OLEH
Dessya Putri Ayu
101414453043
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,
atas Berkat dan Rahmat Nya, sehingga penyusunan makalah tugas Etika dan
Hukum Kesehatan dengan judul Tugas Etika Dan Hukum Kesehatan Analisis
Hukum Terhadap Kasus Pembuangan Pasien RSUD RSUD dr. A Dadi Tjokrodipo
Bandar Lampung Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung
Tugas penulisan makalah ini diberikan sebagai upaya pembelajaran,
pembinaan, bimbingan serta latihan dalam pelaksanaan keefektifan perkuliahan
dan meningkatkan wawasan mahasiswa khususnya mengenai hukum kesehatan.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyususnan makalah ini khususnya kepada ibu Indriati
Paskarini, SH.,M.Kes selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah yang telah
memberikan dukungan berupa bimbingan, petunjuk dan saran sehingga dapat
terselesaikannya makalah ini. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dalam menambah wawasan dan pengetahuan.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
2
2
3
7
9
14
18
BAB 3 PEMBAHASAN
21
21
3,2 Pembahasan
22
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hak atas Pemeliharaan kesehatan merupakan salah satu dari hak dasar
sosial manusia. Kesehatan merupakan kebutuhan primer setiap individu yang
sangat berharga. Kebutuhan akan kesehatan ini tidak memandang status,
golongan, maupun ras yang dimiliki seseorang karena kesehatan adalah hak yang
dimiliki oleh seluruh masyarakat. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
organisasi pemerintahan
negaranya.
Seluruh warga negara Indonesia berhak atas pelayanan kesehatan yang
baik. Hal ini terdapat pada Pasal 28 H UUD RI
Ayat (3) UUD RI Tahun 1945. Semua lapisan masyarakat dapat memperoleh
pelayanan kesehatan di rumah sakit, seperti yang telah diamanatkan dalam Pasal
28 H Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(UUD 1945) yang berbunyi Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Jadi untuk itu negara menjamin semua
masyarakat Indonesia akan memperoleh hak yang sama dalam memperoleh
pelayanan kesehatan.
Rumah sakit dalam
pengobatan dengan benar dan aman kepada pasien. Pengobatan yang benar dan
aman ini, sama halnya dengan menjaga keselamatan pasien (patient safety)
tersebut. Perlindungan terhadap keselamatan pasien (patient safety) tidak hanya
dilakukan oleh pihak rumah sakit saja, tetapi tenaga kesehatan yang bekerja di
rumah sakit pun ikut berperan melindungi keselamatan pasien (patient safety). Hal
tersebut telah diatur di dalam Pasal 13 Ayat (3) UU No. 44 Tahun 2009
Keselamatan pasien (patient safety) secara lebih jelas telah diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan No. 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (selanjutnya disebut Permenkes No. 1691 Tahun 2011).
Kasus pembuangan pasien yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ada di
rumah sakit belum lama ini terjadi di Lampung yaitu RSUD dr A Dadi Tjokrodipo
Bandar Lampung. Ironi rasanya melihat kenyataan tidak sesuai dengan amanat,
karena itu penulis tertarik untuk menganalisis kasus tersebut dipandang dari segi
hukum.
1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk menjelaskan mengenai perlindungan
hukum
bagi
pasien
terhadap
kesehatan.
1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini antara lain ;
1. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu etika dan hukum
kesehatan.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa mengenai peraturanperaturan serta bentuk hukum.
BAB 2
zoorg
en
inspanning).
Sedangkan perikatan
hasil
maka
dokter tersebut
janji atau
memliki
tanggung jawab secara perdata seperti diatur dalam Pasal 1239 KUHPerdata,
yaitu:
Tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat
sesuatu, wajib diselesaikan dengan memberikan pergantian biaya, kerugian,
dan bunga, bila debitur tidak memenuhi janjinya.
