Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Masalah pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks, karena terkait
dengan masalah kuantitas, masalah kualitas, masalah relevansi dan masalah efektivitas.
Masalah kuantitas timbulsebagai akibat hubungan antara pertumbuhan sistem pendidikan
dan pertumbuhan penduduk.Masalah kualitas adalah masalah bagaimana meningkatkan
kemampuan sumber daya manusia. Masalah kualitas pendidikan merupakan masalah
yang cukup serius di dalam rangka kelangsungan hidup brbangsa dan bernegara, dakam
konteks hubungan bangsa dengan beradapan dunia. Penanganan masalah aspek kualitas
berhubungan erat dengan penanganan aspek kuantitas, oleh karenannya perlu ada
keseimbangan antara keduanya.Masalah relevansi timbul dari hubungan antara sistem
pendidikan dan pembangunan nasional, dan harapan masyarakat tentang peningkatan
output pendidikan. Masalah efektivitas merupakan masalah kemampuan pelaksanaan
pendidikan. Sedangkan masalah efisiensi pada hakekatnya juga merupakan masalah
pengelolaan

pendidikan. Sehubungan dengan aspek permasalahan aspek di atas

pemerintah telah banyak melakukan serangkaian kegiatan secara terus menerus melalui
tahapan pembangunan di bidang pendidikan. Kesemunya diarahkan pada pencapaian
peningkatan mutu pendidikan atau menyangkut aspek kualitas pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas, maka pembangunan pendidikan sekarang harus
mengalami perubahan. Misalnya penyampaian pelajaran tidaklah cukup dengan
mengutarakan secara tulisan saja. Ini berarti bahwa sistem intruksional menghendaki para
pengajar berusaha menjadikan keterlibatan mental maupun fisik siswa dalam proses
pengajaran. Sehingga pengajaran yang efektif dan berhasil guna dapat tercapai untuk
menunjang pencapaian tujuan. Hal ini menuntut pihak pengajar sedapat mungkin mencari
pola organisasi pengajaran yang tepat sebagai alternatif yang sesuai dengan karakteristik
materi yang diajarkan. Salah satu acuannya adalah analisis materi atau strukturisasi
konsep.Untuk mewujudkan harapan tersebut di atas, perlu dilakukan pembaharuan
pendidikan yang dituangkan dalam berbagai program pembaharuan pendidikan. Misalnya
perubahan kurikulum, pemberdayaan guru-guru bidang studi melalui penataran,
1

pengadaan buku-buku paket serta pemilihan metode dan pendekatan pengajaran yang
tepat.
1.2

Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Pendekatan Keterampilan Proses ?
2. Bagaimana Hakekat Pendekatan Keterampilan Proses?
3. Bagaimanakah bentuk- bentuk penerapan pendekatan keterampilan proses?
4. Bagaimanakah langkah- langkah dalam pelaksanaan pendekatan keterampilan proses?

1.3

Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apakah pengertian pendekatan keterampilan proses berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa.
2. Untuk mengetahui bagaimana

penerapan

pendekatan

keterampilan

proses

dalammeningkatkan prestasi belajar


3. Untuk mengetahui bentuk- bentuk penerapan pendekatan keterampilan proses
4. Untuk mengetahui langkah- langkah penerapan pendekatan keterampilan proses

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Pengertian Pendekatan Ketrampilan Proses


Keterampilan proses merupakan kemampuan siswa untuk mengelola (memperoleh)
yang didapat dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang memberikan kesempatan
seluas-luasnya pada siswa untuk mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan,
menerapkan, merencanakan penelitian, mengkomunikasikan hasil perolehan tersebut
(Azhar, 1993: 7)

Sedangkan menurut Conny (1990 : 23) pendekatan keterampilan proses adalah


pengembangan sistem belajar yang mengefektifkan siswa (CBSA) dengan cara
mengembangkan keterampilan memproses perolehan pengetahuan sehingga peserta didik
akan menemukan, mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap
dan nilai yang dituntut dalam tujuan pembelajaran khusus.
Berdasarkan uraiaan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan
keterampilan proses adalah pendekatan belajar mengajar yang mengarah pada
pengembangan kemampuan dasar berupa mental fisik, dan sosial untuk menemukan fakta
dan konsep maupun pengembangan sikap dan nilai melalui proses belajar mengajar yang
telah mengaktifkan siswa (CBSA) sehingga mampu menumbuhkan sejumlah keterampilan
tertentu pada diri peserta didik.
Pendekatan

