Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 28 hari. Kehidupan pada
masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologis
agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari
tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3
kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan
dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan
biokimia dan faali. Dengan terpisahnya bayi dari ibu, maka terjadilah awal proses
fisiologis seperti perubahan sistem peredaran darah, saluran cerna, fungsi ginjal,
hati, sistem imunologik, dan sistem kardiovaskular.
Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan
atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali yang disebabkan oleh
prematuritas, kelainan anatomik, dan lingkungan yang kurang baik dalam
kandungan, pada persalinan maupun sesudah lahir. Masalah pada neonatus
biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa perinatal. Tidak
hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul
sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang
memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, kurangnya
perawatan bayi baru lahir.
Kematian prenatal di Indonesia merupakan kematian nomor 2 setelah
maternal, penelitian ini menunjukan bahwa lebih dari 50 % kematian bayi terjadi
dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan kurang baiknya
penanganan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian.
Misalnya sebagai akibat hipotermia pada bayi baru lahir dapat terjadi cold stress
yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia atau hipoglikemia dan
mengakibatkan kerusakan otak (Sarwono, 2007).
Gejala awal hipotermi apabila suhu tubuh di bawah norma (kurang dari
36,50C) atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Hipotermi merupakan salah
satu penyebab tersering dari kematian bayi baru lahir, terutama dengan berat
1

badan kurang dari 2,5 kg. Pada bayi yang mengalami hipotermi, tubuh dengan
cepat menggunakan energi agar tetap hangat, sehingga pada saat kedinginan bayi
memerlukan lebih banyak oksigen. Karena itu, hipotermia bisa menyebabkan
terjadinya penyempitan pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya
metabolis anerobik meningkatkan kebutuhan oksigen, berkurangnya aliran
oksigen ke jaringan yang dapat menyebabkan terjadinya asidosis metabolik
(keasaman darah), hipoglikemia atau hipoglikemia (kadar gula darah yang
rendah).
Banyak yang harus diperhatikan pada bayi baru lahir, untuk mencegah hal
yang tidak diinginkan pada bayi dalam awal-awal kehidupannya. Adaptasi dari
tubuh bayi setelah kelahirannya perlu mendapat pengawasan dan asuhan yang
tepat untuk mempertahankan kondisi bayi tetap dalam batas normal. Pada bayi
yang setelah kelahirannya mengalami penurunan kondisi, diperlukan pengawasan
dan asuhan yang lebih komprehensif untuk meningkatkan kondisi bayi tersebut.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai antara lain:
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
khususnya asuhan pada kasus patologis dimana disini dikaji bayi dengan
hipotermi, di Ruang Perinatologi RSUD Sanjiwani Gianyar.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan hasil pengkajian asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
khususnya asuhan 11 jam bayi baru lahir
b. Menggambarkan hasil analisa data asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
khususnya asuhan 11 jam bayi baru lahir
c. Mengidentifikasi diagnosa kebidanan pada bayi baru lahir khususnya
asuhan 11 jam bayi baru lahir
d. Merencanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir khususnya asuhan
11 jam bayi baru lahir
e. Menggambarkan hasil implementasi dan evaluasi pada bayi baru lahir
khususnya asuhan 11 jam bayi baru lahir

C. Sistematika Penulisan
Laporan ini terdiri atas 5 bab, dimana bab I merupakan pendahuluan yang
terdiri atas latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
Selanjutnya bab II merupakan kajian pustaka, bab III ialah tinjauan kasus, bab IV
pembahasan dan bab V penutup yang meliputi simpulan dan saran.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Asuhan Bayi Baru Lahir
1. Konsep Dasar Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah
Neonatus merupakan masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari)
sesudah kelahiran. Neonatus terdiri atas neonatus dini (usia 0-7 hari) dan neonatus
lanjut (usia 7-28 hari). Bayi adalah masa sejak 28 hari sampai umur 12 bulan
(menurut psikologis sampai umur 18/24 bulan). Balita (bawah lima tahun) ialah
masa umur 3-5 tahun/36-60 bulan dan ini merupakan

periode usia manusia

setelah bayi sebelum anak awal. Anak prasekolah adalah anak pada rentang usia
5-6 tahun, usia ini merupakan usia dimana anak belum memasuki usia sekolah.
Lingkup asuhan neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

BBL Normal, Bayi, Balita, prasekolah


BBL bermasalah
Kelainan-kelainan pada BBL
Trauma
Neonatus resiko tinggi
Kegawatdaruratan

Berat badan neonatus pada saat kelahiran, ditimbang dalam waktu satu jam
sesudah lahir:
a.
b.
c.
d.

