TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Teori
1. Definisi
Miastenia gravis merupakan sindroma klinis akibat kegagalan transmisi neuromuskular
yang disebabkan oleh hambatan dan destruksi reseptor asetilkolin oleh autoantibodi.
Sehingga dalam hal ini, miastenia gravis merupakan penyakit auto imun yang spesifik organ.
Antibodi reseptor asetilkolin terdapat didalam serum pada hampir semua pasien. Antibodi ini
merupakan antibodi IgG dan dapat melewati plasenta pada kehamilan (Chandrasoma dan
Taylor, 2005).
Miastenia gravis adalah gangguan yang mempengaruhi transmisi neuromuskular otot
yang parah dan satu-satunya dengan penyakit neuromuskular dengan gabungan antara
cepatnya terjadi kelelahan otot-otot volunter dan lambatnya pemulihan (dapat memakan
waktu 10-20 kali lebih lama dari normal). (Price dan Wilson, 1995).
Myastenia gravis merupakan gangguan yang mempengaruhi transmisi neuromuskuler
pada otot tubuh yang kerjanya dibawah kesadaran seseorang (volunter). Karakteristiknya
yang munceul berupa kelemahan yang berlebihan dan umumnya terjadi kelelahan pada otototot volunter dan hal itu dipengaruhi oleh saraf cranial (Brunner dan Suddarth, 2002).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa miastenia gravis merupakan
gangguan yang mempengaruhi transmisi neuromuskuler otot tubuh yang kerjanya dibawah
keasadaran seseorang (volunter) disebabkan oleh hambatan dan destruksireseptor asetilkolin
autoantibodi.
2. Etiologi
a. Autoimun : direct mediated antibody
b. Virus
c. Pembedahan
d. Stres
e. Alkohol
f. Tumor mediastinum
g. Obat-obatan :
Antibiotik (Aminoglycosides, ciprofloxacin, ampicillin, erythromycin)
B-blocker (propanolol)
Lithium
Magnesium
Procainamide
Verapamil
Chloroquine
Prednisone
3. Patofisiologi
Dasar ketidaknormalan pada miastenia gravis adalah adanya kerusakan pada transmisi
impuls saraf menuju sel-sel otot karena kehilangan kemampuan atau hilangnya reseptor
normal membran postsinaps pada sambungan neuromuskular. Pada orang normal, jumlah
asetilkolin yang dilepaskan sudah lebih dari cukup untuk menghasilkan potensial aksi. Pada
Muttaqin, 2008).
4. Manifestasi Klinis
Menurut Muttaqin (2008) menyatakan bahwa manifestasi miastenia gravis adalah
sebagai berikut :
a. Diplopia (penglihatan ganda)
b. Ptosis (jatuhnya kelopak mata)
c. Disfonia (gangguan suara)
d. Masalah menelan dan mengunyah makanan
e. Pada kasus berat terdapat ketidakmampuan menutup rahang, ketidakmampuan batuk
efektif, dan dispnea.
5. Klasifikasi
Menurut Myasthenia Fravis Foundation od America (MGFA), miastenia grafis dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Kelas I : adanya kelemahan otot-otot ocullar, kelemahan pada saat menutup mata dan
kekuatan otot-otot lain normal
b. Kelas II : Terdapat kelemahan otot okular yang semakin parah, serta adanya kelemahan
c.
yang berat, sedangkan otot-otot okular mengalami kelemahan dalam berbagai derajat.
Kelas IVa : secara predominan mempengaruhi otot-otot anggota tubuh dan atau otot-otot
j.
k.
6. Pemeriksaan Diagnostik
ptosis.
Tes prostigmin
Prostigmin 0,5-1,0 mg dicampur dengan 0,1 mg atropin sulfas disuntikkan intramuskular
atau subkutan. Tes dianggap positif apabila gejala-gejala menghilang dan tenaga
membaik.
