Anda di halaman 1dari 49

Anatomi Tulang Belakang

Suatu bangunan yang dibentuk oleh beberapa ruas tulang vertebra, berbentuk
tabung, berdiri tegak pada linea mediana. Dari aspectus ventralis tampak lurus dan
dari lateral membentuk lengkungan lordose dan kyphose. Lengkungan tersebut
terbentuk sejak dalam kandungan (kurvatura primer) dan setelah lahir, mulai
merangkak, bnerdiri dan berjalan maka terbentuklah kurvatura sekunder.
Fungsi kolumna vertebralis :
a.
b.
c.
d.
e.

Memberi bentuk pada tubuh (tegak lurus)


Tempat melekatnya otot
Menampung dan meneruskan gaya berat badan
Melindungi medulla spinalis
Menampung cranium

Morfologi Vertebra
Sebuah vertebra dibentuk oleh korpus, arkus, prosesus spinosus dan prosesus
transverses. Diantara korpus dan arkus vertebra terdapat foramen vertebrae. Kanalis
vertebralis dari setiap vertebra tersusun berurutan menjadi kanalis vertebralis,
ditempati oleh medulla spinalis
Dibagian cranial dan kaudal dari arkus vertebralis terdapat insisura vertebralis
superior dan insisura vertebralis inferior. Insisura vertebralis superior dan yang
inferior membentuk foramen intervertebralis yang dilalui oleh nervus spinalis.
Arkus vertebra dibagian kiri dan kanan mempunyai taju yang menuju ke
superior dan inferior, disebut prosesus artikularis superior dan prosesus artikularis
inferior, berhubungan dengan vertebra dikranialis dan yang berada dikaudalisnya
Diantara satu korpus vertebra dengan yang lainnya terdapat diskus
intervertebralis

Gambar 1. Tulang vertebra

Anatomi Tulang Vertebra Servikalis


Vertebra servikalis terdiri dari tujuh ruas dengan ciri-ciri sebagai berikut
a.
b.
c.
d.

Korpus vertebra kecil, pendek, dan berbentuk segiempat


Foramen vertebrae berbentuk segitiga dan besar
Prosesus transversus terletak disebelah ventral prosesus artikularis
Pada prosesus transversus terdapat foramen costotransversarium yang dilalui oleh

arteri dan vena vertebralis


e. Prosesus transversus mempunyai dua tonjolan yaitu tuberculum anterius dan
tuberkulum posterius, yang dipisahkan oleh sulkus spinalis, dilalui oleh nervus
spinalis
f. Prosesus spinalis pendek dan terbelah dua

Vertebra servikalis I mengalami modifikasi, disebut atlas, ciri-cirinya adalah sebagai


berikut :
a. Tidak mempunyai corpus vertebra
b. Hanya mempunyai arcus anterior dan arcus posterior
c. Arkus anterior dibagian tengah membentuk tuberkulum anterior dan arkus
posterior membentuk tuberkulum posterior atlantis
d. Facies artikularis superior membentuk persendian dengan condyli occipitalis
e. Arkus anterior dihubungkan dengan arkus posterior oleh massa lateralis
f. Dibagian dorsal dari massa lateralis terdapat sulkus arteriae vertebralis, ditempati
oleh arteria vertebralis
Gambar 2. Struktur tulang vertebra servikal atlas C1

Vertebra servikalis II juga mengalami modifikasi, disebut axis ciri-cirinya adalah


sebagai berikut :
a. Korpus vertebra membentuk taju yang menonjol ke kranial, disebut dens
epistrophei, yang merupakan modifikasi dari korpus vertebra servikalis I
b. Disebelah kiri dan kanan dens epistrophei terdapat facies articularis superior,
dan didorsalisnya terdapat sulkus nervus spinalis II

Gambar 3. Struktur vertebra servikal axis C2


Vertebra servikalis VI mempunyai tuberkulum anterior prosesus transversi yang agak
besar, disebut tuberkulum carotikum (Chassaignac)
Vertebra servikalis VII mempunyai prosesus spinosus yang jauh lebih panjang
daripada vertebra servikalis lainnya, disebut vertebra prominens. Foramen
costotransversarium hanya dilalui oleh vena vertebralis

Gambar 4. Struktur vertebra servikal C3,C4 dan C7

Vertebra Thorakalis
Pada korpus terdapat dua buah fovea kostalis, sebuah dicranialis dan sebuah di
caudalis. Ciri-ciri lainnya :
a. Corpus vertebra berukuran sedang, berbentuk jantung kartu, bagian anterior lebih
rendah daripada bagian posterior
b. Foramen vertebra bulat
c. Prosesus spinosus panjang dan runcing
d. Pada prosesus transversus dan pada korpus terdapat fovea costalis
Gambar 5. Struktur vertebra thorakalis

Vertebra Lumbalis
Mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Corpus besar, berbentuk ginjal melintang, bagian dorsal lebih rendah daripada
bagian anterior
b. Prosesus spinosus besar dan pendek
c. Pada tepi dorsal prosesus articularis terdapat prosesus mamillaris
d. Prosesus transversus letak melintang
e. Pada pangkal prosesus mamilaris disebelah caudo-lateral terdapat prosesus
accesorius

Gambar 6. Struktur vertebra lumbalis


Vertebra Sakralis dan Coccygeus
Terdiri dari lima ruas vertebra yang saling melekat membentuk os sacrum. Berbentuk
segitiga, basis berada di cranial, disebut basis ossis sacri, dan di sebelah caudal
terletak apex ossis sacri. Dataran ventral disebut facies pelvis, dataran dorsal disebut
dengan facies dorsalis. Dibagian lateral terdapat foramina intervertebralis. Pada facies
dorsalis di linea mediana terdapat Krista sakralis media. Kanalis sakralis dibagian
posterior vertebra sakralis V terbuka, disebut hiatus sakralis.
Os ccocygeus terdiri dari 4 ruas vertebra yang melekat menjadi satu

