PENDAHULUAN
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga bersangkutan. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas: Hernia bawaan (kongenital)
dan Hernia dapatan (akuisita). Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan lokasi
anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis, femoralis, dll serta pembagian
hernia masih banyak lagi. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.1,2
Ada beberapa penderita hernia yang menyatakan terkadang benjolan tersebut dapat
hilang kalau dia berbaring, didorong masuk atau bahkan bisa masuk dengan sendiri, jenis ini
merupakan hernia reponibel. Namun, ada juga yang menyatakan benjolan tersebut tidak
hilang meski sudah didorong masuk atau dipijat maupun berbaring, dan ini merupakan hernia
irreponibel (hernia inkarserata atau hernia strangulata).2
Sekitar 75% hernia terjadi disekitar lipat paha, berupa hernia inguinalis direk, indirek,
serta hernia femoralis. Operasi darurat hernia inkarserata (irreponibel) merupakan operasi
terbanyak nomor dua setelah operasi darurat apendisitis akut. Selain itu, hernia inkarserata
merupakan penyebab obstruksi usus nomor satu di Indonesia.1
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang mengarah tandatanda dari gejala klinis hernia. Pada penatalaksanaan hernia dapat dengan terapi konservatif
atau terapi operatif. Pada umumnya keluhan pada orang dewasa dan anak berupa benjolan di
lipat paha. Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi sering gelisah, banyak menangis, dan
kadang perut kembung, harus dipikirkan kemungkinan hernia inkarserata. Keluhan nyeri
jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium dan paraumbilikal
berupa nyeri viseral karena regangan pada mesenterium. Nyeri yang disertai mual atau
muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi
Tujuan mempelajari daftar pustaka ini adalah supaya dapat memahami apa itu penyakit
hernia, patogenesis, penatalaksanaan, dan mencegah komplikasi.
Page 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 ANATOMI
Dinding perut anterolateral dibagi menjadi 4 kuadran oleh garis vertikal melalui garis
tengah mulai dari prosesus xifoideus, umbilikus, dan berakhir di simfisis pubis, dan garis
horizontal yang melalui umbilikus. Batas dinding perut anterolateral oleh Mc.Vay secara
anatomis digambarkan sebagai berikut:1
-
Batas bawah adalah arkus kostarum. Bagian bawah dari medial ke lateral dibatasi oleh
simfisis pubis, ligamentum inguinal, krista pubikum, dan krista iliaka.
Susunan otot yang kompleks pada dinding perut memungkinkan batang tubuh melakukan
gerakkan berputar, menunduk, dan menengadah. Dinding perut terdiri dari beberapa lapis
(dari luar ke dalam), yaitu: lapis kulit yang terdiri dari kutis dan subkutis, lemak subkutan dan
fasia superfisial (fasia scarpa), kemudian ketiga otot dinding perut (otot oblikus eksternus
abdominis, oblikus internus abdominis, dan transversus abdominis), dan akhirnya lapisan
praperitoneum serta peritoneum; yaitu fasia transversalis, lemak praperitoneal, dan
peritoneum. Otot dibagian depan tengah terdiri atas sepasang otot rektus abdominis dengan
fasianya yang dipisahkan oleh linea alba pada garis tengah.1
Page 2
Perdarahan dinding perut berasal dari beberapa arah: dari kraniodorsal, cabang aa.
Interkostales VI s/d XII dan a. Epigastrika superior; dari kaudal, a. iliaka sirkumfleksa
superfisialis, a. Pudenda eksterna, dan a. Epigastrika inferior. Kekayaan vaskularisasi ini
memungkinkan sayatan pada perut dibuat secara horizontal maupun vertikal tanpa
menimbulkan gangguan perdarahan. Persarafan dinding perut dilayani secara segmental oleh
n. Torakalis VI s/d XII dan n. Lumbalis I.1
Page 3
II.2 HERNIA
II.2.1 Definisi
Hernia merupakan menonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga bersangkutan. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas: Hernia bawaan (kongenital)
dan Hernia dapatan (akuisita). Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan lokasi
anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis, femoralis, dll.1
II.2.2 Epidemiologi
Sekitar 75% hernia terjadi disekitar lipat paha, berupa hernia inguinalis direk, indirek,
serta hernia femoralis; hernia insisional 10%, hernia ventralis 10%, hernia umbilikalis 3%,
dan hernia lainnya sekitar 3%. Pada hernia di abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau
bagian terlemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin,
kantong, dan isi hernia.1
II.2.3 Patofisiologi
Defek pada dinidng abdomen dapat kongenital (hernia umbilikalis, kanalis femoralis)
atau didapat (akibat suatu insisi) dan dibatasi oleh peritoneum (kantung) peningkatan
tekanan intraabdomen lebih lanjut dapat membuat defek semakin lemah menyebabkan isi
abdomen (omentum, lengkung usus halus) keluar melalui celah tersebut. Isi usus yang
terjebak dalam kantung menyebabkan inkarserasi (ketidakmampuan untuk mengurangi isi)
dan kemungkinan strangulasi (terhambatnya aliran darah ke daerah yang mengalami
inkarserasi).3
Page 4
- Hernia spigelli yaitu hernia yang terjadi pada linea semi sirkularis diatas penyilangan vasa
epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominalis bagian lateral.