Bayi berat lahir cukup: berat lahir > 2500 gram


BBLR : BBL 1500-2500 gram
BBLSR : BBL 1000-1500 gram
BBLASR : < 1000 gram

Menurut masa kehamilan neonatus diklasifikasikan ke dalam 3 kategori:


a. Kurang bulan (preterm infant) : kurang dari 259 hari (< 37 mgg)
b. Cukup bulan (term infant) : 259 sampai 294 hari ( 37 42 mgg)
c. Lebih bulan (postterm infant) : lebih dari 294 hari (42 mgg)
Menurut Berat Lahirnya, neonatus terdiri atas :
a. Berat lahir rendah : kurang dari 2500 gram
b. Berat lahir cukup : antara 2500 sampai 4000 gram
c. Berat lahir lebih : > 4000 gram
Adapun klasifikasi neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi dibagi atas:
a. Neonatus cukup bulan/kurangbulan/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)
b. Sesuai masa kehamilan /kecil masa kehamilan/besar untuk masa
kehamilan (SMK/KMK/BMK)
4

Adapun cirri-ciri BBL normal antara lain:


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.

UK 37-42 minggu
BBL 2500-4000 gram
Mampu melewati masa transisi (AS 7-10)
Tanpa kelainan kongenital
BB 2500-4000 g
PB 48-52 cm
LD 30-38 cm
LK 33-35 cm
HR 120-160 kali/menit
Pernafasan 40-60 kali/menit
Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup
Rambut lanugo tdk terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
Kuku agak panjang dan lemas
Genetalia :
Perempuan ; labia mayor sudah menutup labia minor
Laki-laki; testis sudah turun, skrotum sdh ada
o. Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dg baik
p. Reflek morrow dan graps sudah baik
q. Eliminasi baik, mekonium keluar dlm 24 jam pertama
Perilaku BBL
a. Periode I transisi (fase I reatifitas): 0-30 menit, HR dan pernafasan
meningkat masih dalam batas normal, kadang rales dan ronchi terlihat,
akral kebiruan, dan bayi terjaga siap menyusui.
b. Periode II transisi: 30 menitt-2 jam, bayi tertidur, fase pemulihan dari
proses persalinan yang traumatic, HR <140 x/mt, dan Px fisik lengkap dan
memandikan ditunda sampai kondisi stabil
c. Periode III transisi (fase II adaptasi): 2-6 jam, bayi terjaga, HR tidak stabil,
aliran darah meningkat, dan bayi siap menyusui.
2. Perubahan-Perubahan yang Segera Terjadi Sesudah Kelahiran
a. Perubahan metabolisme karbohidrat
Dalam waktu 2 jam setelah lahir kadar gula darah tali pusat akan menurun,
energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir
diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar gula darah dapat
mencapai 120 Mg/100 museum Lampung. Bila ada gangguan metabolisme akan
lemah. Sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus maka kemungkinan
besar bayi akan menderita hipoglikemia.
b. Perubahan suhu tubuh
5

Ketika bayi baru lahir, bayi berasa pada suhu lingkungan yang > rendah
dari suhu di dalam rahim. Apabila bayi dibiarkan dalam suhu kamar maka akan
kehilangan panas mil konveksi. Evaporasi sebanyak 200 kal/kg/BB/menit.
Sedangkan produksi yang dihasilkan tubuh bayi hanya 1/100 nya, keadaan ini
menyebabkan penurunan suhu bayi sebanyak 20C dalam waktu 15 menit. Akibat
suhu yang rendah metabolisme jaringan meningkat dan kebutuhan O2 pun
meningkat.
c. Perubahan pernafasan
Selama dalam rahim ibu janin mendapat O2 dari pertukaran gas mill
plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas melalui paru-paru bayi. Rangsangan
gas melalui paru-paru untuk gerakan pernafasan pertama.
1) Tekanan mekanik dari toraks pada saat melewati janin lahir.
2) Menurun kadar pH O2 dan meningkat kadar pH CO2 merangsang
kemoreseptor karohd.
3) Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang, permukaan gerakan
pinafasa.
4) Pernafasan pertama pada BBL normal dalam waktu 30 detik setelah
persalinan. Dimana tekanan rongga dada bayi pada melalui jalan lahir
mengakibatkan cairan paru-paru kehilangan 1/3 dari jumlah cairan
tersebut. Sehingga cairan yang hilang tersebut diganti dengan udara. Paruparu mengembang menyebabkan rongga dada troboli pada bentuk semula,
jumlah cairan paru-paru pada bayi normal 80 - 100 museum Lampung.
d. Perubahan struktur
Dengan berkembangnya paru-paru mengakibatkan tekanan O2 meningkat
tekanan CO2 menurun. Hal ini mengakibatkan turunnya resistensi pembuluh
darah paru-paru sebagian sehingga aliran darah ke pembuluh darah tersebut
meningkat. Hal ini menyebabkan darah dari arteri pulmonalis mengalir ke
paru-paru dan duktus arteriosus menutup. Dan menciutnya arteri dan vena
umbilikasis kemudian tali pusat dipotong sehingga aliran darah dari plasenta
melalui vena cava inverior dan foramen oval atrium kiri terhenti sirkulasi
darah bayi sekarang berubah menjadi seperti semula.
e. Perubahaan lain
Alat-alat pencernaan, hati, ginjal dan alat-alat lain mulai berfungsi.
6

