Anda di halaman 1dari 28

Laporan Kasus

KEMATIAN JANIN PADA POLIP ENDOMETRIUM

Oleh :
Asmah
Habib Husein Jasman
Kahila Delfia
Rahmi Diffilianti
Rizka Novelin
Rudi Sugiarto Saputra
Yosua Butar- Butar

Pembimbing:
dr. Imelda Hutagaol, SpOG (K)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU
PEKANBARU
2014

BAB I
PENDAHULUAN
Kematian Janin merupakan salah satu komplikasi obstetrik yang paling
sering, hampir sekitar 30% dari kehamilan. Kebanyakan terjadi di awal mula
kehamilan dikarenakan adanya masalah pada implantasinya dan biasanya tidak
ditandai dengan adanya gejala klinis yang jelas.1
Sebagian besar keguguran terjadi pada trimester pertama dan kurang dari
lima persen keguguran tersebut terjadi setelah 10 minggu kehamilan. Adapun
beberapa penyebab dari kematian janin dapat digolongkan menjadi beberapa
bagian menurut penyebabnya baik dari ibu , janin serta adanya kelainan atau
gangguan pada kondisi obstetriknya.1
Penyebab si ibu dapat berupa kondisi maternal demografi dari si ibu, usia
ibu, Obesitas, adanya penyakit penyerta dari ibu, eksposur dari zat zat kimia,
keganasan . Adapun penyebab dari janin ialah kelainan genetik, Infeksi,
pertumbuhan janin terhambat.Sedangkan faktor faktor yang menyebabkan adanya
gangguan pada kondisi obstetriknya ialah pendarahan, kondisi plasenta yang
abnormal, trauma pada tali pusat serta adanya massa yang mempengaruhi dari
perkembangan dari janin1.

BAB II
ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama

: NY.L

Umur

: 27 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Status perkawinan

: Kawin

Alamat

: Pekanbaru.

Pendidikan terakhir

:S1

Agama

: Islam

Pekerjaan

: PNS

Tanggal MRS

: 21-07-2014

ANAMNESIS
Keluhan utama:
Pasien datang untuk tindakan kuretase + histereskopi
Riwayat penyakit sekarang:
-

Pasien mengaku hamil 9 minggu, HPHT 12-05-2014 (TP 19-02-2015).


Sebelumnya pasien telah melakukan test kehamilan dan didapatkan hasil
(+) test dilakukan saat pasien terlambat datang haid selama 1 minggu.

7 minggu SMRS pasien memeriksakan kehamilannya ke dokter


kandungan dan dari pemeriksaan USG pasien dinyatakan hamil dan
keadaan janin dikatakan baik.

1 minggu SMRS pasien berobat ke dokter kandungan, pasien datang untuk


periksa kehamilan dari hasil pemeriksaan kehamilan (dengan pemeriksaan
USG) didapatkan kehamilan pasien saat ini blighted ovum lalu pasien
direncanakan untuk pemeriksaan histereskopi + tindakan kuretase di
RSUD AA. Keluhan timbul flek dari kemaluan (-), keluar jaringan dari
kemaluan (-), nyeri pada perut bagian bawah (-), kehamilan semakin
mengecil (-).

1 hari SMRS pasien berobat ke poliklinik kebidanan dan direncanakan


untuk dilakukan kuretase dan histeroskopi.

Riwayat penyakit dahulu


Diabetes mellitus (-), hipertensi (-), asma (-), penyakit jantung (-).
Riwayat penyakit keluarga
Diabetes mellitus (-), hipertensi (-).
Riwatat perkawinan
Pasien menikah 1 kali, menikah pada usia 27 tahun
Riwayat haid
-

Menarche
: pada umur 15 tahun
Siklus
: teratur
Lama
: 5 hari
Banyak perdarahan : normal
Ganti pembalut saat haid: 2-3 kali/hari.

Riwayat obstetri:
-

G1 hamil saat ini merupakan hamil pertamakali.

Riwayat operasi: (-)

Riwayat pemakaian kontrasepsi:(-)

PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
KU

: baik

Kesadaran: komposmentis
TTV : tekanan darah: 120/70 nadi: 88x/m Pernapasan: 18x/m suhu: Afebris
Kepala dan leher: konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), Pembesaran KGB
leher: (-).
Thorax
Paru ;
Inspeksi

: dada simetriskiridankanan, gerakandinding dadasimetris,

tidakadabagian yang tertinggal.


Palpasi
: fremitus kanan = kiri
Perkusi
: sonorpadakedualapanganparu
Auskultasi
: vesikulerkedualapanganparu, ronkhi (-), wheezing (-)
Kesan: dalam batas normal.
Jantung :
Inspeksi
: ictus cordistidakterlihat
Palpasi
: ictus cordisteraba 2 jari LMCS RIC V
Perkusi
: batasjantungkanan : lineasternalisdextra
batasjantungkiri
: 2 jari medial LMCS RIC V
Auskultasi
: bunyijantung normal, teratur, bising (-)
Kesan: dalambatas normal

Abdomen :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: perut tampak datar, skar (-)


: TFU tidak teraba, nyeri tekan (-).
: timpani.
: BU (+), normal.

