Anda di halaman 1dari 7

HASIL PENELITIAN STATUS HARA P DAN K DI LAHAN SAWAH IRIGASI KABUPATEN

BIMA
Andri Nurwati dan Sudjudi
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB

ABSTRAK
Penelitian status hara P dan K tahun 2002 merupakan perpaduan antara kegiatan pembuatan peta status hara P dan
K dengan kegiatan percobaan lapang pemupukan P dan K pada lahan sawah irigasi dengan tujuan membuat peta status hara
P dan K lahan sawah irigasi Kabupaten Bima skala 1:50.000 dan memperoleh rekomendasi pemupukan P dan K spesifik
lokasi. Dari areal lahan sawah irigasi Kabupaten Bima seluas 23.803 ha, diperoleh 630 sample contoh tanah komposit. Hasil
analisa 630 sample tanah dengan ekstrak HCl 25% di laboratorium BPTP NTB telah dipetakan menjadi peta status hara P
lahan sawah Kabupaten Bima skala 1:50.000 dengan sebaran status P rendah, sedang, dan tinggi, masing-masing seluas:
1.634,88 ha, 14.120,01 ha, dan 8.048,11 ha, dan peta status hara K lahan sawah Kabupaten Bima skala 1 : 50.000 dengan
sebaran status K rendah,sedang dan tinggi, masing-masing seluas: 118,44 ha, 861,18 ha, dan 22.823,38 ha. Lokasi
percobaan lapang pemupukan P dan K di wilayah Kecamatan Bolo Kabupaten Bima berstatus hara P sedang-tinggi dan K
tinggi yang masing-masing ditempatkan secara terpisah. Dilaksanakan pada MK II 2002, menggunakan metoda eksperimen
dengan rancangan acak kelompok, masing-masing 5 perlakuan pupuk P, K dan 4 ulangan. Hasil analisa sidik ragam
produktivitas padi percobaan lapang pemupukan P menunjukkan bahwa pemupukan P cukup respon. Dengan perlakuan P 4
(100 kg SP36/ha) cukup efisien untuk lahan sawah dengan status P sedang. Disarankan untuk lahan sawah dengan status P
tinggi di Kecamatan Bolo cukup dengan pemberian 50%-nya yaitu setara 50 kg SP36/ha. Sedangkan hasil analisa sidik
ragam produktivitas percobaan pemupukan K menunjukkan ada perbedaan nyata diantara perlakuan K 4,K3,dan K2 tapi K2
tidak berbeda nyata dengan K 1 dan berbeda nyata dengan K 0 (tanpa K) sehingga disarankan untuk tanaman padi lahan
sawah di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima perlu pemupukan K setara 25 - 50 kg KCl /ha dan jerami dikembalikan ke
sawah.
Kata kunci : Peta, status hara, pemupukan, P dan K, rekomendasi, lahan sawah irigasi, Bima.

PENDAHULUAN
Luas lahan sawah irigasi di propinsi NTB 176.757 ha, dimana sekitar 23.803 ha diantaranya
berada di Kabupaten Bima (BPS, 2001). Kabupaten Bima merupakan salah satu sentra produksi padi
yang cukup besar di Nusa Tenggara Barat, dimana lahan sawah irigasinya dikelola cukup intensif.
Sampai saat ini rekomendasi pemupukan P dan K untuk tanaman padi sawah di Kabupaten Bima
masih sangat umum tanpa mempertimbangkan kandungan hara P dan K dalam tanah yaitu sekitar
250-300 kg Urea/ha , 50-75 kg TSP/ha, dan tidak menggunakan KCl. Hal ini terjadi karena memang
belum tersedianya data status hara P dan K tanah sawah untuk Kabupaten Bima. Rekomendasi
pemupukan yang bersifat umum tersebut dinilai kurang tepat, karena tidak semua lahan sawah
memerlukan jenis dan dosis pupuk yang sama. Peta P dan K lahan sawah berisi informasi tentang
lahan-lahan sawah yang berstatus P dan K rendah, sedang dan tinggi, yang dapat dijadikan dasar
untuk menentukan rekomendasi pemupukan padi sawah spesifik lokasi.
Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor (1992) telah
melakukan penelitian dan pemetaan status hara P dan K lahan sawah di P Lombok dan belum
melakukan untuk P Sumbawa. Dari penelitian tersebut telah diterbitkan peta status hara P dan K
lahan sawah untuk P Lombok dengan skala 1:250.000. Hasil penelitian pada skala tersebut masih
bersifat umum yang dapat digunakan untuk menentukan alokasi kebutuhan pupuk. Oleh karena itu
untuk lebih detailnya hasil penelitian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat
(Puslitbangtanak) Bogor tersebut harus ditindak lanjuti dengan pemetaan status hara P dan K pada
skala yang lebih besar (lebih detail) dan tidak hanya di P.Lombok saja, juga di P.Sumbawa.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka perlu dilakukan pemetaan
status hara P dan K lahan sawah pada di Kabupaten Bima dengan skala 1:50.000 untuk menyusun
rekomendasi pemupukan padi sawah spesifik lokasi yang lebih rasional dan efisien.
Penelitian status hara P dan K lahan sawah di Kabupaten Bima ini merupakan penelitian
yang memadukan antara kegiatan pembuatan peta status hara P dan K lahan sawah irigasi Kabupaten

