculapsius.
World Health Organization, 2009. Dengue, Guidleines for Diagnosis, Treatment, Prevention, and
Control [online]. Available from: http://www.who.int/tdr/publications/documents/denguediagnosis.pdf [Diakses 23 April 2015]

DENGUE

GUIDELINES FOR DIAGNOSIS,

27

Anda mungkin juga menyukai