keterampilan

proses

adalah

pendekatan

pembelajaran

yang

menakankan pada proses belajar mengajar yang menuntut aktivitas peserta didik dalam
memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap serta dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari (Mulyasa, 2005 : 99). Pendekatan keterampilan proses terjadi
apabila siswa dapat menerapkan dan mengalami apa yang sedang terjadi atau yang
dialaminya atau pengalaman sesungguhnya.
Berdasarkan pengertian di atas maka yang dimaksud dengan pendekatan
keterampilan proses dalam penegasan istilah ini adalah suatu pendekatan pembelajaran
yang semata-mata menekankan pada siswa dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan
yang diterapkan oleh guru dalam proses belajar mengajar IPA agar kreatifitas yang
adadalam

diri

siswa

dapat

dikembangkan

seperti

keterampilan

mengamati,

mengkomunikasikan dan menyimpulkan apa yang dilakukannya serta dapat menerapkan


dalam kehidupan sehari-hari.
Dimiyati (2002: 138) mengatakan bahwa pendekatan keterampilan proses
dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa adalah :

Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada pengertian yang tepat tentang


hakekat ilmu pengetahuan siswa dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan
dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan.

Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa


bekerja dengan ilmu pengetahuan tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan

cerita tentang ilmu pengetahuan.


Menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan membuat
siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.
Dari pembahasan tentang pengertian keterampilan proses (PKP) dapat diartikan

bahwa pendekatan keterampilan proses dalam penerapannya secara langsung memberikan


kesempatan siswa untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuan karena penerapan
pendekatan keterampilan proses menekankan dalam memperoleh ilmu pengetahuan siswa
hendaknya menanamkan sikap dan nilai sebagai seorang ilmuan.
2.2

Hakikat Pendekatan Keterampilan Proses


Mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian peristiwa yang dirancang oleh
guru dalam memberikan dorongan kepada siswa belajar. Belajar bersifat individual dan
sebagai pendorong setiap siswa memperoleh pengaruh dari luar dalam proses belajar
dengan kadar yang berbeda-beda, sesuai dengan kemampuan masing-masing. Oleh karena
itu hasil belajarpun berbeda-beda. Meskipun pengaruh pengajaran yang diterima bersifat
individual tetapi guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan
secara kelompok (klasikal), namun guru tetap dituntut bagaimana siswa dapat belajar
secara optimal sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing siswa.
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, maka dalam pendidikan sudah
saatnya meninggalkan cara belajar yang tradisional. Begitu pula cara mengajar yang
konvensional. Proses belajar DDCH (Duduk, Dengar, Catat, dan Hafal) dinilai tidak efektif
dan efisien untuk membina siswa menjadi manusia kreatif kelak.Belajar yang optimal
dapat dicapai bila siswa aktif dibawah bimbingan guru yang aktif pula. Cara dalam
mengaktifkan siswa belajar salah satunya adalah konsep CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif
Student Active Learning).Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) pada hakekatnya merupakan
suatu konsep dalam mengembangkan keaktifan proses belajar mengajar baik dilakukan
oleh guru maupun siswa .
Jadi dalam CBSA tampak jelas adanya guru aktif mengajar disatu pihak, dan siswa
aktif belajar di lain pihak. Konsep ini bersumber dari teori kurikulum yang berpusat pada
anak (Child Centered Curriculum). Penerapannya berlandaskan kepada teori belajar yang
4

menekankan pentingnya belajar melalui proses mengalami untuk memperoleh pemahaman