Ekstremitas :
Akralhangat

Refilling kapiler< 2 detik


Edema (-)

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
Pemeriksaan luar:
Iinspeksi v/u tenang
Inspekulo: tidak dilakukan

Hasil pemeriksaan Penunjang

Laboratorium darah rutin (tanggal 21- 07- 2014 jam 17.28 WIB):
Leukosit
: 9.700 ul
HB
: 12.6 gr%
Hematokrit
: 38.2 %

Trombosit
-

:245.000 ul

Laboratorium kimia darah

Glukosa darah sewaktu

: 102 mg/dl

Ureum

: 23.4 mg/dl

Creatinin

: 0.94 mg/dl

AST

: 18.7 UL

ALT

: 19 UL

Hasil

pemeriksaan

USG

GS (+) di fundus ke arah lateral dekat cornu

Tampak janin implantasi di cornu

(tanggal

16-07-2014)

Kesan : fetal demise


Diagnosis: G1 P0 A0 H0 gr 8-9 minggu + missed abortion

Rencana penatalaksanaan:
-

IVFD RL 20 tpm

Kuretase

histereskopi

Follow up
Tanggal

Subjective objektif assessment planing

21-08-2014

S:nyeri abdomen (-), keluar darah dari kemaluan (-)

Jam 19.00 wib

O:
-

KU: baik Kesadaran: komposmentis

TTV:Tekanan darah: 120/80, HR: 84x/menit RR: 20x T: Afebris

Status generalis:

konjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-)

ektremitas:akral hangat, CRT < 2 detik

status ginekologis

pemeriksaan abdomen:

inspeksi: perut tampak datar (-)

palpasi: supel. nyeri tekan (-)

auskultasi: BU (+) dalam batas normal

inspeksi genitalia eksterna:vagina /uretra tenang. Perdarahan (-).


A: G 1P 0A 0H0 + missed abortion
P:
IVFD RL 20 tpm
R/ pasang laminaria
R/ kuretase + histerskopi
20.30 wib

Dilakukan pemasangan laminaria


Laporan pemasangan laminaria:
1. ibu berbaring dalam posisi litotomi
2.dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis di genitalia eksterna dan daerah

sekitarnya
3. dipasang speculum sims atas dan bawah, tampak portio licin, OUE
tertutup, perdarahan aktif dari OUE (-), jaringan (-), fluksus (+). Lalu
dilakukan antisepsis.
4 .memasang tanakulum arah jam 11-1, lalu sims atas dilepas
5. dilakukan sondase, arah uterus didapatkan antefleksi dan panjang
sondase 9 cm
6. dilakukan pemasangan 2 batang laminaria, lalu difiksasi dengan kasa
gulung.
7. setelah diyakini tidak ada perdarahan, tanakulum dilepas.
8. sims bawah dilepas, tindakan selesai.
22-07-2014
09.00-10.00 wib

Dilakukan tindakan kuretase+ histereskopi + ekstirpasi


Laporan tindakan:
1.laminaria aff OUE terbuka 1 cm lalu dilakukan dilatasi ulang dengan
busi no 8-9
2. dilakukan sondase, didapatkan sondase 10 cm.
3.dilakukan histereskopi, tampak GS/ konsepsi pada fundus kearah cornu
dx bentuk utuh, dinding lateral corpus kiri s/d cornu kiri tertutup jaringan
padat berwarna putih, kesan tebal dan polip bagian cervix (sekeliling
tertutup oleh polip + mikropolip)
4. dilakukan kuretase dan pada kerokan I keluar jaringan konsepsi 2 cc
saat dilakukan kerokan pada dinding corpus kesan licin, kemungkinan
polip+ hiperplasia
5.dilakukan histereskopi ulang daerah cornu telah bersih dari jaringan
konsepsi, bagian fundus hanya 1/3 yang bebas dari polip.
6. dilakukan ekstirpasi jaringan polip, dilakukan cauterirasi pada jaringan
polip pada seluruh corpus, dilakukan dengan sendok kuret,keluar jaringan

polip 5 cc (yaitu polip dengan berbagai ukuran)


7.dilakukan histereskopi ulang permukaan endometrium sudah mulai
bersih
8. jaringan- jaringan mirip serabut endometrium di gunting dan ekstirpasi
9. tampak daerah ostium tuba sudah bersih dari polip
10. alat dilepas operasi selesai.
Instruksi post op:
-

IVFD RL: NaCl 1:1 (20 TPM)

Inj. Ketorolac 1 amp/ 8 jam

Nonflamin 3x1 tab

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. KEMATIAN HASIL KONSEPSI


I

Definisi

Kematian hasil konsepsi adalah kematian janin dalam kandungan sebelum


dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanyakehamilan.
Kematian janin dinilai dengan didapatkannya janin tidak bernafas atau tidak
menunjukkan tanda-tanda kehidupan,seperti denyut jantung, pulsasi tali pusat,
atau kontraksi otot. Kematian janin fase awal diartikan sebagai keluarnya hasil
konsepsi pada usia kehamilan sebelum 15 sampai 16 minggu kehamilan.2,3
II

Etiologi

Kematian hasil konsepsi tidak jarang menyebabkan terjadinya abortus pada


kehamilan muda. Sebaliknya pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin
dikeluarkan dalam keadaanmasih hidup. Hal-hal yang menyebabkan kematian
hasil konsepsi dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini:2,3,4
1

kelainan ovum
MenurutHertikdkk, dari 1000 abortusspontan 48,9 % disebabkanoleh
Ovum

yang

patologis.

