Anda di halaman 1dari 16

PERANAN PENTING PROFESI ARSITEK

DI DALAM MANAJEMEN PROYEK

MAKALAH

OLEH

DANIEL
143406003

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR


BIDANG KEKHUSUSAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI ARSITEK
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Bapak Taufik Mustafa, S.T., M.T., IAI selaku
dosen mata kuliah Manajemen Praktek 2 yang memberikan kesempatan dalam rangka pembuatan
makalah ini.
Judul yang akan dibahas adalah Peranan Penting Profesi Arsitek di dalam Manajemen Proyek
sesuai dengan arahan yang diberikan guna memahami lebih lanjut mengenai peran arsitek dalam
manajemen proyek itu sendiri.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu penulis selalu
mengharapkan setiap kritik serta saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan makalah ini.
Terima kasih.

Medan, 12 Maret 2015


Penulis,

Daniel (NIM: 143406003)

DAFTAR ISI

HAL
Halaman Judul
HALAMAN KATA PENGANTAR ........................................................

ii

Halaman DAFTAR ISI ............................................................................

iii

BAB

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG .........................................

1.2 TUJUAN .............................................................

1.3 LANDASAN TEORI ..........................................

BAB II

PEMBAHASAN .................................................

BAB III KESIMPULAN....................................................

12

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam melaksanakan konstruksi sebuah bangunan, harus ada seseorang atau sekelompok orang yang
mengatur pelaksanaan konstruksi tersebut. Pengaturan pelaksanaan tersebut biasanya disebut sebagai
manajemen dan khususnya pada kasus ini adalah manajemen proyek. Di kota Medan khususnya, sering
terlihat proyek yang berjalan sangat lambat atau bahkan terbengkalai. Hal tersebut disebabkan oleh
bagaimana tidak adanya manajemen proyek di dalam pelaksanaan pembangunan proyek tersebut. Maka
dari itu, manajemen proyek seharusnya dibuat sehingga konstruksi sebuah proyek dapat berjalan
dengan baik dan sesuai dengan harapan perancang.
1.2 TUJUAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar penulis memahami fungsi manajemen proyek secara
benar dan mengerti bahwa manajemen proyek adalah sesuatu yang wajib ada di dalam setiap
pengadaan proyek.
1.3 LANDASAN TEORI
Menurut PMI (Project Manajement Institute) (2013), proyek adalah sesuatu usaha atau kerja keras yang
dilakukan guna mencapai sebuah hasil, menyelesaikan sebuah produk atau jasa. Secara umum, menurut
PMI (2013) pula, manajemen proyek adalah pengaplikasian pengetahuan, ketrampilan, peralatan, dan
teknik terhadap sebuah kegiatan yang berupa proyek untuk memenuhi kebutuhan proyek. Kedua
pemahaman ini kemudian dijadikan landasan dalam penulisan makalah yang ditulis dengan metoda
kepustakaan.
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi, manajemen proyek diartikan melalui dua kata yaitu manajemen dan proyek.
Manajemen dapat diartikan ke dalam beberapa maksud sesuai dengan beberapa ahli dalam hal
manajemen antara lain:
1. Fayol (Storrs, 1949) mengatakan bahwa manajemen adalah proses perkiraan dan perencanaan,
pengorganisasian, pemimpinan, pengkoordinasian, dan pengaturan.
2. Menurut Malik (2009), manajemen adalah transformasi dari sumber daya menjadi fungsi.
3. Taylor (1911) berpendapat bahwa manajemen adalah sebuah seni dari bagaimana seseorang
mengetahui apa yang sedang ia lakukan dan kemudian melihat bahwa pekerjaan itu diselesaikan
dengan cara yang terbaik dan termurah.
4. Davis (1951) menuturkan bahwa manajemen adalah fungsi dari kepemimpinan badan eksekutif
dimanapun itu.
Dari keempat pemahaman tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan sebuah kegiatan
yang membutuhkan kepemimpinan untuk mengatur sumber daya yang ada sehingga sesuatu yang
dikerjakan sumber daya tersebut dapat selesai dengan baik, efisien, dan efektif.

