Anda di halaman 1dari 5

Peran Unit Pemecah Sandi

Anda pernah menonton film tentang pertempuran di Samudera Atlantik berjudul. U-571? Film
ini memberi gambaran yang jelas tentang betapa krusialnya Peran unit pembuat sandi dan unit-
unit Pemecah kode dalam menentukan jalannya peperangan semasa Perang Eropa berkecamuk.
Tak dari Jenderal Dwight D. Eisenhower. Panglima Pasukan Sekutu mengatakan, bahwa
merekalah sesunguhnya yang membantu Sekutu memenangkan perang.
Dalam U-571, kita toh tidak ”dipertemukan” langsung dengan personel dari top secret dari unit
top secret tersebut. Film lebih disibukkan dengan,pertempuran antara kapal perang Jerman
termasuk di antaranya U-boat 571, yang memudi tokoh central film ini) dan kapal perang Sekutu.
Pada bagian akhir film, barulah kita diberi kesempatan melihat apa ujud peralatan yang pada
masa Perang Eropa (1939-1945) itu dikenal sebagai Perangkat intelejen paling diburu Sekutu.

TERUS MENGGEMBPUR - Marinir AS dalam pertempuran di Kepulauan Paleliu, Pasifik, pada


September 1944. AS terus menggempur kekuatan Jepang di berbagai wilayah. Setelah Unit
Kombat Intelejen AL AS mampu memecahkan pesan radio berisi rencana Jepang ke Midway
pada 4 Juni 1942, pada masa-masa selanjutnya gerakan ofensif praktis mengendur
Ujudnya ternyata amat sederhana. Perangkat tersebut mirip mesin ketik. Tetapi, siapa sang¬ka
jika dengan perangkat yang terkesan sederhana ini Jerman bisa diantar menguasai satu negara
demi satu negara dalam waktu yang relatif cepat. Mesin Pemecah kode (cipher machine) ini
dikenal dengan nama Enigma.
Sekutu amat memburu Enigma, karena mereka ssadar bahwa hanya dengan alat inilah perintah-
perintah operasi maupun pesan¬pesan rahasia dari pimpinan militer Lerman, yang kerap mereka
sadap, bisa “dicerna”. Cara kerjanya mirip mesin tabulasi. Rangkaian huruf dan angka yang
tertera dalam perintah-perintah rahasia itu akan dipecah-pecah alat ini lalu disusun kembali
dengan pola keteraturan tertentu.
Mesin ini diciptakan pertama kali pads 1932 oleh tiga ahli kriptograf Polandia bernama Marian
Rejewski, Jerzy Rozycki dan Henryk Zygalski. Nazi Jerman langsung menggunakannya untuk
mengirim pe¬san-pesan rahasia dari Polandia ke agen-agen telik sandi mereka di Inggris dan
Perancis. Berkat mesin-mesin inilah, operasi militer Jerman di berbagai wilayah semasa Perang
Dunia II tak bisa diendus Sekutu.
Lewat perburuan bertahun-tahun, Sekutu akhirnya berhasil merebut 15 unit Enigma. Namun,
bukan keberhasilan perburuan ini yang ingin kami urai dalam editorial kali ini. Yang ingin kami
urai dalam tulisan ini adalah tentang betapa luar biasanya mesin itu, peran unit-unit sandi dan
sandi-sandi itu sendiri dalam menentukan jalannya peperangan di palagan Asia Timur Raya.
Yang terjadi di palagan Asia Timur dan Pasifik sesungguhnya tak jauh beda dengan yang
berlangsung di Eropa. Dalam Perang Asia Timur Raya di wilayah Asia Timur dan Pasifik,
Jepang juga menerapkan teknik kriptograf, serupa seperti yang dilakukan Jerman.
Tahukah Anda, ape yang membuat operasi pemboman Pearl Harbor, Hawaii, pada 7 Desember