Ovum

yang

abnormal

diantaranyaterdapatdegenerasivili.Abortusspontan
disebabkanolehkelainan

%
yang
ovum

berkurangkemungkinannyaterjadiabortuskalaukehamilansudahlebihdari 1
bulan,
artinyamakinmudakehamilansaatabortusmakinbesarkemungkinandisebabk
anolehkelainan ovum (50-80 %).
2

kelainanpertumbuhanhasilkonsepsi
Kelainanpertumbuhanhasilkonsepsidapatmenyebabkankematianjaninatauc
acat

janin.Faktor-faktor

yang

rnenyebabkankelainandalampertumbuhanhasilkonsepsiadalah :
a

kelainankromosom
Pada

trisemester

pertama

kemungkinan

terjadinya

abnormlitasdarikromosom 60% sehinggakemungkinanjanin hidup

10

lahirhanya

0,6%.

Kelainankromosom

seringditemukanpadaabortusspontanaadalahTrisomi,

yang
Monosomi,

Triploidi, Tetra-ploidi, dankemungkinan pula kelainankromosomsek.


b lingkungan endometrium kurangsempurna
Apabila

lingkungan

endometrium

di

sekitartempatimplamantasikurangsempurnasehinggapemberianzatzatmakananpadahasilkonsepsiterganggu.
c

pengaruhdariluar
Radiasi,

virus,

obat-obatan,

dansebagainyadapatmempengaruhibaikhasilkonsepsimaupunlingkunga
nhidupnyadidalam uterus.Pengaruhinidinamakanpengaruh teratogen.
d Kelainan Genitalia Ibu
1

AnomaliKongenital(Hipoplasia uteri, Uterus bikornis).

Kelainanletak uterus sepertiretrofleksi uteri fiksata.

Tidaksempurnanyakondisi
sepertikurangnya

uterus
progesterone

untuk

proses

implantasi

atau

estrogen,

eridometritisdanmiomasubmukosa.
4

Servikinkompeten

yang

disebabkankelemahanbawaanpadaservik,

dilatasiserviks yang berlebihan, konisasi, amputasiataurobekanservik


yang tidakdijahit.
e

GangguanSirkulasiPlasenta
Dijumpaipadaibu
toksemiagravidarum,

yang

menderitapenyakitnefritis,

anomaly

hipertensi,

plasentadanendateritis

yang

menyebabkanoksigenisasiplasentaterganggusehinggamenyebabkangan
gguanpertumbuhandankematianjanin.

11

Penyakitibu
1

Penyakitinfeksi yang menyebabkandemamtinggiseperti pneumonia,


tifoid, pielitis, rubeladan malaria. Kematian fetus yang di
sebabkankarenatoksindanibuatauinvasikumanatau virus kepada fetus.

Keracunan, NikotindanAlkohol.

Ibu yang asfiksiasepertipadadekompensasikordis, penyakitparu, dan


anemia grafis.

Malnutrisi,

avitaminosisdangangguanmetabolisme,

hipotiroid,

kekurangan vitamin A, C, atau E danibu yang menderita Diabetes


Melitus.
5

Anthagonis Rhesus
Padaanthagonis rhesus darahibu yang melaluiplasentamerusak fetus
danberakibatmeninggalnya fetus.

Antiphospolipid Syndrome
Ada dua macam antibodi antifosfolipid yang telah dikenal yaitu :
Lupus Anticoagulant ( LA ), dan Anticardiolipin Antibody ( ACA ).
Sedangkan klasifikasi APS terdiri dari APS tanpa penyebab lain
disebut sebagai APS primer, sedangkan APS karena penyakit lain
seperti SLE dinamakan APS sekunder.5

Perangsanganpadaibu yang menyebabkan uterus misalnyaterkejut,


obatuterotonika,

ketakutan,

lapartatomi,

dandapatjuga

trauma

langsungterhadap fetus, selaputjaninrusaklangsungkarenainstrumen,


bendadanobat-obatan.
4

Penyakitayah
Usialanjut, penyakitkronis, seperti TBC, anemia, dekompensasikordis,
malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan, sinarrontgendanavitaminosis.

III

Epidemiologi
Anomali kromosom janin merupakan penyebab terbanyak terjadinya

kematian

mudigah

yakni

sebesar

30

60%.

Perkiraan

inididasarkan

padakaryotypingkonvensionaljaringan janin. Akan tetapi, kemungkinan angka

12

kejadian

yang

sebenarnyamungkin

lebih

Namun,prevalensiabnomalimitosiskromosom

tinggi
gross

dari

kisaran

pada

ini.

embriofase

praimplantasijugasangat tinggi, yakni sekitar 90% dari semuaembrio, bahkanpada


wanitasuburmuda.
IV

Patofisiologi
Sindrom antibody antifosfolipid (APS)adalahsalahsatudiantara banyak

penyebabkematianhasilkonseptusyang ditandaiantibodi multiple yang berbeda


yang

timbulbersama

antibody

antifosfolipiddengan

thrombosis

arteridan

vena.APS
dikenaljugasebagaisindromHughes.Trombosistelahdiketahuisecaraluassebagaisala
hsatupenyebabmorbiditasdanmortalitaskehamilan.