Gambar 7. Struktur vertebra sakralis dan coccygeus


6

PEMERIKSAAN FISIS SERVIKAL


Dalam kondisi umum, rasa sakit di leher dan bahu berhubungan dengan
beberapa kelainan postur leher . Hal ini paling sering terjadi pada perempuan di
bawah usia 40 tahun , banyak dari mereka memiliki pekerjaan menetap (seperti
operator komputer) yang memerlukan kepala dipertahankan untuk waktu yang
lamadalam posisi yang mungkin tidak ideal. Dalam beberapa kasus mungkin ada
riwayat trauma minor yang memperburuk ataupun keluhan lama.
Secara klinis keluhan kepala dan leher dapat dibiarkan berlarut-larut,
dengan konsekuensi ada beberapa yang kehilangan kelengkungan serviks yang
normal. Analgesik dan fisioterapi biasanya membantu dalam kasus akut , tetapi dalam
jangka panjang perubahan cara kerja dan lingkungan kerja pasienlah yang memiliki
manfaat terbesar.
Inspeksi

Gambar 8. Inspeksi

Perhatikan setiap asimetri di fossa supraklavikula

Perhatikan adanya tortikolis , di mana kepala ditarik ke sisi yang terkena dan
dagu sering miring ke sebaliknya.

Perhatikan adanya deformitas dan hematom

Palpasi
Terdapat empat langkah dalam melakukan palpasi bagian leher :
Langkah pertama. Mulailah dengan mencari nyeri tekan di garis tengah , mulai dari
distal occipital . nyeri tekan terlokalisasi pada satu ruang umumnya terjadi pada
spondylosis servikal, dan lebih jarang disertai infeksi tulang belakang leher .

Gambar 9. Palpasi (1)


Langkah kedua. Palpasi aspek lateral dari tulang belakang , perhatikan adanya
massa dan nyeri tekan . Perhatikan bahwa prosesus spinosus yang paling menonjol
adalah T1 , dan bukan prominens vertebra , C7.

Gambar 10. Palpasi (2)


Langkah ketiga. Lanjutkan palpasi ke bagian fossa klavikula, perhatikan penonjolan
dan nyeri tekan local, perhatikan juga adanya massa tumor dan pembesaran kelenjar
limfe nodus.

Gambar 11. Palpasi (3)


Langkah keempat. Lanjutkan pemeriksaan struktur leher bagian depan termasuk
kelenjar tiroid.

Gambar 12. Palpasi (4)


Cervical Range of Motion
Gerak aktif
1. Fleksi
Merupakan gerakan dimana dagu diusahakan menyentuh dada.
Normalnya, dagu dapat menyentuh dada atau membentuk sudut

sekitar 80-900.
Gambar 13 : Gerakan fleksi
2. Ekstensi

10

Merupakan gerakan yang berlawanan dengan gerakan fleksi


dimana kepala

diposisikan ke belakang. Normalnya, dapat

membentuk sudut 700.


Gambar 14 : Gerakan Ekstensi
3. Fleksi lateral (kiri dan kanan)
Merupakan gerakan dimana memungkinkan pasien mampu
menyentuh

bahu

menggunakan

telinga.

Gerakan

ini

perlu

dilakukan pada 2 arah, kiri dan kanan. Normalnya, dapat


membentuk sudut 20-450.

Gambar 15 : Gerakan fleksi lateral


4. Rotasi (kiri dan kanan)

11

Merupakan gerakan dimana pasien mampu melihat bahu, melihat


ke arah belakang atau mampu menyentuhkan dagu ke bahu baik

arah kiri maupun kanan. Normalnya 700 pada kedua arah.

Gambar 16 : Gerakan rotasi


Gerak Pasif
Teraba krepitasi saat dilakukan gerak pasif.

Special Test Pada Servikal


Spurling

Lakukan axial load kemudian fleksi lateral dan

Nyeri menjalar

rotasikan leher

mengindikasikan adanya
kompresi pada saraf

Distraksi

Melakukan distraksi keatas

Menghilangkan gejala
yang berkaitan dengan
kompresi dari akar saraf

Kernig

Supine : fleksikan leher

Nyeri atau menjalar ke


kaki mengindikasikan
adanya rangsang mening/
infeksi

12

Brudzinski

Supine : fleksikan leher, hip fleksi

Nyeri dengan fleksi dari


lutut mengindikasikan
adanya rangsang
meningeal

PEMERIKSAAN FISIS PADA THORAKAL


I.

Inspeksi dan Palpasi


Pada pemeriksaan, kelengkungan tulang belakang dada diperhatikan.Skoliosis
dan hyperkyphosis dapat dideteksi.
i. Skoliosis
Perubahan bentuk di bidang frontal bernama skliosis. Jika ada, penting
untukmenentukan apakah itu terletak di lumbal atau tingkat toraks. Skoliosis
pada tingkat thorakal dapat dikoreksi sendiri oleh pasien.Pada kasus ini,
postural dan tidak memiliki implikasi patologis tertentu.Dalam skoliosis
struktural, cacat tidak dapat diperbaiki dengan aktivitas otot. Biasanya sering
dikaitkan asimetri bahu juga.Pada kasus ini, skapula di sisi cembung biasanya
lebih menonjol dan lengan sisi ini menyentuh pinggul, tapi lengan lainnya
menggantung jauh dari tubuh.
ii. Kifosis
Tulang belakang thorakal yang hiperkifosis dengan tulang belakang lumbal
yang rata mungkin merupakan ankylosing spondylitis.Terkadang, sudut local
pada kifosis ditemukan sebagai hasil dari corpus vertebra yang kolaps, biasanya
karena fraktur patologis atau traumatik atau akibat osteochondrosis remaja. Hal
ini lebih sulit untuk mendeteksi di thorakal daripada di tempat lain karena
bentuk pada daerah thorakal adalah kifosis
I.
Pemeriksaan Fungsional
Gambaran klinis berbeda secara signifikan sesuai dengan tingkat nyeri
(Gbr. 1).Nyeri yang terasa di atas tingkat Th.VI (mid-scapular) menuntut
pemeriksaan klinis sebelumnya dari tulang belakang servikal dan bahu
korset.Pertama, dua vertebra thorakal teratas, secara anatomi milik tulang
belakang thorakal tetapi secara klinis bagian dari tulang belakang servikal, diuji
13

