OLEH :
Siti Ulfatun Najiyyah
H1A 011 064
SUPERVISOR:
dr. Palgunadi, Sp.PD
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS
Nama
: Ny. W
Usia
: 50 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Lingsar
Suku
: Sasak
Agama
: Islam
Status
: Menikah
Pekerjaan
: Pedagang buah
No. RM
: 55-88-84
MRS
: 18-04-2015
SUBYEKTIF
Tidak ada keluarga pasien atau tetangga yang mengalami keluhan serupa
seperti pasien.
Riwayat tekanan darah tinggi atau penyakit jantung, asma atau penyakit paru,
penyakit ginjal, diabetes melitus, penyakit tulang/sendi, mudah ruam atau
perdarahan yang lama setelah luka serta keganasan dalam keluarga disangkal.
Pasien merupakan seorang Pedagang buah. Setiap hari bangun pukul 03.00
untuk bersiap ke pasar. Selepas dari pasar langsung ke kebun mendulang buah.
Riwayat merokok, kebiasaan minum alkohol, atau jamu-jamuan disangkal.
Riwayat Pengobatan :
Ketika demam pasien dan ada keluhan nyeri pinggang dan kepala pasien
membeli obat di warung bermerk bodrex.
Riwayat Alergi:
III.
OBYEKTIF
Status Generalis
Keadaan Umum
: sedang
Kesadaran
: compos mentis
GCS
: E4V5M6
Status Gizi
Berat Badan
: 65 kg
Tinggi Badan
:155 cm
BMI
:27,08 (obes)
Vital Sign
Tekanan Darah
Nadi
Frekuensi Nafas
Suhu aksiler
:36,4C
Rumple Leed
Status Lokalis
Kepala:
Ekspresi wajah
: normal
: normal
Rambut
: rontok (-)
Edema
: (-)
Malar rash
: (-)
Parese N. VII
: (-)
: (-)
Massa
: (-)
Mata:
Simetris
Alis : normal
Exopthalmus (-/-)
Ptosis (-/-)
Kornea : normal
Penghidu normal
Mulut:
Simetris
Bibir : sianosis (-), stomatitis angularis (-), pursed lips breathing (-)
Lidah: glositis (-), atropi papil lidah (-), lidah berselaput (-), kemerahan di
pinggir (-), tremor (-), lidah kotor (-)
Mukosa : Normal
Leher:
Simetris
Permukaan dada: ikterik (-), papula (-), petechiae (-), purpura (-), ekimosis
(-), spider naevi (-), vena kolateral (-), massa (-)
2. Palpasi:
Fremitus vocal:
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Ictus cordis teraba pada ICS V linea mid clavicula sinistra, thrill (-).
3. Perkusi:
Densitas
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Batas paru-hepar:
o Inspirasi
: ICS VI
o Ekspirasi
: ICS IV
Ekskursi 2 ICS
4. Auskultasi:
Cor
Pulmo :
Vesikuler
Rhonki basah :
Wheezing
-
Abdomen:
1. Inspeksi:
Distensi (-)
Permukaan kulit: ikterik (-), vena collateral (-), massa (-), caput medusae
(-), spider naevi (-), scar (-), striae (-), ruam (-)
2. Auskultasi:
3. Perkusi:
Orientasi
: Normal
4. Palpasi:
- + -
Ekstremitas:
Akral hangat
+
+
+
+
Sianosis
Edema
Clubbing finger
Deformitas
Ikterik
IV.
RESUME
Pasien Ny.W usia 50 tahun datang ke UGD RSUP NTB mengeluhkan pinggang
seperti mau pecah. Pasien mengeluhkan nyeri pinggang sejak hari jumat, 17 April
2015. Nyeri pinggang dextra dan sinistra, terlokalisir, tidak menjalar, tidak
dipengaruhi perubahan posisi dan kontinyu. Pada hari jumat pasien demam,
menggigil, keringat dingin, pusing, nyeri perut sekitar umbilikus dan epigastrium,
mual, nyeri seluruh persendian, nyeri retroorbita. Mulai hari sabtu demam
dirasakan menurun setelah minum obat penurun panas. Hari minggu sekitar jam
22.00 WITA gusi berdarah setelah sikat gigi, berlangsung sekitar 30 menit.
Mimisan dan perdarahan di tempat lain disangkal.
