Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


SEKTOR INFORMAL INDUSTRI KECIL
COFFE SHOP “NAZRAN COFFEE”

CAESAR NURHADIONO RAHARJO


2006490895

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

JAKARTA

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kegiatan pada sektor informal biasanya mengarah pada sejumlah kegiatan
ekonomi yang berskala kecil. Sektor informal dianggap sebagai suatu manifestasi
situasi pertumbuhan kesempatan kerja di negara berkembang. Batasan tentang sektor
informal terletak pada suatu bidang kegiatan ekonomi, selain itu syarat untuk
memasukinya tidak selalu memerlukan pendidikan formal, keterampilan khusus dan
surat izin serta modal yang besar untuk memproduksi barang dan jasa. Sektor
informal memiliki potensi untuk menciptakan dan memperluas lapangan kerja,
terutama bagi tenaga kerja yang kurang memiliki kemampuan dan keahlian yang
memadai untuk bekerja di sektor formal karena rendahnya tingkat pendidikan yang
dimiliki.(1)
Angka pekerja sektor informal terus meningkat, Badan Pusat Statistik (BPS)
mencatat bahwa terjadi peningkatan sekitar 20% pekerja informal sejak tahun 20142.
Pada Agustus 2019 tercatat jumlah pekerja informal mencapai 70,49 juta orang.
Angka ini lebih tinggi dari pekerja formal yang hanya 56,02 juta (2). Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa sektor informal membantu dalam penyerapan tenaga kerja
dan mengurangi beban negara akibat penggangguran. Namun demikian, nilai-nilai
keselamatan dan kesehatan pekerja pada sektor ini masih kurang.. Pekerja di sektor
informal memiliki beban dan waktu kerja berlebihan, budaya kesehatan dan
keselamatan kerja juga tidak teraplikasikan karena minimnya modal usaha sementara
banyak pekerja di sektor informal juga dapat mengalami gangguan kesehatan akibat
kerja(3,4).
Coffee Shop merupakan salah satu jenis industri informal yang ada dan cukup
banyak di daerah perkotaan. Selain menyediakan minuman yang berasal dari kopi,
coffee shop biasanya juga menyediakan makanan ringan yang sering dinikmati untuk
sekedar kumpul bersama teman ataupun hal-hal lainnya. Berbagai jenis pekerjaan
dilakukan di coffee shop seperti barista, kasir, waiter, security, penanggung jawab
dapur dan lain sebagainya(5). Berdasarkan hal tersebut maka penulis memilih
pengusaha coffee shop sebagai bahan penulisan dan pembelajaran tentang
keselamatan dan kesehatan kerja pada industri informal.
1.2. Permasalahan
Permasalahan yang diangkat dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana penerapan prinsip keselamatan dan kesehatan kerja pada pengusaha
Nazran Coffee?
2. Apa saja solusi yang dapat diaplikasikan kaitannya dengan prinsip kesehatan dan
keselamatan kerja pada perusahaan tersebut.?
BAB II
HASIL KUNJUNGAN

2.1. Profile Usaha


Jenis usaha : Informal
Bidang : Makanan dan minuman
Nama usaha : Nazran Café
Tahun berdiri : 2016
Karakteristik pekerja
Total pekerja : 10 orang
Jenis kelamin : Semua laki-laki
Usia : 20-40 tahun
Pendidikan : SMA
Asal pekerja : Aceh
Pengupahan : Gaji setiap bulan dan bagi hasil bagi pekerja non staf
Deskripsi kerja : Terbagi atas 2 jenis pekerja, staf dan non staf
 Pekerja staf terbagi atas 3 bagian utama yaitu barista,
kasir, dan waiter, namun tidak ada pembagian prosedur
kerja yang jelas
 Pekerja non staf hanya bertugas untuk memasak
makanan/cemilan
Alat dan Bahan
Alat : Coffee grinder, mesin espresso, saringan kopi manual, drip
coffee maker, moka pot, wajan penampung air panas, blender,
cup sealer, wajan penggorengan besar, gas LPG, kompor
masak.
Bahan : Bijih kopi, creamer, gula, madu, susu, berbagai bahan
makanan, sayuran, dan buah

