DEFINISI
Gangguan autoimun adalah kegagalan fungsi sistem kekebalan tubuh yang membuat badan
menyerang jaringannya sendiri.
Sistem imunitas menjaga tubuh melawan pada apa yang terlihatnya sebagai bahan asing atau
berbahaya. Bahan seperti itu termasuk mikro-jasad, parasit (seperti cacing), sel kanker, dan
malah pencangkokkan organ dan jaringan. Bahan yang bisa merangsang respon imunitas
disebut antigen. Antigen adalah molekul yang mungkin terdapat dalam sel atau di atas
permukaan sel (seperti bakteri, virus, atau sel kanker). Beberapa antigen, seperti molekul
serbuk sari atau makanan, ada di mereka sendiri.
Sel sekalipun pada orang yang memiliki jaringan sendiri bisa mempunyai antigen. Tetapi,
biasanya, sistem imunitas bereaksi hanya terhadap antigen dari bahan asing atau berbahaya,
tidak terhadap antigen dari orang yang memiliki jaringan sendirii. Tetapi, sistem imunitas
kadang-kadang rusak, menterjemahkan jaringan tubuh sendiri sebagai antibodi asing dan
menghasilkan (disebut autoantibodi) atau sel imunitas menargetkan dan menyerang jaringan
tubuh sendiri. Respon ini disebut reaksi autoimun. Hal tersebut menghasilkan radang dan
kerusakan jaringan. Efek seperti itu mungkin merupakan gangguan autoimun, tetapi beberapa
orang menghasilkan jumlah yang begitu kecil autoantibodi sehingga gangguan autoimun
tidak terjadi.
Beberapa ganguan autoimun yang sering terjadi seperti radang sendi rheumatoid, lupus
erythematosus sistemik (lupus), dan vasculitis, diantaranya. Penyakit tambahan yang diyakini
berhubungan dengan autoimun seperti glomerulonephritis, penyakit Addison, penyakit
campuran jaringan ikat, sindroma Sjogren, sclerosis sistemik progresif, dan beberapa kasus
infertilitas.
Beberapa Gangguan Autoimun
Gangguan
Konsekwensi
Bullous
pemphigoid
Kulit
Sindrom
Goodpasture
Anemia
hemolitik
autoimun
(hyperthyroidism).
Gejala mungkin termasuk detak jantung cepat, tidak
tahan panas, tremor, berat kehilangan, dan
kecemasa.
Dengan pengobatan, prognosis baik.
Kelenjar gondok meradang dan rusak, menghasilkan
kadar hormon thyroid rendah (hypothyroidism).
Gejala seperti berat badan bertambah, kulit kasar,
tidak tahan ke dingin, dan mengantuk.
Pengobatan seumur hidup dengan hormon thyroid
perlu dan biasanya mengurangi gejala secara
sempurna.
Tiroiditis
Hashimoto
Kelenjar tiroid
Multiple
sclerosis
Myasthenia
gravis
Pemphigus
Kulit
Pernicious
anemia
Sel tertentu di
sepanjang perut
Rheumatoid
arthritis
Systemic lupus
erythematosus
(lupus)
Diabetes
mellitus tipe 1
Vasculitis
Pembuluh darah
PENYEBAB
Reaksi autoimun dapat dicetuskan oleh beberapa hal :
Senyawa yang ada di badan yang normalnya dibatasi di area tertentu (dan demikian
disembunyikan dari sistem kekebalan tubuh) dilepaskan ke dalam aliran
darah.Misalnya, pukulan ke mata bisa membuat cairan di bola mata dilepaskan ke
dalam aliran darah.Cairan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk mengenali mata
sebagai benda asing dan menyerangnya.
Senyawa normal di tubuh berubah, misalnya, oleh virus, obat, sinar matahari, atau
radiasi. Bahan senyawa yang berubah mungkin kelihatannya asing bagi sistem
kekebalan tubuh. Misalnya, virus bisa menulari dan demikian mengubah sel di badan.
Sel yang ditulari oleh virus merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menyerangnya.
Senyawa asing yang menyerupai senyawa badan alami mungkin memasuki badan.
Sistem kekebalan tubuh dengan kurang hati-hati dapat menjadikan senyawa badan
mirip seperti bahan asing sebagai sasaran. Misalnya, bakteri penyebab sakit
kerongkongan mempunyai beberapa antigen yang mirip dengan sel jantung manusia.