Pemeriksaan fisik yang didapatkan KU sedang compos mentis. Tekanan darah
130/70 mmHg, nadi radialis 64x/menit, pernapasan 18x/menit, suhu aksila 36,4 C.
Nyeri tekan ringan pada abdomen regio kanan bawah.
V.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Lengkap
Paramete
r
HGB
RBC
HCT
MCV
MCH
MCHC
WBC
PLT
Hasil
Ruangan
Ruangan
Ruangan
Ruangan
(19/04/15)
17,5
5,97
48,6
81,4
29,3
36
3,21
8
(21/04/15)
13,6
4,61
38,1
82,6
29,5
35,7
5,56
20
(22/04/15)
13,1
4,52
37
81,9
29
36,4
4,46
30
UGD
(18/04/15)
17,8
6,21
50
80,5
28,7
35,6
2,82
8
(20/04/15)
16,3
5,68
46,4
81,7
28,7
35,1
7,49
7
Nilai Rujukan
Pemeriksaan Lain
Parameter
GDS
Kreatinin
Ureum
SGOT
SGPT
HbsAg
Hasil
UGD (18/04/2015)
145
1,2
41
199
197
(NR)
VI.
ASESSMENT
Diagnosis : infeksi Dengue dengan Warning Sign
VII.
PLANNING
Terapi:
Medikamentosa:
Infus RL 30 tpm
Paracetamol 3x500 mg (k/p)
Ranitidin 2x1 amp
Non-medikamentosa:
Bed rest
KIE
Monitoring
Keluhan
Tanda vital
Prognosis
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Bonam
Ad Sanationam : Bonam
10
FOLLOW UP PASIEN
Tgl
19/04
/15
22/04
/15
Subyektif
KU: Gusi berdarah
RPS: Gusi berdarah
setelah sikat gigi. Jumlah
sekedar mewarnai saliva,
selama sekitar 30 menit.
Nyeri perut (+) sekitar
epigastrium dan
umbilikus disertai mual,
muntah (-), nyeri
memberat dengan palpasi
dalam. Sakit kepala
terutama retroorbita (+),
nyeri sendi (+)
menyeluruh tidak
berpindah. Keringat
dingin dan menggigil
(+).Batuk (-), pilek
(-).
Mual (-), perdarahan gusi
(-)
Obyektif
Keadaan Umum: Sedang
Kesadaran: CM
TD: 110/80 mmHg
N: 62x/mnt regular, kuat
angkat
RR: 24x/mnt
T: 35,6C
K/L: an -/-; ikt -/-,
Tho: C: S1S2 tunggal
regular m(-) g (-)
P: Ves +/+ wh -/- rh-/Abd: distensi (-); BU (+),
N; massa (-); Nyeri tekan
dalam di umbilikus.
Ekst: hangat (+/+)/(+/+)
Edema (-/-)/(-/-)
Assessment
Dengue dengan Warning Sign
Planning
Infus RL 30 tpm
Paracetamol 3x500
mg
Injeksi Ranitidin
2x1 amp
Infus RL 30 tpm
11
23/04
/15
Infus RL 30 tpm
BPL
12
PEMBAHASAN
Definisi
Demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome)
merupakan DBD disertai dengan renjatan syok.
Epidemiologi
Indonesia merupakan salah satu negara endemis DBD. Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar 2007, prevalensi kasus DBD tersebar di Indonesia dengan nilai 0,6%.
Prevalensi tertinggi DBD diperoleh pada kelompok umur dewasa muda (25-34 tahun)
dan terendah pada bayi.
Etiologi
Penyebab DD/DBD ialah virus dengue genus Flavivirus dan terdiri dari 4
serotipe, yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Serotipe terbanyak di Indonesia
adalah DEN-3. Ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albocpitus
dengan masa inkubasi 4-10 hari. Vektor tersebut umumnya menggigit pada siang hari.
Patogenesis dan Patofisiologi
Patogenesisnya masih belum diketahui dengan pasti. Terdapat 3 sistem organ
yang berperan penting dalam patogenesisnya, yakni sistem imun, hati dan sel endotel
pembuluh darah. Virus yang diinjeksikan vektor
langerhans dan keratinosit pada epidermis dan dermis yang selanjutnya bermigrasi ke
nodus limfe, di mana makrofag dan monosit direkrut sebagai target infeksi selanjutnya.