dalam pemeriksaan klinis dari tulang belakang servikal.Kedua, telah ditunjukan


sebelumnya bahwa interaksi discodural servikal sering memprovokasi secara
ekstra segmental disebut nyeri di bagian atas dada. Ketiga, banyak lesi puncak
thorakal dan sabuk bahu, meskipun menyebabkan rasa sakit pada aspek apec
dari dada, hanya terdeteksi oleh pemeriksaan yang tepat dari tulang belakang
leher dan / atau korset bahu: tumor dari apex paru-paru yang melibatkan Th.I
akar saraf hanya terdeteksi oleh tes servikal; neuritis saraf supraskapular
menyebabkan nyeri pada fossa supraspinatus dan terdeteksi oleh kelemahan
gabungan otot supra dan infraspinatus. Sebuah fraktur tulang rusuk pertama
memprovokasi nyeri dada bagian atas tetapi diagnosis dapat terjawab jika
pemeriksa hasil segera dengan pemeriksaan tulang belakang thorakal.Karena
itu, pada pasien dengan nyeri dada bagian atas, pemeriksaan servikal penuh
diikuti dengan pemeriksaan sabuk bahu harus dilakukan terlebih dahulu.Saat
pemeriksaan ini negatif harus dilakukanpemeriksaan menyeluruh tulang
belakang thorakal.
Jika pasien mengalami nyeri di bawah Th.VI, tidak mungkin terdapat
masalah servikal atau bahu dan perhatian langsung diarahkan ke tulang
belakang thorakal. Pemeriksaan fungsional dari tulang belakang thorakal terdiri
dari satu set besar tes dasar. Pemeriksaan ini dilakukan dengan berdiri pasien,
duduk dan berbaring.Selama prosedur, dural, artikular, tanda-tanda otot dan
saraf yang dicari.Terkadang, bila gejala tertentu atau tanda-tanda dari
pemeriksaan dasar, prosedur ini selesai dengan tes tambahan tertentu

14

Gambar 17. Alur pemeriksaan pada thorakal


i.
a)

Posisi Berdiri
Dural Test
Diyakini bahwa inspirasi dalam, fleksi leher dan beberapa gerakan scapular
mungkin secara tidak langsung meregangkan dura mater

Inspirasi (Gbr.18a)
Pasien diminta untuk mengambil napas dalam-dalam dan mengatakan jika
rasa sakit meningkat.Jika tes positif dianggap sebagai tanda dural hanya jika setelah
sisa pemeriksaan dilakukan, dan disk lesi tampak.Dalam kasus seperti itu, peregangan
duramater melalui akar saraf interkosta terganggu.
Fleksi Leher (Gbr.18b)
Pasien diminta untuk menekuk kepala ke depan. Hal ini dapat meningkatkan
rasa sakit atau memprovokasi parestesia.
Dalam masalah tulang belakang thorakal, nyeri saat fleksi leher aktif pada
dasarnya dianggap sebagai tanda dural karena fleksi membentang duramater dari
atas.Namun, rasa sakit memfleksikan leher akibat gangguan mobilitas dural tidak
berarti terdapat lesi diskus. Memang, segala jenis menempati ruang intraspinal lesi
15

yang mengganggu dura, seperti tumor, dapat menimbulkan rasa sakit pada saat
memfleksikan leher. Sebuah masalah dengan salah satu ligamen posterior atau otot
paravertebral posterior juga dapat menyebabkan nyeri pada memfleksikan leher.
Kadang-kadang pasien merasakan sensasi tiba-tiba saat leher fleksi,
menyerupai tersengat listrik dan kadang-kadang bahkan menyebar ke arah kedua
lengan dan kaki.Kadang-kadang juga terjadi pada ekstensi leher. Hal ini dikenal
sebagai tanda Lhermitte dan sebelumnya dianggap sebagai patognomonik untuk
gangguan cord di tingkat servikal. Dalam laporan kemudian telah menyarankan
bahwa masalah cord thorakal dapat menyebabkan tanda yang sama. Hal ini dapat
disebabkan oleh multiple sclerosis, tumor pada cord, lesi diskus, tuberkulosis,
spondylosis, arachnoiditis atau myelopathy
Fleksi leher juga dapat diprovokasi atau ditingkatkan.Jika ini dirasakan pada
satu atau kedua tungkai bawah, ini menarik perhatian kompresi sumsum tulang
belakang pada tingkat dada, yang paling sering merupakan hasil dari lesi diskus atau
tumor.
Pergerakan Bahu : keatas, kedepan, dan kebelakang
Pasien diminta untuk mengangkat kedua bahu dan membawa mereka maju
dan mundur.Tes ini pada dasarnya gerakan aktif dari struktur korset bahu. Oleh
karena itu beberapa akan menjadi positif ketika gangguan dari salah satu struktur
yang hadir.
Namun, jika salah satu atau semua gerakan ini memunculkan rasa sakit, paling
sering merupakan hasil dari lesi diskus thorakal, semua (untuk yang lebih besar atau
lebih kecil) meregangkan dura mater di level thorakal, yang memanjang di tengkorak
arah melalui akar saraf T1 dan T2. Tes yang paling sensitif adalah pendekatan skapula
(bahu belakang, Gambar. 18 c)

16

Gambar 18. Dural tests pada level thorakal: (a) menarik napas dalam; (b)
memfleksikan leher; (c) menggerakan scapula ke belakang
b.Pergerakan aktif badan
Pasien diminta untuk melakukan enam gerakan aktif badan melibatkantulang
belakang thorakal dan lumbar. Diferensiasi dibuat oleh tingkat rasa sakit, sebagai
indiksai oleh pasien, dan pada tekanan ekstensi pada akhir pemeriksaan.
Pada fleksi, ekstensi dan sisi fleksi ke kedua sisi rentang pergerakan yang
besar di tulang belakang lumbal, bukan thorakal.Gerakan rotasi, sebaliknya, terjadi
hanya sedikit di tingkat lumbal dan melibatkan sebagian besar tulang belakang
thorakal.
Gerakan yang dilakukan adalah:
Antefleksi (Gambar. 19 a)
Ekstensi (Gambar. 19 b)
Fleksi sisi kiri (Gambar. 19 c)
17

Fleksi sisi kanan (Gambar. 19 d)


Rotasi kiri (Gambar. 19 e)
Rotasi kanan (Gambar. 19 f).
Pasien melakukan gerakan-gerakan ini secara aktif. Nyeri dan batasannya
dicatat.
Sambil melakukan rotasi, kepala pasien tetap dalam posisi netral, untuk
menghindari rotasi servikal.