3. Asuhan Segera pada Bayi Baru Lahir


Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada
bayi tersebut selama bayi pertamanya setelah kelahiran. Sebagian besar bayi yang
baru lahir akan menunjukkan usaha pernafasan spontan dengan sedikit bantuan
atau gangguan. Aspek-aspek penting dari asuhan segera bayi baru lahir :
a. Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat.
1) Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan kontak antara kulit bayi dengan
kulit ibu.
2) Ganti handuk / kain yang basah dan bungkus bayi dengan selimut dan
memastikan bahwa kepala telah terlindungi dengan baik untuk mencegah
keluarnya panas tubuh.
3) Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap 15
menit.
a)

Bila telapak bayi terasa dingin, periksa suhu aksilah bayi.

b)

Bila suhu bayi < 36,5oC, segera hangatkan bayi tersebut.

b. Kontak dini dengan bayi


1).

Kontak dini antara ibu dan bayi penting untuk :


a) Kehangatan mempertahankan panas yang benar pada bayi baru lahir.
b) Ikatan batin dan pemberian ASI.

2)

Dorong ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah siap (dengan
menunjukkan refleks rooting) jangan paksa bayi untuk menyusu.

4. Asuhan Neonatus Normal 1 Jam Setelah Kelahiran


Asuhan neonatus normal yang dilaksanakan 1 jam setelah kelahiran meliputi:
1) Penilaian APGAR skor
Penilaian ini meliputi penilaian Apppereance, Pulse, Grimace, Activity,
dan Respiration.
Tabel 1. Penilaian Apgar Skor (Saifuddin, 2002)
Nilai
Tanda

Denyut jantung

Tidak ada

Lambat < 100

>100
7

(pulse)
Usaha nafas
(respisration)

Tidak ada

Lambat, tidak
teratur

Menangis dengan
keras

Tonus otot (activity)

Lemah

Fleksi pada
ekstremitas

Gerakan aktif

Kepekaan reflek
(gremace)

Tidak ada

Merintih

Menangis kuat

Warna (apperence)

Biru
pucat

Tubuh merah
muda,
ekstremitas biru

Seluruhnya merah
muda

Dengan Interpretasi hasil pemeriksaan :


a) Nilai 7 10 : bayi sehat/vigorous baby
b) Nilai 4 6 : asfiksia sedang
c) Nilai 0 3 : asfiksia berat
2) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Merupakan suatu proses membiarkan bayi menyusu dini segera setelah
kelahiran. Keuntungannya antara lain meliputi:
a) Keuntungan kontak kulit dan kulit untuk bayi
b) Keuntungan kontak kulit dan kulit untuk ibu
c) Keuntungan menyusu dini untuk bayi
d) Keuntungan menyusu dini untuk ibu
3) Menjaga kehangatan bayi
Mekanisme kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir
a) Evaporasi adalah cara kehilangan panas yang utama pada tubuh bayi
terjadi karena menguapkan air ketuban yang tidak cepat dikeringkan,
atau terjadi setelah bayi dimandikan.
b) Kondiksi adalah kehilangan panas melalui kontrak langsung antara
tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.
c) Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar
dengan udara di sekitar yang lebih dingin.
d) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan
dekat benda yang mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dari
temperatur tubuh bayi.
Cara mencegah kehilangan panas
a) Keringkan bayi secara seksama.
b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.
c) Tutup bagian kepala bayi.
8

d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.


e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
f) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
4) Identifikasi Bayi
Identifikasi ini dilakukan segera setalah lahir dan masih berdekatan dengan
ibu. Meliputi hal-hal seperti mengambil tanda pengenal bayi seperti cap
jari atau telapak kaki bayi/tanda pengenal. Bertujuan untuk mencegah
terjadinya

kekeliruan

di

kemudian

hari.