1941 lupus dari perhatian pasukan AS? Selain ditentukan oleh kecerdikan dan keberanian tentara
Jepang, keberhasilan operasi ini ternyata juga amat ditentukan oleh kemampuan Jepang dalam
memproteksi pesan-pesan rahasianya dengan mesin mirip Enigma, yang biasa dijuluki Purple.
Kecurigaan AS tentang adanya upaya serbuan yang besar-besaran sebenarnya sudah merebak
sejak pertengahan 1939. Persisnya sejak Unit Kombat Intelijen AL AS menyadap untuk pertama
kalinya pesan radio aneh yang dikenal dengan julukan “IN (Japanese Navy)-25″. Pesan dengan
33.000 kata yang dicangkokkan dalam pesan diplomatik itu lain dari biasanya. Selalu diawali
dengan kata-kata “I have the honor to inform your excellency”. Pesan ini uniknya juga dipenuhi
rangkaian huruf dan angka-angka kode yang tak bermakna.
Serangan ke Midway
Tak lama setelah serangan ke Pearl Harbor meletus, militer AS pun terpacu untuk sesegera
mungkin bisa membongkar pesan-pesan rahasia itu. Mereka meng¬khawatirkan, jika pesan-
pesan rahasia itu tak segera dibongkar, bukan tak mungkin Jepang akan melancarkan serangan
yang jauh lebih besar ke sasaran-sasaran yang jauh lebih strategic. Salah satu sasaran yang kola
itu dicemaskan warga AS adalah Pantai Barat Amerika.
Ratusan pemuda-pemudi AS pun dikerahkan untuk memecahkan pesan¬pesan rahasia yang
berhasil disadap Unit Kombat Intelijen AL AS. Mereka bekerja 12 jam sehari, tujuh hart dalam
seminggu. Di lain tempat, AL AS juga mengerahkan 738 personelnya untuk berkonsentrasi
memecahkan JN-25. Tim ini memiliki callsign “OP-20-G” dengan operasi yang biasa disebut
“Magic”.
Pemerintah AS mengakui bahwa memecahkan sandi bukanlah pekerjaan mudah. Untuk itu
mereka mengimbau berbagai perusahaan teknologi informasi yang ado pada mass itu untuk
memberi dukungan. Tak kurang dari IBM menyumbang mesin tabulasi khusus yang bisa
digunakan untuk mencacah kode. Sementara Friedman, menyuplainya dengan mesin unik yang
diberi name ECM Mark III. Baden Intelijen Inggris (British Secret Service) kabarnya juga ikut
memberikan supervise.
INGGRIS YANG PERTAMA - Mesin pemecah kode Colossus buatan Inggris. Di antara
kekuatan sekutu, Inggris lah yang pertama siap menghadapi
Upaya tersebut akhirnya membuahkan hasil. Menjelang Januari 1942, hamper seluruh kode
dalam pesan-pesan rahasia Jepang berhasil dipecahkan! Mereka. juga berhasil memecahkan
rangkaian kode lima angka yang ternyata merupakan kode untuk jenis-jenis persenjataan. Kode
“97850″, misalnya, adalah untuk menyebut jenis kapal selam. Kemajuan lain, Unit Kombat
Intelijen AL AS berhasil membongkar detail serangan besar ke pangkalan AL AS di Kepulauan
Midway pada 4 Juni 1942.
Keberhasilan AS mencerna pesan rahasia di seputar rencana serangan ke Midway itu pun
dikenang sebagai keberhasilan paling dramatis dari unit pemecah sandi di dunia. Berkat
keberhasilan ini, AS mampu mencium mulai taktik operasi sampai ke jadwal pengerahan
kekuatan yang telah dirancang Laksamana Isoroku Yamamoto. Serangan ini dimaksudkan untuk
melumpuhkan kekuatan AS di Pasifik.