- Hernia richter yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.
f. Menurut sifatnya:
- Hernia reponibel.
- Hernia irreponibel.
g. Jenis hernia lainnya.
- Hernia pantalon adalah hernia inguinalis dan hernia femoralis yang terjadi pada satu sisi
dan dibatasi oleh vasa epigastrika inferior.
- Hernia scrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke scrotum secara lengkap.
- Hernia littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum meckeli.
Hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar bila berdiri atau
mengedan, dan masuk lagi ketika berbaring atau bila didorong masuk ke perut. Selama hernia
masih reponibel, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak
dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut
biasanya disebabkan oleh pelekatan isi kantong kepada peritoneum kantong hernia. Hernia ini
disebut hernia akreta. Masih tidak ada keluhan nyeri, tidak juga tanda sumbatan usus.1
Hernia inkarserata atau hernia strangulata bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga
isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya terjadi
gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis, istilah hernia inkarserata lebih dimasudkan
untuk hernia ireponibel yang disertai gangguan pasase, sedangkan hernia strangulata
digunakan untuk menyebut hernia ireponibel yang disertai gangguan vaskularisasi. Pada
keadaan sebenarnya, gangguan vaskularisasi telah terjadi jepitan dimulai, dengan berbagai
tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis. Nama yang lazim dipakai adalah
stragulata, walaupun tidak ada tanda dan gejala strangulasi.1
Bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus, hernianya disebut hernia Richter.
Ileus obstruksi mungkin parsial atau total, sedangkan benjolan hernia tidak ditemukan dan
baru terdiagnosis pada waktu laparatomi. Komplikasi hernia richter adalah strangulasi sampai
terjadi perforasi usus; pada hernia femoralis, komplikasi ini tampak seperti abses sampai
terjadi fistel enterokutaneus daerah inguinal.1
Page 6
Hernia eksterna merupakan hernia yang menonjol keluar melalui dinding perut, pinggang,
atau perineum. Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu lubang
dalam rongga perut, seperti foramen Winslow, resesus retrosekalis atau defek dapatan pada
mesenterium umpamanya setelah operasi anastomosis usus.1
Hernia insipiens atau hernia yang membalut merupakan hernia indirek pada kanalis
inguinalis yang ujungnya tidak keluar dari anulus eksternus. Hernia yang kantongnya
menjorok ke dalam celah antara lapisan dinding perut dinamakan hernia interparietalis atau
hernia interstisialis. Pada hernia inguinalis lateralis, ujung kantong hernia mungkin terletak di
dalam kanalis ingunalis di antara lapisan otot.1
Hernia yang sebagian dinding kantongnya terbentuk dari organ isi hernia, misalnya:
sekum, kolon desenden, atau kandung kemih, disebut hernia gelincir atau sliding hernia.
Hernia gelincir dapat terjadi karena isi kantong berasal dari organ yang letaknya
ekstraperitoneal. Alat bersangkutan tidak masuk ke kantong hernia, melainkan menggelincir
turun ke rongga kantong hernia.1
II.2.5 Regio Ingunalis
Ada 2 regio. Yaitu:
a. Kanalis inguinalis
Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang merupakan
bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis otot transversus abdominis. Di medial
bawah, di atas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus,
bagian terbuka dari aponeurosis otot oblikus eksternus abdominis. Atapnya ialah aponeurosis
otot oblikus eksternus abdominis dan didasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanalis
ingunalis berisi funikulus spermatikus pada laki-laki dan ligamentum rotundum pada
perempuan.1
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis karena keluar dari rongga
peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh darah
epigastrika inferior. Hernia kemudian masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup
panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut akan
sampai ke skrotum sehingga disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada di dalam otot
Page 7
kremaster, terletak anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain funikulus
spermatikus.1
Hernia ingunalis direk, disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke
depan melalui segitiga Hasselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale dibagian
inferior, pembuluh epigastrika inferior dibagian lateral, dan tepi otot rektus dibagian medial.