Tata Ruang : 1. Lahan parkir: area ini cukup luas sehingga selain
digunakan untuk parkir kendaraan, digunakan juga
tempat memasak makanan yang dijual oleh pekerja non
staf. Makanan yang dijual berbagai macam dengan
penyediaan kompor portabel di masing-masing stand
makanan.
2. Area layanan: kafe ini memiliki kapasitas yang lumayan
besar, dapat menampung sekitar 60 orang apabila ruang
lesehan dibelakang digunakan. Terdiri dari 40 meja untuk
menikmati makanan dan minuman. Kafe ini tidak
memiliki area khusus merokok atau tidak merokok. Di
area layanan juga menyatu dengan meja barista dan kasir
yang menjadi satu. Luas area kerja barista dan kasir
hanya 2.5x1.5 m2. Pada area ini terdapat 2 kamar mandi
yang bisa digunakan siapa saja termasuk staf (campur)
3. Ruang serbaguna: pada ruang serbaguna di kafe ini
sebenarnya area layanan juga, hanya saja disediakan meja
lesehan dengan kapasitas ruangan yang lebih luas. Pada
ruangan ini juga terdapat mushola terbuka disertai tempat
wudhu dan 1 kamar mandi.
4. Dapur: area dapur terbagi menjadi 2 bagian, yang
pertama ditemui adalah area penyimpanan bahan
makanan dan tempat mencuci piring dan gelas kotor.
Kemudian area kedua adalah area memasak dimana
hanya ada satu orang saja yang bertugas memasak
makanan. Area ini bisa dimasuki oleh siapapun
Jam kerja : Setiap hari dengan waktu rata-rata dimulai pada pukul 13.00
– 01.00 (dini hari) WIB pada saat weekdays. Bila saat
weekend rata-rata waktu buka dari 13.00 – 03.00 (dini hari)
WIB. Pekerja tidak diberikan waktu libur, intinya bila ingin
tidak masuk hanya perlu izin dan harus ada yang
menggantikan pekerjaannya dan harus disetujui izin oleh
owner.
Tidak ada waktu istirahat khusus selama bekerja, bila akan
ISHOMA hanya mengkondisikan waktu untuk sekedarnya
saja.
Kapasitas : 50-100 orang setiap hari dan terkadang bisa sampai 150
layanan orang bila dimasa weekend
Pelayanan : Biaya pengobatan ditanggung oleh pemilik dengan sistem
Kesehatan reimburse. Para pegawai tidak diberikan asuransi apapun
termasuk BPJS.
Lokasi Kafe

2.2. Alur Layanan


Pembeli datang dan Waiter akan menghampiri meja Setelah menu dicatat waiter akan
langsung menempati kemudian akan memberi menu memberitahukan pada kasir barista
meja dan mencatat pesanan dan pegawai non staf yang terlibat

Kemudian melakukan Bila pesanan sudah selesai dibuat Barista akan membuat
pembayaran dikasir akan diantarkan oleh waiter atau minuman, petugas masak akan
2.3. Berbagai Jenis Pekerjaan
Barista
Pada umumnya barista hanya bertugas untuk membuat kopi saja, namun di
kafe ini jumlah barista hanya satu orang dan bertugas untuk membuat segala jenis
minuman. Selama bekerja, barista hanya beristirahat untuk duduk bila pesanan untuk
minuman sudah tidak ada. Artinya bila pada hari itu pembeli sedikit maka waktu
untuk istirahat akan lebih banyak. Pada saat membuat kopi, terutama kopi saring,
barista mengangkat saringan kopinya sampai diatas kepala, dan untuk satu gelas kopi
biasanya dilakukan 3-4 kali. Selain itu barista juga memiliki area kerja yang sempit
dan tidak leluasa untuk bergerak bebas. Penerangan pada meja barista dan kasir juga
tidak terlalu terang, menurut pernyataan pegawai disana awalnya memang kurang
terang, tapi lama kelamaan mata akan terbiasa.
Kasir
Sama halnya seperti barista, area kerja kasir tidak cukup leluasa untuk bergerak
dan juga penerangan tidak terlalu terang. Kasir bekerja bila ada yang melakukan
pembayaran, semakin banyak pembeli maka semakin sering kasir berdiri di lokasi
kerjanya. Kasir juga membantu tugas waiter bila sudah kerepotan melayani pembeli