APS

adalahpenyebabutamatrombosisdalamkehamilan

yang

bertanggungjawabatasmorbiditasdanmortalitasjaninsertaibusepertipreeklampsia,
pertumbuhanjaninterhambat,

kematianjanindalamrahim,

persalinan

preterm

danbahkangangguan proses implantasimudigahkedalam endometrium.


Jika

terjadi

kematian

janin

maka

selanjutnyaterjadiperdarahandesiduabasalis, diikutinekrosisjaringansekitar yang


menyebabkanhasilkonsepsiterlepasdandianggapbendaasingoleh uterus. Kemudian
uterus
berkontraksiuntukmengeluarkanhasilkonsepsitersebut.Padakehamilankurangdari 8
minggu,

villi

khorialisbelummenembusdesiduasecaradalam,

jadihasilkonsepsidapatdikeluarkanseluruhnya.
Pada kehamilan 8-12 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan secara sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu daripada
plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk seperti kantong kosong
amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya, janin lahir mati, janin masih
hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.7

Manifestasi Klinis

13

Pengeluaran hasil konsepsi biasanya terjadi pada kehamilan sebelum 20


minggu, gejala awal ditandai dengan perdarahan pervaginam yang bisa sedikit
atau banyak dan biasanya berupa stolsel (darah beku), rasa mulas dan kram pada
daerah simfisis dan sering kali nyeri pinggang, pemeriksaan dalam didapati servik
dan teraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servik atau kavum uteri, karena
sebagaian dari janin atau jaringan sudah keluar, dan uterus berukuran lebih kecil
dari dan seharusnya.4
VI

Diagnosis

Pemeriksaan Umum
1

Anamnesis
Evaluasi pasien mencakup rincian medis, riwayat bedah, keluarga, genetik,

dan riwayat haid, penggunaan obat-obatan, tembakau, alkohol, dan kafein,dan


riwayat terpapar zat zat berbahaya. Semua kehamilan sebelumnya harus
diperiksasecara rinci, dengan memperhatikan usia kehamilan saat terjadinya dead
conceptus, komplikasi, ultrasonografi, laporan patologi, dan analisis kromosom.2,3
2

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus mencakupevaluasi adanya pembesaran tiroid

ataugondok, evaluasi payudara untuk galaktorea, dan pemeriksaan untuk


hirsutisme, yangbisa menunjukkan pasien memiliki disfungsi tiroidatau
hiperprolaktinemia. Pemeriksaan panggul harus mencakupevaluasi serviks jika
pasien telah terkena DES atau pernah menjalani operasi serviks. Pembesaran
ukuran rahim mungkinterkait dengan fibroid, dan pemesaran ovarium mungkin
mengindikasikan penyakit ovarium polikistik.2,3

Pemeriksaan Penunjang
1 Ultrasonografi

14

Histerosalpingografi,

saline

ultrasonografi

tiga-dimensi,

resonansi

magnetik dan pencitraan dapat membantu mendeteksi kelainan rahim.


Histeroskopi dan laparoskopi berguna jikates lain telah menunjukkan bahwa
kelainanharus dikonfirmasi, seperti septum rahim. Di masa depan, prosedur ini
cenderungdiganti dengan ultrasonografitiga dimensi atau pencitraan resonansi
magnetik.
Ultrasonografiharus dilakukan pada 6 sampai6-1/2 minggu dan diulang setiap
10 sampai 14 harisampai sekitar 12 minggu kehamilan. Sering ultrasonografi dan
awal memiliki beberapa keuntungan yakni : melihat kelayakan janin dan ini
merupakan

indikator

yang

baikbahwa

kehamilan

akan

berhasil,

meningkatkankemungkinan bahwa jaringan plasenta dapatdiperoleh untuk


analisiskromosom. Malformasi uterus, paling sering didapat adalah arkuatadan
septate uteruses (Gambar 1), terdeteksidalam 10 sampai 25% dari wanita
dengankeguguran berulangtetapi hanya 5% dari kontrol, dan evaluasi 20dari
rongga rahim (terutama untuk mencariseptum) yangdirekomendasikan oleh
organisasi profesipada wanita dengan keguguran berulang. Vascular insufisiensi
diperkirakanmendasari dead kosneptus dalam kasus septateuterus.2,3,4
2