Dasar segitiga Hasselbach dibentuk oleh fasia transversus yang diperkuat oleh serat
aponeurosis otot transversus abdominis yang kadang tidak sempurna sehingga daerah ini
berpotensi melemah. Hernia medialis, karena tidak keluar dari kanalis inguinalis dan tidak ke
skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar.1
Nervus ilioingunalis dan nervus iliofemoralis mempersarafi otot di regio inguinalis, sekitar
kanalis ingunalis, funikulus sprematikus, serta sensibilitas kulit regio inguinalis, skrotum, dan
sebagian kecil kulit tungkai atas bagian proksimomedial.1
b. Kanalis Femoralis
Kanalis femoralis terletak medial dari v. Femoralis di dalam lakuna vasorum, dorsal dari
ligamentum inguinalis, tempat vena safena magna bermuara dalam v. Femoralis. Foramen ini
sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam. Batas kranioventral dibentuk oleh
ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir os pubis dari ligamentum iliopektineale
(ligamentum Cooper), sebelah lateral oleh sarung v. Femoralis, dan di sebelah media oleh
ligamentum lakunare Gimbernati. Hernia femolaris keluar melalui lakuna vasorum kaudal
dari ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia
femolaris.1
Page 8
Terapi konservatif sambil menunggu penyembuhan melalui proses alami dapat dilakukan
pada hernia umbilikalis sebelum anak berumur 2 tahun. Terapi konservatif berupa
penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara, misalnya
pemakaian korset pada hernia ventralis. Sementara itu, pada hernia ingunalis pemakaian
korset tidak dianjurkan karena dapat melemahkan otot dinding perut.1
II.2.6.2 Operatif
Umumnya terapi operatif merupakan terapi satu-satunya yang rasional. Usia lanjut tidak
merupakan kontraindikasi operasi efektif. Bila penderita hernia inkarserata tidak
menunjukkan gejala sistemik, dapat dicoba melakukan reposisi postural. Jika usaha reposisi
berhasil, dapat dilakukan operasi herniorafi elektif 24-48 jam setelah udem jaringan hilang
dan keadaan umum pasien sudah lebih baik.1
Pada hernia inkarserata, apalagi pada hernia strangulata, kemungkinan pulihnya isi hernia
harus dinilai saat operasi. Bila isi hernia sudah nekrotik, dilakukan reseksi. Kalau ketika
operasi dinilai bahwa daya pulih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah 5
menit dievaluasi kembali warna, peristalsis, dan pulsasi arteri arkuata pada usus. Jika saat
operasi dinding perut kurang kuat, yang memang terjadi pada hernia direk sebaiknya
digunakan mesh untuk menguatkan dinding perut setempat.1
Herniorafi elektif pada umumnya memperlihatkan morbiditas dan mortalitas yang rendah,
sedangkan herniorafi akut pada hernia inkarserata dan strangulata menunjukkan morbiditas
atau mortalitas yang tidak dapat diabaikan.1
Komplikasi operasi hernia dapat berupa cidera vena femoralis, nervus ilioinguinalis,
nervus iliofemoralis, duktus deferens, atau buli-buli bila masuk pada hernia gelincir.1
Komplikasi dini beberapa hari setelah herniorafi dapat terjadi berupa hematoma, infeksi
luka, bendungan vena femoralis, terutama pada operasi hernia femoralis, fistel urin atau feses,
dan hernia residif. Komplikasi lanjut berupa atrofi testis karena lesi arteri sprematika atau
bendungan pleksus pampiniformis, dan hernia residif.1
Insidens hernia yang residif bergantung pada usia pasien, letak hernia, teknik herniplasti
yang dipilih dan cara melakukannya. Hernia inguinalis indirek pada bayi sangat jarang
residif. Angka residif hernia inguinalis indirek pada segala usia lebih rendah jika
Page 9
dibandingkan dengan hernia inguinalis direk atau hernia femoralis. Hernia ventralis
menunjukkan angka residif yang relatif lebih tinggi. Reparasi pertama memberikan tingkat
keberhasilan yang paling tinggi, sedangkan operasi pada kambuhan memberikan angka
residif tinggi.1
Pendekatan hernia dari dalam tentu lebih rasional. Penyulit seperti perdarahan atau trauma
organ viseral semakin lama semakin sedikit dengan bertambahnya jam terbang dan
pembuatan lubang trokar pertama dengan cara Hasson. Saat ini, indikasi terbaik melakukan
perbaikkan hernioplasti laparoskopi antara lain:1
- Hernia residif setelah hernioplasti terbuka.
- Hernia bilateral karena kedua sisi mudah diperbaiki dengan lubang trokar yang sama, tidak
perlu membuat lubang trokar tambahan.
- Ditemukannya hernia inguinalis saat dilakukan prosedur laparoskopi untuk penyakit lain
seperti laparoskopi kolesistektomi.
Page 11
II.3.1 Definisi
Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah
lubang pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah saluran
berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis (buah zakar) dari perut ke
dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan.5
Hernia ini harus dibedakan dengan hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba
dapat dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya. Hernia inguinalis ada:1
A. Hernia Inguinalis Medialis
Hernia direk yang hampir selalu disebabkan oleh peninggian tekanan intrabadomen kronik
dan kelemahan otot dinding di trigonum Hesselbach. Oleh sebab itu hernia ini umumnya
terjadi bilateral, khususnya terajdi pada laki-laki tua. Hernia ini jarang, bahkan hampir tidak
pernah, mengalami inkarserasi dan strangulasi. Mungkin terjadi hernia gelincir yang
mengandung sebagian dinding kandung kemih atau kolon. Kadang ditemukan defek kecil di
otot oblikus internus abdominis, pada segala usia, dengan cincin yang kaku dan tajam yang
sering menyebabkan strangulasi.1
Page 12
Hernia disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh darah epigastrika
inferior, dan disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu anulus dan
kanalis inguinalis, berbeda dengan hernia medialis yang langsung menonjol melalui segitiga
Hesselbach dan disebut sebagai hernia direk. Pada pemeriksaan hernia lateralis, akan tampak
tonjolan berbentuk lonjong, sedangkan hernia medialis berbentuk tonjolan bulat.1
Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak
menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses turunnya testis ke skrotum.