Selanjutnya, virus tersebar melalui darah (viremia primer), menginfeksi makrofag
jaringan pada organ limpa, hati, sum-sum tulang, sel stromal dan sel endotel pembuluh
darah. Sel-sel yang terinfeksi mengalami nekrosis dan melepas produk toksik yang
mengaktivasi sistem fibrinolitik dan koagulasi. Gangguan fungsi trombosit terjadi melalui
gangguan pelepasan ADP, peningkatan kadar b-tromboglobulin, dan PF4 (trombosit
faktor 4), sedangkan koagulopati terjadi karena interaksi virus dengan endotel yang
13
memicu disfungsi endotel(jalur ekstrinsik) dan aktivasi faktor XIa (jalur interinsik).
Hemopoeisis juga ditekan, bergantung pada luasnya infeksi di sum-sum tulang dan kadar
IL-6, IL-8,IL-10, IL-18 sehingga menurunkan trombogenisitas darah. Masa hidup
trombosit pun memendek akibat pengikatan fragmen C3g. Antibodi IgM terhadap virus
dengue bereaksi silang dengan endoteliosit, plasmin dan trombosit, memperkuat
peningkatan permeabilitas vaskular dan koagulopati.
Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul antara lain:
ditekan.
Gangguan pada mata: pembengkakan, injeksi konjungtiva, lakrimasi dan fotofobia.
Tanda bahaya: nyeri perut, muntah persisten, akumulasi cairan terlihat pada
pemeriksaan fisik, perdarahan mukosa, letargi, pembesaran hepar >2 cm,
peningkatan hematokrit disertai penurunan jumlah trombosit.
Perjalanan klinis infeksi dengue dibagi menjadi 3 fase, yakni fase febris, kritis dan
Diagnosis
Gambar 1. Perjalanan klinis
dengue
14
Berdasarkan pedoman demam berdarah dengue WHO 2009, demam dengue terbagi
menjadi 3 bagian, yakni: dengue tanpa tanda-tanda bahaya, dengue dengan tanda-tanda
bahaya, dan dengue berat (gambar 2).
Gambar 2. Klasifikasi
dengue
Status mental
Status hidrasi
Status hemodinamik
Takipneu/asidosis breathing/efusi pleura
Abdominal tenderness/hepatomegali/asites
Rash dan manifestasi perdarahan
Tes rumple leed
c. Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap
Sangat penting untuk melihat jumlah hematokrit, WBC, dan platelet.
Leukopenia umumnya terjadi pada hari ke 2-3. Peningkatan hematokrit dan
penurunan platelet umumnya terjadi pada hari ke 2-7 demam.
16
Manajemen
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisikdan penunjang, pasien dibagi ke dalam
3 kategori manajemen:
a. Group A- Tidak MRS
Pasien yang bisa mendapat volume yang adekuat melalui intake oral dan buang
air kecil minimal sekali setiap 6 jam, serta tidak ada warning sign.Pasien dengan
hematokrit stabil dapat pulang dengan diberikan KIE segera ke rumah sakit jika
keluhan memberat atau ada warning sign.
17
b. Group B-MRS
Meliputi pasien dengan warning sign, dengan co-existing condition (hamil, infan
atau lansia, obes, diabetes mellitus, gagal ginjal, penyakit hemolisis kronis) dan
disesuaikan dengan kondisi sosial pasien (di rumah tinggal sendiri atau jauh dari
rumahsakit dengan transport yang tidak memadai). Jika pasien mengalami dengue
dengan warning sign, rencana terapi sebagai berikut:
Dapatkan nilai hematokrit sebelum mulai terapi cairan. Berikan cairan isotonik
seperti NaCl 0,9%, Ringers lactate, atau Hartmanns solution. Mulai dengan 57 ml/kg/jam selama 1-2 jam, kemudian 3-5 ml/kg/jam
berdasarkan keduanya.
