Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah dasar profesi
Bimbingan dan Konseling
Dosen pengampu Dra. Aas Saomah, M.Si.
Oleh:
Esti Yulistiasari
1400366
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A Latar Belakang.......................................................................................................1
B Rumusan Masalah.................................................................................................3
C Tujuan Penyusunan...............................................................................................3
BAB II ISI.....................................................................................................................4
A Masalah-masalah Siswa di Sekolah.......................................................................4
B Pengertian Strategi................................................................................................2
C Strategi Bimbingan dan Konseling.......................................................................2
BAB III PENUTUP.....................................................................................................11
A Kesimpulan..........................................................................................................11
B Saran....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
orang tua, tetapi mengarah pada tindakan krirninal, seperti perkelahian masal antar
pelajar (tawuran) yang menyebabkan kematian, perkosaan, pembunuhan dan lainlain. Di Amerika Serikat hampir lebih dari 40 % orang-orang yang melakukan
kejahatan serius adalah anak-anak remaja nakal. Ditemukan setiap harinya 2500 anak
lahir di luar pernikahan, 700 anak lahir dengan berat badan rendah, 135.000 anak
membawa senjata tajam ke sekolah, 7.700 anak umur belasan melakukan kegiatan
seksual aktif, 600 anak umur belasan mengidap syphilis atau gonorhoe, dan 6 anak
umur belasan memutuskan untuk bunuh diri (Hom, 1991). Di Indonesia tercatat pada
Direktorat Bimbingan Masyarakat POLRI, bahwapada tahun 1994 menangkap 1.261
pelaku perkelahian antar pelajar dan pada tahun 1998 data ini telah meningkat
menjadi 18.946 pelaku yang ditangkap (Justika, 1999).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penyusunan makalah adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui masalah-masalah yang dihadapi siswa di sekolah.
2. Mengetahui definisi strategi.
3. Mengetahui strategi pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling.
BAB II
ISI
A. Masalah-masalah Siswa di Sekolah
Keunikan Individu mengandung arti bahwa tidak ada 2 orang individu yang sama
persis dalam aspek pribadinya,baik aspek jasmani maupun rohaniah. Induvidu yang
satu berbeda dengan individu lainya. Timbulnya perbedaan individu ini dapat
dikembalikan kepada factor pembawaan dan lingkungan sebagai komponen utama
bagi terbentuknya keunikan individu. Perbedaan pembawaan akan memungkinkan
perbedaan individu, meskipun dengan lingkungan yang sama, sebaliknya lingkungan
yang berbeda akan memungkinkan timbulnya perbedaan individu, meskipun
pembawaannya sama.
Di sekolah sering kali tampak masalah perbedaan individu ini, misalnya ada siswa
yang sangat cepat dan ada yang sangat lambat belajar. Ada yang menonjol dalam
kecerdasan tertentu tapi kurang cerdas pada bidang yang lain.Kenyataan ini akan
membawa konsekuensi bagi pelayanan pendidikan, khususnya yang menyangkut
bahan pelajaran, metode mengajar,alat alat pelajaran, pelayanan lainnya. Siswa akan
menghadapi kesulitan dalam penyesuaian diri antara keunikan dirinya dengan dengan
tuntutan dalam lingkungannya. Hal ini di sebabkan karena pelayanan pada pada
umumnya program pendidikan memberikan pelayanan atas dasar ukuran pada
umumnya atau rata-rata.
Mengingat bahwa yang menjadi tujuan pendidikan adalah perkembangan yang
optimal dari setiap individu, maka masalah perbedaan individu ini perlu mendapat
perhatian dalam pelayanan pendidikan. Dengan kata lain sekolah hendaknya
memberikan pelayanan kepada para siswa secara individual sesuai dengan keaunikan
masing-masing. Usaha melayani siswa secara individual ini dapat diselenggarakan
melalui program bimbingan dan konseling.