Hernia gelincir dapat terjadi di sebelah kanan atau kiri. Hernia yang di kanan biasanya berisi
sekum dan sebagian kolon asendens, sedangkan yang kiri berisi sebagian kolon desendens.1
II.3.2 Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat. Berbagai faktor
penyebab berperan pada pembentukkan pintu masuk hernia di anulus internus yang cukup
lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu, diperlukan pula faktor
yang dapat mendorong isi hernia melalui pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.1
Pada orang sehat, ada tiga hal yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu:
kanalis inguinalis yang berjalan miring, struktur otot oblikus internus abdominis yang
menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan fasia transversa kuat yang
menututpi trigonum Hesselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan mekanisme
ini menyebabkan terjadinya hernia. Ketika otot dinding perut berelaksasi, bagian yang
membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan itu, tekanan intrabdomen tidak tinggi
dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya bila dinding perut berkontraksi,
kanalis inguinalis berjalan lebih mendatar dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat
mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara
lain terjadi akibat kerusakan nervus ilioinguinalis dan nervus iliofemoralis setelah
apendektomi.1
Faktor yang dipandang berperan adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka,
peningkatan tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia.
Insidens hernia yang meningkat dengan bertambahnya umur mungkin disebabkan oleh
meningkatnya penyakit yang membuat tekanan intraabdomen meninggi dan berkurangnya
kekuatan jaringan penunjang.1
Page 13
Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum, hernia disebut hernia skrotalis.
Hernia labialis adalah hernia inguinalis lateralis yang mencpai labium mayus. Secara klinis
tampak benjolan pada labium mayus yang jelas pada waktu berdiri dan mengedan, dan hilang
pada waktu berbaring.1
II.3.3 Epidemiologi
Hernia dapat dijumpai pada segala usia, dan lebih banyak pada laki-laki daripada
perempuan. Pada neunatus > 90% prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi
umur satu tahun, sekitar 30% prosesus vaginalis belum tertututup. Akan tetapi, kejadian
hernia
pada umur ini hanya beberapa persen. Tidak sampai 10 persen, anak pendertia
prosesus vaginalis paten mengidap vagina. Pada lebih dari separuh populasi anak, dapat
dijumpai prosesus vaginasi paten kontralateral tetapi onsidren. Akan tetapi insiden hernia
tidak melebihi 20%. Untuk disimpulkan bahwa prosesus vaginalis paten bukan merupakan
penyebab tunggal hernia, tetapi diperlukan fakor lain, seperti angulus inguinalis yang cukup
besar. Tekanan intraabdomina yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertrofi
prostat, konstipasi, dan asites, sering disertai hernia ingunalis.1
Insiden hernia inguinalis pada bayi dan anak-anak antara lain 1-2%. Kemungkinan terjadi
hernia pada sisi kanan 60%, sisi kiri 20-22%, dan bilateral 15%. Kejadian hernia bilateral
pada anak perempuan dibandingkan laki-laki kira-kira sama (10%) walaupun frekuensi
prosesus vaginalis yang tetap terbuka lebih tinggi pada perempuan. Anak yang pernah
menjalani operasi hernia pada waktu bayi mempunyai kemungkinan 16% menderita hernia
kontralateral pada usia dewasa kira-kira 2%. Kemungkinan kejadian hernia bilateral dari
insidens tersebut mendekati 10%.1
II.3.4 Patofisiologi
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus Pada bulan ke-8 dari kehamilan,
terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis itu akan menarik
peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan
prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah mengalami
obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam
beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang
kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal,
kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka sebagian, maka
Page 14
akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan
timbul hernia inguinalis lateralis kongenital.4
Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena usia lanjut, karena pada umur tua
otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan
tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun
karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang
menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk batuk kronik, bersin yang
kuat dan mengangkat barang barang berat, dan mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan
tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah
melemas akibat trauma, hipertrofi prostat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan
kongenital dan dapat terjadi pada semua. Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya
perbedaan proses perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin.4
Page 15
palpasi funikulus spermatikus, dengan membandingkan sisi kiri dan kanan. Kadang
didapatkan tanda sarung tangan sutera.1
II.3.6 Diagnosis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia
reponibel, keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada
waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang setelah berbaring. Keluhan
nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium dan paraumbilikal
berupa nyeri viseral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus
masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau
terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.1
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik tergantung pada isi hernia. Pada inspeksi pada saat
pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis yang muncul sebagai benjolan di
regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke media bawah. Kantong hernia yang kosong
kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus dengan cara menggesek dua lapis kantong
yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung
tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ,
bergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum, atau ovarium. Dengan jari
telunjuk, atau jari kelingking pada pasien anak, dapat dicoba mendorong isi hernia dengan
menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia
dapat direposisi atau tidak. Jika hernia tersebut dapat direposisi, pada waktu jari masih berada
di dalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan Kalau ujung jari menyentuh hernia,
berarti hernia inguinalasi lateralis, dan kalau bagian sisi jari yang menyentuhnya berarti
hernia inguinalsi medialis. Isi hernia pada bayi perempuan, yang teraba seperti sebuah massa
padat, biasanya terdiri atas ovarium.1
Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi atau jika tidak dapat
direposisi, atas dasar tidak adanya batas yang jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan
ke kranial melalui anulus eksternus.1
II.3.7 Terapi
Page 16
Lotheissen-Mc-Vay.