Laboratorium Test
Uji laboratorium harus dipilih padadasar temuan riwayat klinis masing-masing

pasien dan hasil pemeriksaan. Tes darah mungkin termasuk darah lengkap, jumlah
sel darah, antibodi antinuklear, anticardiolipinantibodi, lupus antikoagulan, kadar
prolaktin, dan kadar thyrotropin.
Kromosomkedua orang tua harus dievaluasi. Evaluasi meliputi uji trombofilia
untuk protein C, protein C teraktivasi, faktor V Leiden dan mutasi protrombin,
protein S, antithrombin, dan kadar homosistein puasa. Biopsi endometrium dapat
membantu mengkonfirmasiovulasi atau mengevaluasi fase luteal yang cacat.
Meskipun prosedur ini kontroversial, tetapi ini merupakan tes terbaik untuk
mengevaluasikelainan endometrium. Pengujian untuk sitomegalovirus, listeria,
dantoksoplasmosis

dapat

juga

dilakukan

mungkin,

tetapi

umumnya

tidakdianjurkan.2
V
Tata Laksana
1.Antikoagulan Theraphy

15

Di antara wanita yang mengalami dead conceptus berulang dan positif


terdapat antibodi antifosfolipidtes, dua uji klinis menunjukkan perbaikan tingkat
kelahiran hidup dengan penggunaan dosis profilaksisunfractionated heparin
(misalnya, 5000 U subkutandua kali sehari) dan aspirin dosis rendah,
dibandingkandengan aspirin alone. Strategi inimenjadi pengobatan standar karena
sindrom antifosfolipid, namun percobaan yang lebih baru yang melibatkan
beberapa wanita dengan sindrom ini tidak menunjukkan peningkatan angka
kelahiran hidup secara signifikan dengan penggunaan dosis profilaksis rendah
heparin danaspirin dosis rendah. Dengan demikian, peran perawatan ini
khususuntuk pencegahankeguguran berulangmasih kontroversial.2,6
2. Manajemen Kelainan Genetik
Prognosis bervariasi tergantung padakelainan. Risiko bayi lahir-hidup
dengan translokasi trisomi adalah rendah, umumnya kurang dari 1%. IVF
dengandiagnosis genetikpraimplantasi telah digunakandalam upaya untuk
mencegah terjadinya hal tersebut. Namun, kemungkinan jumlah keturunan
karyotypically yang normal dalam intervention ini membuat kegunaannya
dipertanyakan.2
3. Intervensi Imunologic
Meskipun alloimmunity telah didugamenjadi kemungkinan penyebab dead
conseptus yang berulang, sebuahuji coba secara acak dari leukosit ayah immunilisasi menunjukkan ada perbaikan dalam tingkat kelahiran yang hidup.2
4. Penanganan Aktif
a Untuk rahim yang usianya 12 minggu atau kurang dapat dilakukandilatasi
b

atau kuretase.
Untuk rahim yang usia lebih dari 12 minggu, dilakukan induksipersalinan
dengan oksitosin. Untuk oksitosin diperlukanpembukaan serviks dengan
pemasangan kateter foley intra uterusselama 24 jam.7

3.2 Polip Endometrium


I. Definisi

16

Polip Endometrium di sebut juga polip rahim, berukuran kecil yang


tumbuh sangat lambat dalam dinding rahim. Polip ini memiliki basis datar besar
dan melekat pada rahim melalui tangkai, berbentuk bulat atau oval dan biasanya
berwarna merah, polip yang berukuran besar yang muncul menjadi warna lebih
gelap dari merah. Seorang wanita dapat memiliki satu atau lebih polip
endometrium. Polip endometrium kadang-kadang menonjol melalui vagina yang
sering menyebabkan kram dan ketidaknyamanan.
Polip ini dapat terjangkit jika menjadi bengkok dan kehilangan semua
pasokan darah. Wanita yang telah mengalami polip endometrium sulit sekali
untuk hamil.
Polip Endometrium adalah tumor bertangkai lunak yang disebabkan oleh
produk hormon yang abnormal, penyebab paling sering adalah siklus anovulatorik
dengan produksi estrogen yang berkepanjangan dan tidak adanya progesteron.
Tumor ini sering dijumpai tetapi tidak dapat dipastikan jumlah
kejadiannya. Usia penderita yang mengalami gangguan ini berkisar antara 12
hingga 81 tahun tetapi angka kejadian tertinggi terjadi di antara usia 30-59 tahun.
Polip

endometrial

seringkali

berupa

penonjolan

langsung

dari

lapisan

endometrium atau merupakan tumor bertangkai dengan pembesaran dibagian


ujungnya. Polip endometrium merupakan pertumbuhan aktif stroma dan kelenjar
endometrium secara fokal, terutama sekali didaerah fundus atau korpus uteri.
Hampir sebagian besar penderita tidak megetahui atau menyadari
keberadaan polip endometrium karena kelainan ini tidak menimbulkan gejala
spesifik.
II. Pertumbuhan Polip Endometrium
Pertumbuhan polip mirip dengan proses hiperplasia endometrium dan
tidak jarang hal ini terjadi secara bersamaan. Sering terjadi ditemukan polip
endometrium, bersamaan dengan mioma uteri. Oleh kerana itu, sulit untuk
menentukan apakah gejala klinis yang timbul disebabkan oleh salah satu atau oleh
semua kelainan secara bersamaan.
III. Gambaran Klinik Polip Endometrium

17

Perdarahan diluar silkus yang nonspesifik seringkali menjadi gejala utama


dari polip endometrium. Seringkali, polip endometrium ditemukan secara tidak
sengaja dari hasil pemeriksaan histeroskopi, ultrasonografi, dan keretase atas
dugaan hiperplasia endometrium.
Apabila tangkai polip berukuran cukup panjang sehingga memungkinkan
ujung polip mengalami protrusi keluar ostium serviks, maka hal ini dapat
memudahkan

klinisi

untuk

menegakkan

diagnosis.