Proyek, sebagaimana telah disebutkan di bagian awal makalah, merupakan sesuatu usaha yang
menghasilkan produk, jasa, maupun hasil tertentu lainnya. Dalam hal ini, manajemen proyek berarti
sebuah usaha yang dilakukan dibawah sebuah kepemimpinan, menggunakan sumber daya yang ada
secara efektif dan efisien, untuk mencapai sebuah tujuan berupa hasil tertentu, produk, maupun jasa.
Sampai pada abad ke-20, proyek-proyek pembangunan pada umumnya diatur atau di-manage oleh para
arsitek atau biasa disebut insinyur ahli, seperti Vitruvius, Christopher Wren, Thomas Telford, dan
Isambard Kingdom Brunel (Lock, 2007). Meskipun tidak dinamai sebagai satu disiplin ilmu khusus
seperti sekarang ini, yaitu manajemen proyek, proyek-proyek zaman dahulu yang selesai dibangun
menjadi bukti adanya manajemen proyek di balik pembangunan tersebut. Sebut saja piramida yang
dibangun jauh sebelum masa Vitruvius. Pembangunan piramida yang sangat tipikal dan presisi
menambah keyakinan bahwa memang nyata manajemen proyek telah ada sejak dulu. Selain piramida,
proyek-proyek konstruksi lainnya seperti Tembok Besar Tiongkok, Stonehenge, dan bahkan Candi
Borobudur, tentunya memiliki manajemen yang sangat baik sehingga bangunan-bangunan atau proyek
yang bahkan sampai hari ini masih akan terasa sulit untuk selesai dibangun, dapat diselesaikan pada
zaman pembangunan proyek-proyek tersebut. Hal ini membuktikan bahwa manajemen proyek yang
baik menjadi jaminan sebuah proyek dapat benar-benar terselesaikan.
Manajemen proyek mulai disadari sebagai sebuah disiplin yang mampu menyatukan beberapa disiplin
ilmu rekayasa teknik mulai pada tahun 1950 (Cleland & Gareis, 2006). Pada masa tersebut muncul pula
Gantt chart yang sering dipakai dalam manajemen proyek, yang tentunya diciptakan oleh Henry Gantt,
yang disebut sebagai bapak dari teknik perencanaan dan pengaturan (Stevens, 2002). Selain Henry
Gantt, Henri Fayol juga merupakan salah satu pionir dalam manajemen proyek. Sebagaimana tersebut
di atas, ada lima fungsi dari manajemen (perkiraan dan perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan,
pengkoordinasian, dan pengaturan) yang menjadi dasar dari pembentukan manajemen proyek itu
sendiri (Witzel, 2003).

Perkembangan manajemen proyek terus berlangsung dan badan manajemen proyek pun dibentuk,
seperti salah satunya adalah IPMA (International Project Management Association) yang dirintis pada
tahun 1967 di Eropa (Kousholt, 2007). IPMA menjadi salah satu badan atau organisasi manajemen
proyek yang menaungi badan asosiasi manajemen proyek hambpir diseluruh dunia, termasuk
Indonesia, yang tergabung dalam IAMPI (Ikatan Ahli Manajemen Proyek Indonesia) yang didirikan
pada tanggal 16 Juli 1999. IAMPI merupakan asosiasi profesi yang menampung praktisi Ahli
Manajemen Proyek di Indonesia dan merupakan bagian dari PU dan LPJK pula. Selain IPMA, badan
manajemen proyek yang cukup terkenal adalah PMI (Project Management Institute) yang dibentuk di
Amerika Serikat pada tahun 1969 (Harrison & Lock, 2004). PMI juga sangat berkembang dan
menaungi cabang-cabang PMI yang berada di berbagai negara, termasuk PMI - Indonesia yang
didirikan pada tahun 1996.
Manajemen proyek tentunya tidak hanya terbatas pada proyek sipil ataupun konstruksi, namun untuk
penulisan makalah ini, manajemen proyek yang dimaksud akan terbatas hanya pada manajemen proyek
konstruksi. Karena berhubungan dengan proyek konstruksi, maka undang-undang maupun peraturan
pemerintah turut andil di dalam pelaksanaan sebagai dasar hukum yang berlaku. Beberapa kutipan yang
diambil yang menjadi dasar hukum mengenai kehadiran manajemen proyek konstruksi antara lain:
1. Model Perda BG Tahun 2014 pasal 1, butir ke-41 yang berbunyi, "Penyedia Jasa Konstruksi
Bangunan Gedung adalah orang perorangan atau badan yang kegiatan usahanya menyediakan
layanan jasa konstruksi bidang Bangunan Gedung meliputi perencana teknis, pelaksana konstruksi,
pengawas/ manajemen konstruksi, termasuk Pengkaji Teknis Bangunan Gedung dan Penyedia Jasa
Konstruksi lainnya."
2. Lebih lanjut lagi pada pasal 135 ayat pertama, disebutkan. " Pelaksanaan pemeriksaan kelaikan
fungsi Bangunan Gedung untuk proses penerbitan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) Bangunan Gedung
hunian rumah tinggal tidak sederhana, Bangunan Gedung lainnya atau Bangunan Gedung Tertentu
dilakukan oleh penyedia jasa pengawasan atau manajemen konstruksi yang memiliki sertifikat
keahlian."

3. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002
Tentang Bangunan Gedung, Bab IV, No. 1, Bagian F, mengenai pengawasan konstruksi berupa
kegiatan manajemen konstruksi pembangunan bangunan gedung, yang meliputi: (1) pengendalian
biaya, mutu, dan waktu pembangunan bangunan gedung dari tahap perencanaan teknis dan
pelaksanaan konstruksi bangunan gedung, serta (2) pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan gedung.
4. Pada buku Pedoman Hubungan Kerja IAI, disebutkan pada bagian BAB I, pasal 7 antara lain, "
Manajemen Proyek / MP adalah pengelolaan jalannya proses pembangunan / konstruksi secara
menyeluruh yang dimulai sejak proses tahap persiapan, inisiatif proyek yaitu tahap perumusan
kebutuhan atau gagasan proyek, penyusunan anggaran

dan jadwal pembangunan secara

keseluruhan sampai dengan selesainya proses pelaksanaan pembangunan / konstruksi termasuk


masa pemeliharaan serta pengadaan / proccurement peralatan dan perlengkapan bangunan."
Pada peraturan-peraturan di atas tertera bahwa manajemen proyek yang lebih ditekankan pada bagian
tertentu yaitu manajemen konstruksi seperti tertulis diatas, merupakan kegiatan yang berhubungan
dengan pengawasan ataupun pemeriksaan kelayakan fungsi sebuah bangunan. Pada PP No. 36 Tahun
2005 lebih mendetail disebutkan bahwa kegiatan manajemen konstruksi mengacu pada pengendalian
biaya, mutu, dan waktu pembangunan - yang merupakan triple constrains yang sering dan/atau selalu
dikaitkan dengan manajemen proyek konstruksi itu sendiri. Namun pada buku Pedoman Hubungan
Kerja IAI, dijelaskan mengenai manajemen proyek yang mana pengelolaannya bersifat menyeluruh,
dimulai dari tahap persiapan sampai selesainya konstruksi bangunan dan bahkan termasuk masa
pemeliharaan bangunan.
Untuk mengetahui lebih mendetail mengenai proses manajemen proyek, berikut merupakan tahapan
manajemen proyek (PMI, 2010):
1. Tahap Inisiasi
Tahap ini terdiri dari beberapa proses yang dilaksanakan untuk menyatakan adanya sebuah proyek
baru dengan memperoleh otorisasi untuk memulai proyek tersebut. Dalam tahapan ini, langkah
awal telah ditentukan, begitu juga dengan sumber biaya yang sudah pasti. Pihak pemangku