Gambar 19 Pergerakan aktif badan: (a) antefleksi; (b) ekstensi; (c) fleksi sisi kiri; (d)
fleksi sisi kanan; (e) rotasi kiri; (f) rotasi kanan

Kesimpulan dari pergerakan aktif badan

18

Pada prinsipnya, enam gerakan yang dijelaskan sejauh ini adalah


artikular.Namun, karena mereka dilakukan secara aktif, mereka melibatkan beberapa
struktur kontraktil juga.Pergerakan secara pasif memberikan kunci dalam diagnosis
diferensial antara struktur inert dan kontraktil.Setelah tes ini, pemeriksa harus tahu
apakah terdapat pola articular atau tidak.
Pola artikular tulang belakang thorakal adalah derajat yang sama dari rasa
sakit dan keterbatasan baik fleksi ke samping dan kedua rotasi, bersama-sama dengan
pembatasan yang lebih besar dari ekstensi dan sedikit atau tidak ada pembatasan
antefleksi (Gbr. 20). Menyerupai pola untuk tulang belakang servikal.Jika ini
ditemukan dan terjadi gangguan seluruh segmen gerak, seperti pada ankylosing
spondylitis atau osteoarthrosis.

Gambar 20. Pola articular penuh


Kombinasi lainnya dari tes yang abnormal dianggap sebagai pola artikular
parsial (Gambar. 21). Kombinasi tersebut bisa terjadi, misalnya, nyeri pada satu rotasi
atau satu sisi fleksi bersama-sama dengan satu putaran, atau satu sisi fleksi dan
ekstensi, atau tiga, empat atau lima dari enam gerakan yang positif dalam
memproduksi nyeri atau pembatasan. Selama tes yang abnormal hadir dalam cara
yang non-simetris, pola ini dianggap sebagai artikular parsial.
Dalam semua jenis lesidiskus pola artikular parsial diharapkan. Dalam tulang
belakang thorakal, umum ditemukan adalah bahwa hanya satu dari enam gerakan
19

artikular positif -, biasanya salah satu rotasi.Diferensiasi harus selalu dibuat dari segi
lesi sendi atau lesi otot, di mana pola artikular parsial juga ditemukan.Pada yang
terakhir, beberapa gerakan lebih menyakitkan.

Gambar 21 :Contoh pola artikular parsial


ii.

Duduk
Pemeriksaan dilanjutkan dengan melihat rotasi pasif dan rotasi yang

berlawanan. Dalam posisi duduk refleks Babinski juga dapat ditimbulkan


a. Tes Pasif
rotasi kiri pasif (Gbr. 22 a)
rotasi kanan pasif (Gbr.22 b)
Pasien menyilangkan kedua lengan di depan dada. Lutut diletakan antara kaki
pemeriksa untuk melumpuhkan panggul.Badan pasien kini memutar ke arah
kiri dan kanan yang dilakukan oleh pemeriksa.Nyeri dan ROM dicatat.
Normalnya adalah elastis. Sebuah hard end feel adalah tipe dari
ankylosing spondylitis atau arthrosis yang parah. Empty end feel dan spasme
otot menunjukkan gangguan yang parah: neoplasma, fraktur dan gangguan
infeksi.

20

Nyeri jarang hadir di pertengahm range, menghilang saat rotasi


berlanjut.Hal ini dianggap oleh Cyriax9 sebagai patognomonik untuk lesi
diskus bila dikombinasikan dengan pola artikular parsial.
Pada akhir kedua rotasi pasif pasien diminta untuk menekuk kepala
aktif depan. Jika gerakan ini lebih lanjut akan meningkatkan rasa sakit, itu
dianggap sebagai tanda dural jika sisa pemeriksaan menunjukkan bahwa lesi
diskus hadir.

Gbr 22 :Rotasi pasif: (a) kiri; (b)kanan. Pada akhir kedua rotasi pasif pasien diminta untuk menekuk
kepala aktif depan

b. Tes menolak
Dalam posisi yang sama seperti yang digunakan untuk tes pasif,
kontraksi isometrik dilakukan. Pasien diminta untuk memutar badan ke kiri
(Gbr. 23) dan ke kanan (Gbr. 23 b) sementara pemeriksa memberikan
penekanan di kedua bahu, sehingga pasien tetap tidakbergerak. Nyeri dan

21

kelemahan yang dicatat.Karena lesi otot yang kadang-kadang terjadi pada


tingkat ini, tes ini harus selalu dilakukan.
Hasil dari kedua tes dibandingkan.Dalam lesi diskus, rotasi pasif lebih
menyakitkan

daripada

yang

menolak.Jika

gerakan

menolak

lebih

menyakitkan, kemungkinan ada masalah pada otot, kecuali terdapat masalah


psikogenik atau fraktur costa hadir. Dalam kedua hal tersebut, tes aksesori
harus dilakukan (lihat di bawah)

Gambar 23 :Rotasi menolak: (a) kiri; (b) kanan.

c. Cord sign : Reflex plantar


Denganalat yang relatif tajam pemeriksa menggores sisi lateral
tunggal, mulai dari tumit dan bergerak ke depan dan medial menuju jempol
kaki (Gbr. 24). Biasanya jari-jari kaki juga tidak bergerak sama sekali atau
mereka semua fleksi secara bersamaan. Tes ini patologis jika jempol kaki

22

pasien ekstensi.Sebuah tes positif menunjukkan gangguan motorik turun.Jika


ada terdapat keraguan tentang gangguan pada sumsum tulang belakang,
pemeriksaan neurologis lengkap dari tubuh bagian bawah harus dilakukan.Ini
termasuk semua refleks di tungkai bawah dan perut, gerakan paha dan kaki
otot, kontrol koordinasi menolak, pengujian untuk mati rasa dan sensitivitas
temperatur, dan kaki.