Adapun

prinsip-prinsip

penggunaan alat pengenal ialah, kebal terhadap air, memiliki tepi yang
halus, tidak mudah sobek dan lepas dan tercantum nama bayi dan ibunya,
tanggal lahir, jenis kelamin dan unit.
5) Perawatan Mata
Bertujuan untuk mencegah terjadinya oftalmia neonatorum. Pemberian
obat mata yakni berupa obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1%
dianjurkan untuk mencegah penyakit mata oleh karena ibu yang
mengalami IMS.
6) Pemberian Injeksi Vit.K
Pemberian injeksi dilakukan dengan tujuan untuk mencegah perdarahan
karena defisiensi vitamin K .Vit. K diberi secara injeksi 1 mg IM setelah 1
jam kontak ke kulit dan bayi selesai menyusu untuk mencegah perdarahan
7) Bounding Attachment
Merupakan suatu prose yang menghasilkan interaksi , dimana bersifat
terus menerus dan melibatkan bayi dan orang tua dimana dimainkan secara
aktif oleh kedua pihak.juga dapat dikatakan sebagai hubungan yang
bersifat saling mencintai dan mantap. Bonding attachment memberikan
keduanya pemenuhan emosional, percaya diri, stabilitas. Hubungan ini
bersifat saling membutuhkan.
8) Penimbangan Berat Badan Bayi
9) Merawat Tali Pusat
a) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5% untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh
lainnya.
b) Bilas tangan dengan air matang / desinfeksi tingkat tinggi.
c) Keringkan tangan tersebut dengan handuk / kain bersih dan kering.
d) Ikat puntung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan
menggunakan benang diinfeksi tingkat tinggi / klem plastik tali pusat.
9

e) Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang di sekeliling


puntung tali pusat dan lakukan pengikatan ke 2 dengan simpul kunci
dibagian tali pusat pada hasil yang berlawanan.
f) Lepaskan menjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klorin
0,5%.
g) Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering. Pastikan bahwa
bagian kepala bayi tertutup dengan baik.
h) Jangan membungkus, mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke
puntung tali pusat dan nasihati keluarga agar tidak memberikan
apapun pada pusat bayi.
i) Pemakaian alkohol ataupun beladin masih diperkenankan sepanjang
tidak menyebabkan tali pusat basah / lembab.
j) Beri nasihat kepada ibu / keluarga sebelum penolong meninggalkan
bayi : Lipat popok di bawah putung tali pusat, jika putung tali pusat
kotor, cuci dengan lembut menggunakan air matang, dan sabun
keringkan dengan kain bersih. Kemudaian jelaskan pada ibu bahwa
ibu harus mencari bantuan perawatan jika pusat menjadi merah atau
mengeluarkan nanah / darah dan segera rujuk bayi kefasilitas yang
lebih memadai.
10) Mulai Pemberian ASI
Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam waktu 1 jam setelah bayi
lahir. Jika mungkin, anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba untuk
menyusukan bayinya segera setlah tali pusat diklem dan dipotong
berdukungan dan bantu ibu untuk menyusukan bayinya.
5. Asuhan Neonatus Normal 6 Jam Setelah Kelahiran
a. Antropometri lengkap
b. Imunisasi
Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau
resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit
lain diperlukan imunisasi lainnya. Bertujuan untuk mencegah terjadinya
penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu
pada populasi. Pada bayi baru lahir, imunisasi yang diberikan adalah
Hepatitis B. Pemberian imunisasi Hepatitis B ini untuk mencegah infeksi
Hepatitis B yang diberikan pada usia 0 (segera setelah lahir menggunakan
10

uniject) di suntik, IM dipaha kanan dan selanjutnya di berikan ulangan


sesuai imunisasi dasar lengkap.

c. Memandikan bayi
Bayi harus selalu dijaga agar tetap bersih, hangat, dan kering.
Memandikan bayi sebaiknya ditunda sampai 6 jam kelahiran. Hal ini
dimaksudkan agar bayi tidak hipotermi. Selain itu juga meminimalkan
resiko infeksi. Prinsip yang perlu diperhatikan pada saat memandikan bayi
antara lain :
1) Menjaga bayi agar tetap hangat
2) Menjaga bayi agar tetap aman dan selamat
3) Suhu air tidak boleh terlalu panas atau terlalu dingin
d. Memberi Minum/Menyusui pada Bayi
Pada bayi sebaiknya masih diberi ASI eksklusif sampai ia berumur 6
bulan. ASI eksklusif artinya, bayi hanya diberi ASI saja tanpa makanan
tambahan selama 6 bulan tersebut.
e.