kepentingan pun ditentukan pada tahap ini, dan bila belum dipilih, manajer proyek akan dipilih
pada tahap ini. Selanjutnya anggaran dasar akan disusun dan setelah disetujui, makan proyek ini
secara resmi dimulai.
Fungsi dari tahapn inisiasi adalah untuk menyamakan kepentingan dan pengertian antara para
pemangku kepentingan dengan tujuan proyek, memberikan gambaran proyek serta tujuan proyek,
dan menunjukkan bagaimana para pemangku kepentingan akan turut andil di dalam proyek
tersebut. Melalui tahap ini pula, para pemangku kepentingan akan diyakinkan bahwa harapan atau
ekspektasi mereka telah terpenuhi. Proses ini juga membantu untuk menetapkan tujuan atau visi
dari projek - yaitu apa yang akan dicapai.
Sehubungan dengan proyek konstruksi, profesi arsitek juga memiliki peran dalam tahap ini.
Sebagaimana disebutkan pada Buku Pedoman Hubungan Kerja Antara Arsitek dan Pengguna Jasa,
pada pasal 40 tentang Lingkup Tugas/Pekerjaan, profesi arsitek berperan pada tahap konsepsi
perencanaan perancangan yang sejalan dengan tahap inisiasi proyek pada manajemen proyek itu
sendiri. Dalam tahap ini, arsitek bertugas menyusun dan menghasilkan program perencanaan
perancangan untuk mengetahui batasan tujuan proyek serta kendala persyaratan / ketentuan
pembangunan. Selain itu, pada tahap ini juga dibuat dasar pemikiran dan pertimbangan yang
menampung semua aspek, kebutuhan, tujuan, dan kendala proyek.
2. Tahap Perencanaan
Melalui tahap ini, keseluruhan rangkaian pekerjaan yang akan dilaksanakan dinyatakan, tujuantujuan proyek dirincikan serta diperbaiki. Tahap perencanaan juga termasuk proses pengembangan
perencanaan manajemen proyek serta dokumen proyek yang berisi rencana kerja pada tahap
eksekusi secara keseluruhan. Review dan feedback dari pemangku kepentingan juga akan sering
terjadi sehingga proyek yang dilaksanakan akan sesuai dengan pihak-pihak tertentu serta
memperoleh otorisasi untuk dilanjutkan.
Tahap perencanaan akan menghasilkan rencana manajemen proyek serta dokumen proyek yang
memperhitungkan segala aspek yang berhubungan dengan proyek seperti ruang lingkup proyek,
waktu, biaya, mutu, komunikasi yang akan terjadi, sumber daya manusia yang dimanfaatkan,
resiko, procurement, dan pertemuan-pertemuan antara para pemangku kepentingan (stakeholders).
Profesi arsitek tentunya sangat berpengaruh pada tahapan ini, terutama dalam proyek konstruksi.
Tahap Perencanaan dalam lingkup kerja arsitek sesuai Buku Pedoman Hubungan Kerja Antara

Arsitek dan Pengguna Jasa dilaksanakan dari tahap pra rancangan (pasal 43), pengembangan
rancangan dan gambar kerja (pasal 44), sampai pada tahap penyiapan dokumen pelelangan dan
proses pelelangan (procurement) (pasal 45). Arsitek dalam ketiga tahap tersebut bertugas
membantu pengguna jasa dalam memperoleh pengertian tentang program dan konsep rancangan,
mendapatkan bentukan massa yang tepat terhadap batasan mutu, biaya, waktu yang disesuaikan
dengan pengguna jasa, mengembangkan rancangan yang sudah terkonsep dengan baik - yang mana
mungkin akan berhubungan dengan ahli lain sesuai dengan bidangnya (struktur, mekanikal
elektrikal, utilitas), memperkirakan biaya konstruksi, sampai pada pembuatan dokumen pelelangan
yang berupa RKS (Rencana Kerja dan Syarat-syarat teknis pelaksanaan pekerjaan) dan BQ (Bill of
Quantity) yang kemudian dilanjutkan dengan pemilihan dan penugasan pelaksana konstruksi.
3. Tahap Eksekusi
Tahap ini meliputi proses yang dilaksanakan untuk menyelesaikan pekerjaan yang disusun dalam
perencanaan untuk memenuhi spesifikasi ataupun kebutuhan proyek. Proses ini melibatkan
pengkoordinasian manusia dan sumber daya, mengusahakan harapan dari para stakeholder agar
terpenuhi, dan juga mengintegrasikan serta melaksanakan berbagai aktivitas sesuai dengan
perencanaan manajemen proyek.
Selama proses ini berlangsung, hasil yang terjadi mungkin menimbulkan pembaharuan
perencanaan. Hal ini dapat terjadi karena mungkin adanya perubahan durasi, produktivitas dan
keterbatasan sumber daya, serta resiko-resiko yang tidak direncanakan. Kejadian-kejadian tersebut
tentunya mempengaruhi dokumen proyek serta membutuhkan analisis yang mendetail mengenai
pengembangan perubahan yang merupakan respons dari perubahan yang terjadi. Hasil dari analisis
bahkan dapat menimbulkan perubahan produk akhir yang tentunya harus disetujui para stakeholder.
Tahap ini, dalam hal proyek konstruksi, juga tentunya dapat berjalan setelah arsitek menyediakan
gambar kerja yang dapat digunakan sumber daya manusia atau tukang untuk melakukan eksekusi
proyek. Arsitek dalam tahap ini juga berperan bila terjadi permasalahan yang tidak direncanakan
sebagaimana disebutkan diatas. Arsitek harus mampu melihat kemungkinan perubahan yang terjadi
dan mampu menyediakan gambar kerja yang telah diperbaharui sesuai dengan kondisi tidak terduga
yang ditemukan di lapangan.
4. Tahap Pengawasan dan Pengaturan