Jarang terjadi, sistem kekebalan tubuh dapat menyerang jantung orang sesudah sakit
kerongkongan (reaksi ini bagian dari deman rumatik).
Sel yang mengontrol produksi antibodi misalnya, limfosit B (salah satu sel darah
putih) mungkin rusak dan menghasilkan antibodi abnormal yang menyerang beberapa
sel badan.
Neutrofil adalah sel darah putih yang berukuran besar, yang mencerna mikroba dan antigen
lainnya.
Neutrofil memiliki granula yang mengandung enzim untuk menghancurkan antigen yang
ditelan olehnya.
Neutrofil ditemukan di dalam darah; untuk keluar dari darah dan masuk ke dalam jaringan,
neutrofil memerlukan rangsangan khusus.
Makrofag dan neutrofil seringkali bekerja sama; makrofag memulai suatu respon kekebalan
dan mengirimkan sinyal untuk menarik neutrofil bergabung dengannya di daerah yang
mengalami gangguan.
Jika neutrofil telah tiba, mereka menghancurkan benda asing dengan cara mencernanya.
Penimbunan neutrofil serta pemusnahan dan pencernaan mikroba menyebabkan pembentukan
nanah.
Limfosit
Limfosit merupakan sel utama pada sistem getah bening, memiliki ukuran yang relatif lebih
kecil daripada makrofag dan neutrofil.
Neutrofil memiliki umur tidak lebih dari 7-10 hari, tetapi limfosit bisa hidup selama
bertahun-tahun bahkan sampai berpuluh-puluh tahun.
Limfosit dibagi ke dalam 3 kelompok utama:
1. Limfosit B berasal dari sel stem di dalam sumsum tulang dan tumbuh menjadi sel plasma,
yang menghasilkan antibodi
2. Limfosit T terbentuk jika sel stem dari sumsum tulang pindah ke kelenjar thymus, dimana
mereka mengalami pembelahan dan pematangan.
Di dalam kelenjar thymus, limfosit T belajar membedakan mana benda asing dan mana bukan
benda asing. Limfosit T dewasa meninggalkan kelenjar thymus dan masuk ke dalam
pembuluh getah bening dan berfungsi sebagai bagian dari sistem pengawasan kekebalan.
3. Sel-sel pemusnah alami, memiliki ukuran yang agak lebih besar daripada limfosit T dan B,
dinamai sel pemusnah karena sel-sel ini membunuh mikroba dan sel-sel kanker tertentu.
Istilah alami digunakan karena mereka siap membunuh sejumlah sel target segera setelah
mereka terbentuk, tidak perlu melewati pematangan dan proses belajar seperti pada limfosit T
dan limfosit B.
Sel pembunuh alami juga menghasilkan beberapa sitokinesis (zat-zat pembawa pesan yang
mengatur sebagian fungsi limfosit T, limfosit B dan makrofag).
Antibodi
Jika dirangsang oleh suatu antigen, limfosit B akan mengalami pematangan menjadi sel-sel
yang menghasilkan antibodi.
Antibodi merupakan protein yang bereaksi dengan antigen yang sebelumnya merangsang
limfosit B. Antibodi juga disebut immunoglobulin.
Setiap molekul antibodi memiliki suatu bagian yang unik, yang terikat kepada suatu antigen
khusus dan suatu bagian yang strukturnya menerangkan kelompok antibodi.
# Terdapat 5 kelompok antibodi: IgM adalah antibodi yang dihasilkan pada pemaparan awal
oleh suatu antigen.
Contohnya, jika seorang anak menerima vaksinasi tetanus I, maka 10-14 hari kemudian akan
terbentuk antibodi antitetanus IgM (respon antibodi primer).
IgM banyak terdapat di dalam darah tetapi dalam keadaan normal tidak ditemukan di dalam
organ maupun jaringan.
# IgG merupakan jenis antibodi yang paling umum, yang dihasilkan pada pemaparan antigen
berikutnya.
Contohnya, setelah mendapatkan suntikan tetanus II (booster), maka 5-7 hari kemudian
seorang anak akan membentuk antibodi IgG. Respon antibodi sekunder ini lebih cepat dan
lebih berlimpah dibandingkan dengan respon antibodi primer.
