Anda pernah menonton film tentang pertempuran di Samudera Atlantik berjudul. U-571? Film
ini memberi gambaran yang jelas tentang betapa krusialnya Peran unit pembuat sandi dan unit-
unit Pemecah kode dalam menentukan jalannya peperangan semasa Perang Eropa berkecamuk.
Tak dari Jenderal Dwight D. Eisenhower. Panglima Pasukan Sekutu mengatakan, bahwa
merekalah sesunguhnya yang membantu Sekutu memenangkan perang.
Dalam U-571, kita toh tidak ”dipertemukan” langsung dengan personel dari top secret dari unit
top secret tersebut. Film lebih disibukkan dengan,pertempuran antara kapal perang Jerman
termasuk di antaranya U-boat 571, yang memudi tokoh central film ini) dan kapal perang Sekutu.
Pada bagian akhir film, barulah kita diberi kesempatan melihat apa ujud peralatan yang pada
masa Perang Eropa (1939-1945) itu dikenal sebagai Perangkat intelejen paling diburu Sekutu.
Tommy Flowers
Dalam pesan rahasia tersebut, juga dibeberkan bahwa Jepang akan membuat gerakan menipu
untuk mengalihkan kekuatan AS ke Kepulauan Aleutian di Alaska. Berkat informasi penting itu,
supremasi udara AS berhasil membungkam empat kapal induk Jepang yang menjadi kekuatan
utama mereka.
Operasi militer Jepang kale itu pun berbalik jade bumerang. Oleh karena AL Jepang hanya
memiliki enam kapal induk, kekuatan militernya yang amat tergantung armada lout serta-merta
nyaris lumpuh. Posisi mereka makin kacau setelah Unit Kombat Intelijen AL AS berhasil
menyadap duo rencana serangan besar lainnya, yakni ke Guadalcanal dan Tarawa, serta rencana
inspeksi Yamamoto ke Bougenville, Kepulauan Solomon.
Untuk yang terakhir itu Dai Nippon benar-benar menangguk kerugian besar. setelah detail
rencana penerbangan Yamamoto ke Bougenville diketahui, militer AS yang pernah dibuat sakit
hati akibat pemboman Pearl Harbor, tak tanggung-tanggung menyiapkan upaya penyergapan.
Panglima Armada Jepang itu pun gugur pada 18 April 1943.
Keberhasilan Unit Kombat Intelijen AL AS dalam membongkar pesan-pesan rahasia Jepang
diakui memberi efek yang luar biasa. seperti ditulis dalam berbagai literatur, kegagalan serbuan
ke Midway dan gugurnya Yamamoto serta merta menjadi titik balik bagi kekuatan Jepang di
Asia dan Pasifik. sejak itu, kekuatan Jepang mengalami kemunduran amat drastis.
Ditolong Inggris
Dari secuplik persitiwa diatas, dunia pun beroleh pengalaman, pengetahuan, serta pelajaran
penting tentang aspek lain yang tak bisa diabaikan dalam proses peperangan. Peristiwa-peristiwa
itu tak lagi bicara coal berapa banyak prajurit yang berperang, seberapa cerdik panglima yang
mengatur strategi, atau seberapa dahsyat persenjataan yang dikerahkan. Yang dibicarakan
adalah, seberapa pintar mereka menerapkan teknik kriptografi dalam penyampaian pesan-pesan
penting yang berkaitan dengan rencana operasi.
Di akhir Perang Eropa, tidak sedikit jenderal-jenderal Sekutu yang mengakui, bahwa kehadiran
Enigma telah membuat Battle of theAtlantic begitu sulit diredakan. Di wilayah Pasifik, Sekutu
juga mengakui bahwa masalah yang sama kembali dihadapi oleh karena kehadiran Purple. Oleh
sebab itu tak kurang dari Kepala Staf Angkatan Darat AS (waktu itu) Jenderal George C.
Marshall sempat menegaskan, bahwa tugas-tugas codebreaking menjadi sangat krusial di kedua
mandala tersebut.
“Operasi AS di Pasifik benar-benar terbantu oleh begitu banyaknya informasi yangberhasil
dipecahkan unit-unit kombat intelijen. Dalam sekejap kami bisa mengetahui kekuatan pasukan
Jepang, jalur logistik mereka, dan berbagai hal penting lainnya. Dalam sekejap kami juga bisa
mengetahui gerakan armada kapal perang mereka dari waktu ke waktu berikut jalur konvoinya,”
urai Jenderal Marshall.