Menyendawakan Bayi
Menyendawakan

bayi

penting

dilakukan

dan

berfungsi

untuk

mengeluarkan udara yang ada di dalam perut bayi atau agar tidak
kembung. Biasanya udara masuk ke perut bayi bersamaan ketika bayi
menyusu.Makin banyak udara yang masuk, semakin kembunglah perut
bayi. Akibatnya bayi merasa tidak nyaman dan akan menyebabkan rewel.
f. Pijat Bayi
Bayi akan merasakan kasih sayang dan kelembutan dari orang tua saat
dipijat. Sentuhan hangat dari tangan dan jari orang tua bisa membuat bayi
merasakan pernyataan kasih sayang orang tua, selain itu :
1) Menguatkan otot
2) Pijatan terhadap bayi sangat bagus untuk menguatkan otot bayi.
3) Membuat bayi lebih sehat
4) Memijat bayi bisa memerlancar sistem peredaran darah, membantu
proses pencernaan bayi, dan juga memerbaiki pernapasan bayi. Bahkan
memijat bayi bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh si bayi.
5) Membantu pertumbuhan
11

6) Menurut penelitian, pertumbuhan bayi seperti berat badan akan lebih


baik dengan memijat bayi.
7) Dengan merangsang indra peraba, indra penglihatan dan pendengaran
si bayi, akan meningkatkan daya ingat dan kesanggupan belajar sang
bayi.
8) Membuat bayi tenang.
B. Hipotermi
1. Pengertian
Menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal (2002:M-122) hipotermi pada bayi baru lahir adalah suhu tubuh dibawh
36,5oC pengukuran dilakukan pada ketiak selama 3-5 menit. Bayi hipotermi
adalah bayi dengan suhu tubuh dibawah normal (kurang dari 36,50C). Hipotermi
merupakan salah satu penyebab tersering dari kematian bayi baru lahir, terutama
dengan berat badan kurang dari 2,5 kg. Hipotermia bisa menyebabkan
hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah), asidosis metabolik (keasaman
darah) yang tinggi dan kematian. Karena tubuh dengan cepat menggunakan energi
agar tetap hangat, sehingga pada saat kedinginan bayi memerlukan lebih banyak
oksigen. Karena itu, hipotermia bisa menyebabkan berkurangnya aliran oksigen
ke jaringan.
Sudarti (2012: 96) menjelaskan tentang pengertian hipotermi pada bayi
baru lahir atau neonatus adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal biasa di
sebut dengan bayi hipotermia. Hipotermia ini biasaya menyerang bayi yang baru
saja lahir. Pada bayi neonatus suhu normalnya adalah 36,5 37,5 derajat Celsius
(suhu ketiak). Apabila suhu < 36,5 derajat Celsius, kedua kaki dan tangan terasa
dingin

kita

mesti

mewaspadainya

karena

ini merupakan

gejala

awal

hipotermia.Bila suhu bayi 32 <36,5 derajat Celsius ini biasa disebut hipotermi
sedang. Bila suhu < 32 derajat Celcius biasa disebut hipotermi berat, pada
hipotermi berat ini biasanya diperlukan termometer ukuran rendah yang dapat
mengukur sampai 25 derajat Celsius.
Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir : (Wiknjosastro,1994)
a. Radiasi

: dari objek ke panas bayi. Contoh: timbangan dingin tanpa alas.

12

b. Epavorasi : karena penguapan cairan yang melekat pada kulit. Contoh : air
ketuban pada bayi baru lahir tidak cepat dikeringkan.
c. Konduksi : panas tubuh di ambil oleh suatu permukaan yang melekat di
tubuh. Contoh : pakaian bayi yang basah tidak cepat dig anti.
d. Konveksi : penguapan dari tubuh ke udara. Contoh : angin dari tubuh bayi
baru lahir.
2. Klasifikasi Hipotermi
Beberapa jenis hipotermia, yaitu:
a. Accidental hypothermia terjadi ketika suhu tubuh inti menurun hingga

<35c.>
b. Primary accidental hypothermia merupakan hasil dari paparan langsung

terhadap udara dingin pada orang yang sebelumnya sehat


c. Secondary accidental hypothermia merupakan komplikasi gangguan sistemik

(seluruh tubuh) yan serius. sebagian besar terjadi pada musin di usim dingin
(salju) dan iklim dingin.
Berdasarkan kejadianya kejadiannya hipotermia pada bayi baru lahir
dibedakan menjadi tiga bagian yaitu:
a. Hipotermia Akut
Terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6 -12 jam.
Umumnya terjadi pada bayi yang lahir di ruang bersalin yang dingin, inkubator
yang tidak cukup panas, kelainan terhadap bayi yang akan lahir, misalnya diduga
mati dalam kandungan tetapi ternyata masih hidup. Gejalanya biasanya lemah,
gelisah, pernapasan dan bunyi jantung lambat serta kedua kaki dingin. Langkah
awal yang harus dilakukan adalah dengan cara memasukkan bayi ke dalam
inkubator yang suhunya telah di atur menurut kebutuhan bayi dan dalam keadaan
telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti.
b. Hipotermia Sepitas
Merupakan penurunan suhu tubuh 1 -2 derajat celcius sesudah lahir. Suhu
tubuh akan menjadi normal kembali sesudah bayi berumur 4 8 jam, bila suhu
lingkungan diatur sebaik-baiknya.
c. Hipotermia Sekunder
Penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh suhu lingkungan yang
dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, sindrom gangguan pernapasan dengan
13

hipoksia atau hipoglikemia, perdarahan intrakranial tranfusi tukar, penyakit


jantung bawaan yang berat. Pengobatan bisa dilakukan dengan cara memberikan
antibiotik, larutan glukosa, oksigen, dan sebagainya.
d. Hipotermi Cold Injury