Untuk memahami karakteristik diatas, dapat dilakukan melalui teknik tes dan non tes.
Teknik tes meliputi psikotes dan tes prestasi belajar. Sementara teknik non-tes
meliputi angket, wawancara, observasi, sosiometri, autobiografi dan catatan anekdot.
Data tentang keragaman atau perbedaan tersebut akan besar sekali manfaatnya bagi
usaha layanan bimbingan dan konseling.
berhasil dalam memenuhi kebutuhannya, maka dia akan merasa puas, dan sebaliknya
kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akan banyak menimbulkan masalah baik
bagi dirinya maupun bagi lingkungan.
Dengan berpegang kepada prinsip bahwa tingkah laku individu merupakan cara
dalam memenuhi kebutuhannya, maka kegiatan belajar pada hakikatnya merupakan
perwujudan usaha pemenuhan kebutuhan tersebut. Sekolah hendaknya menyadari hal
tersebut, baik dalam mengenal kebutuhan-kebutuhan pada diri siswa, maupun dalam
memberikan bantuan yang sebaik-baiknya dalam usaha memenuhi kebutuhan
tersebut. Seperti telah dikatakan di atas, kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini
akan banyak menimbulkan masalah-masalah bagi dirinya.
Pada umumnya secara psikologis dikenal ada dua jenis kebutuhan dalam diri individu
yaitu kebutuhan biologis dan kebutuhan sosial/psikologis. Beberapa diantara
kebutuhan-kebutuhan yang harus kita perhatikan ialah kebutuhan:
1. memperoleh kasih sayang;
2. memperoleh harga diri;
3. untuk memperoleh pengharapan yang sama;
4. ingin dikenal;
5. memperoleh prestasi dan posisi;
6. untuk dibutuhkan orang lain;
7. merasa bagian dari kelompok;
8. rasa aman dan perlindungan diri;
9. untuk memperoleh kemerdekaan diri.
1) Ingin menyendiri. Jika perubahan pada masa puber sudah mulai terjadi, anakanak biasanya mulai menarik diri dari teman-teman dan dari berbagai kegiatan
keluarga, juga sering bertengkar dengan sesama teman ben-nain.
2) Bosan. Anak mulai merasa bosan dengan sesuatu yang berhubungan dengan
kegiatan atau hobi yang dilakukan pada masa sebelumnya. Pada masa puber ini
biasanya terjadi penurunan prestasi belajar.
3) Inkoordinasi. Anak akan mengalami ketidakseimbangan gerakan.
4) Antagonisme sosial. Anak puber sering tidak mau kerja sama, senng
membantah dan menentang.
5) Emosi yang meninggi. Kemurungan, merajuk, ledakan amarah yang
berlebihan hanya dikarenakan oleh hal-hal sepele. Pada masa ini anak merasa
khawatir, gelisah, sedih, cepat tersinggung, dan cepat marah.
6) Hilangnya kepercayaan diri. Sebagai akibat terjadinya perubahan fisik pada
diri anak pada masa puber ini mengakibatkan anak merasa rendah diri, lebih-lebih
bagi anak yang sering mendapat kritik yang bertubi-tubi tentang dirinya. (Supriyo
dkk. 2003).
Sikap dan perilaku anak yang berada dalam rnasa puber tersebut sering
mengganggu tugas-tugas perkembangan anak pada fase berikutnya yaitu pada masa
remaja, dan sebagai akibatnya anak akan mengalami gangguan dalam menjalani
kehidupan pada masa remaja. Beberapa masalah yang dialami oleh remaja :
1) Masalah Emosi, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai
akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Emosi remaja seringkali sangat kuat, tidak
terkendali, dan kadang tampak irasional.