Metode
Bassini
merupakan
teknik
herniorafi
yang
pertama
diperkenalkan tahun 1887. Setelah diseksi kanalis inguinalis, dilakukan rekonstruksi dasar
lipat paha dengan cara mendekatkan muskulus oblikus internus abdominis, muskulus
transversus abdominis, dan fasia transversalis ke traktus iliopubik dan ligamentum inguinale.
Teknik ini dapat diterapkan baik pada hernia direk maupun indirek.1
Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa varsi teknik herniotomi Bassini
adalah terdapatnya regangan berlebihan pada otot-otot yang di jahit. Untuk mengatasi
masalah ini, Pada tahun 1980-an, dipopulerkan pendekatan operasi bebas regangan, yaitu
teknik hernioplasti bebas regangan menggunakan mesh (hernioplasti bebas regangan), dan
sekarang teknik ini banyak dipakai. Pada teknik ini, digunakan mesh prostesis untuk
memperkuat fasia transversalis yang membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa menjahitkan
otot-otot ke ligamentum inguinale.1
Pada hernia kongenital bayi dan anak-anak yang penyebabnya adalah prosesus vaginalis
yang tidak menutup, hanya dilakukan herniotomi karena anulus inguinalis internus cukup
elastis dan dinding belakang kanalis cukup kuat.1
Terapi operatif hernia bilateral pada bayi dan anak dilakukan dalam satu tahap. Mengingat
kejadian hernia bilateral cukup tinggi pada anak, kadang dianjurkan eksplorasi kontralateral
secara rutin, terutama pada hernia inguinalis sinistra. Pada hernia bilateral orang dewasa,
dianjurkan melakukan operasi dalam satu tahap, kecuali jika ada kontraindikasi.1
Kadang ditemukan insufisiensi dinding belakang kanalis inguinalis dengan hernia
inguinalis medialis besar yang biasanya bilateral. Dalam hal ini diperlukan hernioplasti yang
dilakukan secara cermat dan teliti. Tidak satupun teknik yang dapat menjamin tidak akan ada
residif. Yang penting diperhatikan ialah mencegah terjadinya regangan dan kerusakkan pada
jaringan. Umumnya dibutuhkan bahan mesh protesis untuk memperkuat defek dinding yang
lemah.1
Angka kekambuhan setelah perbaikkan hernia inguinalis indirek pada dewasa dilaporkan
brekisar 0,6-3%. Pada hernia inguinalis lateralis, penyebab residif yang paling sering ialah
penutupan anulus inguinalis internus yang tidak memadai, diantaranya karena diseksi
kantong yang kurang memadai dan tidak teridentifikasinya hernia femoralis atau hernia
inguinalis direk. Sementara itu, kekambuhan dari perbaikkan hernia inguinalis direk adalah 128%. Pada hernia inguinalis medialis, penyebab residif umumnya karena regangan yang
Page 18
berlebihan pada jahitan plastik atau akibat relaxing incision pada sarung rektus. Penggunaan
mesh pada perbaikkan hernia menurunkan resiko kekambuhan 50-75%.1
Pada operasi hernia secara laparaskopi, mesh protesis diletakkan di bawah peritoneum
secara intraperitoneal on-lay mesh prosedur (IPOM) pada dinding perut atau ekstraperitoneal
technique (TAPP) atau total ekstraperitoneal mesh placement (TEP).1
II.3.8 Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat
tertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponibel. Hal ini dapat tejadi jika isi hernia
terlalu besar, misalnya terdiri dari omentum, organ ekstraperitoneal atau merupakan hernia
akreta. Di sini tidak timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan. Isi hernia dapat pula
tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia inkarserata yang menimbulkan gejala
obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi parsial atau total seperti: pada hernia
Richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis atau lebih kaku seperti pada hernia
femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkarserasi
retrograd, yaitu dua segmen usus terperangkap di dalam kantong hernia dan satu segmen
lainnya berada dalam rongga peritoneum seperti huruf W.1
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan, terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di dalam hernia
dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin
hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredarah darah jaringan terganggu (strangulasi).
Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan
serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.1
Gambaran klinis hernia inkarserata yang berisi usus dimulai dengan gambaran obstruksi
usus disertai gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Bila telah terjadi
strangulasi karena gangguan vaskularisasi, akan terjadi gangren sehingga gambaran klinis
menjadi toksik, suhu tubuh meninggi, dan terdapat leukositosis. Penderita mengeluh nyeri
lebih hebat di tempat hernia. Nyeri akan menetap karena rangsangan peritoneal.1
Pada pemeriksaan lokal ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan kembali disertai
nyeri tekan dan, tergantung keadaan isi hernia, dapat dijumpai tanda peritonitis atau abses
Page 19
lokal. Hernia strangulata merupakan keadaan gawat darurat yang perlu mendapat pertolongan
segera.1
II.3.9 Diferensial Diagnosis6
- Hidrokel, mempunyai batas atas tegas, iluminensi positif, dan tidak dapat dimasukkan
kembali. Testis pada pasien hidrokel tidak dapat diraba. Pada hidrokel pemeriksaan
transliluminasi atau diaponoskopi akan memberikan hasil positif.
- Limfadenopati inguinal.
- Testis ektopik, testis yang masih berada di kanalis inguinalis.
- Lipoma atau herniasi lemak properitoneal melalui cincin inguinal.
Page 20
II.4.2 Epidemiologi
Page 21
Hernia femoralis umumnya dijumpai pada perempuan tua. Insidensnya pada perempuan
kira-kira 4 kali laki-laki. Hernia Femoralis, meskipun hanya meliputi 10 persen seluruh
hernia daerah lipat paha ( groin hernia), merupakan suatu keadaan patoligis yang sangat
penting oleh karena hingga 40 persen penderita penyakit ini datang di rumah sakit dalam
keadaan emergensi dengan strangulasi atau inkarserasi. Penderita penderita semacam ini
memiliki angka mortalitas yang signifikan, sampai 20%, bahkan bisa mencapai 60% bila
terdapat segmen usus yang mengalami nekrosis 1,7
III.4.3 Patofisiologi
Peninggian tekanan intraabdomen akan mendorong lemak preperitoneal ke dalam kanalis
femoralis yang akan menjadi pembuka jalan terjadinya hernia. Faktor penyebab lainnya
adalah kehamilan multipara, obesitas, dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut. Hernia
femoralis sekunder dapat terjadi sebagai komplikasi herniorafi pada hernia inguinalis,
terutama yang memakai teknik Bassini atau Shouldice yang menyebabkan fasia transversa
dan ligamentum inguinale lebih tergeser ke ventrokranial sehingga kanalis femoralis lebih
luas.1
II.4.4 Gejala Klinis
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu
melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan intraabdomen, seperti mengangkat barang atau
batuk. Benjolan ini hilang saat berbaring. Sering penderita datang ke dokter atau ke rumah
sakit dengan hernia strangulata. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan benjolan lunak di lipat
paha di bawah ligamentum ingunale di medial vena femoralis dan lateral tuberkulum
pubikum. Tidak jarang yang lebih jelas adalah tanda sumbatan usus, sedangkan benjolan di
lipat paha tidak ditemukan, karena kecilnya atau penderita gemuk.1
Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk ke
dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan v. Femoralis sepanjang 2 cm
dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha.1
III.4.5 Terapi
Page 22
Setiap hernia femoralis memerlukan tindakan operasi kecuali kalau ada kealinan lokal atau
umum yang merupakan kontraindikasi operasi. Prinsip operasi hernia femoralis adalah:1
- Herniotomi dengan eksisi komplit dari kantong hernia.
- Menggunakan benang yang tidak diserap.
- Hernioplasti dengan reparasi defek fasia transversalis dengan ligamentum Cooper atau
Mesh, dengan tujuan mempersempit anulus femoralis.
Hernia femoralis dapat didekati dari krural, inguinal, atau kombinasi keduanya.
Pendekatan krural dilakukan tanpa membuka kanalis inguinalis, tindakan ini dipilih pada
perempuan. Pendekatan inguinal dilakukan dengan membuka kanalis ingunalis sambil
menginspeksi dinding posteriornya; tindakan ini biasanya dilakukan pada laki-laki karena
hernia femoralis pada laki-laki lebih sering disertai hernia inguinalis medialis. Pendekatan
kombinasi dapat dipilih pada hernia femoralis inkarserata, hernia residif, atau kominasi
dengan hernia inguinalis.1
Pada prinsipnya teknik operasi pada hernia femoralis dapat dikelompokan dalam tiga tipe:7
1. Low approach (pendekatan bawah) melalui
Page 23
munculnya hernia erat hubungannya dengan aktivitas, seperti mengedan, batuk, gerak lain
yang disertai dengan peninggian tekanan intraabdomen, sedangkan penyakit lain, seperti
torsio testis atau limfadenitis femoralis, tidak berhubungan dengan aktivitas demikian.1
II.5 HERNIA LAIN
II.5.1 Hernia Umbilikalis
Merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup peritoneum dan kulit
akibat penutupan yang inkomplit dan tidak adanya fasia umbilikalis. Hernia ini terdapat pada
kira-kira 20% bayi dan angka ini lebih tinggi lagi pada bayi prematur. Tidak ada perbedaan
angka kejadian antara bayi laki-laki dan perempuan.1
Gejala klinis:1
Hernia umbilikalis merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk
melalui cincin umbilikus, paling seirng berisi omentum, bisa juga berisi usus halus atau
usus besar, akibat peninggian tekanan intraabdomen, biasanya ketiak bayi menangis.