Bima pada skala 1:50.000 dengan kegiatan percobaan lapang pemupukan P dan K, dalam rangka
penyusunan rekomendasi spesifik lokasi pemupukan P dan K untuk padi sawah irigasi. Lokasi
percobaan lapang pemupukan P dan K berada di salah satu kecamatan sentra produksi padi yaitu
Kecamatan Bolo yang menurut ZAE (Zona Agro Ekologi) memiliki lahan sawah cukup luas. Tujuan
penelitian adalah: 1)Membuat peta status hara P dan peta status hara K lahan sawah Kabupaten Bima
masing-masing skala 1:50.000. 2)Menyusun rekomendasi pemupukan P dan pemupukan K padi
sawah spesifik lokasi.
BAHAN DAN METODA
Pemetaan dimulai dengan pengambilan contoh tanah komposit lapisan olah ( 0 20 cm)
diareal lahan sawah irigasi Kabupaten Bima, dengan mengunakan peta operasional skala 1 : 25.000
yang telah digride dengan jarak 2 cm dalam peta. Contoh tanah dianalisis kandungan P 2O5 dan K2O
Potensialnya menggunakan ekstrak HCL 25 % di Laboratorium BPTP. Pembuatan peta status hara P
dan K mulai dari pembuatan peta dasar, over laping batas lahan sawah, ploting lokasi contoh tanah
dan ploting hasil analisis contoh tanah sesuai dengan status rendah, sedang dan tinggi; serta deliniasi
dilaksakan kerja sama dengan Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor.
Percobaan lapang dilaksanakan di Kecamatan Bolo kabupaen Bima di areal lahan sawah
irigasi bersatus hara P sedang tinggi dan K tinggi, yang masing-masing ditempatkan secara
terpisah, pada MK II 2002 dengan metoda on farm researce menggunakan rancangan acak kelompok,
terdiri dari 5 perlakuan pupuk P (Tabel 1) dan K (Tabel 2) dan dengan ukuran plot 5 x 5 m dan diulang
sebanyak 4 kali. Bibit padi varitas Ciherang umur 21 hari ditanam dengan jarak tanam 20 x 20 cm
sebagai indikator. Dosis pemupukan sesuai perlakuan untuk P dan K diberikan bersama dengfan
sepertiga bagian pupuk Urea pada awal tanam dan sepertiga urea berikutnya pada umur 3 4 minggu
dan sisanya pada umur 5 6 minggu setelah tanam. Pemeliharaan yang meliputi kegiatan penyiangan,
pengairan dan pengendalian hama penyakit disesuaikan dengan kebutuhan. Parameter yang diamati
meliputi tinggi tanaman menjelang panen, jumlah anakan dan produktivitas, kemudian dianalisa
menggunakan Anova serta diuji lanjut dengan DMRT 0.05.
Tabel: 1. Perlakuan percobaan pemupukan P pada status hara P sedang/tinggi.
Kode Perlakuan

Tingkat dosis
SP36 gr/plot

Tingkat dosis
SP36 kg/ha

Urea kg/ha

KCl kg/ha

P0
P1
P2
P3
P4

0
62,50
125,00
187,50
250,00

0
25
50
75
100

200
200
200
200
200

100
100
100
100
100

Tabel: 2. Perlakuan percobaan pemupukan K pada status hara K tinggi.