2) Masalah Penyesuaian Diri, pada fase ini remaja lebih banyak diluar rumah
bersama teman-temannya sebagai kelompok, maka pengaruh teman sebaya dalam
segala pola perilaku, sikap, minat, dan gaya hidupnya lebih besar daripada pengaruh
dari keluarga. Melalui penyediaan sarana danprasarana serta fasilitas pembinaan
bakat dan minat yang baik, lewat kegiatan kurikuler untuk mencegah salah dalam
bergaul.
3) Masalah Perilaku Seksual, pada masa ini remaja sudah mulai tertarik pada
lawan jenis, mulai bersifat romantis, yang diikuti oleh keinginan yang kuat unuk
memperoleh dukungan dan perhatian dari lawan jenis, sebagai akibatnya, remaja
mempunyai minat yang tinggi pada seks. Bahkan Hurlock (1980:229) menyatakan
bahwa hubungan seks di luar nikah dianggap "benar" apabila orang-orang yang
terlibat saling mencintai dan saling merasa terikat. (Supriyo dkk. 2003)
B. Pengertian Strategi
Istilah strategi berasal dari kata benda strategos, merupakan gabungan kata
stratos (militer) dan ago (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti
merencanakan (to plan). Hardy, Langley dan Rose dalam Sudjana (1986)
mengemukakan "strategy is perceived as plan or a set of explisit intention preceeding
and controling actions" (strategi dipaharni sebagai rencana atau kehendak yang
mendahului dan mengendalikan kegiatan). (Juntika, Ahmad. 2005. H 9)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa strategi
adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan
kegiatan atau tindakan. Strategi bimbingan dan konseling dapat berupa strategi
konsultasi, strategi pengajaran remedial, strategi klasikal, strategi kelornpok dan
strategi individual.
C. Strategi Bimbingan dan Konseling
1. Strategi Konsultasi, konsultasi dalam program bimbingan dan konseling
dipandang sebagai suatu proses menyediakan bantuan teknis untuk guru,
orang tua, administrator dan konselor lainnya dalam mengidentifikasi dan
rnemperbaiki masalah yang membatasi peserta didik atau sekolah. Adapun
beberapa tujuan dari konsultasi adalah sebagai berikut;
(a). Mengembangkan dan menyempumakan lingkungan belajar bagi peserta
didik, oramg tua dan administrator sekolah
(b). Memperluas layanan dari para ahli
(c). Mengajak bersama pribadi yang memiliki peranan dan fungsi yang
bermacam-macam untuk menyempurnakan lingkungan belajar. (Bakar,
Abu. 2010. H 79)
2. Strategi Pengajaran Remedial,pengajaran remedial merupakan salah satu
tahap kegiatan utama dalam keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan
belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha
diagnostik kesulitan belajar mengajar. Secara skematika prosedur remedial
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut, yaitu diagnostik kesulitan belajarmengajar, rekomendasi/referral, penelaahan kembali kasus, pilihan alternatif
tindakan, layanan konseling, pelaksanaan pengajaran remedial, pengukuran
10
11
secara dinamis dan khusus. Secara umum proses konseling individual terbagi
atas tiga tahapan yaitu :
1)
Tahap Awal Konseling.
2)
Tahap Pertengahan
3)
Tahap Akhir Konseling
4)
Tujuan akhir. Pada tahapan ini memutuskan perubahan sikap dan
prilaku yang tidak bermasalah. Juntika, Ahmad. 2005. H 15).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
12
Selain itu, konselor perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru,
orang tua, staf sekolah lainnya, dan pihak instansi di luar sekolah (pemerintah dan
swasta) untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling secara akurat dan
bijaksana, dalam upaya memfasilitasi individu atau peserta didik mengembangkan
npotensi dirinya secara optimal, untuk memperoleh informasi, dan umpan balik
13
tentang layanan bantuan yang telah diberikannya kepada para siswa, menciptakan
lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan siswa, melakukan referal, serta
meningkatkan kualitas program layanan bimbingan dan konseling.
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Syamsu., dan A. Juntika Nurihsan. 2008. Landasan Bimbingan & Konseling.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
13