Waiter
Waiter bertugas untuk melayani pembeli yang datang dengan memberikan menu,
menjelaskan isi menu, mencatat pesanan dari pembeli, menyampaikan pesanan dari
pembeli ke barista dan tim memasak, membawa pesanan, dan membersihkan meja
setelah digunakan. Waktu istirahat bagi waiter juga tidak menentu, tergantung dari
jumlah pembeli dan pesanan yang datang. Untuk area kerja, waiter memiliki area
kerja yang paling luas dan mobilitas yang tinggi karena sering berjalan ke meja-meja
pembeli.

Petugas memasak
Pada petugas yang bertugas untuk memasak dapat dilakukan langsung pada stand
makanan yang disediakan di area parkir dan dilakukan oleh pegawai non staf atau
dimasak di dapur oleh petugas memasak dihari tersebut. Pegawai yang memasak
hanya bekerja memasak bila ada pesanan untuk makanan, bila tidak ada maka
tugasnya adalah membantu waiter dalam menangani pembeli. Pegawai yang bertugas
memasak juga bertugas untuk mencuci piring dan gelas kotor. Tidak disediakan
tempat duduk di area dapur untuk istirahat saat bekerja.

2.4. Keluhan Kesehatan yang Sering Timbul


Keluhan terbanyak adalah gangguan musculoskeletal seperti nyeri punggung,
nyeri sendi dan otot tangan, bahu, tungkai dan kaki. Keluhan tersebut bersifat hilang
timbul, tidak pernah menetap.
2.4.1 Kapasitas Kerja
Proses kerja yang sederhana tidak memerlukan tingkat pendidikan tinggi, hanya
keterampilan dan pengalaman yang membuat pekerja mahir dan terbiasa.
Keterampilan barista umumnya bisa didapat dengan pengalaman, kecuali pada barista
profesional yang membutuhkan sertifikasi pelatihan. Kafe ini juga bukan tempat
khusus penikmat kopi, hanya digunakan sebagai tempat nongkrong ataupun hanya
sekedar merasakan kopi khas aceh. Jadi untuk semua proses kerja tidak perlu
membutuhkan sertifikasi ataupun pelatihan khusus.
Usia: pekerja antara 20 – 40 tahun, merupakan usia produktif yang sesuai
pada bidang usaha ini karena memerlukan aktivitas fisik bahkan hingga dini hari.
Jenis kelamin: semua pekerja adalah laki – laki, sesuai untuk melakukan
aktivitas fisik yang cukup berat saat bekerja. Tidak diperlukan pembagian pekerjaan
menurut jenis kelamin dalam unit usaha ini.
Pendidikan: tidak ada pendidikan maupun pelatihan pekerja dalam bidang
usaha ini. Pekerja yang rata-rata berasal dari Aceh ini memiliki kemampuan karena
mengikuti dan melihat teman-teman nya terutama yang sudah bekerja di kedai kopi di
daerah asalnya. Tidak ada jadwal pelatihan rutin, pekerja hanya terbiasa dengan cara
– cara yang biasa dilakukan secara berulang dalam setiap tahapan, tanpa dijelaskan
cara kerja yang aman maupun bahaya – bahaya potensial yang mungkin timbul dari
proses kerja dan lingkungan kerja. Menurut pemilik usaha, belum ada informasi dan
pelatihan tentang cara kerja benar oleh puskesmas dan pemerintah setempat.
Pemeriksaan kesehatan: sebelum bekerja, pemeriksaan berkala ataupun
pemeriksaan khusus terhadap pekerja tidak pernah dilakukan. Sehingga tidak bisa
dilakukan penyesuaian antara pekerjaan dengan kondisi kesehatannya.
Alat P3K dan APAR: alat P3K tidak terlihat ada di tempat kerja namun kafe
ini memiliki APAR, hanya saja para pegawai tidak bisa menggunakannya.

