Anda di halaman 1dari 11

NEUROPATI OTONOM KARDIOVASKULAR DAN FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI PADA PASIEN DIABETES

MELLITUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. ZAINOEL


ABIDIN BANDA ACEH TAHUN 2011 - 2012
Raharjo CN1, Riswan M2, Zufry H3
1

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, 2Staf Pengajar Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/ RSUD dr Zainoel Abidin
Banda Aceh, 3Staf Pengajar Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Syiah Kuala/ RSUD dr Zainoel Abidin Banda Aceh RSUD dr Zainoel Abidin Banda Aceh
ABSTRAK
Neuropati otonom kardiovaskular (NOK) merupakan bentuk umum disfungsi otonom yang dapat
menyebabkan kelainan pada kontrol denyut jantung serta kecacatan dalam dinamika pembuluh darah. Penelitian
ini ditujukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara jenis kelamin, umur, onset DM, dan komplikasi
kronik DM terhadap NOK serta mendapatkan frekunsi kasus NOK pada pasien DM di RSUDZA. Penelitian
dilakukan melalui studi cross-sectional dengan pendekatan deskriptif-analitik. Metode sampling yang digunakan
adalah accidental sampling. Dari rekam medik, dicatat umur, jenis kelamin, onset menderita DM, dan komplikasi
kronik DM. Tes NOK dilakukan dengan menilai tekanan darah dan frekuensi nadi pada posisi tidur dan berdiri
serta nilai QTc pada EKG. Analisis statistik yang digunakan adalah Chi square dan Fisher exact test dengan
derajat kepercayaan sebesar 95%. Jumlah responden yang mengalami NOK dijumpai sebanyak 36 orang (61%)
dari 59 responden penelitian. Kasus NOK pada laki-laki dijumpai 62,5% dan pada perempuan 59,3%. Kasus
NOK dijumpai sebanyak 62% pada kelompok umur 37 65 tahun dan 55,6% pada kelompok umur >65 tahun.
Didapatkan kasus NOK dengan onset <5 tahun, 5-10 tahun, dan >10 tahun yaitu sebanyak 38,1%, 75%, dan
72,7%. Kemudian kasus NOK dijumpai pada responden yang memiliki komplikasi mikrovaskular sebanyak
73,7%, pada responden yang memiliki komplikasi keduanya dijumpai 70,8% dan responden yang tidak memiliki
komplikasi dijumpai 31,3%. Hasil analisis data diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan antara NOK dengan
jenis kelamin (P= 0,799) dan umur (P= 0,725), namun ditemukan adanya hubungan antara NOK dengan onset
DM (P= 0,027) dan dengan komplikasi kronik (P= 0,016). Kesimpulan penelitian ini yaitu ditemukan 61%
pasien DM mengalami komplikasi NOK. Tidak terdapat hubungan antara NOK dengan jenis kelamin dan umur.
Terdapat hubungan antara NOK dengan onset DM dan komplikasi kronik DM.

Kata Kunci: NOK, jenis kelamin, umur, onset DM, komplikasi kronik DM.
ABSTRACT
Cardiovascular autonomic neuropathy (CAN) is a common form of autonomic dysfunction that can
cause abnormalities in heart rate control as well as defects in the dynamics of blood vessels. This study aimed to
determine the relationship between sex, age, onset of DM and DM chronic complication with CAN and then
getting case of CAN in DM patients in RSUDZA. This study is conducted through a cross-sectional study with
descriptive-analytic approach. Sampling method used is accidental sampling. From medical records, noting age,
sex, diabetes onset, and DM chronic complications. CAN test conducted by assessing blood pressure and pulse
frequency in the lying and standing positions as well as the QTc on ECG. Statistical analysis used was Chi square
and Fisher Exact Test with 95% level of confidence. Number of respondents who experienced CAN is 36 people
(61%) from 59 survey respondents. CAN is found 62,5% in men and 59,3% in women. CAN cases are found 62%
in the age group 37 65 years and 55,6% in the age group >65 years. Obtain CAN cases with onset <5 years, 510 years, and >10 years as many as 38,1%, 75%, and 72,7%. Then the CAN cases are found 73,7% in
microvascular complication, 70,8% in both complication, and 31,3% in without complication. We obtain that
there is no relationship between CAN with sex (P= 0,799) and with age (P= 0,725), but there is relationship
between CAN with DM onset (P= 0,027) and with DM chronic complications (P= 0,016). Th conclusions are we
get 61% DM patients develop CAN complications. There is no relationship between sex and age, but there is a
relationship between DM onset and DM chronic complications with CAN.

Keywords: CAN, sex, age, onset diabetes mellitus,, DM chronic complications.