10

Tahap ini meliputi proses untuk mendokumentasikan, meninjau, dan mengatur proses serta
performa dari proyek tersebut. Manajer proyek juga dapat mengidentifikasi perubahan yang
diperlukan dan menanggapi perubahan tersebut. Fungsi dari tahap ini adalah agar performa proyek
ini dapat diukur dan dianalisis pada jangka waktu yang teratur, sehingga manajer proyek dapat
mengetahui dengan jelas arah atau jalannya proyek ini - apakah sesuai dengan perencanaan atau
tidak. Kemungkinan terjadinya pembaharuan dalam pelaksanaan dapat terjadi sesuai dengan
analisis yang dikerjakan dalam tahap pengawasan. Contohnya adalah bila terjadi pekerjaan yang
belum selesai pada bata waktu, pembaharuan perencanaaan pelaksanaan proyek mungkin dapat
dilakukan untuk mengatur apakah biaya atau waktu yang kemudian dikorbankan demi tercapainya
produk yang sesuai.
Arsitek dalam proyek konstruksi lebih berperan pada pengawasan berkala yang tidak serupa dengan
pengawasan harian yang menerus. Arsitek bertugas melihat apakah pelaksanaan konstruksi sesuai
dengan perencanaan yang dilakukan arsitek - yang kemudian dilaporkan kepada pihak manajemen
proyek apabila terdapat perbedaan yang membutuhkan perhatian khusus
5. Tahap Penutupan/Penyelesaian
Penutupan / penyelesaian proyek berlangsung untuk menutup pelaksanaan
proyek secara formal. Proses ini dilaksanakan untuk melakukan verifikasi terhadap semua
pekerjaan yang dilakukan benar telah selesai. Proses ini juga mungkin terjadi bila proyek
diselesaikan secara prematur karena dibatalkan, dihentikan, atau karena situasi kritis tertentu.
Melalui proses ini, beberapa hal mungkin terjadi, seperti penerimaan produk oleh pengguna jasa
untuk menutup pelaksanaan proyek, peninjauan ulang terhadap berjalannya proyek, pendataan dan
pengarsipan dokumen proyek, pemberhentian seluruh aktivitas procurement, dan penilaian terhadap
performa kerja anggota manajemen proyek itu sendiri.
Dalam tahap ini, arsitek juga secara formal menyelesaikan lingkup kerja yang ditawarkan, namun
hubungan informal seperti feedback dari pihak pengguna jasa yang berhubungan dengan pemakaian
produk yang dihasilkan mungkin dapat terjadi.
Dalam melaksanakan manajemen proyek, ada beberapa metoda atau alat yang sering dipakai untuk
meninjau, memahami, dan bahkan merencanakan berjalannya sebuah proyek. Metoda yang dipakai