atau insight (teori gestalt). (Muhamad Ali, 1983 :68).Dengan perkataan lain, keaktifan
dalam CBSA mengarah keaktifan mental, meskipun untuk mencapai ini dalam banyak hal
dipersyaratkan keterlibatan langsung dalam berbagai hal atau bentuk keaktifan fisik. (Raka
Joni, 1980 : 20).Salah satu pendekatan pengajaran yang mempunyai kadar CBSA tinggi
dalam pengajaran IPA adalah pendekatan keterampilan proses, pendekatan ini merupakan
penyempurnaan dari pendekatan faktual dan pendekatan konsep. Pendekatan keterampilan
proses merupakan pendekatan belajar mengajar yang mengarah kepada pengembangan
kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang
lebih tinggi dalam diri individu siswa. Pendekatan keterampilan proses sebagai pendekatan
yang menekankan pada pertumbuhan dan pengembangan sejumlah keterampilan tertentu
pada diri peserta didik agar mereka mampu memproses informasi sehingga ditemukan halhal yang baru yang bermanfaat baik berupa fakta, konsep, maupun pengembangan sikap
dan nilai. (Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, 2000 : 77-78).
Sejalan dengan asumsi di atas, maka belajar-mengajar dipandang sebagai suatu
proses yang harus dialami oleh setiap peserta didik atau siswa. Belajar mengajar tidak
hanya menekankan
kepada apa yang dipelajari, tetapi juga menekankan bagaimana ia harus belajar.
Para guru dapat menumbuhkan dan mengembangkan potensi, kemampuan dan
keterampilan-keterampilan peserta didik sesuai dengan taraf perkembangan pemikirannya.
Pendekatan Proses (pendekatan keterampilan proses) ini senada dengan pendekatan
inkuari, karena memiliki ciri-ciri yang sama, yaitu : a) mendambakan aktivitas siswa untuk
memperoleh informasi dari berbagai sumber (misalnya dari observasi, eksperimen dan
sebagainya); b) guru tidak dominan melainkan selaku organisator dan fasilitator.
Pendekatan ini disebut pendekatan proses karena memiliki ciri-ciri khusus yang
berkenaan dengan proses pengolahan informasi yaitu 1) ilmu pengetahuan tidak dipandang
sebagai produk semata, tetapi dan terutama seagai proses; 2) anak didik dilatih untuk
terampil dalam memperoleh dan memproses informasi dalam pikirannya sesuai dengan
langkah-langkah metode ilmiah. Misalnya terampil dalam observasi termasuk pengukuran
(panjang,

lebar,

waktu,

ruang,

berat)

keterampilan

mengklasifikasi

termasuk

membedakannya berdasarkan berbagai aspek (bentuk, warna, berat dan sebagainya). Siswa

juga dilatih untuk membuat hipotesis dan mengujinya melalui eksperimen. (Hendro
Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis, 1992:38).
Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproseskan perolehan,
anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri

fakta dan konsep serta

menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dengan demikian,
keterampilan-keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan
sikap dan nilai. Seluruh irama gerak atau tindakan dalam proses belajar mengajar seperti
ini akan menciptakan kondisi cara belajar siswa aktif. Inilah sebenarnya yang dimaksud
dengan pendekatan proses. (Conny Semiawan dkk, 1985 :18). Berdasarkan uraian di atas
dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan pendekatan keterampilan proses
adalah kegiatan belajar mengajar dengan penekanan pengembangan keterampilan peserta
didik dalam memproses informasi sehingga ditemukan hal-hal yang baru dan bermanfaat
baik berupa fakta, konsep, sikap dan nilai.
Sehubungan dengan kerangka berpikir dalam pendekatan keterampilan proses
bahwa pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA adalah suatu pendekatan
dalam pembelajaran IPA (Fisika, biologi) itu terbentuk dan berkembang melalui suatu
proses ilmiah yang juga harus dikembangkan oleh peserta didik sebagai pengalaman yang
bermakna yang menjadi bekal perkembangan diri selanjutnya. Tujuan belajar dari
pendekatan keterampilan proses adalah memperoleh pengetahuan suatu cara untuk melatih
kemampuan-kemampuan intelektualnya dan merangsanag keingintahuan serta dapat
memotivasi kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan yang baru diperolehnya.
(Lambang Subagiyo, 2002:1).Conny Semiawan dkk, merinci alasan yang melandasi
perlunya diterapkan pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar
sehari-hari :
1.

Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak


mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada
siswa.Untuk mengatasi hal tersebut, siswa diberi bekal keterampilan proses
yang dapat mereka gunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan tanpa

2.

tergantung dari guru.