Gambar 24 : Refleks plantar


iii.

Posisi Berbaring
Lokasi dari level yang terkena dengan ekstensi dorong pasif. Pasien berbaring

hiperekstensi diberikan diatas setiap prosesus spinosus thorakal untuk menemukan


level yang nyeri. Untuk melakukan hal ini, tangan diletakkan miring, dengan tulang
metakarpal kelima pada prosesus spinosus (Gbr. 9).Penting untuk melakukan
identifikasi level yang tepat, karena beberapa manipulasi untuk tonjolan diskus
23

thorakal dilakukan secara spesifik pada level yang bermasalah.Spasme otot adalah
gangguan yang lebih parah yang dapat terjadi.

II.

Gambar 25 :Ekstensi dorong pasif


Tes Aksesori
Untuk mencapai diagnosis, pemeriksaan klinis dasar umumnya sudah
cukup. Dalam keadaan yang masih belum jelas atau ketika diduga terdapat

i.

masalah muskular diduga, gerakan aksesori harus dilakukan


Peregangan Akar Saraf Th.I
Pasien diminta untuk mengangkat lengan ke samping.Tangan
dimasukkan ke dalam leher dengan meregangkan siku (Gbr. 26).Gerakan ini
meregangkan akar saraf Th.I melalui saraf ulnaris, yang dapat menimbulkan
nyeri antara skapula atau bawah lengan ketika mobilitas akar saraf Th.I
terganggu.Tes ini berguna untuk membedakan antara masalah pada tulang
belakang servikal dan salah satu dari thorax bagian atas yang mengganggu
dura atau akar saraf Th.I.Jika lebih nyeri, kemungkinan terdapat masalah pada
thorakal.

24

ii.

Gambar 26: Peregangan pada akar saraf Th.I


Gerakan melawan dan ekstensi badan
Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang lesi muskular, gerakan

menolak berikut harus dilakukan.


Melawan sisi fleksi (Gbr. 27)
Pasien berdiri, dengan kaki agak terpisah.Posisi pemeriksa berada di sisi
pasien yang sakit, pinggul berlawanan satu sama lain, dan menempatkan lengan di
bahu pasien yang jauh. Pasien sekarang diminta untuk menekuk ke samping jauh dari
pemeriksa.Dengan memegang bahu pasien, sisi fleksi dari badan yang menolak.

25

Gambar 27 :Menolak sisi fleksi: (a) kanan; (b) kiri.


Melawan fleksi (Gbr. 28)
Denganposisi pasien duduk, pemeriksa menempatkan satu tangan pada
bagian proksimal dari sternum dan yang lainnya di lutut pasien. Pasien mencoba
untuk membungkuk ke depan melawan perlawanan yang diberikan oleh pemeriksa.
Ini adalah tes untuk semua fleksor perut dan pinggul

Gambar 28 :Melawan fleksi


Ekstensi dari badan
Gerakan ini dilakukan dalam tiga cara yang berbeda
Melawan ektensi (Gambar 29)
Melawan gerakan ekstensi paling baik dilakukan dalam posisi pasien
tengkurap.Tekanan yang berlawanan diberikan pada bagian proksimal dari dada dan
aspek posterior dari lutut.

26

Gambar 29 :Ekstensi badan dalam tiga cara: (a) dilawan; (b) aktif; (c) pasif.
Ekstensi aktif (Gambar 29b)
Untuk ekstensi aktif pasien tetap dalam posisi tengkurap dan diminta untuk
meletakkan kedua tangan di sakrum dan mengangkat badansecara aktif dengan
menggunakan otot-otot paravertebral,

Ekstensi pasif (Gambar 29c)


Untuk ekstensi pasif pasien mendorong tubuh bangun dari tempat
pemeriksaan dengan menggunakan lengan.Panggul harus tetap di atas mpat
pemeriksaan.
Hasil gerakan ekstensi satu sama lain harus dibandingkan secara hati-hati.
Dalam lesi muscular, nyeri dirasakan saat ekstensi aktif dan ekstensi yang dilawan
27

tetapi ekstensi yang dilawan yang paling nyeri. Dalam lesi dari struktur inert, nyeri
dirasakan saat ekstensi aktif dan pasif, tetapi provokasi terakhir yang paling nyeri
iii.

Pengujian Saraf pada Thorakal


Pasien mendorong dinding dengan lengan (Gbr.30).Jika tepi medial skapula

bergerak menjauh dari dada, berarti terdapat gangguan pada saraf thorakal.

Gambar 30 : Menguji Saraf pada thorakal


iv.

Osilasi Tulang Rusuk


Pemeriksa berdiri pada sisi pasien yang tidak sakit dan menempatkan satu

tangan pada dada, dan tulang metakarpal kelima diletakkan pada tulang rusuk.Osilasi
diberikan pada tangan yang diletakkan di tulang rusuk. Pada saat yang sama, sisi lain
digunakan untuk mencegah rotasi vertebra dengan menekan secara bersamaan pada
prosesus transversus. Osilasi ini berpengaruh terutama

sendicostovertebral dan

costotransversus. Ketika ada peradangan, nyeri akan terprovokasi; ketika ada


ankylosing spondylitis, gerakan menjadi kurang elastis.