7. Komplikasi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Gagal nafas
Disfagia
Krisis miastenik
Krisis cholinergic
Komplikasi sekunder dari terapi obat
Penggunaan steroid yang lama (osteoporosis, katarak, hiperglikemi, gastritis, penyakit
peptic ulcer)
8. Penatalaksaanan
a. Antikolinesterase
Dapat diberikan piridostigmin 30-120 mg per oral tiap 3 jam atau neostigmin
bromida 15-45 mg per oral tiap 3 jam. Piridostigmin biasanya bereaksi secara lambat.
Terapi kombinasi tidak menunjukkan hasil yang menyolok. Apabila diperlukan,
neostigmin metilsulfat dapat diberikan secara subkutan atau intramuskularis (15 mg per
oral setara dengan 1 mg subkutan/intramuskularis), didahului dengan pemberian atropin
0,5-1,0 mg. Neostigmin dapat menginaktifkan atau menghancurkan kolinesterase
sehingga asetilkolin tidak segera dihancurkan. Akibatnya aktifitas otot dapat dipulihkan
mendekati normal, sedikitnya 80-90% dari kekuatan dan daya tahan semula. Pemberian
antikolinesterase akan sangat bermanfaat pada miastenia gravis golongan IIA dan IIB.
Efek
samping
pemberian
antikolinesterase
disebabkan
oleh
stimulasi
dihindari.
Azatioprin
Azatioprin merupakan suatu obat imunosupresif, juga memberikan hasil yang baik,
efek sampingnya sedikit jika dibandingkan dengan steroid dan terutama berupa
gangguan saluran cerna,peningkatan enzim hati, dan leukopenia. Obat ini diberikan
dengan dosis 2,5 mg/kg BB selama 8 minggu pertama. Setiap minggu harus dilakukan
pemeriksaan darah lengkap dan fungsi hati. Sesudah itu pemeriksaan laboratorium
dikerjakan setiap bulan sekali. Pemberian prednisolon bersama-sama dengan azatioprin
sangat dianjurkan.
d. Timektomi
Pada penderita tertentu perlu dilakukan timektomi. Perawatan pasca operasi dan
kontrol jalan napas harus benar-benar diperhatikan. Melemahnya penderita beberapa
hari pasca operasi dan tidak bermanfaatnya pemberian antikolinesterase sering kali
merupakan tanda adanya infeksi paru-paru. Hal ini harus segera diatasi dengan
fisioterapi dan antibiotik.
e. Plasmaferesis
Tiap hari dilakukan penggantian plasma sebanyak 3-8 kali dengan dosis 50 ml/kg
BB. Cara ini akan memberikan perbaikan yang jelas dalam waktu singkat. Plasmaferesis
bila dikombinasikan dengan pemberian obat imusupresan akan sangat bermanfaat bagi
kasus yang berat. Namun demikian belum ada bukti yang jelas bahwa terapi demikian ini
dapat memberi hasil yang baik sehingga penderita mampu hidup atau tinggal di rumah.
Plasmaferesis mungkin efektif padakrisi miastenik karena kemampuannya untuk
membuang antibodi pada reseptor asetilkolin, tetapi tidak bermanfaat pada penanganan
kasus kronik.
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesis
1) Keluhan Utama
Hal yang sering menyebabkan klien miastenia meminta bantuan medis adalah
kondisi penurunan atau kelemahan otot-otot, dengan manifestasi : diplopia
(penglihatan ganda), ptosis (jatuhnya kelopak mata) merupakan keluhan utama dari
90% klien miastenia gravis, disfonia (gangguan suara), masalah menelan, dan
mengunyah makanan. Pada kondisi berat keluhan utama biasanya adalah
ketidakmampuan batuk efektif, dan dispnea.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Miastenia gravis juga menyerang otot-otot wajah, laring dan faring. Keadaan ini
dapat menyebabkan regurgitasi melalui hidung jika klien mencoba menelan (otototot palatum); menimbulkan suara yang abnormal atau suara nasal; dan klien tak
mampu menutup mulut yang disebut sebagai tanda rahang menggantung.