Para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah
memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan
contoh-contoh konkrit, contoh-contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan

kondisi yang dihadapi, dengan mempraktekkan sendiri upaya penemuan


konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik, melalui penanganan
benda-benda yang benar-benar nyata. Tugas guru bukanlah memberikan
pengetahuan, melainkan menyiapkan situasi menggiring anak untuk
bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan
3.

konsep sendiri.
Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus persen,
penemuannya bersifat relatif. Suatu teori mungkin terbantah dan ditolak
setelah orang mendapatkan data baru yang mampu membuktikan kekeliruan
teori yang dianut. Muncul lagi, teori baru yang prinsipnya mengandung
kebenaran yang relatif. Jika kita hendak menanamkan sikap ilmiah pada diri
anak, maka anak perlu dilatih untuk selalu bertanya, berpikir kritis, dan
mengusahakan

kemungkinan-kemungkinan

jawaban

terhadap

suatu

masalah. Dengan perkataan lain anak perlu dibina berpikir dan bertindak
4.

kreatif.
Dalam proses belajar mengajar seyogyanya pengembangan konsep tidak
dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak anak didik.
Konsep disatu pihak serta sikap dan nilai di lain pihak harus disatu kaitkan.
(Conny Semiawan dkk, 1985 : 15-16) Pengembangan pendekatan
keterampilan proses merupakan salah satu upaya yang penting untuk
memperoleh keberhasilan belajar yang optimal. Materi pelajaran akan lebih
mudah dikuasai dan dihayati oleh siswa bila siswa sendiri mengalami
peristiwa belajar tersebut. Selain itu, tujuan pendekatan proses ini adalah :
a. Memberikan motivasi belajar kepada siswa karena dalam
keterampilan proses ini siswa dipacu untuk senantiasa berpartisipasi
secara aktif dalam belajar.
b. Untuk lebih memperdalam konsep, pengertian, dan fakta yang
dipelajari siswa karena hakikatnya siswa sendirilah yang mencari
fakta dan menemukan konsep tersebut
c. Untuk mengembangkan pengetahuan teori dengan kenyataan hidup
dimasyarakat sehingga antara teori dengan kenyataan hidup akan
serasi.

d. Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan hidup di


dalam masyarakat sebab siswa telah dilatih untuk berpikir logis
dalam memecahkan masalah
e. Mengembangkan sikap percaya diri, bertanggung jawab dan rasa
kesetiakawanan

sosial

dalam

menghadapi

berbagai

problem

kehidupan. (Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, 2000 : 78).


Selanjutnya Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati mengemukakan kemampuan yang
dikembangkan dalam keterampilan proses yang antara lain :
1. Pengamatan, yaitu keterampilan mengumpulkan data atau informasi melalui
penerapan indera
2. Menggolongkan (mengklasifikasikan), yaitu keterampilan menggolongkan
benda, kenyataan, konsep, nilai atau kepentingan tertentu. Untuk membuat
penggolongan perlu ditinjau persamaan dan perbedaan antara benda,
kenyataan, konsep sebagai dasar penggolongan
3. Menafsirkan (menginterpretasikan), yaitu keterampilan menafsirkan sesuatu
berupa benda, kenyataan, peristiwa, konsep dan informasi yang telah
dikumpulkan

melalui

pengamatan,

penghitungan,

penelitian

atau

eksperimen.
4. Meramalkan, yaitu mengantisipasi atau menyimpulkan suatu hal yang akan
terjadi pada waktu yang akan datang berdasarkan perkiraan atas
kecenderungan, pola tertentu, hubungan antar data, atau informasi.
Misalnya, berdasarkan pengalaman tentang keadaan cuaca sebelumnya,
siswa dapat meramalkan keadaan cuaca yang akan terjadi.
5. Menerapkan (aplikasi) yaitu menggunakan hasil belajar berupa informasi,
kesimpulan, konsep, hukum, teori dan keterampilan. Melalui penerapan
hasil belajar dapat dimanfaatkan, diperkuat, dikembangkan atau dihayati.
6. Merencanakan penelitian, yaitu keterampilan yang amat penting karena
menentukan berhasil tidaknya melakukan penelitian. Keterampilan ini perlu
dilatih karena selama ini pada umumnya kurang diperhatikan dan kurang
terbina.
7. Mengkomunikasikan, yaitu keterampilan menyampaikan perolehan atau
hasil belajar kepada orang lain dalam bentuk tulisan, gambar, gerak,