IgG ditemukan di dalam darah dan jaringan. IgG merupakan satu-satunya antibodi yang
dipindahkan melalui plasenta dari ibu ke janin di dalam kandungannya. IgG ibu melindungi
janin dan bayi baru lahir sampai sistem kekebalan bayi bisa menghasilkan antibodi sendiri.
# IgA adalah antibodi yang memegang peranan penting pada pertahanan tubuh terhadp
masuknya mikroorganisme melalui permukaan yang dilapisi selaput lendir, yaitu hidung,
mata, paru-paru dan usus.
IgA ditemukan di dalam darah dan cairan tubuh (pada saluran pencernaan, hidung, mata,
paru-paru, ASI).
# IgE adalah antibodi yang menyebabkan reaksi alergi akut (reaksi alergi segera).
IgE penting dalam melawan infeksi parasit (misalnya river blindness dan skistosomiasis),
yang banyak ditemukan di negara berkembang.
# IgD adalah antibodi yang terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam darah.
Fungsinya belum sepenuhnya dimengerti.
Antibodi
Sitem Komplemen
Sistem komplemen mengandung lebih dari 18 macam protein. Protein-protein ini bertindak
dalam suatu kaskade, dimana satu protein mengaktifkan protein berikutnya.
Sistem komplemen bisa diaktifkan melalui 2 cara yang berbeda:
1. Jalur alternatif : diaktifkan oleh produk mikroba tertentu atau antigen
2. Jalur klasik : diaktifkan oleh antibodi khusus yang terikat pada antigen (komplek imun).
Sistem komplemen berfungsi menghancurkan benda asing, baik secara langsung maupun
bergabung dengan komponen sistem kekebalan lainnya.
Sitokinesis
Pada sistem kekebalan, sitokinesis berfungsi sebagai pembawa pesan.
Sitokinesis dihasilkan oleh sel-sel pada sistem kekebalan sebagai respon terhadap
perangsangan.
Sitokinesis memperkuat (membantu) beberapa aspek sistem kekebalan dan menghalangi
(menekan) aspek yang lainnya.
Beberapa sitokinesis bisa diberikan sebagai suntikan untuk mengobati penyakit tertentu.
Contohnya:
- alfa interferon efektif untuk mengobati kanker tertentu (misalnya leukemia sel berrambut)
- beta interferon digunakan untuk mengobati sklerosis multipel
- interleukin-2 diberikan kepada penderita melanoma maligna dan kanker ginjal
B.Teori-teori autoimunitas
1.Teori sequestered antigen atau hidden antigen
Sequestered aatau hidden antigen adalah antigen yang karena sawar anatomic tek pernah
berhubungan dengna system imu n misalnya antigen sperma, lensa mata, dan saraf pusat. Bila
sawar tersebut rusak, dapat timbul penyakit autoimmun
2.Teori defesiensi immun
Hilangnya self tolerance mungkin disebabkan oleh karena adanya gangguan system limfoid.
Penyakit autoimmune sering ditemukan bersamaan dengan defesiensi imun, misalnya pada
lanjut usia
3.Determinan antigen baru
Pembentukan autoantibody dapat dicetuskan oleh karena timbul deterrminan antigen baru
pada protein normal. Contoh autoantibody yang timbul akibat hal tersebut ialah factor
rematoid (FR). FR dibentuk terhadap determinan antigen yang terdapat pada immunoglobulin
4.Reaksi silang dengan mikroorganisme
Kerusakan jantung pada demam reumatik anak diduga terjadi kaibat produksi antigen
terhadap streptokok A yang bereaksi silang dengan miokard penderita
5.Virus sebagai pencetus autoimunitas
Virus yang terutama mengginfeksi system limfoid dapat tmempengaruhi mekanisme kontrol
imunologik sehingga terjadi autoimunitas
6.Autoantibodi dibentuk sekunder akibat kerusakan jaringan
Autoantibodi terhadap jantung ditemukan pada jantung infark. Pada umumnya kadar
autoantibody disini terlalu rendah untuk dapat menimbulkan penyakit autoimmun.