28

Gambar 31 :Osilasi Costa: 1.posisi tangan kanan metacarpal kelima ; 2, posisi


III.

metacarpal kelima tangan kiri


Pemeriksaan Neurologi
Pemeriksaan neurologis harus dilakukan ketika dicurigai kompresi sumsum

tulang belakang atau gangguan neurologis.


i.
Beevors sign
Pasien berbaring telentang, menyilangkan lengan di depan dada dan diminta
untuk menaikkan badan sedikit dari tempat pemeriksaan. Pemeriksa memperhatikan
umbilikus, yang tidak harus bergerak pada tes ini. Setiap gerakan dalam arah kranial,
ke samping, atau kaudal mungkin menunjuk ke arah sebuah denervasi otot
kontralateral..
ii.

Cremasteric reflex (pada pria)


Ketika ujung runcing palu refleks digoreskan pada

aspek medial paha,

setengah ipsilateral skrotum bergerak ke atas melalui kontraksi otot cremaster. Tidak
adanya refleks ini mungkin menunjukan arah lesi dari sumsum tulang belakang
iii.
Oppenheims sign
Tanda ini dapat mengkonfirmasi tanda Babinski positif.Ketika jari-jari
digoreskan ke bawah sepanjang tibia, seharusnya tidak ada gerakan dari jari-jari
kaki.Pada cord compression, jempol kaki ekstensi sementara yang lain menyebar.
Namun, tes ini kurang dapat diandalkan dibandingkan tes Babinski
iv.
Pemeriksaan neurologis pada tungkai bawah
29

Dijelaskan pada table 1.

v.

Tabel 32 : Pemeriksaan neurologis pada tungkai bawah


Palpasi
Jika diduga lesi muskular, struktur yang terkena dampak harus diraba.Palpasi

juga diperlukan untuk membedakan antara lesi dari otot interkostal dan masalah dari
costa itu sendiri.
Pada lesi diskus, anestesi kutaneous harus selalu diperiksa. Jika ada pada
wilayah satu akar saraf,mungkin didapatkan tonjolan posterolateral, mati rasa
bilateral menunjukkan kompresi dari sumsum tulang belakang.

30

Pemeriksaan klinis tulang belakang thorakal dirangkum sebagai berikut :

PEMERIKSAAN FISIS LUMBAL


Sakit punggung adalah salah satu keluhan yang paling umum dan paling
bermasalah. Penyebabnya banyak sekali dan diagnosis yang tepat sering kali sulit
ditegakkan. Kecacatan yang ditimbulkan biasanya parah dan berkepanjangan, terapi
untuk penyakit ini biasanya tidak efektif dan pasien sering cemas, tidak sabar dan
tidak puas. Penelitian untuk pengobatan belum terbukti,tidak logis dan tidak rasional.
Sangat sulit untuk memberitahukan informasi tentang keadaan patologi untuk

31

penyakit di daera hlumbal. Namun demikian ada 3 hal di bawah ini yang dapat
menjadi pertimbangan dalam menegakkan diagnosis, yaitu:
1. Sakit punggung karena penyebab kelainan tulang belakang yang jelas, seperti
infeksi tulang belakang, tumor, ankilosing spondylitis, poliartritis, penyakit Paget,
dan penyakit saraf pusat, fraktur tulangbelakang, osteoporosis, kyphosis,
spondilolistesis, penyakit Scheuermann (spinal osteochondrosis), osteoarthritis.
2. Rasa sakit yang berulang yang berhubungan dengan nyeri akar saraf. Dimana
penyebab tersering dalam hal ini adalah intervertebralis prolapses dan kompresi
akar saraf dalam kanal saraf.
3. Rasa sakit yang berulang yang disebabkan oleh gangguan pada pergerakan tulang
belakang (nyeri punggung mekanik), dimana sebagian besar kasus tidak mungkin
untuk menemukan penyebab yang pasti. Hal ini yang paling banyak ditemukan
pada pasien dengan keluhan nyeri punggung, dimana sebelumnya dikenal dengan
berbagai nama seperti lumbago, low-back stain, dan lain-lain.
Pada anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang untuk pasien nyeri
punggung kemungkinan penyebab ekstra spinal harus disingkirkan. Dan pemeriksa
harus berusaha untuk menempatkan pasien pada ketiga hal diatas. Setelah itu dan jika
mungkin diagnosis yang tepat bisa ditegakkan.

Look
Lihat kurva dari tulang belakang datar atau peralihan dari kurva lordosis lumbal
merupakan yang paling sering ditemukan pada prolaps diskus intervertebralis,
osteoartritis tulang belakang, infeksi pada corpus vertebral dan spondilitis ankylosing.
Fleksi tulang belakang, pinggul dan lutut (sikap simian) mendukung kearah stenosis
tulang belakang.

32

Gambar 33 : Inspeksi (1)


A) Peningkatan kurva lumbal bisa normal (terutama pada wanita) atau ada hubungan
dengan penonjolan tulang belakang L5 dan sacrum (B) pada spondylolisthesis.
Penyebab sekunder adalah terlalu melengkungnya curvature thorakal,atau fleksi
deformitas dari pinggul.

Gambar 34: Inspeksi (2)


Dari belakang: perhatikan (A) bintik caf-au-lait, yang mungkin mendukung
neuro fibromatosis dan scoliosis (B) lapisan lemak atau patch yang berbulu
mendukung spina bifida; (C) jaringan parut yang mendukung torakotomi sebelumnya
(dan mungkin scoliosis thoracogenic) atau operasi tulang belakang

33

Gambar 35: Inspeksi (3)


Perhatikan setiap kurva lateral (scoliosis). Perhatikan apakah scoliosis yang muncul
adalah scoliosis pelindung, atau muncul di daerah pinggang menandakan prolaps
diskus intervertebralis. Perhatikan tinggi dari bahu dan pangkal paha, apakah sama
tinggi atau tidak.