Kode Perlakuan

Tingkat dosis KCl


gr/plot

Tingkat dosis KCl


kg/ha

Urea kg/ha

SP36 kg/ha

K0
K1
K2
K3
K4

0
62,50
125,00
187,50
250,00

0
25
50
75
100

200
200
200
200
200

100
100
100
100
100

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pemetaan dan Luas Lahan Sawah Berdasarkan Status Hara P
Hasil pemetaan status hara P Potensial tanah sawah di Kabupaten Bima berdasarkan hasil
analisis contoh tanah dapat diklasifikasikan kedalam status rendah, sedang dan tinggi menurut
Puslitbangtanak ditampilkan pada peta Gambar 1 berikut :

Gambar 1. Peta status Hara P potensial lahan sawah Kabupaten Bima.

Adapun sebaran luasan masing-masing status hara P dimasing-masing kecamatan di


Kabupaten Bima disajikan pada tabel 3 , dimana lahan sawah dengan status P rendah berada di
Kecamatan Bolo, Wawo, dan Sape, berturut-turut seluas 11,00%; 28,00%; dan 16,00% dari luas lahan
sawah masing-masing kecamatan. Lahan sawah dengan status P sedang terdapat di seluruh kecamatan
kecuali Kecamatan Sanggar. Sedangkan lahan sawah dengan status P tinggi berada di seluruh
kecamatan ( Tabel 3).
Tabel 3. Luas tanah sawah berdasarkan status hara P pada setiap kecamatan di Kabupaten Bima
No.

Kecamatan

1.
Monta
2.
Bolo
3.
Woha
4.
Belo
5.
Wawo
6.
Sape
7.
Wera
8.
Donggo
9.
Sanggar
10.
RasanaE Barat
11.
RasanaE Timur
Jumlah Kabupaten Bima

Luas lahan sawah dengan status P (ha)


Rendah
0
594,00
0
0
552,72
488,16
0
0
0
0
0
1634,88

Sedang

Tinggi

1479,17
3510,00
2020,14
2605,42
769,86
2227,23
225,26
621,56
0
128,24
533,13
14120,01

441,83
1296,00
328,86
692,58
651,42
335,61
1383,74
894,44
860,00
329,76
833,87
8048,11

Jumlah(ha)
1.921,00
5.400,00
2.349,00
3.298,00
1.974,00
3.051,00
1.609,00
1.516,00
860,00
458,00
1.367,00
23.803,00

Pemetaan dan Luas Lahan Sawah Berdasarkan Status Hara K


Hasil pemetaan status hara K Potensial tanah sawah di Kabupaten Bima berdasarkan hasil
analisis contoh tanah dapat diklasifikasikan kedalam status rendah, sedang dan tinggi menurut
Puslitbangtanak ditampilkan pada peta Gambar 2 berikut :

Gambar 2. Peta Status Hara K potensial lahan sawah Kabupaten Bima

Seluruh kecamatan di Kabupaten Bima pada umumnya berstatus hara K tinggi sedangkan
yang berstatus hara K rendah hanya dijumpai di satu lokasi (Tabel:4).
Tabel 4. Luas tanah sawah berdasarkan status hara K pada setiap kecamatan di Kabupaten Bima
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Kecamatan
Monta
Bolo
Woha
Belo
Wawo
Sape
Wera
Donggo
Sanggar
RasanaE Barat
RasanaE Timur
Jumlah kab. Bima

Luas lahan sawah dengan status K


Rendah

Sedang

0
0
0
0
118,44
0
0
0
0
0
0
118,44

0
0
0
0
355,32
0
96,54
409,32
0
0
0
861,18

Tinggi
1.921,00
5.400,00
2.349,00
3.298,00
1.500,24
3.051,00
1.512,46
1.106,68
860,00
458,00
1.367,00
22.823,38

Jumlah(ha)
1.921,00
5.400,00
2.349,00
3.298,00
1.974,00
3.051,00
1.609,00
1.516,00
860,00
458,00
1.367,00
23.803,00