PENDAHULUAN
1

Diabetes Mellitus (DM) merupakan


masalah
kesehatan
yang
belum
terselesaikan. Saat ini lebih dari 180 juta
orang didunia mengidap DM dan
diperkirakan pada tahun 2025 meningkat
menjadi 300 juta penduduk(Battiprolu et
al, 2010). Prevalensi DM di Indonesia
pun mengkhawatirkan, karena pada tahun
2000 terdapat 8,4 juta penduduk
menderita DM. Berdasarkan penelitian
Wild et al (2004), angka tersebut akan
meningkat tajam pada tahun 2030 menjadi
sekitar 21,3 juta penduduk Indonesia.
Kasus diabetes sendiri menempati
peringkat keenam penyakit penyebab
kematian rata-rata penduduk Indonesia,
yaitu 5,7% pada seluruh kematian di
semua umur (Depkes RI, 2008).
Menurut
American
Diabetes
Association (ADA), diabetes mellitus
diklasifikasikan menjadi diabetes mellitus
tipe 1, diabetes mellitus tipe 2 dan
diabetes mellitus tipe lain (ADA, 2010).
Hampir 90% dari seluruh kejadian
diabetes adalah DM tipe 2 atau non
insulin dependent diabetes mellitus
(NIDDM) (Wulandari, 2008).
Diabetisi rentan mengalami
komplikasi kronik yang disebabkan
karena kondisi hiperglikemi yaitu
kerusakan organ seperti ginjal, saraf,
mata, jantung, dan pembuluh darah
(ADA, 2010). Salah satu jenis komplikasi
DM yang menyerang saraf adalah
neuropati diabetik. Komplikasi ini
melibatkan serabut saraf sensorik dan
motorik serta serabut saraf otonom
(Schnauer et al, 2008).
Komplikasi DM tipe 2 yang sangat
sulit ditentukan adalah kejadian penyakit
jantung koroner (Scholte et al, 2010).
Hampir 80% kematian pasien DM
disebabkan penyakit jantung dan
pembuluh darah yang merupakan
komplikasi DM (Voulgari et al, 2010).
Biasanya hal itu dikarenakan adanya
iskemi yang terselubung yang merupakan
gejala dari neuropati otonom
kardiovaskular (NOK) (Scholte et al,
2010). DM dapat menyebabkan neuropati
otonom yang melibatkan sistem saraf
otonom jantung (Bengel et al, 2006).
Dengan demikian NOK merupakan

komplikasi neuropati diabetik yang


menyerang saraf otonom jantung dan
pembuluh darah (Hans, 2007; Waluyo,
2009).
Telah diketahui bahwa sistem
saraf otonom memodulasi listrik dan
kontraktilitas otot jantung melalui serabut
simpatis dan parasimpatis. NOK
merupakan bentuk umum neuropati
otonom diabetik dan menyebabkan
kelainan dalam kontrol denyut jantung
serta dinamika pembuluh darah pusat
maupun perifer (Busui, 2010). Sztajzel
(2004) mengemukakan bahwa
ketidakseimbangan kontrol otonom
mempengaruhi patofisiologi aritmia.
Pasien DM memiliki gangguan pada
fungsi otonom jantung, hal itulah yang
menjadi faktor resiko bagi penyakit
jantung dan pembuluh darah (Wu et al,
2007). Pada pemeriksaan EKG,
ditemukan perubahan amplitudo yang
signifikan pada amplitudo gelombang R,
variabilitas detak jantung, interval QT,
dan interval QTc (VanHoose et al, 2010).
Yulizal (2007) mengatakan bahwa
neuropati otonom kardiovaskular sangat
dipengaruhi oleh lama menderita DM dan
kontrol diabetes. Komplikasi lain seperti
hipertensi akan memperburuk keadaan
pasien DM yang mengalami neuropati
otonom dan meningkatkan resiko
kematian akibat gangguan fungsi jantung.
(Felcio et al, 2010). Apabila melihat dari
hasil penelitian yang menyatakan bahwa
diabetisi akan terus meningkat setiap
tahunnya maka kejadian NOK pun akan
terus meningkat (Scholte et al, 2010).
Berdasarkan hal tersebut maka
peneliti ingin meneliti neuropati otonom
kardiovaskular dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pada penderita DM.
Antara lain: faktor usia, jenis kelamin,
onset DM dan komplikasi DM.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan
adalah metode survei yang bersifat
deskriptif-analitik dengan studi cross
sectional mengenai neuropati otonom

kardiovaskuler dan faktor-faktor yang


mempengaruhi pada pasien diabetes
mellitus. Penelitian ini dilaksanakan di
Poliklinik Endokrin dan Metabolik,
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Zainoel Abidin Banda Aceh. Waktu
penelitian dilaksanakan pada September
2011 Januari 2012.. Sampel penelitian
adalah pasien yang berobat ke Poli Ilmu
Penyakit Dalam RSUDZA pada bulan
September 2011 Januari 2012 yang
memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi
serta memberikan izin tertulis untuk
mengikuti penelitian.
Penelitian ini menggunakan teknik
pengambilan sampel secara accidental
sampling yaitu pengambilan sampel
penelitian secara kebetulan dalam rentang
waktu tertentu.