Terserangnya otot-otot pernapasan terlihat dari adanya batuk yang lemha, akhirnya
dapat berupa serangan dispnea dan klien tidak lagi mampu membersihkan lendir
dan trakea dan cabang-cabangnya. Pada kasus lanjut, gelang bahu dan panggul
dapat terserang pula; dapat pula terjadi kelemahan semua otot-otot rangka.
Biasanya gejala-gejala miastenia gravis dapat diredakan dengan beristirahat dan
dengan ememberikan obat antikolinesterase.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit yang memperberat kondisi
miastenia gravis, seperti hipertensi dan diabetes melitus.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
nervus VI.
Saraf V. Didapatkan adanya paralisis pada otot wajah akibat kelumpuhan pada
otot-otot wajah.
Saraf VII. Persepsi pengecapan terganggu akibat adanya gangguan motorik
lidah/triple-furrowed lidah.
Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi
Saraf IX dan X. Ketidakmampuan dalam menelan.
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius
Saraf XII. Lidah tidak simetris; adanya deviasu pada satu sisi akibat kelemahan
otot motorik pada lidah atau triple-furrowed lidah.
mpuls saraf menuju sel-sel otot karena kehilangan kemampuan atau hilangnya reseptor normal membran postsinaps p
Kelemahan otot-otot
Otot-otot okular
Otot volunter
Otot pernapasan
gitasi
makanan
ke levator
hidung palpebra
pada saat menelan, suara abnormal,
ketidakmampuan
menutup
rahang
Kelemahan
otot-otot rangka
Gangguan
otot
Ketidakmampuan
batuk
efektif, kelemahan otot-oto
(Muttaqin, 2008)
Kematian
3. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kelemahan otot-otot pernapasan
2) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi sekret,
kemampuan batuk menurun
3) Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan kontrol tersedak dan batuk efektif
4) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan
5) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot-otot volunter
6) Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan disfonia, gangguan berbicara
7) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ptosis, ketidakmampuan komunikasi verbal
4. Intervensi Keperawatan
No
1
Diagnosa
Tujuan
Keperawatan
Ketidakefektifan
Intervensi
Keperawatan
Setelah dilakukan 1. Kaji Kemampuan ventilasi
pola
tindakan
ventilasi,
berhubungan
keperawatan
dengan
selama 3 x 24 jam
pantau
dengan
kriteria
hasil :
Respirasi dalam
napas
kelemahan
otot-
otot pernapasan
batas
normal 2.
(16-24 x/menit)
Dispnea (-)
Pernapasan
3.
cuping hidung
(-)
4.
5.
Ketidakefektifan
Setelah
bersihan
tindakan
jalan
dilakukan
1.
2.
Kaji
kualitas,
kedalaman
Rasional
1. Untuk
frekuensi,
pernapasan,
dan
laporkan
klien
dengan
perawat
hasil
tes
penurunan
kapasitas
mengkaji
frekuensi
fungsi
paru-paru
tidal,
dan
napas
keperawatan
berhubungan
selama 3 x 24 jam
dengan
bersihan
akumulasi sekret,
napas
kemampuan
dengan
jalan
efektif
kriteria
kombinasi
batuk menurun
hasil :
Gargling (-)
Resspirasi
dalam
batas
normal
(16-24
x/menit)
Sputum (-)
Batuk efektif (-)
Gelisah (-)
aspirasi Setelah dilakukan 1. Monitoring tingkat kesadaran, reflek 1. Tingkat
Resiko
berhubungan
tindakan
dengan
keperawatan