2.4.2 Beban Kerja


Jam kerja ditempat ini umumnya antara pukul 13.00 – 01.00 WIB. Tapi kadang
saat weekend jam operasional hingga 03.00 (dini hari). Waktu istirahat tidak teratur,
tergantung dari jumlah pembeli. Aktivitas kerja dilakukan setiap hari dan tidak ada
hari libur khusus karena pekerja tinggal di lokasi tersebut, kecuali saat sakit atau
berhalangan, pekerja harus mendapat izin dari owner dan digantikan oleh orang lain.
Proses kerja fisik yang rutin dan dilakukan berulang – ulang dapat menimbulkan
kelelahan, gangguan kesehatan maupun kebosanan atau perasaan jenuh pada pekerja.
Beban kerja bertambah saat jumlah pembeli ramai ataupun mendapat keluhan dari
pembeli. Keluhan kesehatan akibat aktivitas fisik yang dilakukan, seperti kelelahan,
nyeri punggung, nyeri bahu, mata merah dan pedih.

2.5. Beban Tambahan Lingkungan Kerja


1. Lingkungan fisik
- Pencahayaan, pada tempat kasir dirasa tidak cukup karena menurut pengakuan
pekerja, awalnya terlihat buram tapi bila terbiasa akan jelas. Hal itu menunjukan
bahwa pencahayaan yang diterima mata kurang, sehingga mata membutuhkan
waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan cahaya yang redup terutama di
malam hari
- Tempat kerja cukup panas, dapat menimbulkan dehidrasi dan faktor resiko
timbulnya jamur pada tubuh. Pada daerah dapur memang sangat dirasakan
bangunan didalamnya panas meskipun disediakan exhaust fan sebanyak 2 buah.
Pada area kerja kasir dan barista juga mereka menyatakan panas karena
kurangnya ventilasi udara, hanya mengharapkan mendapat udara terbuka dari
pintu utama.
- Kebisingan, dihasilkan oleh mesin blender, mixer, ataupun mesin pembuat kopi.
2. Kimia
- Minyak goreng, hasil pembakaran minyak goreng menjadi uap yang dihirup
dapat membahayakan paru-paru
3. Ergonomi
- Posisi kerja banyak berdiri dan berjalan, dapat menimbulkan nyeri otot, rasa
kesemutan pada kaki hingga varices.
- Posisi leher membungkuk saat membuat kopi atau minuman juga saat kasir
menghitung di meja kasir. Posisi meja terlalu rendah sehingga kurang ergonomis.
- Proses membawa pesanan yang tidak benar, dapat menyebabkan nyeri punggung.
4. Biologi
- Virus dan bakteri dari pekerja ke pekerja lainnya saat mengalami sakit, karena
satu ruangan di tempat kerja tinggal sekamar.
- Virus Sars Cov-2 yang saat ini sedang pandemik apabila tidak menjalankan
protokol kesehatan dengan benar
5. Psikososial
- Bekerja di era pandemik cukup berat, para pekerja mengatakan bahwa
sebelumnya ada yang pernah terkena covid-19 dan diberhentikan oleh owner
untuk bekerja
- Target kerja dirasakan pekerja tidak berat, karena dikerjakan bersama-sama
- Status pekerja dibayarkan setiap bulan sesuai dengan UMR, hal ini merupakan
kelebihan yang dirasakan oleh para pekerja sehingga mereka merasa tidak
terbebani dengan bekerja seperti sekarang.
- Layanan kesehatan ditanggung langsung oleh pemilik usaha, tanpa menggunakan
BPJS atau asuransi lainnya menimbulkan kekuatiran jika sakit dalam keadaan
libur ataupun di kampung. Penyakit yang ditanggung adalah penyakit-penyakit
umum. Selama ini belum pernah ada yang sampai dirawat.
- Waktu kerja yang selalu selesai pada dini hari akan dapat menimbulkan
perubahan irama sirkardian dan juga dapat menyebabkan kelelahan.
- Tinggal jauh dari keluarga menjadi beban psikis lainnya.
Tabel Bahaya Potensial dan Resiko Kecelakaan Kerja pada Pekerja dan Lingkungan kerja
Urutan Kegiatan Bahaya Potensial Gangguan Kesehatan Resiko
yang Mungkin Kecelaka
an Kerja
Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psikologi
Waiter mendatangi meja Cahaya redup - Sars Posisi mencatat - Gangguan Terpelese
pembeli untuk mencatat saat membaca Cov-2 pesanan yang penglihatan t
pesanan pesanan membungkuk Covid-19
Nyeri punggung
Barista membuat kopi Udara yang - Sars Posisi berdiri terus- Lelah Sakit kepala, Ketumpa
atau minuman panas ditambah Cov-2 menerus. Bahu gangguan han air
dengan air diangkat ke atas muskuloskeletal panas,
panas yang untu menyaring seperti LBP karena barang
digunakan untuk kopi, ergelangan posisi. Covid-19 pecah
membuat kopi tangan membuat belah
alat creamer. Ruang bisa jatuh
gerak terbatas
karena sempit
Tim dapur membuat Ruang dapur Minyak - Posisi berdiri Kejenuh Dehidrasi, kanker, Kebakara
pesanan makanan yang panas goreng membungkuk saat an akibat gangguan n
memasak. Tidak proses muskuloskeletal
ada tempat duduk kerja seperti LBP karena
untuk beristirahat yang posisi, luka bakar
sama