Hasil Percobaan Lapang Pengkajian Pemupukan P


Pengaruh perlakuan pemupukan P dari hasil analisis sidik ragam parameter yang diamati
yaitu jumlah anakan, tinggi tanaman menjelang panen dan produktivitas menunjukan responsibilitas
antar perlakuan dimana diperoleh peningkatan yang nyata sebanding dengan peningkatan dosis pupuk
P yang diberikan sesuai perlakuan.(Tabel 5). Hal ini menunjukan bahwa unsur hara P masih
diperlukan meskipun berdasarkan pemetaan diperoleh status hara P sedang sampai tinggi karena
status tersebut masih menunjukan status potensial dan belum dapat tersedia oleh tanaman, sehingga
untuk melarutkan status potensial tersebut tetap diperlukan stimulan pemupukan P menggunakan
pupuk yang mengandung P.
Rata-rata produktivitas diantara perlakuan P pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pupuk P cukup
respon terhadap peningkatan produktivitas. Produktivitas tertinggi terdapat pada perlakuan P4 yaitu
sebesar 3.180 kg/ha. Apabila P4 dibandingkan dengan P3, P2, P1, dan kontrol (P0 tanpa P) berturutturut diperoleh kenaikan yang nyata.

Tabel: 5. Rata rata produktivitas gkg, tinggi tanaman, dan jumlah anakan setiap perlakuan P

Perlakuan P

Rata-Rata Produktivitas
(kg GKG/ha)

Rata-rata Tinggi
Tanaman (cm)

Rata-rata Jumlah
Anakan (btg)

P0
P1
P2
P3
P4
CV

1.350 e
2.140 d
2.430 c
2.890 b
3.180 a
7,2%

78.00 d
80.75 c
84.25 b
84.25 b
86.75 a
1,9%

10,80 d
12,00 cd
13,50 c
17,25 b
19,75 a
9,3%

Keterangan : Yang diikuti dengan huruf tidak sama menunjukkan ada perbedaan yang nyata pada tingkat DMRT 5%

Pengaruh dosis pupuk P terhadap produksi dapat dilihat pada gambar 3 dimana berdasarkan
uji R juga menunjukkan adanya korelasi yang positip
Yaitu R = 0,9874.
Gambar 3 . Hubungan antara produksi dan dosis pupuk SP-36.

Meskipun memberikan interaksi yang positip antara dosis P dengan produksi, akan tetapi
perlu dipertimbangkan secara ekonomis apakah peningkatan dosis pupuk P mampu memberikan
kontribusi peningkatan produksi yang menguntungkan secara ekonomis. Oleh karena itu dalam
rangka efisiensi maka perlakuan P4 yaitu penggunaan dosis 100 kg SP36/Ha merupakan rekomendasi
pilihan yang dapat dipertimbangkan untuk wilayah Kecamatan Bolo Kabupaten Bima yang berstatus
hara P sedang, karena pemberian pupuk P yang berlebihan akan menekan serapan unsur hara makro
lain yang juga diperlukan oleh tanaman sehingga mengganggu keseimbangan fisiologis photosinthesis
dan pada gilirannya akan mengurangi produksi. Diperkuat dengan pengamatan tinggi tanaman dan
jumlah anakan menjelang panen, pada tabel 6.
Menurut Sri Adiningsih et. al. (1989) maka kecamatan lainnya dalam peta status hara P
Kabupaten Bima skala 1 : 50.000 yang berstatus tinggi, dosis rekomendasi pemupukan P dapat
disarankan 50%-nya yaitu 50 kg SP36/ha. Untuk mendapatkan dosis rekomendasi pemupukan P yang
lebih teliti perlu dilakukan percobaan lapang pemupukan P di lahan sawah yang mempunyai status P
berbeda-beda.
Hasil Percobaan Lapang Pengkajian Pemupukan K

Pengaruh perlakuan pemupukan K dari hasil analisis sidik ragam parameter yang diamati
yaitu jumlah anakan, tinggi tanaman menjelang panen dan produktivitas tidak menunjukan perbedaan
yang nyata (Tabel 6).
Meskipun produksi tertinggi diperoleh pada perlakuan K4 yaitu menggunakan dosis pupuk
100 kg KCl/Ha, namun karena secara statistik tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan K3, K2,
dan berbeda nyata dengan kontrol (K0 tanpa K) tetapi K2 tidak berbeda nyata dengan K1 sedangkan
K1 berbeda nyata dengan K0.. Hal ini karena status hara K tanah sawah Kabupaten Bima pada
umumnya tinggi sehingga pemupukan K sesuai hasil pengkajian ini maka dengan demikian secara
ekonomis penggunaan pupuk K diperlukan sesuai perlakuan K1 yaitu 25 kg KCl/Ha sebagai
maintenen kesuburan tanah dan dibarengi dengan pengembalian jerami kesawah.
Tabel : 6.