Kriteria inklusi :
1. Pasien yang telah didiagnosis DM
yang berobat ke Poliklinik Endokrin
Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel
Abidin Banda Aceh dan berumur 19
80 tahun serta bersedia menjadi
responden.
Kriteria eksklusi :
1. Pasien DM yang memiliki riwayat

kelainan
jantung,
kongenital,
kelainan katup jantung, kelainan
hipertiroidisme, dan dalam keadaan
hamil.
Alat
atau
instrumen
yang
digunakandalam penelitian ini adalah
rekam medik, sfigmomanometer, arloji,
dan elektrokardiogram (EKG).
Definisi operasional penelitian ini
terdiri dari:
1. Usia diperoleh dari observasi rekam
medik pasien DM yang datang berobat
ke
poliklinik
endokrin
RSUD
dr.Zainoel abidin Banda Aceh.
2. Jenis Kelamin diperoleh dari observasi
rekam medik pasien yang datang
berobat ke poliklinik endokrin RSUD
dr.Zainoel Abidin Banda Aceh.

3. Onset DM yaitu lama menderita DM


dari awal diagnosis, didapatkan dari
rekam medik dan dikelompokkan
menjadi onset selama <5 tahun, 5 10
tahun, >10 tahun.
4. Komplikasi kronik DM didapatkan
dari observasi pada rekam medik
pasien dan dikelompokkan menjadi
mikrovaskular,
makrovaskular,
keduanya, dan tanpa komplikasi.
5. Dikatakan positif menderita NOK
apabila
salah
satu
dari
tiga
pemeriksaan kardiovagal abnormal,
yaitu penurunan tekanan darah 20
mmHg pada sistol dan/atau 10 mmHg
untuk diastol dan penurunan frekuensi
nadi >20x/menit pada perubahan
respon
postural
tubuh
serta
pemanjangan interval QTc >460 ms
pada rekaman EKG.
Data yang terkumpul diolah dan
dianalisis dengan komputer dengan
menggunakan software Statistic Product
and Service Solution (SPSS), melalui
tahapan editing, coding, entry data,
cleaning, dan analyzing. Jenis analisis
yang dilakukan adalah analisis univariat.
Dan
bivariat.
Analisis
dengan
menggunakan uji statistik Chi square dan
uji alternatif Fisher exact test pada
masing-masing variabel untuk mengetahui
hubungan antara variabel yang terkait.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan Pengumpulan data
penelitian yang dilaksanakan tanggal 27
September 2011 - 31 Januari 2012 di
Poliklinik Endokrin RSUD dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh diperoleh jumlah
responden sebanyak 59 orang. Data
responden penelitian terdiri dari umur,
jenis kelamin, onset DM, dan komplikasi
kronik DM, serta pasien DM yang
mengalami NOK dipaparkan dengan
distribusi frekuensi dan persentase
kemudian dianalisis.

Tabel 1. Distribusi responden dan kasus neuropati otonom kardiovaskular


Distribusi pasien
Jenis kelamin

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Laki-laki
Perempuan

32
27

54,2
45,8

0
50
9

0
84,7
15,3

21
16
22

35,6
27,1
37,3

19
0
24
16

32,2
0
40,7
27,1

36
23
59

61
39
100

Umur (tahun)
18-36
37-65
>65
Onset DM (tahun)
<5
5-10
>10
Komplikasi kronik DM
Mikrovaskular
Makrovaskular
Keduanya
Tanpa komplikasi
Neuropati otonom kardiovaskular
Positif NOK
Negatif NOK
Total

Tabel 2. Hubungan antara jenis kelamin responden dengan terjadinya neuropati


otonom kardiovaskular pada pasien diabetes mellitus
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total

Kasus neuropati otonom kardiovaskular


Positif
Negatif
n
%
n
%
20
62,5
12
37,5
16
59,3
11
40,7
36
61
23
39

Total
n
32
27
59

%
100
100
100

Tabel 3. Hubungan antara umur responden dengan terjadinya neuropati otonom


kardiovaskular pada pasien DM
Umur (tahun)
37-65
>65
Total

Kasus neuropati otonom kardiovaskular


Positif
Negatif
n
%
n
%
31
62
19
38
5
55,6
4
44,4
36
61
23
39

Total
n
50
9
59

%
100
100
100

Tabel 4. Hubungan onset diabetes mellitus responden dengan terjadinya neuropati


otonom kardiovaskular pada pasien diabetes mellitus
Onset DM (tahun)
<5
59
>10
Total