tindakan, atau penampilan. (Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, 2000 :
79).
Sementara itu Hendro Darmodjo dan Jenny RE. Kaligis merinci keterampilan-keterampilan
proses dalam pendidikan IPA itu meliputi :
1. Keterampilan mengobservasi, yang meliputi kemampuan untuk dapat
membedakan, menghitung dan mengukur termasuk mengukur suhu,
panjang, luas, berat dan waktu.
2. Keterampilan mengklasifikasi, yang meliputi menggolong-golongkan atas
dasar aspek-aspek tertentu, serta kombinasi antara menggolongkan dengan
mengurutkan.
3. Keterampilan menginterpretasi, termasuk menginterpretasi data, grafik,
maupun mencari pola hubungan yang terdapat dalam pengolahan data.
4. Keterampilan memprediksi, termasuk membuat ramalan atas kecenderungan
yang terdapat dalam pengolahan data
5. Keterampilan membuat hipotesis, meliputi kemampuan berpikir deduktif
dengan menggunakan konsep-konsep, teori-teori maupun hukum-hukum
IPA yang telah dikenal.
6. Keterampilan mengendalikan variabel, yaitu upaya mengisolasi variabel
yang tidak diteliti sehingga adanya perbedaan pada hasil eksperimen adalah
dari variabel yang diteliti.
7. Keterampilan merencanakan dan melakukan penelitian, eksperimen yang
meliputi penetapan masalah, membuat hipotesis, menguji hipotesis
8. Keterampilan menyimpulkan atau inferensi, yaitu kemampuan menarik
kesimpulan dari pengolahan data
9. Keterampilan menerapkan atau aplikasi, atau menggunakan konsep atau
hasil penelitian ke dalam perikehidupan dalam masyarakat
10. Keterampilan mengkomunikasikan, yaitu kemampuan siswa untuk dapat
mengkomunikasikan

pengetahuannya,

hasil

pengamatan,

maupun

penelitiannya kepada orang lain baik secara lisan maupun secara tertulis.
(Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis, 1992:52).
2.3

Bentuk dan pelaksanaan pendekatan keterampilan proses (PKP)


Untuk melaksanakan pendekatan keterampilan proses kepada peserta didik secara klasikal.
Kelompok kecil ataupun individual. Maka kegiatan tersebut harus mengamati kepada
pembangkitan kemampuan dan keterampilan mendasar baik mental, fisik maupun sosial
9

(menurut Funk dalam Dimiyati, 1999). Adapun keterampilan yang mendasar dimaksud
adalah :
a. Mengamati/observasi
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu keterampilan ilmiah yang
paling mendasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan
hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan proses yang lain (Funk 1985
dalam Dimiyati, 1909 :142).
Kegiatan mengamati, menurut penulis dapat dilakukan dengan panca indera
seperti melihat, mendengar, meraba, mencium dan mengecap. Hal ini sejalan
dengan pendapat (Djamarah, 2000 :89). Bahwa "kegiatan mengamati dapat
dilakukan peserta didik melalui kegiatan belajar, melihat, mendengar, meraba,
mencicip dan mengumpulkan dan atau informasi.
Jadi kegiatan mengamati merupakan tingkatan paling rendah dalam
pengembangan keterampilan dasar dari peserta didik, karena hanya sekedar pada
penglihatan dengan panca indera. Pada dasarnya mengamati dan melihat
merupakan dua hal yang berbeda walaupu sekilas mengandung pengertian yang
sama. Melihat belum tentu mengamati, karena setiap hari mungkin peserta didik
melihat beraneka ragam tanaman, hewan, benda-benda lain yang ada di sekitarnya,
tetapi sekedar melihat tanpa mengamati bagaimana sebenarnya tanaman, hewan
tersebut berkembang dari kecil hingga menjadi besar.
b. Mengklasifikasikan
Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilih berbagai
obyek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khsususnya. Sehingga didapatkan golongan
atau kelompok sejenis dari obyek yang dimaksud, (Dimiyati, 1999 :142).
Untuk melakukan kegiatan mengkalasifikasik menurut Djamarah adalah
"peserta didik dapat belajar melalui proses : mencari persamaan (menyamakan,
mengkombinasikan, menggolongkan dan mengelompokkan ( Djamarah, 2000 : 89).
Melalui keterampilan mengklasifikasi peserta didik diharapkan mampu
membedakan, menggolongan segala sesuatu yang ada di sekitar mereka sehingga
apa yang mereka lihat sehari-harii dapat menambah pengetahuan dasar mereka.
c. Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan

dapat

diartikan

sebagai

"menyampaikan

dan

memperoleh fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahua dalam bentuk suara, visual
10

atau secara visual" (Dimiyati, 1993:143). Kegiatan mengkomunikasi dapat


berkembanga dengan baik pada diri peserta didik apabila mereka melakukan
aktivitas

seperti:

berdiskusi,

mendeklamasikan,

mendramatikan,

bertanya,

mengarang, memperagakan, mengekspresikan dan melaporkan dalam bentuk lisan,


tulisan, gambar dan penampilan (Djamarah, 2000).
Dari pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa mengkomunikasikan bukan
berarti hanya melalui berbicara saja tetapi bisa juga dengan gambar, tulisan bahkan
penampilan dan mungkin lebih baik dari pada berbicara.
d. Mengukur
Keterampilan mengukur sangat penting dilakukan agar peserta didik dapat
mengobservasi

dalam

bentuk

kuantitatif.