11

pada awal perkembangan manajemen proyek yang mungkin masih dipakai sampai sekarang adalah
metoda Gantt Chart. Metoda ini dinamai berdasarkan nama perancangnya, yaitu Henry Gantt yang
memberikan dua aturan terhadap Gantt Chart (Gantt, 1919) antara lain:
1. Ukuran aktivitas adalah berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya.
2. Jarak pada diagram tersebut dapat mewakili jumlah dari aktivitas yang seharusnya telah selesai
pada waktu tertentu.
Gantt chart sendiri merupakan diagram batang yang memberikan informasi mengenai jawdal dari
pelaksanaan sebuah proyek. Diagram ini menggambarkan waktu mulai dan selesai sebuah proyek
berdasarkan daftar pekerjaan yang disusun sesuai dengan urutan pekerjaan tersebut.

Gambar 2.1 - Contoh Gantt Chart

Dari contoh tersebut dapat dilihat adanya batang yang berwarna merah (pekerjaan kritis) dan biru yang
merupakan skala waktu. Sedangkan penomoran dan penjelasan yang terdapat di sisi kiri merupakan
aktivitas-aktivitas yang direncanakan untuk diukur waktu pelaksanaannya. Adapun skala waktu yang
dipergunakan dapat dalam hitungan harian, mingguan, bulanan, dll.
Metoda lain yang sering dipakai adalah CPM (Critical Path Method). Metode CPM dikembangkan
diakhir tahun 50an oleh Morgan R. Walker dan James R. Kelley, Jr. (Kelley & Walker, 1989). Menurut
Armstrong-Wright (1969), teknik untuk menyusun model CPM adalah dengan tahap sebagai berikut:
1. Menyusun daftar semua aktivitas atau pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek yang
dapat dikategorikan dalam lingkup pekerjaan besar yang kemudian dapat di-breakdown menjadi
pekerjaan pekerjaan minor.

12

2. Menentukan durasi setiap pekerjaan yang tersusun.


3. Menentukan kebergantungan antara pekerjaan satu dengan lainnya.
4. Menentukan pekerjaan akhir dan hasil yang diharapkan.
Menggunakan tahapan tersebut, CPM kemudian digunakan untuk menghitung proses yang paling
panjang dalam penyelesaian proyek serta menentukan waktu dimana sebuah pekerjaan dapat dikerjakan
dalam durasi terawal ataupun yang paling lambat tanpa menjadikan proyek tersebut semakin berdurasi
panjang. Proses ini kemudian menentukan pekerjaan yang kritis (yang tidak memiliki waktu tunda float time) serta pekerjaan yang memiliki waktu tunda yang dapat diundur sampai pada waktu tertentu
tanpa menambah durasi pelaksanaan konstruksi secara keseluruhan.

Gambar 2.2 - Contoh Critical Path Method


Dari contoh diagram diatas dapat terlihat bahwa pekerjaan kritis ditandai dengan panah merah. Selain
itu disetiap kotak pekerjaan terlihat adanya durasi, jangka waktu yang menyatakan waktu paling awal

13

untuk memulai dan menyelesaikan sebuah pekerjaan (angka hijau) serta waktu paling lambat untuk
memulai dan menyelesaikan sebuah pekerjaan (angka biru). Pada jalur kritis, angka hijau dan biru
tersebut seharusnya memiliki nilai yang sama karena tidak adanya total waktu tunda yang tersedia berbeda dengan pekerjaan yang tidak berada pada jalur kritis yang memiliki total waktu tunda yang
bervariasi.
BAB II
KESIMPULAN
Manajemen proyek berarti sebuah usaha yang dilakukan dibawah sebuah kepemimpinan, menggunakan
sumber daya yang ada secara efektif dan efisien, untuk mencapai sebuah tujuan berupa hasil tertentu,
produk, maupun jasa. Manajemen proyek, meskipun berkembang pada pertengahan abad ke-20, sudah
terlihat digunakan pada proyek-proyek raksasa zaman dahulu seperti Piramida, Tembok Besar
Tiongkok, Candi Borobudur - yang mana terbukti karena selesainya bangunan-bangunan tersebut
dengan baik.
Beberapa badan atau asosiasi terbentuk untuk mewadahi kebutuhan akan manajemen proyek seperti
IPMA (International Project Management Association), PMI (Project Management Institute), dan yang
berdiri di Indonesia antara lain IAMPI (Ikatan Ahli Manajemen Proyek Indonesia) yang tergabung
dalam LPJK, serta PMI-Indonesia. Manajemen proyek konstruksi juga terbukti dibutuhkan sehingga
tertulis pada beberapa peraturan seperti:
1. Model Perda BG Tahun 2014 pasal 1, butir ke-41, pasal 135.
2. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun
2002 Tentang Bangunan Gedung, Bab IV, No. 1, Bagian F, mengenai pengawasan konstruksi
berupa kegiatan manajemen konstruksi pembangunan bangunan gedung.
3. Pada buku Pedoman Hubungan Kerja IAI, disebutkan pada bagian BAB I, pasal 7.