Autoantibody dapat dibentuk pula terhadap antigen mitokondria pada kerusakan hati atau
jantung. Pada tuberculosis dan tripanosomiasis yang menimbulkan kerusakan luas pada
berbagai jaringan, dapat pula ditemukan autoantibody terhadap antigen jaringan dalam kadar
gula yang rendah
D.Kriteria Penyakit Autoimun
Kriteria untuk menegakkan diagnosis penyakit autoimmun adalah sebagai berikut :
1.Penyakit timbul akibat adanya respons autoimun
2.Ditemukan autoantibody
3.Penyakit dpat ditimbulkan oleh bahan yang diduga merupakan antigen
4.Penyakit dapat dipindahkan dari satu binatang ke binatang yang lain melalui serum atau
limfosit yang hidup
DIAGNOSA
Setiap reaksi alergi dipicu oleh suatu alergen tertentu, karena itu tujuan utama dari diagnosis
adalah mengenali alergen. Alergen bisa berupa tumbuhan musim tertentu (misalnya serbuk
rumput atau rumput liar) atau bahan tertentu (misalnya bulu kucing, obat atau makanan).
Jika bersentuhan dengan kulit atau masuk ke dalam mata, terhirup, termakan atau
disuntikkan, alergen bisa menyebabkan reaksi alergi
Pemeriksaan bisa membantu menentukan apakah gejalanya berhubungan dengan alergi dan
menentukan alergen penyebabnya.
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan banyak eosinofil (sejenis sel darah putih yang
seringkali meningkat selama terjadinya reaksi alergi).
Tes RAS (radioallergosorbent) dilakukan untuk mengukur kadar antibodi IgE dalam darah
yang spesifik untuk alergen individual. Hal ini bisa membantu mendiagnosis reaksi alerki
kulit, rinitis alergika musiman atau asma alergika.
Tes kulit sangat bermanfaat untuk menentukan alergen penyebab terjadinya reaksi alergi.
Larutan encer yang terbuat dari saripati pohon, rumput, rumput liar, serbuk tanaman, debu,
bulu binatang, racun serangga, makanan dan beberapa jenis obat secara terpisah disuntikkan
pada kulit dalam jumlah yang sangat kecil.
Jika terdapat alergi terhadap satu atau beberapa bahan tersebut, maka pada tempat
penyuntikkan akan terbentuk bentol (pembengkakan seperti kaligata yang sekelilingnya
merah) dalam waktu 15-20 menit.
Jika tes kulit tidak dapat dilakukan atau keamanannya diragukan, maka bisa digunakan tes
RAS. Kedua tes ini sangat spesifik dan akurat, tetapi tes kulit biasanya sedikit lebih akurat
dan lebih murah serta hasilnya bisa diperoleh dengan segera.
PENGOBATAN
Menghindari alergen adalah lebih baik daripada mencoba untuk mengobati suatu reaksi
alergi.
Dengan menghindari alergen, maka penderita tidak perlu:
- mengkonsumsi obat tertentu
- memasang alat penyaring pada AC
- melarang hewan peliharaan berkeliaran di dalam rumah
- berhenti mengkonsumsi makanan tertentu.
Kadang penderita yang alergi terhadap bahan yang berhubungan dengan jenis pekerjaan
tertentu, mungkin harus berganti pekerjaan. Penderita alergi musiman yang berat mungkin
perlu mempertimbangkan untuk pindah ke suatu daerah yang tidak memiliki alergen tersebut.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindari kontak dengan alergen:
Jika alergi terhadap debu rumah, sebaiknya jangan menggunakan mebel, karpet dan tirai
yang sifatnya menampung debu
Membungkus kasur dan bantal dengan pelindung plastik
Menghisap debu sesering mungkin
Menggunakan AC untuk mengurangi kelembaban ruangan yang tinggi
Memasang penyaring udara yang sangat efisien.
Beberapa alergi yang terbawa oleh udara tidak dapat dihindari, karena itu seringkali
digunakan metode untuk menghalangi respon alergi dan penggunaan obat untuk meringankan
gejala.
Imunoterapi alergen
Jika tidak dapat menghindari alergen, pilihan pengobatannya adalah imunoterapi alergen
(suntikan alergi).
Dengan imunoterapi, sejumlah kecil alergen disuntikkan di bawah kulit dan dosisnya
dinaikkan secara bertahap sampai tercapai dosis pemeliharaan. Pengobatan ini merangsang
tubuh untuk menghasilkan antibodi penghalang atau antibodi penetralisir yang bertindak
sebagai pencegah terjadinya reaksi alergi. Pada akhirnya kadar antibodi IgE dalam darah
(sebagai antigen) juga turun.
