Peningkatan produksi padi dapat dicapai melalui peningkatan indeks panen dan
peningkatan produksi tanaman setiap musim tanam.
Padi Ratun merupakan salah satu alternatif yang dapat dikembangkan oleh petani sebagai
tanaman setelah padi pertama dipanen, karena padi ratun lebih hemat sumberdaya dan
lebih singkat.
Dalam keterbatasan sumberdaya, budidaya padi ratun ini dapat dijadikan sebagai alternatif
untuk meningkatkan indeks tanam per tahun, misalnya dari 1 kali menjadi 2 kali atau dari 2
kali menjadi 3 kali tanam dalam satu tahun.
Beberapa keuntungan padi ratun, antara lain, adalah:
Tanpa pengolahan tanah, penyemaian, dan penanaman lagi
Tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit
Waktu untuk mencapai panen singkat
Kebutuhan air irigasi lebih sedikit
Biaya produksi menjadi lebih murah
Persyaratan teknis yang dibutuhkan adalah di wilayah tersebut masih tersedia air irigasi
setelah tanaman utamanya dipanen, dan pengairannya dapat diatur dengan baik.
Pada dasarnya membudidayakan padi ratun sangat mudah karena dengan memotong dan
membiarkan tunggul sisa panen, tunas akan tumbuh. Akan tetapi, tentu pertumbuhan ratun
tidak baik dan hasilnya sangat rendah. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil yang baik,
teknik budidaya yang baik perlu diterapkan,
Baik atau tidaknya padi ratun sangat bergantung kepada pengelolaan padi pertamanya,
misalnya pengolahan tanah, perataan, sistem tanam, pengelolaan gulma. Perataan tanah
yang baik akan memudahkan pengelolaan air, sehingga tanaman tumbuh seragam.
1
Balai Besar Pelatihan Pertanian Binuang, 2014
2
Balai Besar Pelatihan Pertanian Binuang, 2014
3
Balai Besar Pelatihan Pertanian Binuang, 2014
4
Balai Besar Pelatihan Pertanian Binuang, 2014
Input Produksi
Padi Ratun
Tanaman Utama
A Tenaga kerja
Bajak 2x (sewa traktor)
Garu dan peratan (1x)
Pesemaian
Penanaman
Pemotongan tunggul
Penyiangan
Penyiangan dan pembenaman
Pengairan
Pemupukan
Panen dan Pascapanen (20%
dari hasil)
B Sarana produksi
Benih (kg)
Urea (sak)
Phosfat (sak)
KCl (sak)
NPK (sak)
Solar (liter)
Pestisida (perkiraan) (kg)
II
Hasil (GKG)
30 hk
30 hk
8 hk
4 hk
1 unit
1unit
1 hk
35 hk
36 hk
12 hk
5 hk
3 sak
1
4 kg
40 kg
3.5 sak
2 sak
2 sak
32 liter
4 kg
5,02 ton
5,4 ton
6
Balai Besar Pelatihan Pertanian Binuang, 2014
REFERENSI
Chauchan JS.B.S, Vegara and SS. Lopez. 1985. Rice Ratooning. IRRI Research Paper
Series. No. 102. February. Philippines.
Gardner FP, R. Brent Pearce, Poger, R.Michael. 1911. Fisiologi Tanaman Budidaya
[Terjemahan: Herawati Susilo]. Jakarta: UI Press.
7
Balai Besar Pelatihan Pertanian Binuang, 2014