Kasus neuropati otonom kardiovaskular


Positif
Negatif
n
%
n
%
8
38,1
13
61,9
12
75
4
25
16
72,7
6
27,3
36
61
23
39

Total
n
21
16
22
59

%
100
100
100
100

Tabel 5. Hubungan komplikasi kronik diabetes mellitus dengan tejadinya neuropati


otonom kardiovaskular pada pasien diabetes mellitus
Kasus neuropati otonom kardiovaskular

Komplikasi kronik
DM
Mikrovaskular
Keduanya
Tanpa komplikasi
Total

Positif
n
14
17
5
36

Negatif
%
73,7
70.8
31,3
61

1. Neuropati otonom kardiovaskular


1.
Neuropati
otonom kardiovaskular adalah
gangguan fungsi saraf otonom
pada jantung, hal itu dapat
menyebabkan gangguan kontrol
irama jantung dan perubahan
dinamika pembuluh darah.
Manifestasi yang dapat dilihat
berupa takikardi saat istirahat,
ortostatis, intoleransi olahraga,
instabilitas jantung dan pembuluh
darah saat operasi, miokard infark
terselubung, dan peningkatan
resiko kematian pada orang yang
mengalami neuropati otonom
kardiovaskular (Vinik and Ziegler,
2007). Berdasarkan hasil
penelitian bahwa ditemukan kasus
neuropati otonom kardiovaskular
pada pasien diabetes mellitus
sebanyak 36 orang (61%) dari 59
responden yang diamati. Angka
ini tidak jauh berbeda dari
penelitian lainnya seperti di
Medan 67,6%, Semarang 62,2%,
Ujung pandang 66,7%, dan hasil
penelitian prospektif selama 13
tahun di Swedia yang
mendapatkan neuropati otonom
kardiovaskular sebanyak 65%
pada pasien DM tipe 2 (Yulizal,
2007). Kasus neuropati otonom
kardiovaskular pada pasien
diabetes mellitus sangat bervariasi
tergantung dari pemeriksaan yang
dilakukan (Basu et al, 2010).
Salah satu pemeriksaan yang
dilakukan pada penelitian ini
adalah dengan menilai tekanan
darah dengan perubahan postural
dari posisi tidur dan berdiri.
Berdasarkan review Busui (2010),
salah satu jenis pemeriksaan
untuk menilai neuropati otonom

n
5
7
11
23

%
7,4
29,2
68,8
39

Total
n
19
24
16
59

%
100
100
100
100

kardiovaskular adalah dengan


menilai perubahan tekanan darah
akibat respon perubahan postural,
atau biasa disebut hipotensi
ortostatik. Namun, tingkat
sensitivitasnya dalam menilai
adanya neuropati otonom
kardiovaskular masih lebih
rendah daripada pemeriksaan
variabilitas denyut jantung
(Spallone et al, 2011). Perubahan
dari berbaring ke berdiri dapat
mengaktivasi kerja baroreseptor,
sehingga dapat meningkatkan
resistensi pembuluh darah perifer
dan akselerasi jantung (Vinik and
Ziegler, 2007). Hipotensi
ortostatik terjadi akibat
konsekuensi dari rusaknya serat
simpatis vasomotor eferen,
khusunya pada splanchic
vasculature. Gejala yang
berhubungan dengan hipotensi
ortostatik meliputi lemah, pusing,
gangguan penglihatan, bahkan
syncope saat berdiri pada kasus
yang paling parah. Hipotensi
ortostatik didefinisikan sebagai
penurunan tekanan darah (20-30
mmHg pada tekanan sistolik
dan/atau 10 mmHg pada tekanan
diastolik) akibat respon
perubahan postural tubuh (Busui,
2010).
2.
Pemeriksaan
frekuensi denyut jantung
merupakan salah satu cara dalam
mendeteksi kejadian neuropati
otonom kardiovaskular. Menurut
Spallone, et al (2011) ada 3 (tiga)
tes yang dapat dilakukan untuk
menilai adanya neuropati otonom
kardiovaskular dari pemeriksaan
frekuensi denyut jantung.
Pemeriksaan yang paling sensitif