Imunoterapi harus dilakukan secara hati-hati karena pemberian alergen dosis tinggi yang
terlalu cepat bisa menyebabkan terjadinya reaksi alergi.
Imunoterapi paling sering digunakan untuk penderita alergi terhadap serbuk tanaman, partikel
debu rumah, racun serangga dan bulu binatang.
Imunoterapi tidak dianjurkan untuk dilaksanakan pada penderita alergi makanan karena
resiko terjadinya anafilaksis.
Pada awalnya, pengobatan biasanya diberikan 1 kali/minggu, selanjutnya dosis pemeliharaan
diberikan setiap 4-6 minggu.
Prosedur ini sangat efektif jika dosis pemeliharaan diberikan sepanjang tahun.
Setelah penyuntikan imunoterapi bisa terjadi reaksi yang merugikan seperti:
- bersin-bersin
- batuk
- kemerahan (flushing)
- kesemutan
- gatal-gatal
- rasa sesak di dada
- bunyi nafas mengi
- kaligata.
Jika timbul gejala yang ringan, bisa diberikan antihistamin (misalnya difenhidramin atau
klorfeniramin). Jika gejalanya lebih berat bisa diberikan suntikan epinefrin (adrenalin).
Antihistamin
Antihistamin adalah obat-obatan yang paling sering digunakan untuk mengatasi alergi (tidak
digunakan untuk mengatasi asma).
Terdapat 2 macam reseptor histamin di dalam tubuh, yaitu histamin1 (H1) dan histamin2 (H2).
Istilah antihistamin biasanya dipakai untuk obat-obat yang menghalangi reseptor H1
(perangsangan oleh histamin terhadap reseptor ini menyebabkan cedera pada jaringan target).
Bloker H1 sebaiknya tidak dikacaukan dengan obat-obat yang menghalangi reseptor H2
(bloker H2) yang digunakan untuk mengobati ulkus peptikum dan heartburn.
Efek dari reaksi alergi yang ringan tetapi cukup mengganggu penderitanya (seperti mata
terasa gatal, hidung meler dan kulit terasa gatal) disebabkan oleh pelepasan histamin.
Efek histamin lainnya yang lebih berbahaya adalah sesak nafas, tekanan darah rendah dan
pembengkakan di tenggorokan yang dapat menghalangi jalannya udara.
Semua antihistamin memiliki efek yang diinginkan yang sama, tetapi memiliki efek yang
tidak diinginkan yang berbeda.
Beberapa antihistamin memiliki efek sedatif (penenang) yang lebih kuat daripada yang
lainnya.
Kadang efek yang tidak diinginkan juga mendatangkan keuntungan. Beberapa antihistamin
memiliki efek kolinergik yang menyebabkan kekeringan pada selaput lendir. Efek ini bisa
dimanfaatkan kuntuk meringankan hidung meler akibat cuaca dingin.
Beberapa antihistamin dijual bebas tanpa resep dokter dan ada yang dikombinasikan dengan
dekongestan (obat untuk mengkerutkan pembuluh darah dan membantu melegakan hidung
tersumbat).
Kebanyakan antihistamin menyebabkan ngantuk. Efek sedatif yang kuat dari antihistamin
menyebabkan obat ini banyak ditemukan sebagai bahan aktif dalam berbagai obat tidur yang
dijual bebas.
Antihistamin juga sebagian besar memiliki efek antikolinergik yang kuat, yang bisa
menyebabkan linglung, pusing, mulut kering, sembelit, sulit berkemih dan penglihatan kabur.
Tetapi kebanyakan orang yang menggunakan antihistamin tidak mengalami efek tersebut.
Rasa ngantuk dan efek samping lainnya juga dapat diminimalisasi dengan cara mengawali
pemakaian antihistamin dalam dosis rendah dan secara bertahap menambah dosisnya sampai
dicapai dosis yang efektif mengendalikan gejala.
Saat ini juga tersedia antihistamin non-sedatif (tidak menimbulkan rasa kantuk), seperti
astemizol, setirizin, loratadin dan feksofenadin.
Murmur (bising jantung) baru atau perubahan bunyi murmur. Murmur yang
didengar pada demam reumatik akut biasanya disebabkan oleh
insufisiensi katup (gangguan katup).
