Anda di halaman 1dari 15

PERDARAHAN ANTEPARTUM

Pembimbing :
dr. Abarham Martadiansyah, SpOG
Disusun Oleh :
Rizki Amelia, S.Ked
Rizka Aprilia, S.Ked
Fara Idamawati, S.Ked
Indah Wulandari, S.Ked
Irawan, S.Ked
Dessy Riska Sari, S.Ked
Mohammad Areja, S.Ked
Vina Novin, S.Ked

DEPARTEMEN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA/
RUMAH SAKIT MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan dan kesempatan sehingga penulis bisa menyusun tugas telaah ilmiah
yang berjudul Perdarahan Antepartum. Penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari berbagai pihak agar dikesempatan yang akan datang
penulis dapat membuatnya lebih baik lagi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada dr. Abarham Martadiansyah,SpOG atas bimbingan dan arahannya serta
berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan telaah ilmiah
ini.
Semoga tugas ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Palembang, April 2015

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN.....................................................................

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 6

BAB III

KESIMPULAN...................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 16

BAB I
PENDAHULUAN
Perdarahan antepartum termasuk salah satu penyebab kematian ibu yang
banyak terjadi di Indonesia, yaitu sebesar 15 % dari keseluruhan angka kematian
ibu.

Berdasarkan penyebabnya,

kematian ibu di negara berkembang yaitu

perdarahan (25 %), sepsis (15 %), aborsi yang tidak aman (13 %), hipertensi (12
%), persalinan macet (8 %), lain - lain (8 %), dan penyebab tidak langsung (19
%).1 Perdarahan antepartum juga sangat berpengaruh terhadap hasil akhir
persalinan. Keluaran perinatal yang dipengaruhi adalah kelahiran prematur < 37
minggu, kematian janin dalam kandungan intra uterine fetal death), dan kelainan
kongenital.2
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia kematian maternal
merupakan jumlah wanita yang meninggal karena kematian yang berhubungan
dengan gangguan kehamilan maupun

penanganannya, tetapi bukan karena

kecelakaan atau kebetulan selama masa kehamilan, melahirkan serta masa nifas
tanpa memperhitungkan masa

kehamilannya per 100.000 kelahiran hidup.3

Berdasarkan laporan World Health Organization, angka kematian ibu di dunia


pada tahun 2005 sebanyak 536. 000. Kematian ini dapat disebabkan oleh25%
perdarahan, 20% penyebab tidak langsung, 15 % infeksi, 13 % aborsi yang tidak
aman, 12 % eklampsi, 8 % penyulit persalinan, dan 7 % penyebab lainnya.
Perdarahan yang terjadi pada kehamilan muda disebut abortus sedangkan pada
kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. 4 Yang termasuk perdarahan
antepartum antara lain plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri.5
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
menyebutkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 228 per 100.000
kelahiran hidup pada priode tahun 2003 sampai 2007. Pada tahun 2009 Angka
Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran hidup.
Dari hasil survei tersebut terlihat adanya peningkatan angka kematian ibu di

Indonesia.3 Angka kematian ibu selama tahun 2006 sebanyak 237 per 100.000
kelahiran hidup. Dari total 4.726 kasus plasenta previa pada tahun 200 5 didapati
40 orang ibu meninggal akibat plasenta previa.6 Sedangkan pada tahun 2006 dari
total 4.409 kasus plasenta previa didapati 36 orang ibu meninggal akibat plasenta
previa.7 Plasenta previa adalah plasenta yang melekat pada bagian segmen bawah
rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang ditandai
dengan perdarahan diatas usia 28 minggu tanpa ada nyeri. 5 Menurut Faiz &
Ananth, prevalensi plasenta previa di USA (United State) dijumpai sebanyak 4,0
% dari 1000 kelahiran.8 Menurut Romundstad et al, jumlah kasus plasenta previa
pada tahun 1988-2000 di Norwegia sebanyak 1949 kasus dari 845.384
kehamilan.9
Angka kematian maternal akibat perdarahan antepartum seperti yang telah
kami sebutkan di atas mendasari penyusun untuk menulis telaah ilmiah ini.
Kedepannya diharapkan telaah ilmiah ini dapat menjadi masukan kepada tenaga
kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan lebih baik lagi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Perdarahan Antepartum
1.1.1. Definisi
Perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu. 10 Royal Collage of
Obstericias and Gynaecologist mendefinisikan perdarahan antepartum
sebagai