Hernia umumnya tidak menmbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi inkarserasi.
Tatalaksana:1
Bila cincin hernia < dari 2 cm diameternya, umumnya regresi spontan akan terjadi
sebelum bayi berumur 6 bulan, kadang cincin baru tertutup setelah 1 tahun. Usaha untuk
mempercepat penutupan dapat dikerjakan dengan mendekatkan tepi kiri dan kanan,
kemudian memfiksasinya dengan pita perekat (plester) untuk 2-3 minggu. Dapat pula
digunakan uang logam yang diletakkan dan diplester di atas umbilikus untuk mencegah
penonjolan isi rongga perut. Bila usia 1 tahun hernia masih menonjol, umumnya
diperlukan tindakan operasi.
Pada cincin hernia yang > besar dari 2 cm, jarang terjadi regresi spontan dan sukar
diperoleh penutupan dengan tindakan konservatif.
Hernia umbilikalis pada dewasa sering terjadi akibat operasi (hernia insisional), lebih
sering terjadi pada wanita dibandingkan dengan laki-laki. Faktor predisposisi antara lain:
multipara, asites, obesitas, dan tumor intraabdomen yang besar. Diagnosis mudah dibuat
Page 25
seperti halnya pada anak. Inkarserasi lebih seirng terjadi dibandingkan dengan anak.
Terapi hernia umbilikalis pada dewasa hanya dengan pembedahan; defek ditutup dengan
mesh, dapat melalui operasi terbuka atau operasi laparoskopi yang memberikan nyeri
minimal dan pemulihan yang cepat pasca operasi dibandingkan dengan operasi terbuka.
II.5.2 Hernia Paraumbilikalis
Merupakan hernia melalui suatu celah di garis tengah di tepi kranial umbilikus, jarang
terjadi di tepi kaudalnya. Penutupan secara spontan jarang terjadi sehingga umumnya
diperlukan tindakan opersai untuk koreksi.1
II.5.3 Hernia Epigastrika
Hernia epigastrika menonjol melalui defek di linea alba, kranial dari umbilikus; atau
disebut hernia linea laba. Hernia epigastrika adalah hernia yang keluar melalui defek di linea
alba antara umbilikus dan prosesus xifoideus. Isi hrenia terdiri atas penonjolan jaringan
lemak preperitoneal dengan atau tanpa kantong peritoneum.1
Linea alba dibentuk oleh anyaman serabut aponeurosis lamina anterior dan posterior
sarung otot rektus. Anyaman ini hanya sering selapis. Selain itu, line alba di sebelah kranial
umbilikus lebih lebar dibandingkan dengan yang sebelah kaudal sehingga merupakan
predisposisi terjadinya hernia epigastrika muncul sebagai tonjolan lunak di linea alba yang
menyerupai lipoma preperitoneal. Kalau defek linea alba melebar, baru kemudian keluar
kantong peritoneum yang dapat kosong atau berisi omentum. Jarang ditemukan usus halus
atau usus besar di dalam hernia epigastrika. Hernia ini ditutupi oleh kulit, lemak subkutis,
lemak praperitoneal, dan peritoneum. Sering ditemukan hernia multiple
Gambaran klinis:1
Sering mengeluh perut tidak enak, mual, muntah mirip keluhan pada kelainan kandung
empedu, tukak peptik, pankreatitis, atau hernia hiatus esofagus. Keluhan yang samar ini
terutama terjadi bila hernia kecil dan sukar diraba. Pada pemeriksaan abdomen teraba
massa yang tidak nyeri bila di tekan. Diagnosis hernia epigastrika sulit ditegakkan pada
pasien gemuk karena massa sukar diraba. Kadang, massa sukar dibedakan dengan lipoma,
fibroma, atau neurofibroma.
Page 26
USG dan CT-Scan abdomen diperlukan untuk menunjang diagnosis terutama pada pasien
yang sangat gemuk.
Tatalaksana:1
Terapi bedah berupa reposisi isi hernia dan penutupan defek di linea alba. Angka
kesembuhan 10-20%, lebih tinggi daripada perbaikkan hernia inguinal atau femoral. Hal
ini terjadi pada defek multiple yang gagal diidentifikasikan dan diperbaiki.