Biasanya terjadi pada bayi yang terlalu lama dalam ruangan dingin (lebih
dari 12 jam). Gejalanya adalah lemah, tidak mau minum, badan dingin, suhu
berkisar antara 29,5 35 derajat celsius, tak banyak bergerak, edema, serta
kemerahan pada tangan, kaki, dan muka seolah-olah bayi dalam keadaan sehat;
pengerasan jaringan subkutis. Bayi seperti ini sering mengalami komplikasi
infeksi, hipoglikemia, dan perdarahan. Pengobatan bisa dilakukan dengan
memanaskan secara perlahan-lahan, pemberian antibiotik, pemberian larutan
glukosa 10 persen, dan kartikosteroid.
3. Penyebab dan Resiko Hipotermi
Penyebab utama terjadinya hipotermia pada bayi adalah kurang
pengetahuan cara kehilangan panas dari tubuh bayi dan pentingnya mengeringkan
bayi secepat mungkin (Dep.kes RI, 1992). Berikut penyebab terjadinya penurunan
suhu tubuh pada bayi baru lahir :
a.

Ketika bayi baru lahir tidak segera dibersihkan, terlalu cepat dimandikan,
tidak segera diberi pakaian, tutup kepala, dan dibungkus, diletakkan pada
ruangan yang dingin, tidak segera didekapkan pada ibunya, dipisahkan dari
ibunya, tidak segera disusui ibunya.

b.

Bayi berat lahir rendah yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2,5
kg atau bayi dengaan lingkar lengan kurang dari 9,5 cm atau bayi dengan
tanda-tanda otot lembek, kulit kerput.

c.

Bayi lahir sakit seperti asfiksia, infeksi sepsis dan sakit berat.

d.

Jaringan lemak subkutan tipis.

e.

Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.

f.

Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.

g.

BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil)


pada reaksi kedinginan.

14

h.

Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko


tinggi mengalami hipotermi.
Menurut Dep.kes RI (1992) factor penyebab terjadinya hipotermia adalah

lingkungan, syok, infeksi, gangguang endokrin metabolic, kurang gizi, obatobatan, dan perubahan cuaca.
Resiko untuk terjadinya hipotermia: (Dep.kes RI, 1992)
a.
Perawatan yang kurang tepat setelah bayi baru lahir
b.
Bayi di pisahkan dari ibunya segera setelah lahir
c.
Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan premature
d. Tempat melahirkan yang dingin (putus rantai hangat)
e.
Bayi asfiksi, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis, sindrom dengn
pernafasan, hipoglikemia perdarahan intra cranial.
4. Penilaian Hipotermi Bayi Baru Lahir
Gejala hipotermia yang ditimbulkan akibat hipotermia pada bayi adalah:
a.

Kaki dan tangan bayi teraba lebih dingin dibandingkan dengan bagian
dada

b.

Aktivitas berkurang, bayi tampak lesu atau mengantuk

c.

Kemampuan menghisap lemah, bayi tidak mau minum atau menetek

d.

Tangisan lemah

e.

Ujung jari tangan dan kaki kebiruan

f.

Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit bayi
mengeras (sklerema).
Tanda tanda hipotermia sedang adalah aktifitas berkurang (letargis),

tangisan lemah, kulit berwarna tidak rata (cutis malviorata), kemampuan


menghisap lemah, kaki teraba dingin, dan jika hipotermia berlanjut akan timbul
cidera dingin. Tanda tanda hipotermia berat adalah aktifitas berkurang (letargis),
bibir dan kuku kebiruan, pernafasan lambat, pernafasan tidak teratur, bunyi
jantung lambat, selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolic,
dan resiko untuk kematian bayi. tanda tanda stadium lanjut hipotermia adalah
muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang, bagian tubuh lainnya pucat,
dan kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan
tangan (sklerema) (Saifudin, 2002).