Gambar 36: Inspeksi (4)

Gambar 37: Inspeksi (5)

34

Pada suatu keadaan pemeriksaan vertebra pada kasus scoliosis diperiksa dengan
posisi pasien duduk. Jika pada saat duduk kurva normal menghilang, itu
menunjukkan bahwa scoliosis mobile dan bisa menjadi penyebab sekunder
memperpendek kaki. Tentu saja langkah berikutnya yang dapat dilakukan adalah
memeriksa dan membandingkan panjang kaki kiri dan kanan. Jika pada saat duduk
scoliosis masih muncul, minta pasien untuk menekuk kedepan. Jika kurva
menghilang, hal ini menunjukkan bahwa scoliosis cukup mobile dan paling mungkin
postural.
Jika kelengkungan tetap, hal ini menunjukkan bahwa scoliosis adalah tetap
(scoliosis struktural). Jika rib hump muncul, ini menegaskan diagnosis. (Gonio
meters untuk mengukur sudut dari punuk tersedia.) Ingat bahwa syringomyelia hadir
di sekitar seperempat dari kasus remaja scoliosis idiopatik, dan scan MRI adalah
wajib dilaksanakan.

Gambar 38 : Inspeksi (6)


Dalam kasus scoliosis infantile, menilai kekakuan dari kelengkungan dengan
mencatat setiap perubahan dengan cara mengangkat di ketiaknya.
Perhatikan bahwa dalam scoliosis idiopatik dengan kurva ganda (primer)
kurva deformitas mungkin tidak jelas. Akan tetapi memperpendek tubuh, dengan
tubuh yang pendek dibanding proporsi anggota badan. (Jika diinginkan, ini mungkin
35

dinilai menggunakan tabel antropometri dari Aldegheri dan Agostini, yang


memberikan nilai-nilai untuk rasio tinggi duduk-berdiri, tinggi dalam setiap jenis
kelamin pada usia yang berbeda).
FEEL

Gambar 39: Palpasi (1)


Mintalah pasien untuk bersandar jika mungkin. Carilah nyeri tekan:
(A) antara tonjolan dari vertebra lumbalis dan di persimpangan lumbo sakral
(umumnya diprolaps diskus intervertebralis, tapi sulit untuk menjelaskan dan tidak
dapat diandalkan) dan (B) diatas otot-otot lumbal; ini terutama ditemukan dimana ada
pelindung kejang otot dalam kasus PID dan mekanik sakit punggung.

36

Gambar 40 : Palpasi (2)


Nyeri tekan di atas sendi sacroiliac (C) juga dapat terjadi dalam kasus-kasus nyeri
punggung mekanik dan infeksi di sendi sacroiliaca. Hal ini bisa dipastikan kembali
dengan memeriksa kembali pasien pada posisi prone. Nyeri tekan ginjal (D) harus
diselidiki sepenuhnya. Perhatikan juga untuk nyeri lebih tinggi pada tulang belakang
(E), misalnya dari infeksi pada corpus vertebra.
Dengan pasien berdiri, geser jari kebawah tulang belakang lumbal kesacrum. Step off dilumbosakral adalah gambaran dari spondylolisthesis. Catatan
setiap kurva lainnya ketidakteraturan (misalnya gibbus). Perhatikan juga setiap
perubahan gesekan (karena perubahan pola berkeringat), yang dapat membantu dalam
lokalisasi patologi apapun.

Gambar : palpasi (3)

Gambar 41 : Palpasi (3)


Pekusi bisa dilakukan dengan meminta pasien untuk menekuk punggung kedepan.
Perkusi ringan dan teratur dari leher sampai sacrum nyeri yang signifikan
37

menggambarkan infeksi dari tuberculosis, trauma dan neoplasma. Jika tidak ada
respon, mungkin merupakan gambaran dari keluhan non-organik.

SPESIAL TES
straight Leg Raising
1 : Dorsoflexi kaki
2 : lutut Flexi
3 : tekanan dengan ibu jari di fossa poplitea
4 : uji tali busur (bowstring test)
tes Laseque
(Straight Leg Raising Test = SLRT)Tungkai penderita diangkat secara perlahan tanpa
fleksi di lutut sampai sudut 90.Berhenti ketika rasa sakit terjadi jika belum mencapai
sudut 900, Straight Leg Raising Test positif

PEMERIKSAAN MOTORIK
Ekstremitas Atas
Gerak Primer
C5

Abduksi bahu
Fleksi siku (sisi palmar menghadap ke
atas)

C6

Fleksi siku (ibu jari diangkat)


Ekstensi pergelangan tangan

C7

Ekstensi siku
Fleksi pergelangan tangan

C8

Fleksi jari-jari tangan


38

T1

Abduksi jari-jari tangan

Ekstremitas Bawah
Gerak Primer
L2, 3

Fleksi panggul
Adduksi panggul

L4

Ekstensi lutut (termasuk L3)

L5

Dorsofleksi pergelangan kaki (termasuk


L4)
Inversi kaki
Dorsofleksi ujung kaki
Ekstensi panggul
Abduction panggul

S1

Plantar fleksi kaki


Eversi kaki

S2
S3, 4

Plantar fleksi ujung kaki


Fungsi usus dan kandung kemih

Muscle Grading System (ASIA)


0
Paralisis total
1

Teraba atau terlihat kontraksi

Gerak aktif, full ROM, tidak dapat melawan


gravitasi

Gerak aktif, full ROM, melawan gravitasi

39

Gerak aktif, full ROM, melawan gravitasi


dan tidak mampu melawan tahanan ringan

Gerak aktif, full ROM, melawan gravitasi


dan mampu melawan tahanan

NT

Pasien tidak dapat dipercaya untuk


melakukan gerakan atau otot tidak dapat
diuji karena faktor-faktor seperti imobilisasi,
nyeri pada gerak atau kontraktur.

PEMERIKSAAN SENSORIS
SENSASI SENTUHAN RINGAN
Semua tes sensori dilakukan pada pasien dengan mata tertutup, untuk tujuan sebagai
skrining, sentuhan ringan bisa dilakukan dengan menggunakan benda halus seperti
kuas, usapan kapas atau tissue.