Keberhasilan itu, sambung Jenderal Dwight D. Eisenhower, Panglima Pasukan Sekutu,
bagaimana pun juga bisa berhasil berkat pertolongan ahli-ahli kriptograf Inggris. Berkat orang-
orang seperti Tommy Flowers dan Max Newman yang telah sejak lama mendedikasikan diri
dalam dunia kriptograflah, AS bisalebihcepat memecahkan kode-kode itu.
Untuk itu Eisenhower tak lupa memberi apresiasi yang luar biasa kepada British Secret Service.
Mereka bahkan telah berhasil membuat mesin pemecah kode sebelum ahli-ahli AS mampu
membuatnya.
Mesin pemecah kode terhebat pertama buatan Inggris pada mass Perang Dunia II adalah
Colossus. Mesin ini bisa dibilang sebagai komputer digital terprogram pertama karena
kemampuannya untuk memecahkan berbagai hitungan matematik. Mesin ini memiliki 2.000
tombol dengan fisik yang tentu Baja belum semungil sekarang. Ujudnya masih sebesar lemari.
Colossus berhasil memecahkan berbagai pesan rahasia Jerman pada 1944 dan sejak itulah
berbagai rencana operasi Jerman bisa dipatahkan di tengah jalan. Kola itu lawan tending
Colossus bukan lagi Enigma, melainkan Lorenz SZ42 yang jauh lebih canggih dan merupakan
“pegangan” jenderal-jenderal Jerman. Colossus di tempatkan secara khusus di markas British
Secret Service di Bletchley Park.
Mau tabu kemampuan Colossus? Antara 1944 sampai 1945, mesin ini telah memecahkan 63 jute
karakter dari pesan¬pesan rahasia tingkat tinggi Jerman. Seluruh karakter itu, jika dikumpulkan,
kira-kira bisa dituangkan menjadi 5.000 novel.
Kriptogref di masa kini
Menyadari rentannya jalur transmisi radio dan telepon terhadap praktik penyadapan, selepas
Perang Dunia II, beberapa negara pun gencar mengembangkan teknik kriptograf yang lebih
maju. AS yang kemudian terlibat perang urat syaraf dengan Uni Soviet, misalnya,
mengembangkan program Venona.
Berkat program Venona itulah, U.S. Army’s Signal Intelligence Service (kini National Security
Agency) berhasil menyadap 2.200 pesan rahasia di jalur komunikasi diplomatik Uni Soviet. Tak
semua memang bisa dimengerti, namun unit intelijen inilah yang kemudian berhasil membekuk
mata-mata kelas dunia Kim Philby Berta pasangan Ethel-Julius Rosenberg.
NSA sendiri kemudian memublikasikan pesan-pesan rahasia itu pada 1995 atau 15 tahun setelah
program Venona ditutup secara resmi. Publikasi pesan-pesan rahasia o itu cukup menghebohkan,
karena hampir bersamaan dengan runtuhnya Uni Soviet.
Setelah itu era kriptograf untuk kepentingan terbatas lambat-laun memudar. Pihak militer
maupun jalur diplomatik tak lagi bersemangat menggunakannya setelah teknologi internet kian
menjalar ke hampir seluruh pelosok dunia. Tetapi kriptograf toh tak sama sekali menghilang.
Berikutnya, kriptograf justru kian populer digunakan di fasilitas-fasilitas publik. Penggunaannya
untuk kepentingan umum pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Martin Hellman dari
Universitas Stanford pada 1976.
Anda tertarik menggunakannya? Untuk mengetahuinya lebih jauh silakan telusuri situs program
gratis Pretty Good Privacy (PGP), rancangan programer Phil Zimmermann.
Program yang semula dikuasai Biro Penyelidik Federal AS atau FBI ini, kabarnya, kini tengah
menjadi program kriptograf standar paling populer di dunia. Dengan program ini
Andabisaberpetualang dengan rekan Anda, laiknya petualangan yang dialami pare penyusun
sandi dan pemecah kode di mesa Perang Eropa atau Perang Asia Timur Raya.