15

5. Prinsip Dasar Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir dan


Mencegah Hipotermia
a. Mengeringkan bayi baru lahir segera setelah bayi lahir
Bayi lahir dengan tubuh basah dengan air ketuban. Aliran udara melalui
jendela pintu yang terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan dan bayi
lebih cepat kehilangan panas tubuh. Akibatnya dapat timbul serangan dingin (cols
stress) yang merupakan gejala awal hipotermia. Untuk mencegah terjadinya
serangan dingin, setiap bayi lahir harus segera dikeringkan dengan handuk yang
kering dan bersih (sebaiknya handuk tersebut dihangatkan terlebih dahulu).
Setelah tubuh bayi kering segera dibungkus dengan selimut, diberi topi atau tutup
kepala, kaus tangan dan kaki. Selanjutnya bayi diletakan dengan terlungkup di
atas dada untuk mendapat kehangatan dari dekapan ibu.
b. Menunda

memandikan

bayi

bari

lahir

sampai

tubuh

bayi

stabil

untukmencegah terjadinya serangan dingin, ibu atau keluarga dan penolong


persalinan harus menunda memandikan bayi baru lahir.
1)

Pada bayi baru lahir sehat yaitu lahir cukup bylan, berat > 2500 gram,
langsung menangis kuat, maka memandikan bayi ditunda 24 jam setelah

2)

kelahiran.
Pada bayi baru lahir dengan resiko, keadaan bayi lemah atau bayi dengan
berta lahir < 2500 gram, sebaiknya bayi jangan di mandikan di tunda
beberapa hari sampai keadaan umum membaik yaitu bila suhu tubuh bayi
stabil, bayi sudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan baik.
(Dep.kes RI, 1992)

6. Tindakan pada Bayi Hipotermi


Segera hangatkan bayi, apabila terdapat alat yang canggih seperti
incubator gunakan sesuai ketentuan. Apabila tidak tersedia incubator cara ilmiah
adalah: (Dep.kes RI, 1992)
a. Melaksanakan metode kanguru, yaitu bayi baru lahir dipakaikan popok dan
tutup kepala diletakkan di dada ibu agar tubuh bayi menjadi hangat karena
terjadi kontak kulit langsung.Bila tubuh bayi masih teraba dingin bisa
ditambahkan selimut.
b. Bayi baru lahir mengenakan pakaian dan selimut yang disetrika atau
dihangatkan diatas tungku.
16

c. Menghangatkan bayi dengan lampu pijar 40 sampai 60 watt yang diletakkan


pada jarak setengah meter diatas bayi.
d. Ganti pakain yang dingin dan basah dengan pakain yang hangat dan kering,
memakai topi dan selimut yang hangat.
e. Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan setiap orang ialah
metode dekap, yaitu bayi diletakkan telungkup dalam dekapan ibunya dan
keduanya diselimuti agar bayi senantiasa hangat.
f. Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang
diseterika terlebih dahulu yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu.
Lakukan berulangkali sampai tubuh bayi hangat. Tidak boleh memakai bulibuli panas, bahaya luka bakar.
g. Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia sehingga bayi harus diberi
ASI sedikit-sedikit dan sesering mungkin. Bila bayi tidak dapat menghisap
beri infus glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari.
h. Periksa ulang suhu bayi 1 jam kemudian, bila suhu naik pada batas normal
(36,5-37,5o C), berarti usaha meenghangatkan berhasil.
i. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta
tidak ada masalah lain yang memerlukan pengawasan, bayi tidak perlu
dirujuk.
j. Meminta pertolongan kepada petugas kesehatan terdekat.
k. Dirujuk ke rumah sakit. Jika setelah menghangatkan selama 1 jam tidak ada
kenaikan suhu (membaik),bila bayi tidak dapat minum, terdapat gangguaan
nafas atau kejang.Dan bila disertai salah satu tanda tanpak mengantuk/ letargis
atau ada bagian tubuh bayi yang mengeras.
7. Pencegahan Hipotermi
Pencegahan hipotermia merupakan asuhan neonatal dasar agar BBL tidak
mengalami hipotermia. Disebut hipotermia bila suhu tubuh turun di bawah 36,5 C.
suhu normal pada neonatus adalah 36,5-37,5 C pada pengukuran suhu melalui
ketiak BBL mudah sekali terkena hipotermia hal ini disebabkan karena :
a.
b.
c.
d.