Waiter mengantarkan - - Sars Posisi berdiri dan - Covid-19, Gangguan Terpelese


pesanan Cov-2 berjalan yang terus muskuloskeletal t
menerus
Kasir menghitung biaya Cahaya redup. - Sars Posisi berdiri - Gangguan Kejatuha
Udara yang Cov-2 dengan leher yang penglihatan, n barang
panas membungkuk saat dehidrasi, gangguan pecah
menghitung biaya. muskuloskeletal belah
Ruang gerak sempit karena posisi, Sars
Cov-2
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Aplikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Usaha Coffeep Shop
Dari hasil kunjungan dan pengamatan yang dilakukan pada proses kerja pada
usaha coffee shop, masih ditemukan banyak hal yang perlu diperbaiki dalam konteks
Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Sudah terlihat usaha dari pengusaha untuk
mengupayakan kesehatan dan keselamatan kerja pada pekerjanya, antara lain :
1. Menyiapkan alat cuci tangan dan himbauan protokol kesehatan untuk menghadapi
pandemi.
2. Memasang exhaust fan dan kipas angin, yang ditempatkan pada dapur dan area
kasir dan barista.
3. Memberikan jaminan kesehatan, walaupun hanya untuk penyakit-penyakit umum
dan tidak menggunakan BPJS atau asuransi lain.
Terdapat lima prinsip pelayanan okupasi di sektor informal, yaitu :
1. Memproteksi pekerja terhadap hazard di tempat kerja (prinsip proteksi dan
prevensi).
2. Menyesuaikan beban kerja dan lingkungan kerja dengan kapasitas kerja (prinsip
adaptasi).
3. Meningkatkan kondisi fisik, mental dan sosial dari pekerja (prinsip promosi
kesehatan)
4. Meminimalisasi konsekuensi dari hazard okupasi, kecelakaan cidera dan penyakit
akibat kerja (prinsip kuratif dan rehabilitatif)
5. Menyediakan pelayanan kesehatan umum (prinsip pelayanan kesehatan umum)

Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada usaha kecil adalah terciptanya
keserasian antara kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja. Pada industri
coffee shop yang dikunjungi masih terdapat hal – hal yang perlu diperbaiki. Berikut
beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan:
3.1.1. Kapasitas kerja
1. Melakukan pemeriksaan kesehatan awal, berkala, dan khusus terhadap calon
pekerja ,sehingga dapat diperoleh tenaga kerja yang sehat sesuai dengan bidang
kerjanya, melakukan deteksi dini kelainan – kelainan yang timbul,
2. Mensosialisasikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara sederhana,
menyediakan alat – alat P3K untuk melakukan pertolongan pertama jika terjadi
kecelakaan di tempat kerja.
3. Melakukan diskusi singkat mengenai proses – proses kerja yang dilakukan, serta
menginformasikan cara kerja yang aman dan baik serta pengenalan bahaya –
bahaya potensial yang mungkin timbul di tempat kerja.
4. Melakukan pembagian kerja yang jelas, sehingga pekerja fokus pada bagian kerja
nya masing - masing.
5. Memberikan jaminan kesehatan dengan mendaftarkan pekerjanya pada BPJS
Kesehatan dan Ketenagakerjaan.

3.1.2 Beban Kerja


1. Menetapkan waktu kerja dan waktu istirahat yang wajar. Karena pekerja dapat
bekerja hingga dini hari, maka perlu diatur waktu kerja dan istirahat. Lakukan
rotasi kerja atau giilir pekerjaan pada waktu-waktu tertentu.

3.1.3 Beban Tambahan Lingkungan Kerja


1. Lingkungan fisik
- Lampu penerangan pada area kasir harus lebih terang lagi untuk menghindari
gangguan penglihatan.
- Memasang kipas angin di area kasir dan barista untuk menghindari udara panas.
- Minum cukup, minimal 3 liter per hari.
- Menyusun dan merapikan barang – barang agar mengurangi risiko kecelakaan
kerja.
- Membersihkan tempat kerja secara teratur.

2. Kimia
- Mensosialisasikan dampak kesehatan dari menghirup uap minyak goreng saat
memasak kaitannya dengan gangguan pernafasan akibat kerja.
- Memakai masker saat sedang memasak.
- Menyalakan kipas exhaust terutama saat memasak didapur.
- Pemilik usaha menydiakan alat APAR
- Melakukan latihan dan simulasi pencegahan kebakaran dengan menggunakan
APAR, karena lingkungan sekitar berpotensi untuk terjadinya kebakaran dan
banyak bahan-bahan yang mudah terbakar.
3. Ergonomi
- Pembuatan workstation berupa tempat duduk dan meja kerja yang sesuai
anthropometri pekerja.
- Melakukan senam ringan dan peregangan otot terutama saat pembeli sedang
sedikit, rutin melakukan relaksasi otot punggung dan bahu saat banyak
melakukan gerakan dengan posisi membungkuk.
- Memeriksakan kondisi muskuloskeletal terutama pada anggota tubuh yang
terlibat dengan gerakan berulang secara rutin pada perawat dan dokter
puskesmas.
- Beristirahat/melakukan aktivitas kerja lain saat gangguan muskuloskeletal
muncul.
4. Biologi
- Mensosialisasikan pola hidup bersih dan sehat
- Melakukan protokol kesehatan yang benar disaat pandemi
5. Psikososial
- Memberikan fasilitas layanan kesehatan yang pasti dan bisa digunakan kapan
saja, minimal sesuai dengan peraturan perundangan mengikuti BPJS, sehingga
pekerja merasa lebih aman saat bekerja dan diluar jam kerja.
- Memberikan tambahan penghasilan berkala berupa bonus bila memungkinkan.
- Memberikan waktu istirahat dan keleluasaan untuk ISHOMA