dalam penilaian neuropati otonom


kardiovaskular adalah dengan
maneuver valsava. Namun
pemeriksaan ini merupakan
kontraindikasi pada pasien
dengan komplikasi perdarahan
retina. Pemeriksaan berikutnya
adalah penilaian frekuensi denyut
jantung saat bernafas dalam dan
yang terakhir adalah penilaian
terhadap respon perubahan
postural, posisi tidur kemudian
berdiri. Pada penelitian ini
digunakan penilaian frekuensi
denyut jantung dengan respon
perubahan postural yaitu dengan
menghitung penurunan frekuensi
denyut jantung sekitar 20 x/menit
atau lebih setelah perubahan
postural tubuh dari berbaring
kemudian berdiri yang
diakibatkan kelainan fungsi
baroreseptor oleh karena
neuropati saraf otonom (Vinik and
Ziegler, 2007).
3.
Pemeriksaan
elektrokardiogram untuk melihat
interval QT ataupun QTc juga
dilakukan pada penelitian ini.
Menurut Van Hoose et al (2010),
pada pasien diabetes mellitus
yang telah mengalami neuropati
otonom kardiovaskular dapat
ditemukan pemanjangan interval
QT atau interval QTc yang sudah
dihitung menggunakan rumus
Bazzet. Pemanjangan interval
QTc (>460 ms) merupakan
prediktor yang potensial untuk
suatu aritmia jantung dan
kematian mendadak pada pasien
DM yang mengalami NOK
(Yulizal, 2007). Patogenesis dari
pemanjangan interval QT meliputi
banyak faktor, termasuk
ketidakseimbangan inervasi
simpatis pada jantung, faktor
metabolik intrinsik dan perubahan
elektrolit miokardium, hipertrofi
ventrikel kiri, penyakit arteri
koroner, dan faktor genetik
(Busui, 2010). Pada meta-analisis
dari 17 penelitian yang tercantum

dalam review Busui (2010)


didapat bahwa pemanjangan
interval QTc merupakan
pemeriksaan spesifik (86%)
sebagai penanda adanya neuropati
otonom kardiovaskular. Hal itu
dapat memberikan spekulasi
bahwa penderita DM dengan
komplikasi NOK rentan terkena
aritmia bahkan kematian
mendadak (Vinik and Ziegler,
2007).
4.
Berdasarkan
penelitian Spallone et al (2011)
bila hasil salah satu pemeriksaan
cardiovagal abnormal maka
seseorang positif menderita
neuropati otonom kardiovaskular
pada tahap awal. Pada penelitian
ini dilakukan tiga pemeriksaan
cardiovagal yaitu pemeriksaan
tekanan darah dan frekuensi nadi
dengan respon perubahan postural
serta pemeriksaan interval QTc
pada hasil EKG setiap responden,
namun karena keterbatasan
penelitian, hanya 30 responden
saja yang mampu dilakukan
pemeriksaan EKG.
2. Hubungan antara faktor-faktor yang
mempengaruhi neuropati otonom
kardiovaskular
5. A. Hubungan antara jenis
kelamin dengan neuropati
otonom kardiovaskular pada
pasien diabetes mellitus
6. Hasil penelitian ini menunjukan
karakteristik responden yang
bervariasi. Semua responden
diambil secara acak dan sebagian
besar responden berjenis kelamin
laki-laki yaitu 32 orang (54,2%)
sedangkan perempuan 27 orang
(45,8%).
7.
Setelah dilakukan
pemeriksaan, sebagian responden
dinyatakan mengalami neuropati
otonom kardiovaskular baik pada
responden laki-laki maupun
perempuan. Responden laki-laki

62,5% diantaranya menderita


neuropati otonom kardiovaskular
dan pada responden perempuan
59,3% diantaranya juga menderita
neuropati otonom kardiovaskular.
8.
Menurut Spallone
et al (2011), hubungan antara
jenis kelamin dengan kejadian
neuropati otonom kardiovaskular
masih kontroversi, hal itu
disebabkan karena baik jenis
kelamin laki-laki maupun
perempuan dapat memiliki
peluang yang sama untuk terkena
neuropati otonom kardiovaskular.
Berdasarkan uji statistik Chi
square pada penelitian ini, tidak
terdapat adanya hubungan yang
bermakna antara jenis kelamin
responden dengan terjadinya
neuropati otonom kardiovaskular
(p>0,05).
9. B. Hubungan antara umur
dengan neuropati otonom
kardiovaskular pada pasien
diabetes mellitus
10. Berdasarkan umur, responden
penelitian dikelompokkan
menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu
kelompok umur 18-36 tahun, 3765 tahun, dan > 65 tahun. Namun
pada penelitian ini tidak
ditemukan responden pada
kelompok umur 18-36 tahun.
Pada kelompok umur 37-65 tahun
ditemukan sebanyak 50 orang
(84,7%) dan kelompok umur > 65
tahun sebanyak 9 orang (15,3%).
Dominasi responden yang
berumur 37-65 tahun karena
sebagian besar responden yang
bersedia untuk diperiksa berada di
kelompok umur tersebut.
11.
Berdasarkan
umur, responden yang mengalami
neuropati otonom kardiovaskular
sebanyak 31 orang (62%) pada
kelompok umur 37-65 tahun
sedangkan 5 orang (55,6%) pada
kelompok umur >65 tahun.
Responden dengan kelompok
umur 37-65 tahun cenderung