perdarahan yang terjadi pada 24 minggu kehamilan sampai

terjadinya persalinan.11
Adapun penyebab perdarahan anterpartum diantarannya
1.1.1.1. Plasenta Previa
a. Definisi
Plasenta yang terletak sekitar atau menutupi sebagian atau
seluruh ostium uteri interna.12
b. Klasifikasi13,14
- Plasenta previa totalis
Plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri interna
- Plasenta previa parsialis
Plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri interna
- Plasenta previa marginalis
Tepi plasenta yang terletak pada tepi ostium uteri interna
- Plasenta previa letak rendah
Plasenta yang terletak pada segmen bawah rahim dengan
tepi yang tidak sampai mencapai tepi pembukaan.
c. Etiologi dan Faktor Risiko12
1. Umur ibu dan paritas
Umur ibu merupakan faktor risiko predisposisi yang sangat
penting pada plasenta previa. Hal ini disebabkan
- Vaskularisasi desidua berkurang
- Bekas luka endometrium bertambah seiring dengan
bertambah usia dan paritas ibu.
2. Besar plasenta
Jika plasenta demikian besarnya, maka implantasinya akan
meluas sampai segmen bawah rahim
3. Plasenta tumbuh pada korion leave
- Zigot mengadakan implantasi dibawah dekat ostium uteri,
sedangkan plasenta terletak pada desidua kapsularis yang
tumbuh pada ostium uteri internum
d. Diagnosis13
6

Anamnesis
1. Perdarahan pervaginam tanpa disertai rasa nyeri
2. Darah yang keluar berwarna merah segar.
Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Luar : pada palpasi abdomen sering
ditemukan bagian terbawah janin masih tinggi diatas
simfisis.
2. Pemeriksaan Dalam
a. Inspekulo : tampak darah keluar dari ostium uteri
internum
b. Vaginal toucher (PDMO) : teraba bantalan seperti

spons diantara jari dan kepala fetus


Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ultrasonografi
e. Tatalaksana
1. Tatalaksana Umum13,14
Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan dalam
-

sebelum tersedia kesiapan untuk seksio sesarea.


Pemeriksaan inspekulo dilakukan secara hati-hati
untuk menentukan sumber perdarahan
Jika perdarahan banyak dan berlangsung, persiapkan
seksio

sesarea

tanpa

memperhitungkan

usia

kehamilan
Jika perdarahan sedikit dan berhenti, janin hidup
tapi prematur, pertimbangkan terapi ekspektatif.
2. Tatalaksana Khusus
a. Terapi Ekspektatif 14
Agar janin tidak terlahir prematur dan upaya diagnosis
dilakukan secara non-invasif
Syarat terapi ekspektatif
Kehamilan preterm dengan perdarahan
sedikit yang kemudian berhenti dengan
atau tanpa pengobatan tokolitik
Belum ada tanda inpartu
Keadaan umum ibu cukup baik
Janin masih hidup dan kondisi janin baik
Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotik
profilaksis

Lakukan pemeriksaan USG untuk memastikan


letak plasenta
Berikan tokolitik bila ada kontraksi
MgSO4 g IV dosis awal dilanjutkan 4 g
setiap 6 jam atau
Nifedipin 3 x 20 mg/hari
Pemberian tokolitik dikombinasikan
dengan betametason 12 mg IV dosis
tunggal untuk pematangan paru janin
Perbaiki anemia dengan sulfas ferous atau ferous
fumarat per oral 60 mg selama 1 bulan.
Pastikan tersedianya sarana transfusi
Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk
mencapai 37 minggu masih lama, ibu dapat
dirawat jalan dengan pesan segera kembali ke
rumah sakit jika terjadi perdarahan.
b. Tindakan aktif12
Rencanakan terminasi kehamilan jika
o Kehamilan 37 mingggu atau lebih
o Janin mati atau menderita anomali
o Pada perdarahan aktif dan banyak, segera
dilakukan terminasi tanpa memandang usia
kehamilan
Dalam memilih cara menyelesaikanpersalinan
hendaknnya dipertimbangkan mengenai derajat plasenta
previa, paritas, besarnya pembukaan dan banyaknya
perdarahan.
Cara menyelesaikan persalinan
Seksio cesarea
Pada umunya, seksio sesareadikerjakan pada kasuskasus denganperdarahan banyak, pada plasenta
previa totalis dan pada derajat plasenta lainnya
dengan pembukaan serviks yang masih kecil.
Pervaginam

Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada


plasenta. Penekanan pada plasenta dapat dilakukan
dengan cara-cara berikut
1. Memecah ketuban
2. Versi braxtonhicks
3. Dengan cunam willet
f. Komplikasi13
Ada beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada ibu hamil yang
menderita plasenta previa yakni
Karena pembentukan segmen bawah rahim terjadi
secara ritmik, maka pelepasan plasenta dari tempat
melekatnya di uterus dapat berulang dan semakin
banyak dan perdarahan yang terjadi tidak dapat dicega
sehingga penderita menjadi anemia bahkan syok.
Karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim dan sifat segmen bawah rahim ini tipis dan
mudah diterobos oleh plasenta sampai

miometrium

bahkan parametrium sehingga dapat terjadi plasenta


inkreta bahkan perkreta
Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering
terjadi
Kelahiran prematur dan gawat janin
g. Prognosis
Prognosis ibu dan anak pada plasenta prebia dewasa ini lebih
baik jika dibandingkan dengan masa lalu. Hal ini berkat
diagnosis yang lebih dini dan tidak invasif dengan USG,
disamping itu ketersediaan transfusi darah dan infus cairan
yang telah ada di rumah sakit di kabupaen.13
1.1.1.2.Solusio Plasenta
a. Definisi
Pelepasan plasenta dari implantasnya yang normal pada uterus
sebelum fetus lahir.12,13
b. Etiologi dan Faktor Risiko12
9

Trauma
Tali pusat pendek
Tekanan uterus
Kelainan atau tumor uterus
Hipertensi atau gestosis
Tekanan pada vena inferior
Defisiensi makanan

c. Klasifikasi13
solusio plasenta ringan
luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25% atau ada
yang menyebutkan kurang dari 1/6 bagian
solusio plasenta sedang
Luas plasenta yang terlepas melebihi 25% tetapi belum
mencapai separuhnya. Jumlah darah yang keluar lebih
banyak dari 250 ml, tetapi belum mencapai 1000 ml.
solusio plasenta berat
luas plasenta yang terlepas sudah melebihi 50% dan
jumlah dara yang keluar telah mencapai 1000 ml atau
lebih.
d. Diagnosis13
- Anamnesis
Perdarahan pervaginam disertai nyeri perut
Darah yang keluar umunya berwarna kehitaman.
- Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik umum : tanda-tanda syok.
Pemeriksaan obstetri
Uterus tegang dan teraba keras, bagian janin sulit diraba,
-

DJJ abnormal bahkan tidak terdengar.


Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi untuk menyingkirkan diagnosis plasenta
previa dan mengetahui derajat pelepasan plasenta.
Laboratorium faal hemostatis untuk menilai ada atau
tidaknya gangguan pembekuan darah.

e. Tatalaksana
1. Tatalaksana Umum13,14
a. Mengatasi syok
Infus Ringer Laktat dan darah diberikan untuk
mempertahankan hematokrit tetap diatas 30% atau

10

sedikit lebih tinggi dan diuresis sedikitnya 30 cc/jam


atau 1 cc/menit
b. Mengatasi oliguria
Terapi terhadap oliguria ialah memberikan infus manitol
atau furosemid
c. Mengatasi hipofibrinogenemia
d. Untuk mengetahui kadar fibrinogen plasma, kadar
fibrinogen diperiksa tiap 4 jam sampai persalinan.
Karena pemeriksaan kadar fibrinogen memakan waktu
lama, maka dalam klinik biasanya dipakai uji beku
darah sebagai berikut
Darah diambil 5 cc dan diobservasi
Tidak terjadi pembekuan darah jika titer

fibrinogen dibawah nilai kritis


Terjadi pembekuan darah yang kemudian larut
lagi setelah diletakkan dalam inkubator selama
kira-kira jam

2. Tatalaksana obstetrik12,13
Pada umumnya terapi obstetrik bergantung pada keadaan
fetus
a. Seksio sesarea
Seksio sesarea dikerjakan jika fetus masih hidup tanpa
menunggu syok diatasi, karena merupakan satu-satunya
cara untuk menghentikan syok.
b. Pervaginam (dengan pemecahan ketuban dan infus
pitosin)
Tidak bergantung pada pembukaan serviks uteri dan
turunya kepala, ketuban dipecahkan disertai dengan
infus pitosin jika fetus telah meninggal.
f. Prognosis
Prognosis tidak bergantung pada waktu antara lahirnya jabang
bayi dan mualainya terjadi solusio plasenta, tetapi bergantung
pada jumlah cairan yang diberikan, terutama darah. Solusio

11

plasenta kadang-kadang terulang kembali pada kehamilan


berikutnya.13
g. Komplikasi12
1. Uterus couvelaire
2. Syok
3. Gagal ginjal akut
4. Gangguan pembekuan darah

BAB III
KESIMPULAN
1. Perdahan anterpartum ialah perdarahan yang terjadi setelah 28 minggu
masa kehamilan.
2. Adapun penyebab perdarahan anterpartum diantaranya plasenta previa dan
solusio plasenta
3. Plsenta previa adalah plasenta yang terletak sekitar atau menutupi sebagian
atau seluruh ostium uteri interna.
4. Plasenta previa dibagi menjadi plasenta previa totalis, marginalis, letak
rendah dan partial.
5. Adapun faktor yang berhubungan dengan terjadinya plasenta previa ialah
umur, paritas ibu, besar plasenta dan plasenta tumbun di korion leave.
6. Tanda dan gejala dari plasenta previa yakni adanya perdarahan dari
kemaluan pada usia kehamilan tanpa disertai rasa nyeri, pada pemeriksaan
obstetri luar didapatkan janin belum masuk PAP, keluarnya darah dari OUI
pada pemeriksaan inspekulo, teraba bantalan pada pemeriksaan vaginal
toucher (harus dilakukan diatas meja operasi) dan dari pemeriksaan
penunjang yakni pemeriksaan USG.
7. Tatalaksana plasenta previa meliputi tatalaksana umum dan tatalaksana
khusus ( berhubungan dengan tindakan aktif atau ekspektatif ).

12

8. Solusio plasenta adalah pelepasan plasenta dari implantasnya yang normal


pada uterus sebelum fetus lahir.
9. Berdasarkan derajat pelepasan plasenta, solusio plasenta dibagi menjadi
solusio plasenta ringan, sedang dan berat.
10. Faktor risiko solusio plasenta ialah Trauma
Tali pusat pendek
Tekanan uterus
Kelainan atau tumor uterus
Hipertensi atau gestosis
Tekanan pada vena inferior
Defisiensi makanan
11. Adapun tanda dan gejala dari solusio plasenta yakni perdarahan
pervaginam disertai nyeri perut, darah yang keluar umunya berwarna
kehitaman, terdapat tanda-tanda syok dan uterus tegang dan teraba keras,
bagian janin sulit diraba, DJJ abnormal bahkan tidak terdengar
12. Tatalaksana solusio plasenta meliputi tatalaksana umum (pencegahan
komplikasi) dan tatalaksana obstetrik.

13

DAFTAR PUSTAKA
1. Pratomo J. Kematian Ibu dan Kematian Perinatal pada Kasus-kasus Rujukan
Obstetri di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Semarang: Bagian Obstetri
Ginekologi Fakultas Kedokteran UNDIP; 2003.
2. McCormack RA, Doherty DA, Magann EF, Hutchinson M, Newnham JP.
Antepartum Bleeding of Unknown Origin in The Second Half of Pregnancy
and Pregnancy Outcomes.Brit J Obstet Gynaec [internet]. c2008 [cited 2011
Sep

19].

Available

from

:http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.14710528.2008.01856.x/pdf
3. Depkes RI, 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008.http://www.depkes.go.id.
4. World Health Organization. 2008. Maternal Mortality. Available
From:http://www.who.int/making_pregnancy_safer/events/2008/mdg5/facshee
t_maternal_mortality.pdf
5. Chalik, T.M.A., 2008. Hemoragik Utama Obstetri dan Ginekologi. Widya
Kencana. Jakarta.
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Profil Kesehatan Indonesia
2006. Jakarta. Available From :www.depkes.go.id/.../Profil%20Kesehatan
%20Indonesia%202006pdf
7. Departemen Kesehatan RI., 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2005.Jakarta.
8. Faiz, AS and Ananth, CV. 2003. Etiology and risk factors for placenta previa:
An overview and meta-analysis of observational studies. Journal of MaternalFetal

and

Neonatal

Medicine.

13:

175190.

Available

From:

http://www.curehunter.com/public/pubmed12820840.do.
9. Romundstad, et al. 2006. Increased risk of placenta previa in pregnancies
following IVF/ICSI; a comparison of ART and non-ART pregnancies in the
same mother. Oxford University Press on behalf of the European Society of

14

Human

Reproduction

and

Embryology.21:

2353

2358.

Available

From:http://humrep.oxfordjournals.org/content/21/9/2353.full
10. Mochtar, R.1998. Perdarahan Antepartum, Sinopsis Obstetri Jilid 1 ed 2. Hal.
269-287. Jakarta; EGC.
11. Royal Collage of Obstetricians and Gynaecology. 2011. RCOG Green Top
Guideline

Antepartum

Haemorrhage.

Available

from

http://www.

rcog.org.uk/guidelines.
12. Supono. 1985. Ilmu Kebidanan: Patologi. Palembang; Bagian Obstetri dan
Ginekologi RSMH/ FK Unsri.
13. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan.Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
14. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

15

Anda mungkin juga menyukai