Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN FIELDTRIP

MATA KULIAH DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN

Disusun oleh :
Arief Novandhi

(25010113130384)

Bella Arieza Andriyana Putri (25010113130386)


Sri Widi Astuti

(25010113130397)

Aiman Muhammad Jaidi

(25010113130403)

Indana Aziza Putri

(25010113130406)

Rahmah Putri Sunarno

(25010113140407)

Wana Wandhana Putri (25010113130424)


Yunita Setiarsih

(25010113130430)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014

Field Trip kami diadakan pada tanggal. Kegiatan tersebut kami lakukan kurang
lebih satu hari, dimulai dari pukul 5 pagi. Dari mesjid kampus, kami memulai
perjalanan. Tujuan pertama kami yaitu wilayah perkebunan di desa Lodosewu,
kecamatan Ngabla k, kabupaten Magelang. Di sana kami mengamati aktivitas pertanian
termasuk pengaplikasian pestisida. Sebelumya kami telah dibagi dalam beberapa
kelompok. Kelompok kami memilih tempat pengamatan yang agak jauh dikarenakan
menghindari adanya kesamaan dengan kelompok lain.
Salah satu petani yang kami temui bernama Bapak Sumadi. Pria yang sekarang
berusia 41 tahun ini adalah warga Kalimahan, Desa Pakis. Tapi ternyata beliau berasal
dari Muntir, Salatiga. Tetapi saat ini beliau memilih untuk bekerja di kebun yang berada
di Lodosewu ini.
Beliau sudah bekerja sebagai petani sayur selama 4 tahun belakangan dan kebun
miliknya tersebut. Lama kerja Bapak Sumadi kira-kira 7 jam setiap harinya, dimulai
dari pukul 7 pagi sampai waktu ashar tiba kira-kira pukul 3 sore. Menjelang tengah hari
Bapak Sumadi tidak lupa beristirahat sejenak sekitar 1 jam atau 30 menit.
Berdasarkan penuturan Bapak Sumadi, kami memperoleh data-data tentang
pestisida yang digunakan Bapak Sumadi untuk memelihara tanaman kubisnya. Seperti
petani pada umumnya, Bapak Sumadi menggunakan dedak dicampur pupuk kandang
untuk menghindari serangan orong-orong pada kubis. Ada juga pestisida yang dikenal
dengan nama Faret yang merupakan obat pembasmi ulat-ulat pada kubis. Matador juga
merupakan pestisida yang sering digunakan Bapak Sumadi untuk menghindari serangan
serangga, seperti wereng dan belalang.
Dalam penggunaan pestisida di atas Bapak Sumadi mengikuti petunjuk yang ada
dalam kemasan, seperti melakukan pelarutan pestisida 2 tutup takaran dalam 14 liter air
yang disemprotkan menggunakan tanki semprot. Biasanya Bapak Sumadi melakukan
penyemprotan satu minggu sekali setelah setengah bulan penanaman. Penyemprotan
dilakukan secara teratur walaupun kondisi hujan. Dalam penyemprotan Bapak Sumadi
biasanya hanya menggunkan celana dan baju panjang serta topi sebagai tambahannya.

Kesadaran para petani di Kecamatan Ngablak ini akan pentingnya menjaga


keselamatan kerja masih dikatakan minim, dilihat dari kesediaan mereka utuk
menggunakan APD dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan pertanian. Namun, sebagian
dari mereka sudah menggunakan APD waalaupun belum rutin. Jenis APD atau Alat
Pelindung Diri yang digunakan oleh para petani di daerah ini antara lain masker, spatu
boot, sarung tangan, penutup kepala, baju yang tebal. Ketika mengaduk campuran
pestisida mereka tidak menggunakan tangan langsung, melainkan menggunakan
pengaduk. Mengenai takaran dari campuran pestisida yang digunakan tentu tidak
sembarangan, karena mereka sudah memiliki batasan-batasan khusus. Namun, yang
masih disayangkan adalah tempat penyimpanan dari pestisida itu sendiri. Mereka masih
menyipan pestisida di dalam rumah, biasanya di letakkan di dekat dapur. Hal ini bahaya
karena keberadaan zat zat kimia yang beracun ini dekat dengan tubuh petani (sama
sama di dalam rumah), sehingga kemungkinan terpaparnya pun cukup tinggi.
Pengoplosan ataupun pencampuran pestisida yang dilakukan oleh Bapak Sumadi
berlangsung di area rumah beliau. Nozzle (lubang pipa semprot) yang tersumbat
dibersihkan dengan alat seadanya seperti lidi yang tipis ataupun ditiup. Dalam kegiatan
penyemprotan, petani di Desa Ngablak termasuk Bapak Sumadi kami belum
mengetahui dengan pasti apakah mereka memutus saluran air ataupun tidak. Namun di
lahan Baoak Sumadi sendiri, kami tidak menemukan adanya saluran pembuangan
ataupun saluran lainnnya di sekitar lahan. Untuk pengeluaran pestisida setiap bulan
belum bisa dipastikan, hal ini dikarenakan penyemprotan dilakukan tergantung musim
dan kondisi dari tanaman. Jika dihitung dari jumlah pestisida yang digunakan setiap kali
penyemprotan adalah 14 liter dan jangka penyemprotan adalah 1 minggu maka dapat
diasumsikan bahwa setiap 1 bulan Pak Sumadi menghabiskan 56 liter pestisida. Dari
perhitungan tersebut dpat diperkirakan bahwa pengeluaran pestisida Bapak Sumadi
berkisar Rp 10.000.000,00 tiap bulan. Dari pengeluaran pestisida tesebut kami juga
belum mengetahui apakah sebanding dengan hasil ataupun keuntungan panen beliau
karena kami belum sempat bertanya lebih jauh mengenai keuntungan pak Sumadi setiap
kali panen.