mengalami neuropati otonom


kardiovaskular. Hal itu
disebabkan karena umur dari
responden yang didapat tidak
begitu variatif yang menjadi
keterbatasan dari penelitian ini.
12.
Uji alternatif
fisher exact test menunjukkan
bahwa tidak terdapat hubungan
antara umur dengan kejadian
neuropati otonom kardiovaskular
(p>0,05). Hal ini tidak sesuai
dengan penelitian Spallone et al
(2011) yang menyatakan dengan
bertambahnya umur maka terjadi
peningkatan kejadian neuropati
otonom kardiovaskular sekitar 3844% . Namun, hasil penelitian ini
sesuai dengan hasil penelitian
Yulizal (2007) yang menyatakan
tidak ada hubungan yang
bermakna antara umur dengan
kejadian neuropati otonom
kardiovaskular.
13. C. Hubungan antara lama
menderita (onset) diabetes
mellitus dengan neuropati
otonom kardiovaskular pada
pasien diabetes mellitus
14. Pada penelitian ini onset diabetes
mellitus dikelompokkan menjadi
3 (tiga), yaitu kelompok <5 tahun,
5-10 tahun, dan >10 tahun.
Responden penelitian pada
kelompok <5 tahun sebanyak 21
orang (35,6%), pada kelompok 510 tahun 16 orang (27,1%), dan
pada kelompok >10 tahun 22
orang (37,3%). Tidak terdapat
dominasi onset diabetes mellitus
pada responden penelitian ini.
15.
Berdasarkan
onset diabetes mellitus, responden
yang mengalami neuropati
otonom kardiovaskular terbanyak
pada kelompok 5-10 tahun yaitu
75% diikuti oleh kelompok >10
tahun yaitu 72,7% dan kelompok
<5 tahun yaitu 38,1%. Pasien
yang memiliki onset diabetes
mellitus >5 tahun cenderung
menderita neuropati otonom

kardiovaskular sedangkan pasien


yang memiliki onset diabetes
mellitus <5 tahun cenderung
belum menderita neuropati
otonom kardiovaskular.
Kesimpulan ini terlihat sejalan
dengan penelitian di Taiwan,
dimana dari 621 orang menderita
DM tipe-2, sebanyak 46,1%
mengalami neuropati otonom
kardiovaskular pada diabetisi
yang menderita DM selama
kurang dari 5 tahun dan 69,4%
pada yang lebih dari 20 tahun
(Yulizal, 2007).
16.
Uji Chi square
menunjukkan bahwa terdapat
adanya hubungan antara onset
diabetes mellitus dengan kejadian
neuropati otonom kardiovaskular,
dinyatakan dengan p<0,05.
Dengan kata lain, semakin lama
seseorang menderita diabetes
mellitus, maka kemungkinan
terkena neuropati otonom
kardiovaskular akan semakin
besar. Hal ini sesuai dengan
penelitian Spallone et al (2011);
Moon et al (2010); Yulizal (2007)
yang menyatakan bahwa semakin
lama orang menderita diabetes
mellitus maka resiko terjadinya
neuropati otonom akan semakin
besar dikarenakan bertambahnya
komplikasi jangka panjang yang
dapat timbul.
17. D. Hubungan antara komplikasi
kronik diabetes mellitus dengan
neuropati otonom kardiovaskular
pada pasien diabetes mellitus
18. Berdasarkan komplikasi kronik
diabetes mellitus, responden
dikelompokkan ke dalam 4
(empat) kelompok, yaitu
kelompok yang hanya mengalami
komplikasi mikrovaskular saja,
kelompok yang hanya mengalami
komplikasi makrovaskular saja,
kelompok yang mengalami
komplikasi keduanya, mikro dan
makrovaskular, dan kelompok
yang tidak mengalami

komplikasi. Pada penelitian ini


tidak ditemukan responden yang
mengalami komplikasi
makrovaskular saja, sedangkan
yang mengalami komplikasi
mikrovaskular saja sebanyak 19
orang (32,2%). Pada responden
yang mengalami komplikasi
keduanya sekaligus sebanyak 24
orang (40,7%), dan responden
yang tidak mengalami komplikasi
sebanyak 16 orang (27,1%).
19.
Berdasarkan
komplikasi kronik diabetes
mellitus, responden yang terkena
neuropati otonom kardiovaskular
sebesar 73,7% pada kelompok
mikrovaskular, diikuti oleh
kelompok komplikasi keduanya
sebesar 70,8% dan kelompok
tanpa komplikasi sebesar 31,3%.
Kelompok yang memiliki
komplikasi, baik mikrovaskular
ataupun keduanya, memiliki
persentase yang lebih besar pada
kejadian neuropati otonom
kardiovaskular dibandingkan
dengan kelompok tanpa
komplikasi.
20.
Hasil uji statistik
menggunakan Chi square
menunjukan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara
komplikasi kronik diabetes
mellitus dengan kejadian
neuropati otonom kardiovaskular
pada pasien diabetes
mellitus(p<0,05). Hal ini sejalan
dengan penelitian Spallone et al
(2011).
21.
Berdasarkan
teori, komplikasi kronik diabetes
mellitus seperti neuropati perifer,
retinopati, dan nefropati
berhubungan dengan kejadian
neuropati otonom kardiovaskular
(Spallone et al, 2011; Moon et al,
2010). Selain itu, menurut
Spallone et al (2011), komorbid
diabetes mellitus seperti
hipertensi, dislipidemia, serta
kontrol kadar gula darah sangat
mempengaruhi terjadinya