Mengukur

dapat

diartikan

"membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan"
(Dimiyati, 1999 : 144). Adapun kegiatan yang dapat mengembangkan keterampilan
mengukur peserta didik menurut Conny (1992 :21). Dapat dilakukan dengan cara
mengembangkan sesuatu, karena pada dasarnya mengukur adalah membandingkan,
misalnya saja siswa membandingkan luas kelas, volume balok, kecakapan mobil
dan sebagainya.Kegiatan pengukuran yang dilakukan peserta didik berbeda-beda
tergantung dari tingkat sekolah mereka, karena semakin tinggi tingkat sekolahnya
maka semakin berbeda kegiatan pengukuran yang dikerjakan.
e. Memprediksi
Memprediksi adalah "antisipasi atau perbuatan ramalan tentang sesuatu hal
yang akan terjadi di waktu yang akan datang, berdasarkan perkiraan pada pola
kecendrungan tertentu, atau hubungan antara fakta dan konsep dalam ilmu
pengetahuan" (Dimiyati, 1999: 144).
Menurut (Djamarah, 2000)

untuk

mengembangkan

keterampilan

memprediksi dapat dilakukan oleh peserta didik melalui kegiatan belajar antisipasi
yang berdasarkan pada kecendrungan/pola. Hubungan antara data, hubungan
informasi. Hal ini dapat dilakukan misalnya memprediksi waktu tertibnya matahari
yang telah diobservasi, memprediksikan waktu yang dibutuhkan untuk menempuh
jarak tertentu dengan menggunakan kendaraan dengan yang berkecepatan tertentu.
Pada prinsipnya memprediksi, observasi dan menarik kesimpulan
merupakan tiga hal yang berbeda, hal tersebut dapat dibatasi sebagai berikut :
"kegiatan yang dilakukan melalui panca indera dapat disebut dengan observasi dan
11

menarik kesimpulan dapat diungkapkan dengan, mengapat hal itu bisa terjadi
sedangkan kegiatan observasi yang telah dilakukan apa yang akan diharapkan".

f. Menyimpulkan
Menyimpulkan dapat diartikan sebagai "suatu keterampilan untuk
memutuskan keadaan suatu. Objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan
prinsip yang diketahui (Dimiyati, 1999: 145). Kegiatan yang menampakkan
keterampilan menyimpulkan misalnya: berdasarkan pengamatan diketahui bahwa
lilin mati setelah ditutup dengan gelas rapat-rapat. Peserta didik dapat
menyimpulkan bahwa lilin bisa menyala apabila ada oksigen. Kegiatan
menyimpulkan dalam kegiatan belajar mengajar dilakukan sebagai pengembangan
keterampilan peserta didik yang dimulai dari kegiatan observasi lapangan tentang
apa yang ada di alam ini.
2.4

Langkah-Langkah Melaksanakan Keterampilan Proses


Untuk dapat melaksanakan kegiatan keterampilan proses dalam pembelajaran guru harus
melakuka langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pendahuluan atau pemanasan
Tujuan dilakukan kegiatan ini adalah mengarahkan peserta didik pada pokok
permasalahan agar mereka siap, baik mental emosional maupun fisik. Kegiatan
pendahuluan atau pemanasan tersebut berupa:
Pengulasan atau pengumpulan bahan yang pernah dialami peserta didik yang

ada hubungannya dengan bahan yang akan diajarkan.


Kegiatan menggugah dan mengarahkan perhatian perserta didik dengan
mengajukan pertanyaan, pendapat dan saran, menunjukkan gambar atau benda

lain yang berhubungan dengan materi yang akan diberikan.


2. Pelaksanaan proses belajar megnajar atau bagian inti
Dalam kegiatan proses pembelajaran suatu materi, seperti yang dikemukakan di depan
hendaknya selalu mengikutsertakan secara aktif akan dapat mengembangkan
kemampuan

proses

berupa

mengamati,

mengklasifikasi,

menginteraksikan,

meramalkan, mengaplikasikan konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian


serta mengkunikasikan hasil perolehannya yang pada dasarnya telah ada pada diri
peserta didik.