Polip

endometrium

mempunyai konsistensi yang lebih kenyal dan berwarna lebih merah daripada
polip serviks. Sebagian besar polip mempunyai susunan histologis yang sama
dengan endometrium da dasar tangkainya dan tidak menunjukkan perubahan
sekretorik.
Kurang dari sepertiga polip memiliki komposisi jaringan yang sama
dengan jaringan endometrium penyusun atau endometrium asalnya. Ujung polip
yang keluar dari ostium serviks sering mengalami perdarahan, nekrotik, dan
peradangan. Sebagian besar gambaran histipatologikdari polip endometrium
menunjukkan adanya hiperplasia kistik, hanya sebagian kecil saja yang
menunjukkan hiperplasia adenomatosa.
IV. Etiologi Polip Endometrium
a.
Produksi hormon yang abnormal yaitu hormon estrogen yang tidak diimbangi
oleh hormon progesteron
b.
Placenta yang tertinggal setelah partus dan abortus.
c.
Polip bisa berasal dari adenoma-adenofibrinoma dan juga mioma submukosum
yang diakibatkan oleh meningkatnya hormon.
V. Tanda dan Gejala Polip Endometrium
Tidak ada penyebab pasti dari polip endometrium, tetapi pertumbuhan
mereka dapat di pengaruhi oleh kadar hormon, terutama esterogen. seringkali
tidak ada gejala, tetapi beberapa gejala dapat diidentifikasi terkait dengan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

pembentukannya
Sebuah kesenjangan antara perdarahan haid
Tidak teratur atau perdarahan menstruasi yang
berkepanjangan
Perdarahan haid yang terlalu berat
Rasa sakit atau dismenore (nyeri pada saat menstruasi)
Perdarahan yang banyak dan lebih lama
Ibu mengalami dispareuni saat berhubungan seksual
18

VI. Penanganan Polip Endometrium


1.
Pada polip endometrium tidak bertangkai umumnya diangkat dengan cara
2.
3.

kuretage.
Histeroskopi dengan cara kateterisasi dan bedah laser.
Identifikasi histologi dari endometrium yang berdarah membantu dalam
pemilihan hormonal yang rasional.
Bila ujung polip keluar melalui ostium serviks sehingga mudah untuk dicapai
makan pemutusan tangkai polip dapat dilakukan melalui dua cara.

1.

Dengan menjepit tangkai polip dan kemudian melakukan putaran atau torsi pada

2.

tangkai sehingga terputus.


Dengan menggunakan ikatan laso longgar yang kemudian didorong hingga
mencapai dasar tangkai dan kemudian diikatkan hingga tangkai terputus.
VII. Faktor risiko
Penyebab pasti dari polip endometrium belum diketahui secara pasti
namun mereka sensitif terhadap hormon estrogen. Faktor-faktor yang dapat
meningkatkan resiko terkena polip endometrium adalah

Obesitas
Penggunaan tamoxifen, terapi obat untuk kanker payudara
Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Polip serviks
Tekanan darah tinggidan adanyapolipserviksmerupakan salah satu

penyebab darifaktor risiko polip endometrium. Namun menurut American Journal


ofObstetri

dan

Ginekologiedisi

November

2008tidakmenemukan

hubunganantarakondisi tersebut dengan terjadinya polip endometrium. Namun,


sebuah

penelitiankecilyang

diterbitkan

dalamTheJournalmenopauseEropa

2007itumenghubungkankemungkinankeganasanpada polipendometrium terjadi


pada

penderita

dengan

riwayat

tekanan

darah

tinggidanobesitas

tanpa

menggunakan terapi obat kanker payudara.


VIII. Penanganan Polip Endometrium

Pada polip endometrium tidak bertangkai umumnya diangkat dengan cara


kuretase.

19

Histeroskopi dengan cara kateterisasi dan bedah laser.


Identifikasi histologi dari endometrium yang berdarah membantu dalam
pemilihan hormonal yang rasional.
Bila ujung polip keluar melalui ostium serviks sehingga mudah untuk dicapai

maka pemutusan tangkai polip dapat dilakukan melalui dua cara.

Dengan menjepit tangkai polip dan kemudian melakukan putaran atau torsi

pada tangkai sehingga terputus.


Dengan menggunakan ikatan laso longgar yang kemudian didorong hingga
mencapai dasar tangkai dan kemudian diikatkan hingga tangkai terputus.

IX.

Infertilitas pada polip endometrium8


Infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk hamil setelah 1

tahun mencoba. Ketika seorang wanita tidak subur dan tidak memiliki gejala polip
endometrium, kemungkinan wanita tersebut memiliki polip yang asimtomatik
dengan persentase sebesar 3% sampai 5%, menurut Jones Institute of
Reproductive Medicine Jika wanita tersebut mengalami perdarahan yang tidak
biasa, hal tersebut mungkin disebabkan oleh polip.
Polip rahim bisa bertindak seperti alat kontrasepsi alami (IUD), mencegah
telur dibuahi dari menanamkan pada dinding rahim. Mereka juga dapat
memblokir daerah di mana tuba falopi terhubung ke rongga rahim, mencegah
sperma dari bepergian ke dalam tabung untuk memSenuhi telur. Demikian pula,
mereka dapat memblokir saluran serviks, yang akan mencegah sperma memasuki
rahim sama sekali. Polip juga mungkin memainkan peran dalam keguguran bagi
beberapa wanita. Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2005
dalam jurnal Human Reproduction, perempuan yang menjalani inseminasi buatan
setelah polip mereka di buang, mereka hamil sekitar dua kali daripada perempuan
yang tidak mempuyai polip sebelumnya. Bahkan, wanita yang mempunyai
riwayat polip sebelumnya sering hamil tanpa inseminasi buatan.