14

Adapun tahapan dalam manajemen proyek yang berhubungan erat dengan lingkup kerja profesi arsitek
antara lain: tahap inisiasi, tahap perencanaan, tahap eksekusi, tahap pengawasan, dan tahap
penyelesaian. Manajemen proyek pada umumnya dikerjakan menggunakan metoda tertentu seperti
menggunakan Gantt Chart dan/atau CPM (Critical Path Method).

DAFTAR PUSTAKA
Armstrong-Wright, A. T.. 1969. CRITICAL PATH METHOD: INTRODUCTION
AND PRACTICE. London: Longman Group Limited.
Cleland, David I. & Gareis, Roland. 2006. GLOBAL PROJECT MANAGEMENT
HANDBOOK. New York: McGraw-Hill Professional.
Davis, Ralph Currier. 1951. THE FUNDAMENTALS OF TOP MANAGEMENT.
New York: Harpers & Brothers.
Fayol, Henri. 1959. GENERAL AND INDUSTRIAL MANAGEMENT (Terjemahan
Storrs, Constance). London: Pitman Publishing.
Gantt, Henry L.. 1919. ORGANIZING FOR WORK. New York: Harcourt, Brace,
and Howe.
Harrison, F. L. & Lock, Dennis. 2004. ADVANCED PROJECT MANAGEMENT:
A STRUCTURED APPROACH. Farnham: Gower Publishing, Limited.
Ikatan Arsitek Indonesia. 2001. PEDOMAN HUBUNGAN KERJA ANTARA
ARSITEK DENGAN PENGGUNA JASA. Jakarta: IAI.
IAMPI. Profil IAMPI. http://www.iampi.org/view.php?m=tentang-iampi&t=profil.
Indonesia. MODEL PERATURAN DAERAH TENTANG BANGUNAN GEDUNG
TAHUN 2014.
Indonesia. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan
Gedung.
Kelley, James & Walker, Morgan. 1989. THE ORIGINS OF CPM: A PERSONAL
HISTORY. Pennsylvania: PMNETwork.
Kousholt, Bjarne. 2007. PROJECT MANAGEMENT - THEORY AND PRACTICE.
Odense: Nyt Teknisk Forlag.
Lock, Dennis. 2007. PROJECT MANAGEMENT (edisi ke-9). Farnham: Gower
Publishing, Limited.
Malik, Fredmund. 2009. MANAGING PERFORMING LIVING. Frankfurt:
Campus Verlag.

Project Management Institute. 2013. A GUIDE TO PROJECT MANAJEMENT


BODY OF KNOWLEDGE (edisi ke-5). Pennsylvania: Project Management
Institute, Incorporated.
Stevens,
Martin.
2002.
PROJECT
MANAGEMENT
Buckinghamshire: APM Publishing Limited.

PATHWAYS.

Taylor, Frederick Winslow. 1911. THE PRINCIPLES OF SCIENTIFIC


MANAGEMENT. New York: Harper & Brothers.
Witzel, Morgen. 2003. FIFTY KEY FIGURES IN MANAGEMENT. London:
Routledge.

Anda mungkin juga menyukai