II.5.4 Hernia Ventralis
Adalah nama umum untuk semua hernia di dinding perut bagian anterolateral; nama
lainnya adalah hernia insisional dan hernia sikatriks. Hernia insisional merupakan penonjolan
peritoneum melalui bekas luka operasi yang baru maupun yang lama. Sekitar 10% luka
operasi abdomen menimbulkan hernia isnsisional.1
Faktor predisposisi yang berpengaruh dalam terjadinya hernia sikatriks adalah infeksi
luka operasi, dehisensi luka, teknik penutupan luka operasi yang kurang baik, jenis insisi,
obesitas, peninggian tekanan intraabdomen seperti pada asites , distensi usus pascabedah,
atau batuk karena kelainan paru dan lubang fasia akibat trokar pada laparoskopi yang tidak
terjahit. Keadaan umum pasien yang kurang baik, seperti pada malnutrisi dan juga pemakaian
obat steroid yang lama, juga merupakan faktor predisposisi.1
Tatalaksana:1
Pengelolaan konservatif menggunakan alat penyangga atau korset elastik khusus dapat
digunakan sementara atau bila ada kontraindikasi pembedahan. Terapi operatif berupa
herniotomi dan hernioplasti baik operasi terbuka maupun secara laparoskopi bertujuan
menutup defek di lapisan muskulo-aponeurosis. Bila defek besar, diperlukan mesh untuk
menutup defek agar tidak terjadi regangan. Operasi ini sering disertai penyulit intrabedah,
seperti adhesi usus dan/atau omentum pada kantong hernia dan pada dinding abdomen,
sedangkan residif sering terjadi, terutama apabila fasia disekitar defek tidak ikut
direparasi pada waktu hernioplasti atau jahitan fasia yang tegang.
Page 27
Page 28
Page 29
Page 30
untuk
bernafas,
yang
Pada
sliding
antara
hiatal
hernia,
kerongkongan
dan
Pertambahan usia.
Kegemukan.
merokok.
Pada anak-anak, hernia hiatal biasanya merupakan suatu cacat bawaan. Hernia hiatal
diafragma dan mengalami kekurangan darah. Bila keadaannya serius dan timbul nyeri,
disebut penjeratan (strangulasi), yang membutuhkan pembedahan darurat.8
Biasanya, pemeriksaan rontgen bisa menunjukkan adanya hernia hiatal, meskipun harus
disertai dengan penekanan yang kuat pada perut.8
Hernia hiatal biasanya tidak membutuhkan pengobatan spesifik, tapi bila disertai dengan
refluks asam, harus diobati. Hernia para esofageal bisa disembuhkan dengan pembedahan
untuk mencegah terjadinya strangulasi.8
II.5.10 Hernia Parienalis
Merupakan tonjolan hernia pada perineum melalui otot dan fasia, lewat defek dasar
panggul yang dapat terjadi secara primer pada perempuan multipara atau sekunder pada pasca
perasi perineum, seperti prostatektomi, reseksi rectum secara abdominoperineal, dan
eksenterasi perlvis.1
Hernia keluar melalui dasar panggul yang terdiria atas otot levator anus dan otot
sakrokoksigeus beserta fasianya dan dapat terjadi pada semua daerah dasar panggul.1
Hernia perinealis biasanya dibagi atas hernia anterior dan posterior. Hernia labialis yang
bukan merupakan hernia inguinalis lateralis, hernia pudendalis, dan hernia vaginolabialis;
termasuk ke dalam hernia perinealis anterior. Sedangkan hernia isiorektalis dan hernia
retrorektalis termasuk hernia perinealis posterior.1
Gejala klinik berupa benjolan di perineum yang dapat dimasukkan (reducible) dan
biasanya tak bergejala. Benjolan juga dapat muncul dengan gejala nyeri, disuria, disertai
gejala obstruksi usus.1
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tampaknya teraba
benjolan di perineum yang mudah keluar masuk dan dan jarang mengalami inkarserasi. Pintu
hernia dapat diraba secara bimanual denga pemeriksaan rektovaginal. Dalam keadaan raguragu dapat dilakukan pemeriksaan USG.1
Tatalaksana operatif dianjurkan menggunakan pendekatan transabdominal dengan
melakukan perbaikkan fasia dan otot perineal secara adekuat. Biasanya digunakan mesh atau
Page 32
flap menggunakan otot grasilis atau otot gluteus untuk mencapai perbaikkan primer yang
adekuat.1
Page 33
Daftar Pustaka
1. Sjamsuhidajat.R, Karnadihardja.W, Prasetyono.T.O.H, Rudiman.R. Dinding perut dan
Hernia.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta:ECG.2010.Edisi ke-3;Hal 615-637.
2. Hernia:
2011.
3. Grace.P.A, Borley.N.R. Hernia Abdominalis.At a Glance Ilmu Bedah.Jakarta:EMS.2007.
Edisi ke-3;Hal118-119.
4.
Pembagian
Hernia:
diunduh
dari
Page 34