12

Sedangkan menurut Djamarah (2002 :92) kegiatan-kegiatan yang tergolong dalam


langkah-langkah proses belajar mengajar atau bagian inti yang bercirikan
keterampilan proses, meliputi :
1. Menjelaskan bahan pelajaran yang diikuti peragakan, demonstrasi, gambar,
modal, bangan yang sesuai dengan keperluan. Tujuan kegiatan ini adalah
untuk mengembangkan kemampuan mengamati dengan cepat, cermat dan
tepat.
2. Merumuskan hasil pengamatan dengan merinci, mengelompokkan atau
mengklasifikasikan materi pelajaran yang diserap dari kegiatan pengamatan
terhadap bahan pelajaran tersebut.
3. Menafsirkan hasil pengelompokkan itu dengan menunjukkan sifat, hal dan
peristiwa atau gejala yang terkandung pada tiap-tiap kelompok.
4. Meramalkan sebab akibat kejadian perihal atau peristiwa lain yang mungkin
terjadi di waktu lain atau mendapat suatu perlakuan yang berbeda.
5. Menerapkan pengetahuan keterampilan sikap yang ditentukan atau diperoleh
dari kegiatan sebelumnya pada keadaan atau peristiwa yang baru atau berbeda.
6. Merencanakan penelitian umpamanya mengadakan percobaan sehubungan
dengan masalah yang belum terselesaikan.
7. Mengkomunikasikan hasil kegiatan pada orang lain dengan diskusi, ceramah
mengarang dan lain-lain.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan pembelajaran yang menakankan
pada proses belajar mengajar yang menuntut aktivitas peserta didik dalam memperoleh
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari13

hari (Mulyasa, 2005 : 99). Pendekatan keterampilan proses terjadi apabila siswa dapat
menerapkan dan mengalami apa yang sedang terjadi atau yang dialaminya atau pengalaman
sesungguhnya.
Dari pembahasan tentang pengertian keterampilan proses (PKP) dapat diartikan bahwa
pendekatan keterampilan proses dalam penerapannya secara langsung memberikan kesempatan
siswa untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuan karena penerapan pendekatan
keterampilan proses menekankan dalam memperoleh ilmu pengetahuan siswa hendaknya
menanamkan sikap dan nilai sebagai seorang ilmuan.
Mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian peristiwa yang dirancang oleh guru
dalam memberikan dorongan kepada siswa belajar. Belajar bersifat individual dan sebagai
pendorong setiap siswa memperoleh pengaruh dari luar dalam proses belajar dengan kadar yang
berbeda-beda, sesuai dengan kemampuan masing-masing. Oleh karena itu hasil belajarpun
berbeda-beda. Meskipun pengaruh pengajaran yang diterima bersifat individual tetapi guru
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan secara kelompok (klasikal),
namun guru tetap dituntut bagaimana siswa dapat belajar secara optimal sesuai dengan tingkat
kemampuan masing-masing siswa.
Untuk melaksanakan pendekatan keterampilan proses kepada peserta didik secara
klasikal. Kelompok kecil ataupun individual. Maka kegiatan tersebut harus mengamati kepada
pembangkitan kemampuan dan keterampilan mendasar baik mental, fisik maupun sosial
(menurut Funk dalam Dimiyati, 1999). Adapun keterampilan yang mendasar dimaksud adalah :
mengamati, mengklasifikasikan/observasi, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengukur,
memprediksi, menyimpulkan.
Untuk dapat melaksanakan kegiatan keterampilan proses dalam pembelajaran guru harus
melakukan langkah-langkah sebagai berikut: pendahuluan atau pemanasan, pelaksanaan proses
belajar mengajar atau bagian inti
3.2 Saran
Para guru hendaknya mempunyai kemauan yang tinggi untuk melaksanakan pendekatan
keterampilan proses melalui program pembelajaran yang terencana, hindari kebiasaan
pembelajaran dengan pola duduk, dengar, catat dan hafal. Setelah melaksanakan proses belajar
tersebut, hendaknya sebagai seorang pendidik untuk mengkaji ulang kegiatan yang telah
dilaksanakan serta merumuskan hasil yang telah diperolehnya.

14

15

Anda mungkin juga menyukai