Perikarditis
Gejala umum non kardiak dan manifestasi lain dari demam rematik akut
antara lain:
o
Kelainan ini berupa ruam tidak gatal, makuler dengan tepi erithema
(kemerahan) yang menjalar dari bagian satu ke bagian lain
mengelilingi kulit yang tampak normal, terjadi pada 5% penderita.
Gangguan ini berdiameter 2,5 cm dan paling sering ditemukan pada
batang tubuh dan tungkai bagian atas, tidak melibatkan muka.
Erithema ini timbul sewaktu-waktu selama sakit, meskipun yang
tersering adalah pada stadium awal, dan biasanya terjadi hanya
pada penderita demam reumatik dengan karditis.
o
Anemia hemolitik kardiak bisa terjadi akibat pecahnya sel darah merah
karena bergesekan dengan katup yang terinfeksi. Peningkatan
penghancuran trombosit bisa juga terjadi.
Jantung.klikdokter.com
Definisi
Penyakit jantung reumatik adalah sebuah kondisi dimana terjadi kerusakan
permanen dari katup-katup jantung yang disebabkan oleh demam reumatik.
Penyakit jantung reumatik (PJR) merupakan komplikasi yang membahayakan dari
demam reumatik. Katup-katup jantung tersebut rusak karena proses perjalanan
penyakit yang dimulai dengan infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri
Streptococcus hemoliticus tipe A (contoh: Streptococcus pyogenes), yang bisa
menyebabkan demam reumatik. Kurang lebih 39 % pasien dengan demam
reumatik akut bisa terjadi kelainan pada jantung mulai dari insufisiensi katup,
gagal jantung, perikarditis bahkan kematian. Dengan penyakit jantung reumatik
yang kronik, pada pasien bisa terjadi stenosis katup dengan derajat regurgitasi
yang berbeda-beda, dilatasi atrium, aritmia dan disfungsi ventrikel. Penyakit
jantung
reumatik
penggantian
masih
katup
menjadi
pada
orang
penyebab
dewasa
stenosis
di
katup
Amerika
mitral
dan
Serikat.
Gejala Klinis
Demam reumatik merupakan kumpulan sejumlah gejala dan tanda klinik.
Demam reumatik merupakan penyakit pada banyak sistem, mengenai terutama
jantung, sendi, otak dan jaringan kulit. Tanda dan gejala akut demam reumatik
bervariasi tergantung organ yang terlibat dan derajat keterlibatannya. Biasanya
gejala-gejala ini berlangsung satu sampai enam minggu setelah infeksi oleh
Streptococcus. Gejala klinis pada penyakit jantung reumatik bisa berupa gejala
kardiak (jantung) dan non kardiak (jantung). Gejalanya antara lain:
Gagal jantung
2. Gejala umum non kardiak dan manifestasi lain dari demam rematik akut antara lain:
Khorea Sydenham, khorea minor atau St. Vance, dance mengenai hampir
15% penderita demam reumatik. Manifestasi ini mencerminkan
keterlibatan sistem syaraf sentral pada proses radang. Hubungan khorea
Sydenham sampai demam reumatik tetap merupakan tanda tanya untuk
beberapa waktu lamanya. Periode laten antara mulainya infeksi
streptokokus dan mulainya gejala-gejala khorea lebih lama daripada
periode laten yang diperlukan untuk arthritis maupun karditis. Periode
laten khorea ini sekitar 3 bulan atau lebih, sedangkan periode laten untuk
arthritis dan karditis hanya 3 minggu. Penderita dengan khorea ini datang
dengan gerakan-gerakan yang tidak terkoordinasi dan tidak bertujuan dan
emosi labil. Manifestasi ini lebih nyata bila penderita bangun dan dalam
keadaan stres. Penderita tampak selalu gugup dan seringkali menyeringai.
Bicaranya tertahan-tahan dan meledak-ledak. Koordinasi otot-otot halus
sukar. Tulisan tangannya jelek dan ditandai oleh coretan ke atas yang
tidak mantap dengan garis yang ragu-ragu. Pada saat puncak gejalanya
tulisannya tidak dapat dibaca sama sekali.
Manifestasi lain dari demam reumatik antara lain nyeri perut, epistaksis
(mimisan), demam dengan suhu di atas 39 C dengan pola yang tidak
karakteristik, pneumonia reumatik yang gejalanya mirip dengan
pneumonia karena infeksi.
3. Anemia