3.3 HISTERESKOPI
I. Definisi

20

Histeroskopi merupakan prosedur diagnostik dan terapeutik dalam ginekologi


klinis. Kebanyakan praktisi di luar negeri menggunakan metode ini untuk
mengevaluasi uterus pada praktek sehari-hari. Kebutuhan untuk mengetahui
normal atau abnormalnya kavum uteri dapat diketahui dengan menggunakan alat
ini.9
II. Indikasi
Indikasi untuk histeroskopi adalahdiagnostik dan terapeutik. Indikasi
diagnostik antara lain adalah evaluasi infertilitas, septum, polip endometrium,
leiomyoma uteri submukosa dan adhesi intrauterin. Indikasi terapeutik (operatif)
adalah septum, adhesi, polip endometrium, sterilisasi histeroskopi dan anomali
dari uteri lainnya.
III. Kontra indikasi 9
Kontraindikasi absolut dalam histeroskopi tidak boleh dilakukan bila
kontra indikasi ini ditemukan. Terkadang praktisi harus memodifikasi dan pasien
diseleksi per individu. Kontraindikasi absolut antara lain penyakit radang panggul
karena dapat berpotensi menyebar infeksi,melalui aliran darah, atau limfatik
sistemik, atau tuba fallopii ke dalam intraperitoneal. Kontra indikasi lainnya
adalah profuse uterine bleedingdimana histeroskopi menjadi tidak efektif, hal ini
disebabkan akan mengganggu visualisasi pada saat melakukan histeroskopi.
Beberapa kontra indikasi lain adalahpenyakit jantung, asidosis metabolik,
kehamilan,

kanker

serviks,

servikalstenosis,

dan

operator

yang

tidak

berpengalaman.
Pemakaian Histeroskopi dalam Kelainan Ginekologi
1. Perdarahan Uterus Abnormal. Histeroskopi dewasa ini mempunyai nilai
lebih dalam penanganan perdarahan uterus abnormal. Temuan yang
didapat pada histeroskopi memberikan berbagai informasi mengenai
bermacam-macam keadaan klinis pasien. Temuan pada histeroskopi
memiliki korelasi yang akurat dengan hasil histopatologi kelainan yang
diperoleh. Pada penelitian pemakaian histeroskopi dengan dilatasi dan
kuretase pada sampling endometrium menunjukkan bahwa keduanya

21

memiliki sensitivitas yang sama yaitu 100%, namun spesivisitas


histeroskopi lebih tinggi (98%) dibandingkan dengan kuretase (65%).
2. Infertilitas
Histeroskopi untuk diagnosis infertilitas yang disebabkan karena faktor
uterus mempunyai keakuratan yang tinggi. Pada sebuah penelitian,
keakuratan histeroskopi lebih tinggi (61%) dibandingkan dengan
histerosalfingo-gram (50%).
3. Synechia Intrauterin
Sindroma Asherman yang mana terjadinya synechia atau jaringan parut
intrauterine akibat tindakan kuretase dapat didiagnosa secara akurat
dengan menggunakan histeroskopi, sehingga penanganan dapat dilakukan
dengan memakai alat ini.
4. Metroplasty
Metroplasty dengan histeroskopi dilakukan pada pasien dengan septum
uterus. Pada banyak kasus, prosedur ini menggantikan prosedur
metroplasty Tompkins atau metroplasty Jones yang telah lama dikenal.
Pada penelitian membandingkan prosedur metroplasty abdominal dan
histeroskopi diperoleh data: pada Tompkins metroplasty kavum uterus
yang normal (72%), eksisi septum yang inkomplit (14%) dan 14% dengan
filling defect intrauterine, sedangkan pada histeroskopi kavum uterus yang
normal (88%), eksisi septum yang inkomplit hanya 12%, dan tidak
dijumpai adanya filling defect.
5. Ablasi Endometrium
Prosedur histeroskopi digunakan untuk ablasi endometrium pada kasuskasus menorrhagia maupun perdarahan uterus akibat kelainan pembekuan
yang sulit dihentikan.
Dari keterangan di atas dapat dikatakan bahwa peranan histeroskopi
dewasa ini memiliki keuntungan yang cukup besar untuk mendiagnosa dan
mengobati berbagai kelainan ginekologis. Perkembangan terbaru dalam teknologi
endoskopi mencapai produksi alat histeroskopi operatif yang lebih kecil yang
bertujuan untuk menghindari tindakan dilatasi serviks dan mendapatkan kualitas
gambar yang lebih baik. Di samping itu, pemakaian elektrode yang kecil dan kuat