Prinsipnya berikan cairan intravena untuk mempertahankan perfusi yang baik
dan urin output 0,5 ml/kg/jam. Parameter yang harus dimonitor meliputi tanda
vital, perfusi perifer (setiap 1-4 jam hingga keluar dari critical phase), urin
output setiap 4-6 jam, hematokrit (sebelum dan setelah terapi penggantian
cairan, kemudian setiap 6-12 jam), glukosa darah, dan fungsi organ lainnya
(profil ginjal, hati, dan koagulasi sesuai indikasi).
Jika pasien dengue tanpa warning sign, rencana terapinya sebagai berikut:
Anjurkan cairan oral. Jika tidak toleran, mulai infus NaCl 0,9% atau RL dengan
atau tanpa dekstrose dengan laju maintenance. Untuk pasien obes dan
overweight gunakan berat ideal.
18
Harus dimonitor tempratur, volume cairan masuk dan urin output (volume dan
frekuensi), warning sign, hematokrit, WBC dan platelet. Pemeriksaanlain
(fungsi hati dan ginjal) sesuai indikasi.
20
>50
%
Anak dan
wanita
dewasa:
<40%,Pria
<45%
(kemungkina
21
22
Komplikasi
1. Haemorrhagic complication
Pasien yang berisiko mengalami perdarahan mayor (terutama perdarahan GIT
dan vagina) adalah pasien yang:
Shock prolonged/refrakter
Shock hypotensive dan gagal ginjal atau hati dan/atau asidosis metabolik
Transfusi harus diberikan segera ketika dicurigai atau dikenali adanya perdarahan
berat. Perdarahan berat dikenali melalui:
cairan
Shock refrakter yang gagal respon terhadap terapi cairan 40-60 kg/kg
Hypotensive shock dengan hematokrit normal atau rendah sebelum resusitasi
cairan
Asidosis metabolik persisten atau memburuk, terutama jika disertai distensi/
abdominal tenderness berat.
Komplikasi lain
Hiperglikemia dan hipoglikemia bisa muncul walaupun tanpa riwayat diabetes
mellitus dan/agen hipoglikemi. Ketidak seimbangan elektrolit dan asam basa yang
kemungkinan berhubungan dengan kehilangan melalui muntah dan diare atau
penggunaan larutan hipotonis untuk resusitas dan koreksi dehidrasi. Hiponatremi,
hipokalemi, hiperkalemi, ketidak seimbangan kalsium dan asidosis metabolik dapat
terjadi. Waspada juga infeksi nosokomial.
24
25
Berdasarkan anamnesis pada pasien yang saya laporkan terdapat gejala nyeri pinggang
bilateral yang kontinyu dan tidak dipengaruhi perubahan posisi. Disertai nyeri kepala
terutama retroorbita dan nyeri seluruh persendian. Merasakan demam pada hari jumat 17
April 2015, namun Sabtu demam dirasakan turun. Nyeri perut di sekitar epigastrium dan
umbilikus disertai mual, muntah (-). Malam minggu setelah sikat gigi gusi pasien
berdarah dengan jumlah sekedar mewarnai liur,selama sekitar 30 menit.
Dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan KU sedang compos mentis. Tekanan darah 130/70 mmHg,
nadi radialis 64x/menit, pernapasan 18x/menit, suhu aksila 36,4 C. Pemeriksaan
abdomen didapatkan nyeri tekan dalam pada regio kanan bawah. Pasien menolak
Pada pasien Dengue dengan Warning Sign yang dirawat inap di rumah sakit terapi yang
diberikan adalah berdasarkan guideline WHO 2009 terapi cairan. Cairan yang digunakan
adalah cairan isotonik yaitu NaCl 0.9% atau Ringer Laktat . Pada pasien ini jumlah cairan
yang diberikan adalah 90 cc/jam atau 2160 cc per hari. Jumlah tetesan yang didapat
adalah 30 tetes per menit sehingga tetesan yang diberikan pada pasien ini adalah kurang
Tanto, et al, 2014. Kapita selekta kedokteran: essentials of medicine. Jakarta: Media
aesculapsius.
World Health Organization, 2009. Dengue, Guidleines for Diagnosis, Treatment, Prevention, and
Control [online]. Available from: http://www.who.int/tdr/publications/documents/denguediagnosis.pdf [Diakses 23 April 2015]
DENGUE
27