JAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Tata Ruang : 1. Lahan parkir: area ini cukup luas sehingga selain
digunakan untuk parkir kendaraan, digunakan juga
tempat memasak makanan yang dijual oleh pekerja non
staf. Makanan yang dijual berbagai macam dengan
penyediaan kompor portabel di masing-masing stand
makanan.
2. Area layanan: kafe ini memiliki kapasitas yang lumayan
besar, dapat menampung sekitar 60 orang apabila ruang
lesehan dibelakang digunakan. Terdiri dari 40 meja untuk
menikmati makanan dan minuman. Kafe ini tidak
memiliki area khusus merokok atau tidak merokok. Di
area layanan juga menyatu dengan meja barista dan kasir
yang menjadi satu. Luas area kerja barista dan kasir
hanya 2.5x1.5 m2. Pada area ini terdapat 2 kamar mandi
yang bisa digunakan siapa saja termasuk staf (campur)
3. Ruang serbaguna: pada ruang serbaguna di kafe ini
sebenarnya area layanan juga, hanya saja disediakan meja
lesehan dengan kapasitas ruangan yang lebih luas. Pada
ruangan ini juga terdapat mushola terbuka disertai tempat
wudhu dan 1 kamar mandi.
4. Dapur: area dapur terbagi menjadi 2 bagian, yang
pertama ditemui adalah area penyimpanan bahan
makanan dan tempat mencuci piring dan gelas kotor.
Kemudian area kedua adalah area memasak dimana
hanya ada satu orang saja yang bertugas memasak
makanan. Area ini bisa dimasuki oleh siapapun
Jam kerja : Setiap hari dengan waktu rata-rata dimulai pada pukul 13.00
– 01.00 (dini hari) WIB pada saat weekdays. Bila saat
weekend rata-rata waktu buka dari 13.00 – 03.00 (dini hari)
WIB. Pekerja tidak diberikan waktu libur, intinya bila ingin
tidak masuk hanya perlu izin dan harus ada yang
menggantikan pekerjaannya dan harus disetujui izin oleh
owner.
Tidak ada waktu istirahat khusus selama bekerja, bila akan
ISHOMA hanya mengkondisikan waktu untuk sekedarnya
saja.
Kapasitas : 50-100 orang setiap hari dan terkadang bisa sampai 150
layanan orang bila dimasa weekend
Pelayanan : Biaya pengobatan ditanggung oleh pemilik dengan sistem
Kesehatan reimburse. Para pegawai tidak diberikan asuransi apapun
termasuk BPJS.
Lokasi Kafe
Kemudian melakukan Bila pesanan sudah selesai dibuat Barista akan membuat
pembayaran dikasir akan diantarkan oleh waiter atau minuman, petugas masak akan
2.3. Berbagai Jenis Pekerjaan
Barista
Pada umumnya barista hanya bertugas untuk membuat kopi saja, namun di
kafe ini jumlah barista hanya satu orang dan bertugas untuk membuat segala jenis
minuman. Selama bekerja, barista hanya beristirahat untuk duduk bila pesanan untuk
minuman sudah tidak ada. Artinya bila pada hari itu pembeli sedikit maka waktu
untuk istirahat akan lebih banyak. Pada saat membuat kopi, terutama kopi saring,
barista mengangkat saringan kopinya sampai diatas kepala, dan untuk satu gelas kopi
biasanya dilakukan 3-4 kali. Selain itu barista juga memiliki area kerja yang sempit
dan tidak leluasa untuk bergerak bebas. Penerangan pada meja barista dan kasir juga
tidak terlalu terang, menurut pernyataan pegawai disana awalnya memang kurang
terang, tapi lama kelamaan mata akan terbiasa.
Kasir
Sama halnya seperti barista, area kerja kasir tidak cukup leluasa untuk bergerak
dan juga penerangan tidak terlalu terang. Kasir bekerja bila ada yang melakukan
pembayaran, semakin banyak pembeli maka semakin sering kasir berdiri di lokasi
kerjanya. Kasir juga membantu tugas waiter bila sudah kerepotan melayani pembeli
Waiter
Waiter bertugas untuk melayani pembeli yang datang dengan memberikan menu,
menjelaskan isi menu, mencatat pesanan dari pembeli, menyampaikan pesanan dari
pembeli ke barista dan tim memasak, membawa pesanan, dan membersihkan meja
setelah digunakan. Waktu istirahat bagi waiter juga tidak menentu, tergantung dari
jumlah pembeli dan pesanan yang datang. Untuk area kerja, waiter memiliki area
kerja yang paling luas dan mobilitas yang tinggi karena sering berjalan ke meja-meja
pembeli.
Petugas memasak
Pada petugas yang bertugas untuk memasak dapat dilakukan langsung pada stand
makanan yang disediakan di area parkir dan dilakukan oleh pegawai non staf atau
dimasak di dapur oleh petugas memasak dihari tersebut. Pegawai yang memasak
hanya bekerja memasak bila ada pesanan untuk makanan, bila tidak ada maka
tugasnya adalah membantu waiter dalam menangani pembeli. Pegawai yang bertugas
memasak juga bertugas untuk mencuci piring dan gelas kotor. Tidak disediakan
tempat duduk di area dapur untuk istirahat saat bekerja.
Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada usaha kecil adalah terciptanya
keserasian antara kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja. Pada industri
coffee shop yang dikunjungi masih terdapat hal – hal yang perlu diperbaiki. Berikut
beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan:
3.1.1. Kapasitas kerja
1. Melakukan pemeriksaan kesehatan awal, berkala, dan khusus terhadap calon
pekerja ,sehingga dapat diperoleh tenaga kerja yang sehat sesuai dengan bidang
kerjanya, melakukan deteksi dini kelainan – kelainan yang timbul,
2. Mensosialisasikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara sederhana,
menyediakan alat – alat P3K untuk melakukan pertolongan pertama jika terjadi
kecelakaan di tempat kerja.
3. Melakukan diskusi singkat mengenai proses – proses kerja yang dilakukan, serta
menginformasikan cara kerja yang aman dan baik serta pengenalan bahaya –
bahaya potensial yang mungkin timbul di tempat kerja.
4. Melakukan pembagian kerja yang jelas, sehingga pekerja fokus pada bagian kerja
nya masing - masing.
5. Memberikan jaminan kesehatan dengan mendaftarkan pekerjanya pada BPJS
Kesehatan dan Ketenagakerjaan.
2. Kimia
- Mensosialisasikan dampak kesehatan dari menghirup uap minyak goreng saat
memasak kaitannya dengan gangguan pernafasan akibat kerja.
- Memakai masker saat sedang memasak.
- Menyalakan kipas exhaust terutama saat memasak didapur.
- Pemilik usaha menydiakan alat APAR
- Melakukan latihan dan simulasi pencegahan kebakaran dengan menggunakan
APAR, karena lingkungan sekitar berpotensi untuk terjadinya kebakaran dan
banyak bahan-bahan yang mudah terbakar.
3. Ergonomi
- Pembuatan workstation berupa tempat duduk dan meja kerja yang sesuai
anthropometri pekerja.
- Melakukan senam ringan dan peregangan otot terutama saat pembeli sedang
sedikit, rutin melakukan relaksasi otot punggung dan bahu saat banyak
melakukan gerakan dengan posisi membungkuk.
- Memeriksakan kondisi muskuloskeletal terutama pada anggota tubuh yang
terlibat dengan gerakan berulang secara rutin pada perawat dan dokter
puskesmas.
- Beristirahat/melakukan aktivitas kerja lain saat gangguan muskuloskeletal
muncul.
4. Biologi
- Mensosialisasikan pola hidup bersih dan sehat
- Melakukan protokol kesehatan yang benar disaat pandemi
5. Psikososial
- Memberikan fasilitas layanan kesehatan yang pasti dan bisa digunakan kapan
saja, minimal sesuai dengan peraturan perundangan mengikuti BPJS, sehingga
pekerja merasa lebih aman saat bekerja dan diluar jam kerja.
- Memberikan tambahan penghasilan berkala berupa bonus bila memungkinkan.
- Memberikan waktu istirahat dan keleluasaan untuk ISHOMA
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
1. Identifikasi faktor resiko pada usaha coffee shop “Nazran Coffee”
didominasi oleh bahaya potensial fisik dan ergonomi, serta dimasa pandemi
ini ditambah dengan bahaya biologis. Namun bahaya potensial kimia dan
psikologis juga ada.
2. Faktor risiko kesehatan yang didapatkan pada pekerja usaha coffee shop
“Nazran Coffee” yang paling besar adalah gangguan muskuloskeletal.
3. Pekerja masih kurang memahami manfaat dari relaksasi punggung dan bahu
saat istirahat, masih kurang memahami sebuah bahaya, terutama di dapur,
pekerja masih bisa merokok saat memasak. Pemilik tidak menyediakan dan
kurang menekankan pentingnya menjalankan protokol kesehatan dimasa
pandemi, serta unsur-unsur bahaya terkait kebakaran.
4. Belum tersedianya alat-alat keselamatan seperti P3K. Alat Pemadam Api
Ringan (APAR) sudah disiapkan namun belum pernah diajarkan ke pekerja
cara menggunakan nya dan posisi meletakkan APAR harus di tempat yang
sesuai.
5. Standar minimal keselamatan dan kesehatan kerja pada usaha coffee shop
yang telah dikunjungi belum terpenuhi.
6. Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja yang tidak optimal pada bidang
usaha yang dikunjungi mengakibatkan beberapa keluhan kesehatan pada
pekerja, karena usia pekerja masih relatif muda.
7. Diperlukan keserasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan
kerja dalam aplikasi keselamatan dan kesehatan kerja pada usaha sektor
informal.
4.2. Saran
4.2.1. Kepada pekerja
1. Menggunakan APD saat melakukan pekerjaan yang terdapat bahaya potensial.
2. Melaporkan pada pemilik usaha apabila ditemukan faktor risiko kerja
ditempat kerja.
3. Perlu melakukan proses kerja yang benar selama bekerja
4. Membudayakan perilaku kerja aman, dimulai dari diri sendiri dan menolak
melakukan pekerjaan yang tidak aman.
5. Menjadi pelopor dan memberi contoh kepada pekerja lain tentang penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kerja.