Gambar 42: Pemeriksaan sensasi sentuhan ringan menggunakan kuas


SENSASI TAJAM DAN TUMPUL
40

Digunakan untuk memastikan pemeriksaan sentuhan ringan, dalam prakteknya pasien


diminta untuk mengidentifikasi daerah yang diperiksa dengan sentuhan tajam atau
tumpul dari ujung jarum. Di area yang daerah sensorinya terganggu, pasien merasa
kesulitan membedakan antara sensasi tajam dan tumpul

Gambar 43: Pemeriksaan sensasi tajam


SENSASI SUHU
Pasien diminta untuk membedakan antara suhu panas dan suhu dingin, dengan mata
tertutup, sentuhlah kulit pasien menggunakan tabung kaca yang telah diisi air panas
dan air dingin

Gambar 44: Pemeriksaan sensasi suhu


41

SENSASI PROPRIOSEPTIF
Untuk melakukan sensasi proprioseptif, pasien diminta untuk menutup matanya dan
pemeriksa mengenggam salah satu jari tangan atau kaki pasien. Pemeriksa melakukan
fleksi dan ekstensi dari jari untuk beberapa kali, kemudian secara acak diberhentikan
dalam posisi fleksi dan ekstensi. Pasien harus sanggup mengetahuinya.
Gambar 45 : Pemeriksaan Sensasi Proprioseptif

SENSASI GETARAN
Sensasi getaran dapat dilakukan dengan menggunakan garpu tala di frekuensi 256 Hz
diletakkan di prominens tulang seperti di epocondilus humeri dari bagian distal
prosessus styloideus, Pemeriksa menggetarkan garpu tala kemudian dasarnya
diletakkan di prominens tulang kemudian meminta pasien untuk merasakan hingga
getarannya

hilang.

Kemudian

tiba-tiba

pemeriksa

memberhentikan

getaran

menggunakan tangannya. Normalnya pasien dapat merasakan berhentinya getaran


secara tiba-tiba.

42

Gambar 46: Pemeriksaan Sensasi Getaran

PEMERIKSAAN REFLEKS
REFLEKS FISIOLOGIS
1. Refleks Biseps
Fleksikan lengan bawah di sendi siku, letakkan tangan didaerah perut dibawah
umbilicus, letakkanlah ibu jari pemeriksa pada tendo biseps lalu ketuklah tendo
tersebut dengan palu.
Interpretasi: kontraksi pada otot biseps
43

Gambar 47: Pemeriksaan Refleks Biseps

2. RefleksTriseps
Fleksikanlenganbawah di sendisikudantangansedikit di pronasikan, letakkantangan
di daerahperut di atas umbilicus kemudianketuklahtendootottrisepspada fossa
olekrani
Interpretasi : kontraksi pada otot triseps

Gambar 48: Pemeriksaan reflex triceps

44

3. Refleks Patella
Letakkan tangan pemeriksa di belakang lutut, fleksikan tungkai pada sendi lutut,
ketuklah pada tendon muskulus kuadriseps femoris dibawah patella
Interpretasi : kontraksi pada otot kuadriseps femoris

Gambar 49 : Pemeriksaan refleks patella

4. Reflex Achilles
Fleksikan tungkai bawah sedikit, kemudian pegang kaki pada ujungnya untuk
memberikan
kaki

sikap

dorsofleksi ringan pada

kemudian

ketuklah pada tendo

Achilles
Interpretasi

kontraksi

pada

otot

gastrocnemius

45

Gambar 50: Pemeriksaan refleks Achilles


REFLEKS PATOLOGIS
1. Reflex Hoffman-Tromner
Peganglah pergelangan tangan klien dengan jari-jari difleksikan, jepitlah jari
tangan klien diantara jari telunjuk dan jari tengah pemeriksa, gunakanlah ibu jari

untuk menggores dengan kuat ujung jari tengah klien (snap)


Interpretasi : positif apabila terjadi reaksi mencengkram seluruh jari-jari
Gambar 51: Pemeriksaan refleks patologis Hoffman-Tromner
2. Reflex Babinsky

46

Pegang pergelangan kaki supaya kaki tetap pada tempatnya, dengan sebuah benda
yang berujung agak runcing, telapak kaki digores dari tumit menyusur bagian
lateral menuju pangkal ibu jari
Interpretasi : positif apabila ibu jari kaki fleksi dan jari yang lainnya mekar

Gambar 52: Pemeriksaan refleks patologis Babinsky

3. Refleks Oppenheim
Mengurut dengan kuat tulang tibialis anterior kearah distal dengan ibu jari, jari
telunjuk dan jari tengah.
Interpretasi : positif apabila jari-jari kaki mencengkram

47

Gambar 53: Pemeriksaan refleks patologis Oppenheim

TES SACRAL SPARING

48

Gambar 54. Pemeriksaan Sakral Sparing


Sacral sparing diuji dengan sentuhan ringan dan sensasi pin di persimpangan
mukokutan anal (S4/5 dermatom), di kedua sisi, serta pengujian kontraksi anal
sukarela dan sensasi anal yang mendalam sebagai bagian dari pemeriksaan dubur. jika
ada salah satu yang hadir, baik utuh atau gangguan, invidual memiliki hasil sakral
sparing yang positif dan karena cedera yang tidak lengkap.
ada tiga revisi stadar utama pada tahun 2000. pertama adalah klarifikasi
bahwa bagi seorang individu untuk menerima klasifikasi ASIA dari "motor lengkap"
(ASIA C atau D), pasien harus memiliki (a) sukarela anal spinchter kontraksi atau (b)
memiliki sacral sparing sensori dengan fungsi sparing motorik lebih dari tiga tingkat
di bawah tingkat bermotor. sebelumnya, seorang individu hanya perlu memiliki
hemat lebih dari dua tingkat di bawah tingkat bermotor. kedua, zona presentasi parsial
(ZPP) hanya boleh tercatat sebagai segmen yang paling caudal dengan beberapa
sensorik atau motorik fungsi bilateral, daripada semua bidang terhindar. terakhir,
dalam revisi tahun 2000, ukuran kemandirian fungsional (FIM) tersingkir dari
standar.

49

Anda mungkin juga menyukai