neuropati otonom kardiovaskular


pada pasien diabetes mellitus.
3. Keterbatasan penelitian
22.
Pada penelitian
ini tidak semua responden dapat
dilakukan pemeriksaan
elektrokardiogram karena
keterbatasan peneliti dan pihak
yang bersangkutan untuk
melakukan pemeriksaan terhadap
1.
1. Didapatkan 61% pasien diabetes
mellitus mengalami komplikasi
neuropati otonom kardiovaskular
yang
dapat
menyebabkan
peningkatan nilai morbiditas dan
mortalitas
pasien
diabetes
mellitus.
2. Tidak terdapat hubungan antara
jenis kelamin dengan neuropati
otonom kardiovaskular (p>0,05).
3. Tidak terdapat hubungan antara
umur dengan neuropati otonom
kardiovaskular (p>0,05).
4. Terdapat hubungan antara lama
menderita
(onset)
diabetes
mellitus dengan neuropati otonom
kardiovaskular (p<0,05).
5. Terdapat
hubungan
antara
komplikasi
kronik
diabetes
5.
6.
7. DAFTAR PUSTAKA
8.
9. American Diabetes
Association. 2010. Diagnosis
and Classification of Diabetes
Mellitus. Diabetes Care 33:
S62 S69.
10. Basu AK, Bandyopadhyay R,
Chakrabarti S, Paul R, Santra
S. 2010. A Study on The
Prevalence of Cardiac
Autonomic Neuropathy in
Type-2 Diabetes in Eastern
India. JIACM 11(3): 190-4.
11. Battiprolu PK, Gillette TG,
Wang ZV et al. 2010. Diabetic
Cardiomyopathy: Mechanisms
and Therapeutic Targets. Drug

respoden, serta kesediaan


responden untuk dilakukan
pemeriksaan elektrokardiogram
(EKG)
23.
24. KESIMPULAN DAN SARAN
25.
26. Kesimpulan
27.
Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan, maka
dapat disimpulkan bahwa :
mellitus dengan
neuropati
otonom kardiovaskular (p<0,05).
2.
3. Saran
4.
Berdasarkan
kesimpulan di atas maka penulis
dapat memberikan saran-saran
sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan penilaian dini
terhadap
neuropati
otonom
kardiovaskular pada penderita
diabetes
mellitus
untuk
mengurangi tingkat mortalitas dan
mortalitas pada pasien diabetes
mellitus.
2. Perlu
dilakukan
penelitian
lanjutan
untuk
mengetahui
hubungan antara jenis kelamin
dan umur dengan neuropati
otonom kardiovaskular.
Discov Today Dis Mech 7 (2):
e135-e143.
12. Bengel FM, Ueberfuhr P.
Schafer D et al. 2006. Effect
of Diabetes Mellitus on
Sympathetic Neuronal
Regeneration Studied in the
Model of Transplant
Reinnervation. J Nucl Med 47:
1413-1419.
13. Busui RP. 2010. Cardiac
Autonomic Neuropathy in
Diabetes. Diabetes Care 33
(2): 434-441.
14. Busui RP, Evans GW, Gerstein
HC et al. 2010. Effects of
Cardiac Autonomic
Dysfunction on Mortality Risk
in the Action to Control

10

15.
16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

Cardiovascular Risk in
Diabetes (ACCORD) Trial.
Diabetes Care 33:15781584.
Depkes RI, 2008. Profil
Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Eko JM, Rewers M, Williams
R. 2008. The Epidemiology
of Diabetes Mellitus. John
Wiley and Sons Ltd. United
Kingdom.
Fauci AS, Kasper DL, Longo
DL, Braunwald E et al. 2008.
Harrisons Principle of
Internal Medicine 17th Ed.
McGraw-Hill. United States.
Felicio JS, Santos FM, de
Souza ACCB et al. 2010.
Autonomic neuropathy tests
correlate with left ventricular
mass and cardiac diastolic
function in normotensive
patients with type 2 diabetes
mellitus and without left
ventricular hypertrophy. Exp
Clin Cardiol 15 (1): e5-e9.
Gardner, DG and Shoback, D.
2007. Greenspan's Basic &
Clinical Endocrinology 8th
Ed. McGraw-Hill. United
States.
Kelkar P, MD. 2011. Diabetic
Neuropathy: Pathogenesis.
HYPERLINK available at:
http://www.medscape.com/vie
warticle/510707_2. [diakses 29
Juli 2011].
Malik RA, Veves A. 2008.
Diabetes and Cardiovascular
Disease 14th Ed. Humana
Press. New Jersey.
Maser RE and Lenhard MJ.
2005. Review: Cardiovascular
Autonomic Neuropathy Due to
Diabetes Mellitus : Clinical
Manifestations, Consequences,
and Treatment. J. Clin.
Endocrinol. Metab 90:58965903.
Moon SS, Choi YK, Seo HA
et al. 2010. Relationship
Between Cardiovascular
Autonomic Neuropathy and
Coronary Artery Calcification