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
1. Identifikasi faktor resiko pada usaha coffee shop “Nazran Coffee”
didominasi oleh bahaya potensial fisik dan ergonomi, serta dimasa pandemi
ini ditambah dengan bahaya biologis. Namun bahaya potensial kimia dan
psikologis juga ada.
2. Faktor risiko kesehatan yang didapatkan pada pekerja usaha coffee shop
“Nazran Coffee” yang paling besar adalah gangguan muskuloskeletal.
3. Pekerja masih kurang memahami manfaat dari relaksasi punggung dan bahu
saat istirahat, masih kurang memahami sebuah bahaya, terutama di dapur,
pekerja masih bisa merokok saat memasak. Pemilik tidak menyediakan dan
kurang menekankan pentingnya menjalankan protokol kesehatan dimasa
pandemi, serta unsur-unsur bahaya terkait kebakaran.
4. Belum tersedianya alat-alat keselamatan seperti P3K. Alat Pemadam Api
Ringan (APAR) sudah disiapkan namun belum pernah diajarkan ke pekerja
cara menggunakan nya dan posisi meletakkan APAR harus di tempat yang
sesuai.
5. Standar minimal keselamatan dan kesehatan kerja pada usaha coffee shop
yang telah dikunjungi belum terpenuhi.
6. Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja yang tidak optimal pada bidang
usaha yang dikunjungi mengakibatkan beberapa keluhan kesehatan pada
pekerja, karena usia pekerja masih relatif muda.
7. Diperlukan keserasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan
kerja dalam aplikasi keselamatan dan kesehatan kerja pada usaha sektor
informal.
4.2. Saran
4.2.1. Kepada pekerja
1. Menggunakan APD saat melakukan pekerjaan yang terdapat bahaya potensial.
2. Melaporkan pada pemilik usaha apabila ditemukan faktor risiko kerja
ditempat kerja.
3. Perlu melakukan proses kerja yang benar selama bekerja
4. Membudayakan perilaku kerja aman, dimulai dari diri sendiri dan menolak
melakukan pekerjaan yang tidak aman.
5. Menjadi pelopor dan memberi contoh kepada pekerja lain tentang penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kerja.

4.2.2 Kepada Pemilik Usaha


1. Memenuhi standar minimal keselamatan dan kesehatan kerja dan
melaksanakannya secara berkesinambungan, dapat berkoordinasi dengan
puskesmas setempat
2. Mengusahakan lingkungan kerja yang aman, termasuk menyediakan alat
pelindung diri yang diperlukan sesuai dengan pajanan yang diterima oleh
pekerja.
3. Memberikan informasi mengenai bahaya potensial yang ada pada tempat kerja
dan penanganan pertama pada bahaya yang ada, sehingga pekerja dapat
menghindari dan menanggulangi.
4. Mendaftarkan pekerjanya pada BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
5. Melakukan upaya promosi kesehatan dan pengawasan terhadap karyawan
tentang pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan kerja.
DAFTAR PUSTAKA

1. Rusdjijati R, Aman M. Model Perlindungan Kesehatan Dan Keselamatan


Tenaga Kerja Sektor Informal Melalui Kolaborasi Pos UKK Dengan Bank
Sampah Mandiri. Simp Nas Teknol Terap. 2015;1–10.
2. ILO. Indonesia : Tren Sosial dan Ketenagakerjaan. 2015;(2014):1–4.
3. Yusida H, Suwandi T, Yusuf A, Sholihah Q. Kepedulian Aktif untuk K3
Sektor Informal. PT Graf Wangi Kalimantan. 2017;1–29.
4. Muzakir M. Kajian Persepsi Harapan Sektor Informal Terhadap Kebijakan
Pemberdayaanusaha Pemerintah Daerah Kabupaten Tojo Unauna. Media Litbang
Sulteng. 2010;3(1):12–20.
5. Issa J, Arief AB, Ekonomi F, Dharma US, Putri NA, Saidah Z, et al.
Pengembangan Hibernut Koffie [Internet]. Vol. 8, Climate Change 2013 - The
Physical Science Basis. 2020. p. 1–30. Available from:
https://jurnal.polinela.ac.id/index.php/JFA/article/view/1564%0Ahttps://media.ne
liti.com/media/publications/17216-ID-business-plan-sebagai-langkah-awal-
memulai-usaha.pdf
%0Ahttps://www.cambridge.org/core/product/identifier/CBO9781107415324A00
9/type/book_part

Anda mungkin juga menyukai