penurunan kontrol
selama 3 x 24 jam
tersedak
dan
batuk efektif
dengan
(+)
Ganguan
batuk
dan
hasil :
3. Lakukan suction
Refleks muntah
(+)
Refleks
reflek
kriteria
kesadaran,
batuk
menelan (-)
napas klien
4. Bila retensi positif
berarti makanan
yang
akan
Ketidakseimbang
Setelah
an nutrisi : kurang
tindakan
dari
keperawatan
kebutuhan
berhubungan
selama 3 x 24 jam
dapat di minimalisir
1. Memberikan informasi tentang kebutuhan diet
atau keefektifan terapi
2. Untuk mengetahui berapa banyak masukan
danpengeluaran cairan ke dalam tubuh
3. Mulut yang bersih dapat meningkatkan selera
dengan
nutrisi
ketidakmampuan
dengan
menelan
hasil :
Berat
badan
stabil
atau
kriteria
ideal
Bising
normal
35x/mnt
Asupan
nutrisi
fisik
proses
penyembuhan
usus
3-
karena
6. Kolaborasi
dengan
pemberian
obat
dokter
dalam
peningkatan
1. Gerak pasien terbatas atau bahkan tidak ada
tindakan
berhubungan
keperawatan
dengan
kelemahan
otot-
otot volunter
pasien
untuk 2. Meningkatkan
terhambat dengan
aktif
3. Membantu pasien dalam perawatan
kriteria hasil :
Tremor (-)
Kekuatan
diperlukan
asetilkolin
adekuat
Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat immobilisasi
Hambatan
mobilitas
meningkat
Berat
badan
makan
4. Untuk klien yang memiliki gangguan menelan
diri
otot
meningkatkan
aliran
darah
tonus otot,
ke
otot
untuk
mempertahankan
Hambatan
komunikasi verbal
tindakan
miastenia
gravis
dapat
berakibat
pada
berhubungan
keperawatan
dengan
selama 3 x 24 jam
disfonia,
gangguan
komunikasi
berbicara
tidak
verbal
lebih
mudah
Ekspresi wajah
mudah
komunikasi
kriteria
hasil :
Bicara
meningkatkan
terhambat
dengan
komunikasi
2. Teknik untuk
di
pahami
Terciptanya
komunikasi
Respon
terhadap
kebutuhan mereka.
3. Untuk kenyamanan
3. Beri peringatan bahwa klien di ruang
yang
berhubungan
4. Membantu
menurunkan
frustasi
oleh
komunikasi
berkomunikasi
5. Mengurangi kebingungan atau kecemasan
5. Ucapkan
langsung
kepada
klien
pertanyaan
ya
atau
dengan
tidak
dan
6. Mengkaji
kemampuan
verbal
individual,
bicara
Gangguan
citra
diri berhubungan
Setelah
tindakan
dilakukan
1. Kaji
perubahan
persepsi
dan
dari
gangguan
hubungan
denan
terapi
1. Menentukan
bantuan
individual
dalam
dengan
ptosis,
keperawatan
derajat ketidakmampuan
ketidakmampuan
selama 3 x 24 jam
komunikasi verbal
intervensi
kriteria
hasil :
Mampu
penyesuaian
mempunyai
menyatakan
dengan
3. Catat
orang
ketika
klien
menyatakan
terdekat
mengenai
kematian
situasi
dan
kondisi
yang
4. Pernyataan
pengakuan
penolakan
kembali
fakta
realitas
bahwa
terhadap situasi
Mengalami
perubahan
kesulitan
yang
lain
membandingkan
dirasakan
Mampu
penerimaan diri
sedangkan
sedaang
menyatakan
diri,
tubuh,
terhadap
mengingatkan
kejadian
masih
tentang
dapat
emosional
4. Membantu klien untuk melihat bahwa perawat
menerima kedua bagian sebagai bagian dari
seluruh
tubuh.
merasakan
Mengizinkan
adanya
harapan
klien
untuk
dan
mulai
mengenai
mengizinkan
konsep diri
klien
melakukan
dirinya
7. Dukung perilaku atau usaha seperti
peningkatan minat atau partisipasi
dalam aktivitas rehabilitasi
8. Monitor gangguan tidur peningkatan
depresi
lebih lanjut
9. Dapat memfasilitasi perubahan perna yang
:
rujuk
pada
ahli