24.
25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

in Patients with Type 2


Diabetes. Endocrine Journal
57(5): 445-454.
PERKENI. 2011. Konsensus
Pengelolaan Diabetes Mellitus
Tipe 2 di Indonesia. Jakarta
Rossi MCE, Lucisano G et al.
2011. Quality of Diabetes Care
Predicts the Development of
Cardiovascular Events: Results
of the AMD-QUASAR Study.
Diabetes Care 34:347352.
Scholte AJHA, Schuijf JD,
Delgado V et al. 2010.
Cardiac Autonomic
Neuropathy in Patients with
Diabetes and No Symptoms of
Coronary Artery Disease:
Comparison of 123iMetaiodobenzylguanidine
Myocardial Scintigraphy and
Heart Rate Variability. Eur J
Nucl Med Mol Imaging
37:16981705.
Schnauer M, Thomas A,
Morbach S et al. 2008. Cardiac
autonomic diabetic neuropathy.
Diabetes and Vascular
Disease Research 2008 5: 336.
Spallone V, Bellavere F,
Scionti L. 2011.
Recommendations for the use
of cardiovascular test in
diagnosing diabetic autonomic
neuropathy. Nutrition,
Metabolism & Cardiovascular
Disease 21: 69-78.
Spallone V, Ziegler D,
Freeman R et al. 2011.
Cardiovaskular autonomic
neuropathy in diabetes: clinical
impact, assessment, diagnosis,
and management. Diabetes
Metab Res Rev 27: 639 653.
Stern S and Sclarowsky S.
2009. The ECG in Diabetes
Mellitus. Circulation
120:1633-1636.
Sztajzel J. 2004. Heart rate
variability: a noninvasive
electrocardiographic Method
to measure the autonomic

11

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.
44.
45.
46.
47.
48.
49.

nervous system. Swiss Med


Wkly 134:514 522.
Tandra, H. 2007. Segala
Sesuatu Yang Harus Anda
Ketahui Tentang Diabetes.
PT Gramedia Pusaka Utama.
Jakarta.
Torsvik M, Hggblom A, Eide
GE et al. 2008. Cardiovascular
Autonomic Function Tests in
an African Population. BMC
Endocrine Disorders 8:19 (110).
VanHoose L, Sawers Y,
Loganathan R et al. 2010.
Electrocardiographic Changes
with The Onset of Diabetes
and The Impact of Aerobic
Exercise Training in The
Zucker Diabetic Fatty (Zdf)
Rat. Cardiovascular
Diabetology 9:56.
Vinik AI and Ziegler D. 2007.
Diabetic Cardiovascular
Autonomic Neuropathy.
Circulation 115: 387 97.
Voulgari C, Papadogiannis D,
Tentolouris N. 2010. Diabetic
Cardiomyopathy: from the
pathophysiology of the cardiac
myocytes to current diagnosis
and management strategies.
Vascular Health and Risk
Management 6: 883-903.
Waluyo, S. 2009. 100
Question & Answer Diabetes.
PT Elex Media Komputindo.
Jakarta.
Wild S, Roglic G, Green A,
Sicree R, King H. 2004.
Global prevalence of diabetes:

39.

40.

41.

42.

43.

estimates for the year 2000 and


projections for 2030. Diabetes
Care 27:104753.
Wu JS, Yang YC, Lin TS et al.
2007. Epidemiological
Evidence of Altered Cardiac
Autonomic Function in
Subjects with Impaired
Glucose Tolerance But Not
Isolated Impaired Fasting
Glucose. J. Clin. Endocrinol
Metab 92(10):38853889.
Wulandari N. 2008. Perubahan
Pupil Cycle pada Penderita
Diabetes Melitus. TESIS
diterbitkan di
repository.usu.ac.id.
Departemen Ilmu Penyakit
Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Yasmar, A.Y. et al. 2008. Buku
Ajar Neurologi Klinis. Edisi
ke-4. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Yu LE, Petruhin I.S. 2010.
Cardiac autonomic neuropathy
and metabolic syndrome wih
type 2 diabetes mellitus.
ABSTRAK diterbitkan di
Clinical medicine: 5.
Yulizal OK. 2009. Denervasi
Otonom Kardiak pada
Penderita Dm Tipe 2 :
Perbandingan antara yang
Mendapat Terapi Insulin
dengan Obat Hipoglikemik
Oral. TESIS diterbitkan di
repository.usu.id. Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai