Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN

KASUS
ANESTESI PADA STRUMA

Disusun oleh :
BRAMA PUTRA SRIYATNO
DENIES ARIWIBOWO
ELGA ELASKIA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI


KEPANITERAAN KLINIK ANESTESI RS. BHAYANGKARA TK.I RADEN SAID
SUKANTO
JAKARTA

Identitas

Nama
Jenis Kelamin
Umur
Status
Alamat
Agama
Pekerjaan
Tanggal Masuk RS
Tanggal Operasi

:
:
:
:
:
:

Tn. RA
Laki - Laki
25 tahun
Belum Menikah
Cililitan, Jakarta timur
Islam
: Karyawan swasta
: 22 Desember 2014
: 23 Desember 2014

Anamnesis

Keluhan utama
benjolan pada leher sebelah kanan
Keluhan tambahan
nyeri (+)

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien masuk rumah sakit dengan


keluhan benjolan di leher kanan sejak 1
tahun sebelum masuk rumah sakit.
Benjolan disertai nyeri. Demam
disangkal. Pasien datang untuk
persiapan operasi.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat

penyakit serupa disangkal


trauma disangkal
penyakit jantung disangkal
asma dan alergi disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat kencing manis dan darah tinggi


pada keluarga disangkal
Riwayat asma pada keluarga disangkal
Tidak ada keluarga yang mengalami hal
yang sama dengan pasien

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Baik


Kesadaran : Compos Mentis (GCS 15)
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Laju nadi
: 68x/menit (teratur, kuat)
Suhu
: 36,5C
Frekuensi napas : 10 x/menit
Berat badan : 71 kg
Tinggi badan: 172 cm

Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
Kepala
: normocephali, tidak ada deformitas,
wajah simetris, rambut hitam,
Mata
: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik
-/-, pupil isokor, bulat, diameter 3 mm, refleks
cahaya +/+
Hidung
: septum nasi di tengah, sekret -/ Mulut
: mukosa bibir baik, faring tidak tampak
hiperemis, tonsil T1/T1
Leher
: trakea di tengah, tidak ada pembesaran
KGB, tiroid tampak membesar diameter 4 cm

Pemeriksaan Fisik
Thorax
Paru
Inspeksi
: simetris dalam pengembangan
saat inspirasi
maupun ekspirasi
Palpasi : gerakan pernapasan dan fremitus
taktil kiri
kanan simetris
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi: vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing
-/-

Pemeriksaan Fisik

Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat pada ICS V linea axilaris


anterior sinistra
Palpasi
: ictus cordis teraba pada ICS V linea axilaris anterior
sinistra
Perkusi
:

batas atas
: ICS III parasternal sinistra
batas kanan: ICS V linea parasternal dextra
batas kiri
: ICS V linea axilaris anterior sinistra

Auskultasi: bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi :
Palpasi
:
Perkusi
:
Auskultasi:

cembung
hepar dan lien tidak teraba, nyeri lepas (-)
timpani pada keempat kuadran, shifting dullness(-)
bising usus (+); 4-5 x/ menit

Pemeriksaan Fisik

Pulmo

Inspeksi : simetris dalam pengembangan saat inspirasi


maupun
ekspirasi, kifosis (-), lordosis (-), skoliosis
(-)
Palpasi : gerakan pernapasan simetris, fremitus taktil kiri
= kanan
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi: suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Alat kelamin : tidak diperiksa


Anus dan rektum
: tidak diperiksa
Ekstremitas
: akral hangat, turgor kulit normal,
edema -/Kulit
: sawo matang, hangat pada perabaan


PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium darah


22/12/14

Hemoglobin (g/dL)

13,4

Hematokrit (%)

41

Leukosit (/L)

7600

Trombosit (/L)

243000

22/12/14
SGOT/AST

25 U/l

SGPT/ALT

30U/l

Ureum
Kreatinin
GDS

18 mg/dl
0,67 mg/dl
98 mg/dl

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hormon Thyroid
Total

1.390 ng/ml

Bebas

1.260 ng/ml

Sensitif

0.950 uIU/ml

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi
Thorax : Tidak ditemukan kelainan pada
jantung/
paru
USG : Kompleks adenoma thyroid dextra
(mengesankan gambaran folikuler
adenoma)
dengan ukuran massa 3,68 x 3,68 x
4,37 cm

RESUME

Pasien laki-laki 25 tahun datang dengan


keluhan utama benjolan dileher kanan
dengan rasa nyeri.
Pada pemeriksaan fisik, kesadaran pasien
kompos mentis (GCS 15), tanda-tanda vital
TD: 120/80 mmHg, Nadi: 68 x/menit,
frekuensi pernapasan 10 x/menit, dan suhu
36,5oC.
Pada pemeriksaan USG thyroid didapatkan
hasil yang mendukung gambaran struma
nodusa nontoksik dextra.

Diagnosis

Struma Nodusa Non Toksik (SNNT)


dextra

Pembahasan Kasus

Pre Operatif

Informed Consent (+)


Observasi tanda-tanda vital
Puasa (+) selama 8 jam
Tidak ada gigi goyang atau pemakaian
gigi palsu
IV line terpasang dengan infus RL 500 cc

Pre Operatif

Keadaan Umum
Kesadaran

: Tampak sakit ringan


: Compos Mentis

Tanda vital
Tekanan darah
: 114/51 mmHg
Nadi
: 66 x/menit
RR
: 16 x/menit
Suhu
: 36,8 0C

Intraoperatif
Tindakan Operasi : Total Lobectomy Dextra
Tindakan Anestesi : General anestesi
Lama Operasi : 90 menit (08.30-10.00)
Lama Anestesi : 115 menit (08.15 10.10)
Jenis Anestesi : General anestesi dengan teknik ETT no
7,5 menggunakan O2 2 L, N2O
2L, dan isoflurane 1,5
Vol %
Posisi
: Supine
Pernafasan
: Spontan
Infus: Ringer Laktat pada tangan kiri 500cc

Intraoperatif

Premedikasi : Fentanil 100 mcg i.v


Induksi
: Propofol 200 mg i.v
Rumatan : O2 2 L, N2O 2 L, Isoflurane 1,5 Vol
%
Medikasi : - Roculax 30 mg i.v
- Asam Tranexamat 500 mg i.v
- Crome 50 mg i.v
- Ketorolac 30 mg i.v
- Tramadol 100 mg i.v
- Metoclopramide 10 mg i.v

Intraoperatif

Intubasi
Endotracheal

: Laringoskop dan

Tube no. 7,5 cuff (+)


Cairan
: Cairan Masuk : RL 1000 cc
Cairan Keluar
: tidak dapat dimonitoring
karena
tidak dilakukan pemasangan
kateter.

Intraoperatif
Premedikasi Anestesi
Fentanyl:

Analgesia, anestesi
Dosis : 25 100 g
Onset : 30 detik
Durasi : 20-60 menit

Intraoperatif
Induksi anesthesia

Dilakukan induksi IV. Induksi ini banyak


dikerjakan dan digemari karena cepat.
Hendaknya
dikerjakan
dengan
hati-hati,
perlahan-lahan, lembut dan terkendali.
Obat induksi disuntikkan dengan kecepatan
antara 30-60 detik.
Monitor tanda-tanda vital (pernapasan, nadi,
tekanan darah dan oksigen)
Induksi IV ini dilakukan pada pasien yang
kooperatif

Intraoperatif
Pasien ini dilakukan induksi IV dengan
propofol 200 mg.
Propofol
Induksi sedasi sadar
Dosis : IV 2-2,5 mg/kg
Maintenance: 100-300 g/menit

Intraoperatif
Onset : 40 detik
Durasi : 5-10menit

Kontra indikasi : pasien dengan


peningkatan tekanan intracranial karena
berpengaruh terhadap tekanan perfusi
otak, juga pada pasien alergi telur dan
minyak kedelai.

Intraoperatif
Relaksasi otot pasien diberikan roculax 30 mg.
Roculax

Dosis : IV 0,6 1,2 mg/bb


Maintenance : bolus 0,15 mg/kgBB, Drip 9-12
g/menit
Onset : 1-3 menit
Durasi : 35-75 menit
Efek reverse terhadap antikolinesteraasi seperti
neoostigmine atau piridostigmine bersama
dengan atropine atau glikopirolat

Intraoperatif
Intubasi dengan laryngoscope yang sesuai
untuk orang dewasa ETT no 7,5 yang sesuai
untuk lelaki dewasa .
Maintenance : mengacu pada trias anestesi
yaitu tidur ringan (hypnosis) sekedar tidak
sadar, analgesia cukup dan relaksasi otot
lurik cukup.
Pasien ini maintenance anestesi :
diberikan N2O berbanding O2 2L : 2L dan
isoflurane 1%

Intraoperatif
Gas inhalasi yang digunakan adalah
isoflurane.
Isoflurane
merupakan
halogenasi eter yang memiliki efek
minimal dalam depresi jantung dan
curah jantung. Berat molekul isofluran
184 dengan MAC 1,15 1,2. Isofluran
memiliki
efek
relaksasi
otot
non
depolarisasi yang baik.

Intraoperatif
Pemantauan Selama Anestesi

Melakukan monitoring terus menerus tentang


keadaan pasien yaitu reaksi pasien terhadap
pemberian obat anestesi khususnya terhadap
fungsi pernapasan dan jantung.
Kardiovaskular
: Nadi setiap 5 menit
Tekanan darah setiap 5 menit
Respirasi
: Inspeksi pernapasan spontan pada
pasien
Saturasi Oksigen
Cairan : Monitoring input cairan

Obat-obatan yang diberikan


Carbazochrome Sodium Sulfonate
(Crome/Adona)
Dosis : IV / drip 25 100 mg, dapat
dinaikkan atau diturunkan tergantung
pada umur dan gejalanya. Merupakan
obat hemostatik yang bekerja dengan
menstabilkan dinding pembuluh darah,
yaitu
menghambat
peningkatan
permeabilitas kapiler dan memperkuat
resistensi kapiler

Obat-obatan yang diberikan


Crome bekerja dengan memperpendek
waktu perdarahan (hemostatik), tetapi
tidak mempunyai efek pada koagulasi
darah atau system fibronolitik.
Crome bekerja pada barrier endotel yang
dipengaruhi oleh berbagai substansi
vasoaktif
yang
meningkatkan
permeabilitas.

Obat-obatan yang diberikan


Asam Traneksamat
Sebagai antifibrinolitik yang merupakan
derivate sintetik asam amino lysine yang
bekerja dengan memblok lysine binding
site pada molekul plasminogen secara
reversible,
sehingga
menghambat
aktivasi plasminogen menjadi plasmin
yang merupakan molekul yang berperan
untuk degradasi fibrin.

Obat-obatan yang diberikan


Fibrin merupakan dasar pembentukan
bekuan darah dalam proses hemostasis.
asam lambung serta dapat bersifat
analgesia (yang berhubungan dengan
spasme otot) karena mempunyai efek
kolinergik dan dopaminergik.

Obat-obatan yang diberikan


Tramadol
Tramadol 100 mg diberikan pada sebagai
analgetik kuat dan bekerja secara sentral,
pada reseptor di sistem saraf pusat
sehingga memblok sensasi nyeri dan
respon
terhadap
nyeri.
Tramadol
diberikan secara IV/Drip pada pasien.
Pemberian tramadol dapat diulang setiap
4-6 jam dengan dosis maksimal 400 mg
per hari.

Obat-obatan yang diberikan


Metoclopramide
Dosis Dewasa : 10-20 mg (0,25 mg/kg)
Oral,IV,IM. Onset parenteral 3-5 menit
dan oral 30-60 menit. Bekerja sebagai
antagonis dopamine pada kemoreseptor
trigger zone pada saraf sentral sehingga
memberikan efek antiemetik serta
kolinomimetik pada saraf perifer.

Obat-obatan yang diberikan


Metoclopramide memberikan efek stimulasi
asetilkolin pada otot polos, meningkatkan
tonus
spinchter
lower
esophagus,
mempercepat pengosongan lambung, serta
menurunkan volume cairan lambung.
Metoclopramide
tidak
mempengaruhi
sekresi asam lambung serta dapat bersifat
analgesia (yang berhubungan dengan
spasme otot) karena mempunyai efek
kolinergik dan dopaminergik.

Obat-obatan yang diberikan


Ketorolac
Dosis: 30 mg IV. Onset 0,5-1 jam serta
durasi 6-8 jam. Diberikan sebagai
analgetik non opioid yang digunakan
sebagai tambahan penggunaan opioid
dosis rendah dan alternative opioid
untuk
analgesia
post-op
untuk
menghindari efek samping opioid yang
berupa depresi pernapasan, sedasi dan
mual (efek SSP minimal).

Obat-obatan yang diberikan


Sifat analgentik ketorolac setara dengan
opioid (30mg ketorolac = 100 mg petidin
= 12 mg morfin), sedangkan sifat
antipiretik dan anti infamasinya rendah.
Cara
kerja
ketorolac
adalah
menghambat sintesis prostaglandin di
perifer tanpa mengganggu reseptor
opioid di sistem saraf pusat

Post Operative
Pasien masuk ruang pemulihan dan setelah
itu dibawa ke ruang Mahoni II
Berikan oksigen 2Liter/ Menit melalui nasal
canul
Observasi tanda- tanda vital dalam batas
normal

Kesadaran : Compos Mentis


TD
: 130/70 mmHg
Nadi : 72x/min
Saturasi
: 99%

Post Operative
Pada pasien ini didapatkan nilai aldrete skor 10,
pasien dipindahkan ke ruang perawatan bangsal
untuk dilakukan observasi lebih lanjut.
Instruksi Post OP

Awasi KU, TNSP


Puasa sampai BU (+)
Infus D5 : III, RL : I (4 / 24 jam)
Cefotaxime inj. 2x1 gr
Tramadol inj. 3x1 amp
Rantin inj. 3x1 amp
Cek HB dan HT post OP

Anda mungkin juga menyukai