Tommy Flowers
Dalam pesan rahasia tersebut, juga dibeberkan bahwa Jepang akan membuat gerakan menipu
untuk mengalihkan kekuatan AS ke Kepulauan Aleutian di Alaska. Berkat informasi penting itu,
supremasi udara AS berhasil membungkam empat kapal induk Jepang yang menjadi kekuatan
utama mereka.
Operasi militer Jepang kale itu pun berbalik jade bumerang. Oleh karena AL Jepang hanya
memiliki enam kapal induk, kekuatan militernya yang amat tergantung armada lout serta-merta
nyaris lumpuh. Posisi mereka makin kacau setelah Unit Kombat Intelijen AL AS berhasil
menyadap duo rencana serangan besar lainnya, yakni ke Guadalcanal dan Tarawa, serta rencana
inspeksi Yamamoto ke Bougenville, Kepulauan Solomon.
Untuk yang terakhir itu Dai Nippon benar-benar menangguk kerugian besar. setelah detail
rencana penerbangan Yamamoto ke Bougenville diketahui, militer AS yang pernah dibuat sakit
hati akibat pemboman Pearl Harbor, tak tanggung-tanggung menyiapkan upaya penyergapan.
Panglima Armada Jepang itu pun gugur pada 18 April 1943.
Keberhasilan Unit Kombat Intelijen AL AS dalam membongkar pesan-pesan rahasia Jepang
diakui memberi efek yang luar biasa. seperti ditulis dalam berbagai literatur, kegagalan serbuan
ke Midway dan gugurnya Yamamoto serta merta menjadi titik balik bagi kekuatan Jepang di
Asia dan Pasifik. sejak itu, kekuatan Jepang mengalami kemunduran amat drastis.
Ditolong Inggris
Dari secuplik persitiwa diatas, dunia pun beroleh pengalaman, pengetahuan, serta pelajaran
penting tentang aspek lain yang tak bisa diabaikan dalam proses peperangan. Peristiwa-peristiwa
itu tak lagi bicara coal berapa banyak prajurit yang berperang, seberapa cerdik panglima yang
mengatur strategi, atau seberapa dahsyat persenjataan yang dikerahkan. Yang dibicarakan
adalah, seberapa pintar mereka menerapkan teknik kriptografi dalam penyampaian pesan-pesan
penting yang berkaitan dengan rencana operasi.
Di akhir Perang Eropa, tidak sedikit jenderal-jenderal Sekutu yang mengakui, bahwa kehadiran
Enigma telah membuat Battle of theAtlantic begitu sulit diredakan. Di wilayah Pasifik, Sekutu
juga mengakui bahwa masalah yang sama kembali dihadapi oleh karena kehadiran Purple. Oleh
sebab itu tak kurang dari Kepala Staf Angkatan Darat AS (waktu itu) Jenderal George C.
Marshall sempat menegaskan, bahwa tugas-tugas codebreaking menjadi sangat krusial di kedua
mandala tersebut.
“Operasi AS di Pasifik benar-benar terbantu oleh begitu banyaknya informasi yangberhasil
dipecahkan unit-unit kombat intelijen. Dalam sekejap kami bisa mengetahui kekuatan pasukan
Jepang, jalur logistik mereka, dan berbagai hal penting lainnya. Dalam sekejap kami juga bisa
mengetahui gerakan armada kapal perang mereka dari waktu ke waktu berikut jalur konvoinya,”
urai Jenderal Marshall.
Keberhasilan itu, sambung Jenderal Dwight D. Eisenhower, Panglima Pasukan Sekutu,
bagaimana pun juga bisa berhasil berkat pertolongan ahli-ahli kriptograf Inggris. Berkat orang-
orang seperti Tommy Flowers dan Max Newman yang telah sejak lama mendedikasikan diri
dalam dunia kriptograflah, AS bisalebihcepat memecahkan kode-kode itu.
Untuk itu Eisenhower tak lupa memberi apresiasi yang luar biasa kepada British Secret Service.
Mereka bahkan telah berhasil membuat mesin pemecah kode sebelum ahli-ahli AS mampu
membuatnya.
Mesin pemecah kode terhebat pertama buatan Inggris pada mass Perang Dunia II adalah
Colossus. Mesin ini bisa dibilang sebagai komputer digital terprogram pertama karena
kemampuannya untuk memecahkan berbagai hitungan matematik. Mesin ini memiliki 2.000
tombol dengan fisik yang tentu Baja belum semungil sekarang. Ujudnya masih sebesar lemari.
Colossus berhasil memecahkan berbagai pesan rahasia Jerman pada 1944 dan sejak itulah
berbagai rencana operasi Jerman bisa dipatahkan di tengah jalan. Kola itu lawan tending
Colossus bukan lagi Enigma, melainkan Lorenz SZ42 yang jauh lebih canggih dan merupakan
“pegangan” jenderal-jenderal Jerman. Colossus di tempatkan secara khusus di markas British
Secret Service di Bletchley Park.
Mau tabu kemampuan Colossus? Antara 1944 sampai 1945, mesin ini telah memecahkan 63 jute
karakter dari pesan¬pesan rahasia tingkat tinggi Jerman. Seluruh karakter itu, jika dikumpulkan,
kira-kira bisa dituangkan menjadi 5.000 novel.
Kriptogref di masa kini
Menyadari rentannya jalur transmisi radio dan telepon terhadap praktik penyadapan, selepas
Perang Dunia II, beberapa negara pun gencar mengembangkan teknik kriptograf yang lebih
maju. AS yang kemudian terlibat perang urat syaraf dengan Uni Soviet, misalnya,
mengembangkan program Venona.
Berkat program Venona itulah, U.S. Army’s Signal Intelligence Service (kini National Security
Agency) berhasil menyadap 2.200 pesan rahasia di jalur komunikasi diplomatik Uni Soviet. Tak
semua memang bisa dimengerti, namun unit intelijen inilah yang kemudian berhasil membekuk
mata-mata kelas dunia Kim Philby Berta pasangan Ethel-Julius Rosenberg.
NSA sendiri kemudian memublikasikan pesan-pesan rahasia itu pada 1995 atau 15 tahun setelah
program Venona ditutup secara resmi. Publikasi pesan-pesan rahasia o itu cukup menghebohkan,
karena hampir bersamaan dengan runtuhnya Uni Soviet.
Setelah itu era kriptograf untuk kepentingan terbatas lambat-laun memudar. Pihak militer
maupun jalur diplomatik tak lagi bersemangat menggunakannya setelah teknologi internet kian
menjalar ke hampir seluruh pelosok dunia. Tetapi kriptograf toh tak sama sekali menghilang.
Berikutnya, kriptograf justru kian populer digunakan di fasilitas-fasilitas publik. Penggunaannya
untuk kepentingan umum pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Martin Hellman dari
Universitas Stanford pada 1976.
Anda tertarik menggunakannya? Untuk mengetahuinya lebih jauh silakan telusuri situs program
gratis Pretty Good Privacy (PGP), rancangan programer Phil Zimmermann.
Program yang semula dikuasai Biro Penyelidik Federal AS atau FBI ini, kabarnya, kini tengah
menjadi program kriptograf standar paling populer di dunia. Dengan program ini
Andabisaberpetualang dengan rekan Anda, laiknya petualangan yang dialami pare penyusun
sandi dan pemecah kode di mesa Perang Eropa atau Perang Asia Timur Raya.

Anda mungkin juga menyukai