Penggunaan APD pada bapak Sumadi sangatlah diperhatikan. Terbukti saat


sedang bekerja, bapak Sumadi selalu menggunakan masker, sarung tangan, baju lengan
panjang, celana panjang, topi atau penutup kepala dan juga sepatu. Jenis masker yang
digunakan oleh bapak Sumadi adalah sapu tangan yang di ikat menjadi masker. Beliau
selaluemgenakan semua perlengkapan tersebut setiap hari saat ke kebun sayurannya.
sapu tangan yamg digunakan sebagai masker selalu dicuci setelah selesai digunakan
untuk menghindari kontaminasi bahan kimia yang bisa saja mengganggu kesehantan
bapak Sumadi Kepedulian bapak Sumadi terhadap kesehatannya sangatlah tinggi jika
dilihat dari kesiapan APD yang digunakan saat bekerja dikebun.
Petani di Desa Ngamblak umumnya berusia 60 tahun lebih, dan mereka bekerja
dalam sehari kurang lebih selama 7-10 jam. Mereka bekerja dibawah terik matahari dan
tak sedikit pula dari mereka yang tak menggunakan alat pelindung diri sehingga
kesehatan mereka sering terganggu. Gangguan kesehatan yang dapat menyerang
meliputi gejala iritasi saluran pernafasan, gejala fungsi neurologis, gejala fungsi hati,
gejala fungsi ginjal, dan gejala anemia dan perubahan profil darah. Namun, pada bapak
Sumadi seorang petani sayuran yang kita wawancarai kemarin beliau tidak merasakan
flu, tenggorokan kering, batuk batuk, dan sesak nafas pada saluran pernafasannya.
Dan tidak merasakan juga seperti pusing, tremor, sering kesemutan, linu dipersendian,
dan kesulitan berjalan. Itu artinya bapak Sumadi tidak mengalami gangguan pada
saluran pernafasan dan fungsi neurologis. Beliau tidak mengalami gangguan tersebut
karena beliau selalu menggunakan alat pelindungan diri saat bekerja.
Dalam kesehariannya, berkaitan seseuai dengan hasil wawancara yang telah
kami laksanakan bahwa bapak sumadi di dalam kegiatan pekerjaannya yang
bersinggungan

langsung

dengan

bahan-bahan

kimia

yang

berbahaya

untuk

penyemprotan . hingga saat ini tidak mengalami gangguan apapun. Tidak mengalami
gangguan saluran pernafasan, fungsi neurologis maupun fungsi hati. Ini mungkin
disebabkan karena bapak sumadi sudah menggunakan APD yang baik dan benar dalam
rangka mencegah dan menghindari dari masuknya bahan-bahan kimia berbahaya dari
hasil penyemprotan ke dalam tubuh.

Dalam hal gangguan fungsi ginjal Bapak Sumadi tidak mengalami gangguan
apapun, seperti perubahan jumlah urin, kandungan darah dalam urin, bengkak pada
pergelangan kaki dan rasa lemah kronis. Mengenai gejala anemia dan perubahan profil
darah, Bapak Sumadi tidak pernah mengalami pucat, lemas, pusing, berkunang-kunang
dan mimisan, serta luka yang berdarah lama sembuh.
Bapak Sumadi mempunyai dua anak, anak sulung berjenis kelamin laki-laki
yang saat ini sedang mengenyam pendidikan di SMA. Sementara yang bungsu berjenis
kelamin perempuan yang saat ini mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar. Jarak umur
keduanya lima tahun. Istri Bapak Sumadi tidak mengalami abortus, kelahiran bayi cacat,
retardasi mental dan kretin sehingga pada anak-anak Bapak Sumadi tidak pernah tidak
naik kelas dan tidak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan seperti
stunting, kretin, IQ rendah maupun kecacatan fisik.

Anda mungkin juga menyukai