Telaah Ilmiah HPP
Telaah Ilmiah HPP
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan 500 ml setelah bayi lahir atau
yang berpotensi mempengaruhi hemodinamik ibu.
2.2 Klasifikasi
Berdasarkan waktu terjadinya, perdarahan pasca persalinan dibagi menjadi dua
yakni
1. Perdarahan pascapersalinan primer yaitu perdarahan pasca persalinan yang
terjadi dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir.
2. Perdarahan pasca persalinan sekunder yaitu perdarahan pasca persalinan yang
terjadi setelah 24 jam pertama setelah bayi lahir.
2.3 Insidensi
Insidensi yang dilaporkan Mochtar, R. dkk. (1965-1969) di R.S. Pirngadi Medan
adalah 5,1% dari seluruh persalinan. Dari laporan-laporan baik di negara maju
maupun di negara berkembang angka kejadian berkisar antara 5% sampai 15%.
Berdasarkan penyebabnya diperoleh sebaran sebagai berikut:
- Atonia uteri 50 60 %
- Sisa plasenta 23 24 %
- Retensio plasenta 16 17 %
- Laserasi jalan lahir 4 5 %
- Kelainan darah 0,5 0,8 %
2.4 Etiologi dan faktor predisposisi
Berdasarkan etiologinya, perdarahan pasca persalinan dapat disebabkan oleh halhal berikut
1. Atonia uteri
Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot miometrium uterus untuk
berkontraksi dan memendek.
Pada atonia uteri, penyebabnya antara lain uterus overdistensi (makrosomia,
kehamilan kembar, hidramnion atau bekuan darah), induksi persalinan,
penggunaan agen anestetik (agen halogen atau anastesia dengan hipotensi),
2
uterus
Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri,
disebabkan oleh konstriksi ostium uteri
terjadinya
perdarahan
pasca
persalinan
akibat
gangguan
Penyebab
Atonia uteri
2.
Retensio plasenta
3.
Sisa plasenta
4.
6.
Ruptur uteri
7.
Inversio uteri
8.
Eklampsia
Emboli air ketuban
2.6 Tatalaksana
2.6.1 Tatalaksana umum
Panggil bantuan tim untuk tatalaksana secara simultan.
Nilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien.
Bila menemukan tanda-tanda syok, lakukan penatalaksanaan syok.
Berikan oksigen.
Pasang infus intravena dengan kanul berukuran besar (16 atau 18)dan
mulai pemberian cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat atau
Ringer Asetat) sesuai dengan kondisi ibu.
Tabel
2.
Perkiraan
Jumlah
Cairan
Infus
Yang
Dibutuhkan
Profil Hemostasis
Waktu perdarahan (Bleeding Time/BT)
Waktu pembekuan (Clotting Time/CT)
Prothrombin time (PT)
Activated partial thromboplastin time (APTT)
Hitung trombosit
Fibrinogen
Tatalaksana spesifik
Atonia uteri
a. Lakukan pemijatan uterus.
b. Pastikan plasenta lahir lengkap.
c. Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% /Ringer
Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM. Lanjutkan infus
oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat
dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti.
d. Bila tidak tersedia oksitosin atau bila perdarahan tidak berhenti, berikan
ergometrin 0,2 mg IM atau IV (lambat), dapat diikuti pemberian 0,2 mg
IM setelah 15 menit, dan pemberian 0,2 mg IM/IV (lambat) setiap 4 jam
e.
Retensio Plasenta
a. Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer
b. Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menitdan 10 unit IM. Lanjutkan infus
oksitosin 20 UNIT dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% /Ringer Laktat
c.
d.
e.
f.
Sisa Plasenta
a. Berikan 20-40 unitoksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer
b. Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menitdan 10 unitIM. Lanjutkan infus
oksitosin 20 unitdalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat
dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti.
c. Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan keluarkan bekuan
darah dan jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen,
lakukan evakuasi sisa plasenta dengan aspirasi vakum manual atau
dilatasi dan kuretase
9
Ruptur Uteri
Jika uterus dapat diperbaiki dengan risiko operasi lebih rendah
daripada histerektomi dan tepi robekan uterus tidak nekrotik,
lakukan reparasi uterus (histerorafi). Tindakan ini membutuhkan
waktu yang lebih singkat dan menyebabkan kehilangan darah yang
lebih sedikit dibandingkan histerektomi.
10
11