22

dengan menggunakan bipolar elektrik. Keuntungan pemakaian elektroda ini


memberikan keamanan yang lebih baik.9

BAB IV
PEMBAHASAN

Adapun permasalahan pada pasien ini adalah:


1. Bagaimana penegakkan diagnosis pada pasien ini?
Anamanesis pada pasien ini didapatkan pasien mengaku hamil 9 minggu,
HPHT 12-05-2014 dan pasien telah melakukan tes kehamilan (plano test) hasil
(+). Pada pasien tidak ditemukan kelainan seperti perdarahan pervaginam (-),
nyeri perut(-), kehamilan terasa semakin mengecil (-) dan dismenore (-). Pada
pemeriksaan fisik tidak didapatkan adanya pembesaran uterus. Dari hasil
inspekulo tidak didapatkan adanya jaringan pada OUE, perdarahan aktif (-) dan
OUE tertutup.Dari pemeriksaan penunjang USG didapatkan adanya fetal demise.

23

Dari hasil laporan operasi didapatkan adanya hasil konsepsi 2 cc, kantong gestasi
di daerah cornu, dan didpatkan polip berbagai ukuran di endometrium.
Diagnosis pada pasien ini G1 gravid 8-9 minggu + missed abortion.
Menurut kami usia kehamilan pada pasien ini 9-10 minggu. Dan diagnosis
preoperasi pada pasien ini seharusnya G1 gravid 9-10 minggu + missed abortion
ec polip endometrium. Hal ini sesuai dengan hasil USG dan laporan operasi.
2. Apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat ?
Tatalaksana pada pasien ini dilakukan prosedur dilatasi kuretase
intrauterine + histereskopi + extirpasi. Menurut literatur pada pasien dengan
diagnosis missed abortion dengan usia kehamilan < 12 minggu bisa dilakukan
langsung evakuasi dengan melakukan dilatasi+ kuretase. Pemeriksaan hitereskopi
diindikasikan untuk diagnostik dan terapeutik. Indikasi diagnostik antara lain
evaluasi infertilitas,septum, polip endometrium,leomioma uteri submukosa dan
adhesi intra uterin. Sedangkan indikasi terpeutik ialah septum,adhesi, polip
endometrium.
Sesuai dengan literatur, diatas, pada pasien ini telah sesuai dilakukan
tindakah histereskopi untuk prosedur diagnostik dan terapeutik pada polip
endometrium.
3. Bagaimana pengaruh polip endometrium pada kehamilan.
Berdasarkan literatur, Polip endometrium dapat menyebabkan beberapa
komplikasi pada kehamilan diantaranya Infertil dikarenakan adanya gangguan
pada proses perjalanan sperma menuju ke ovarium , sehingga tidak terjadi proses
pembuahan. Dapat juga menyebabkan kematian janin karena akan menggangu
proses implantasi, hasil konsepsinya tidak akan dapat menempel dengan baik
karena polip endometrium akan menyebabkan gangguan vaskular dari
endometriumnya.

24

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1 Kematian hasil konsepsi pada trimester 1 sangat sulit berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik karena tidak adanya gejala klinis serta
keluhan sehingga diperlukan pemeriksaan kehamilan yang teratur pada
2

awal masa kehamilan.


Penatalaksanaan pada kematian janin disesuaikan berdasarkan usia

kehamilan.
Polip endometrium memiliki berbagai banyak komplikasi terhadap
proses pembuahan maupun proses implantasi yang akan berdampak
terhadap kematian janin

5.2 Saran
25

1.Perlunya pemeriksaan yang teratur pada pasien ini terhadap


kehamilan berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA
1

Silver, Robert M. Fetal death. American College of Obstetricians and


Gynecologist. Vol. 109, no 1, Januari 2007.

Branch Ware, Gibson Mark, Robbert Silver. Reccurent Miscarriage. The New
England Journal Of Medicine 2010;363(18) 1740-7.

Kiwi, Robert. Recurrent pregnancy loss: Evaluation and discussion of the


causes and their management.Cleveland Clinic Journal Of Medicine
2007;73(10) 913-20.

Silver, Robert M. Fetal Death. Obstetric and Gynecology 2007;109 (1) .

Haram Kjell, Eva-Marie Jacobsen and Per Morten Sandset. Antiphospholipid


Syndrome in Pregnancy,Antiphospholipid Syndrome. Intech (Ed);2012.

Erkan D, Patel S, Nuzzo M, Gerosa M, Meroni PL, Tincani A, et al.


Management Of The Controversial Aspects Of The Antiphospholipid Syndrome
Pregnancies: A Guide For Clinicians And Researchers. Rheumatology
(Oxford) 2008 Jun;47 Suppl 3:iii23-iii27.

26

Manuaba. Gawat Darurat Obstetri-Ginekologi dan Obstetri-Ginekologi Sosial


untuk profesi bidan. Jakarta : EGC ; 2008.

Ali Nishat, Binder Gary, dkk. Endometrial Polyp. In Baylor college of


medicine.

Hadibroto, budi R, Penggunaan histeroskopi di medan-indonesia. Departemen


Obstetri dan Ginekologi / FK-USU RSUP. H. Adam Malik RSUD. Dr.
Pirngadi Medan. 2007.

27

Anda mungkin juga menyukai