Rata-rata produktivitas gabah kering giling (GKG),tinggi tanaman, dan jumlah anakan setiap perlakuan K

Perlakuan K

Rata-Rata Produktivitas
(kg GKG/ha)

K0
K1
K2
K3
K4

2.830 c
3.150 b
3.370 ab
3.410 a
3.560 a

80.50 a
82.50 a
84.00 a
81.50 a
83.00 a

16,50 bc
16,75 c
18,25 a
18,00 ab
19,25 a

CV

4,9%

3,3%

4,9%

Rata-Rata Tinggi Tanaman


(cm)

Jumlah Anakan (btg)

Keterangan : Yang diikuti dengan huruf sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada tingkat DMRT 5%

Namun demikian mengingat petani jarang mengembalikan jerami ke sawah, maka untuk
mendapatkan dosis rekomendasi pemupukan K yang lebih teliti di setiap kecamatan masih perlu
dilakukan percobaan lapang pemupukan K di tanah sawah yang mempunyai status K berbeda-beda.
KESIMPULAN DAN SARAN
Peta status hara P dan K lahan sawah Kabupaten Bima masing-masing pada skala 1:50.000 dapat
digunakan sebagai bahan acuan rekomendasi pemupukan.
Luas lahan sawah irigasi di Kabupaten Bima berdasarkan peta status hara P skala 1:50.000 meliputi:
lahan sawah dengan status P rendah (< 20 mg P 2O5/100 g tanah) seluas 1634,88ha (6,87%),
status P sedang (20 - 40 mg P2O5/100 g tanah) seluas 14120,01 ha (59,32%), status P tinggi
(> 40 mg P2O5/100 g tanah) seluas 8048,11ha (33,81%).
Untuk lahan sawah di Kecamatan Bolo yang berstatus hara P sedang dapat dianjurkan menggunakan
pupuk P setara 100 kg SP36/ha, sedangkan untuk lahan sawah bestatus P tinggi dapat
menggunakan pupuk P setara 50 kg SP36/ha.
Luas lahan sawah irigasi di Kabupaten Bima berdasarkan peta status hara K skala 1:50.000 meliputi:
Lahan sawah dengan status hara K rendah (<10 mg K 2O/100g) seluas: 118,44Ha (0,50%); K
sedang (10 - 20 mg K2O/100g) seluas 861,18Ha (3,62 %), status hara K tinggi (> 20 mg
K2O/100 g tanah) seluas 22823,38 ha (95,88 %).
Lahan sawah irigasi di Kecamatan Bolo yang seluruh arealnya berstatus hara K tinggi, untuk menjaga
kesuburan tanah dianjurkan menggunakan pupuk K setara 25 50 kg KCl/ha, dan jerami
dikembalikan kesawah.

DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2000. Bima dalam angka 2000. Badan Pusat Statistik Bima.
BPS. 2001. NTB dalam angka 2001. Badan Pusat Statistik Propinsi NTB.
IPPTP-Mataram 1999. Buletin Rekomendasi Hasil Litkaji Seri II
Moersidi S., J. Prawirasumantri, W. Hartatik A. Pramudia, dan M. Sudjadi. 1991. Evaluasi Kedua
Keperluan Fosfat Pada Lahan Sawah Intensifikasi di Jawa. Prosiding Lokakarya Nasional
Efisiensi Penggunaan Pupuk V. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor.
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1992 Penelitian Status P lahan sawah di Lombok. Laporan
Hasil Penelitian Puslittanak TA. 1991/1992.
Soepartini, M., Sri Widati, M. E. Suryadi, dan T. Prihatini. 1996. Evaluasi kualitas dan sumbangan
hara dari air pengairan di Jawa. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk.
Sri Adiningsih, J., S. Moersidi, M. Sudjadi, dan A. M. Fagi. 1989. Evaluasi keperluan fosfat pada
lahan sawah intensifikasi di Jawa. Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan
Pupuk. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor.
Sri Rochayati, Mulyadi, dan J. Sri adingingsih. 1991. Penelitian efisiensi penggunaan pupuk di lahan
sawah. Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk V. Pusat Penelitian Tanah
dan Agroklimat Bogor.

Anda mungkin juga menyukai