Seorang pasien atau keluarganya yang menganggap bahwa dokter
tidak melakukan kewajiban-kewajiban kontraktualnya dapat menggugat
dengan alasan wanprestasi dan menuntut agar meraka memenuhi syarat-syarat
tersebut. Pasien juga dapat
hati-hati,
memberikan
hak
kepada
korban,
selain
mengenai
alasan
pembenar
sebagai
tindak
pidana,
apabila
Ukuran
kesalahan/kelalaian
dalam
hukum
pidana
adalah
perbuatan
yang
dapat
dikategorikan
dalam
j.
perlindungan
kepada
dan
martabat
konsumen
dengan
cara
pelaku
usaha
mengenai
pentingnya
jasa
yang
menjamin
10
atas
kenyamanan,
keamanan,
dan
keselamatan
dalam
untuk
mendapatkan
advokasi,
perlindungan,
dan
upaya
11
keselamatan;
2. beriktikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau
jasa;
3. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati, dan
4. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen
secara patut.
dalam
12
hak
pelaku usaha, maka kepada pelaku usaha dibebankan pula kewajibankewajiban sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 7
Undang-undang
jaminan
barang
dan/atau
jasa
13
kesehatan
dan
juga
sebagai
pengganti
Undang-Undang
harus
diwujudkan
sesuai
dengan
cita-cita
bangsa
Indonesia
tentang
kesehatan
yang
14
pertolongan
yang
akan
diberikan
kepadanya
setelah
15
Ketentuan
mengenai
hak
menerima
atau
menolak
sebagaimana
Pasal 57
(1)
(2)
Pasal 58
(1)
16
(2)
Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa
atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.
(3)
Ketentuan
mengenai
tata
cara
pengajuan
tuntutan
sebagaimana
kepada
pelayanan
seluruh
kesehatan
pengguna
jasa
wajib
pelayanan
17
keamanan
dan
keselamatan
dirinya
selama
dalam
18
instruksi
dokter
dan
jujur
dan
berkewajiban
memberikan
informasi
dengan
19
BAB 3
PEMBAHASAN
20
3.2 Pembahasan
3.2.1
ambulans; Andi Karyadi alias Rika perawat di bagian rawat inap; Andi, bagian
sanitasi; Andika, bagian sanitasi; Adi (OB); dan Rudi, seorang tukang parkir.
Sedangkan yang menjadi korban pembuangan ialah pasien bernama Mbah Edi
(63 tahun)
3.2.2
Dugaan Sementara
Melihat dari kasus di atas terdapat beberapa dugaan mengapa RSUD dr.
21
yang
kian
membengkak,
rumah
sakit
juga
kesulitan
Dasar Gugatan
Membuang
atau
menelantarkan
orang
sakit
yang
22
kesehatan, baik
23
24
lama 2 tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima
ratus rupiah.
Selain itu pelaku juga dikenakan Pasal 306 (1) Jika salah satu
perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 mngakibatkan luka-luka berat, yang
bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun enam bulan.
(2) jika mengakibatkan kematian pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Pada Pasal 55 KUHP ayat (1) dihukum sebagai orang yang melakukan
peristiwa pidana (1e) orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan,
atau turut melakukan perbuatan itu. Yang dimaksud disini ada Kabag Humas
sebagai pemberi perintah untuk membuang Mbah Edi. Sedangkan orang yang
membantu membuang Mbah Edi antara lain yaitu ; Muhaimin (32), sopir
ambulans; Andi Karyadi alias Rika perawat di bagian rawat inap; Andi,
bagian sanitasi; Andika, bagian sanitasi; Adi (OB); dan Rudi, seorang tukang
parker dikenakan Pasal 56 KUHP.
25
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kasus yang terjadi di Lampung dimana tenaga kesehatan dan non
kesehatan di RSUD dr. A Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung melakukan
tindak pidana dengan membuang pasien bernama Mbah Edi atas perintah
dari Kasubag Humas. Ironi melihat adanya diskirminatif terhadap
penanganan pasien melihat Mbah Edi berasal dari status sosial yang tidak
mampu. Para pelaku yang melakukan tindak pidana ini telah melanggar
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang
Kesehatan Tahun 2009, Undang-Undang Hak Asasi Manusia Nomor 39
Tahun 1999, Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999,
26
DAFTAR PUSTAKA
27
28