Pusat pengaturan panas pada bayi belum berfungsi dengan sempurna


Permukaan tubuh bayi relative luas
Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dari pakaiannya agar ia tidak
kedinginan
17

Hal-hal yang perlu dilakukan untuk pencegahan hipotermia adalah


mengeringkan bayi sedini mungkin, menutup bayi dengan selimut atau topi dan
menempatkan bayi diatas perut ibu (kontak dari kulit ke kulit). Jika kondisi ibu
tidak memungkinkan untuk menaruh bayi diatas dada (karena ibu lemah atau
syok) maka hal-hal yang dapat dilakukan : (Dep.kes RI, 1994)
a. Mengeringkan dan membungkus bayi dengan kain yang hangat
b. Meletakan bayi di dekat ibu
c. Memastikan ruang bayi yang terbaring cukup hangat

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN
PADA BY NY DA UMUR 11 JAM NEONATUS ATERM
VIGOROUS BABY DALAM MASA ADAPTASI DENGAN HIPOTERMI
SEDANG
18

DI RUANG PERINATOLOGI RSUD SANJIWANI GIANYAR


TANGGAL 20 NOVEMBER 2013
Tanggal 19 November 2013 Jam 11.10 WITA
A. DATA SUBYEKTIF
1. IDENTITAS
BAYI
a. Nama
b. Umur/tgl/jam lahir
c. Jenis Kelamin
d. Anak kee. Status Anak

By Ny DA
11 jam / 19 november 2013/pk 00.10 Wita
Perempuan
Dua
Anak Kandung

ORANG TUA
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Nama
:
Umur
:
Agama
:
Pendidikan
:
Pekerjaan
:
Status Perkawinan :
Alamat
:

IBU
Ny AD
25 tahun
Hindu
SMP
Tidak bekerja
Sah
Br. Sidan gianyar

SUAMI
Tn KT
27 tahun
Hindu
SMP
Swasta( Tukang Gas)
Sah
Br. Sidan gianyar

B. Keluhan Utama/ Alasan Dirawat


Bayi dalam masa perawatan 11 jam dengan hipotermi
C. Riwayat Prenatal
1. G3P1011 masa gestasi 40 minggu 6 hari.
2. Kehamilan ini direncanakan dan diterima oleh keluarga.
3. Selama hamil ibu memeriksakan kehamilannya di bidan dan
puskesmas sebanyak 7x dengan hasil dalam batasan normal. Ibu
melakukan USG 1x di dokter SpOG.
4. Selama masa prenatal ibu tidak pernah mengalami penyulit dan
komplikasi.
5. Selama hamil ibu mengkonsumi obat dari bidan, yaitu : SF, B6, B1 dan
Kalk.
6. Selama kehamilan ibu mendapatkan imunisasi TT sebanyak 1x di
bidan.
7. Keluarga dan ibu tidak mempunyai perilaku atau kebiasaan yang dapat
mempengaruhi kesejahteraan janin nya.
D. Riwayat Intranatal

19

1. Persalinan ini ditolong oleh dokter dan bidan dan tempat lahir di
Ruang Kunti RSUD Sanjiwani Gianyar.
2. Kala I selama 8 jam dengan KPD, kala II selama 10 menit tanpa
penyulit dan komplikasi, jenis persalinan spontan belakang kepala.
Bayi lahir pukul 00.10 WITA tanggal 19 November 2013. Jenis
kelamin perempuan, keadaan saat lahir gerak aktif, bayi menangis
kuat, dan kulit kemerahan.
E. Riwayat Postnatal
1. Bayi lahir pukul 00.10 Wita pada tanggal 19 November 2013. Dengan
berat lahir 4000 gram, bayi lahir secara spontan belakang kepala, jenis
kelamin perempuan. Suhu bayi 36,5

C. HR: 120 x/mnt, RR: 40

x/mnt, BAB/BAK : - / + .
APGAR skor saat lahir 8-9. Tidak dilakukan IMD ( Inisiasi Menyusu
Dini) karena terjadi KPD. Bayi mengalami Hipoglikemi (BS: 38 mg/dl
(00.30 WITA)). Tidak terjadi rooming in karena bayi mendapatkan
perawatan intensif berupa perawatan incubator diruang perinatologi
dan dilakukan pemasangan infuse dextrose 10% 6 tetes/menit.
2. Asuhan bayi setelah 1 jam
Gerak/aktifitas aktif, warna kulit kemerahan, tidak ada turgor, HR :
120x/mnt RR: 40x/mnt S: 36,50C

BB: 4000 gram, daerah mata

bersih,jenis kelamin perempuan. Injeksi Neo K 0,5 ml dan pemberian


salep mata gentamicin 0,3 %. BS pk 02.00 WITA : 35 mg/dl, BS pk.
04.00 WITA : 85 mg/dl.
3. Asuhan bayi setelah 6 jam
Keadaan umum

: baik

Gerak/ aktifitas

: aktif

Tangis

: kuat

Warna kulit

: kemerahan

Turgor

: tidak ada

HR

: 120 x/menit

RR

:40 x/menit

: 35,20C

BB

: 4000 gram
20

PB

: 52 cm

LK

: 36 cm

LD

: 36 cm

Kepala

:bentuk simetris,ubun-ubun datar, sutura terpisah,


tidak

terdapat

cepal

hematoma

dan

caput

sucedanium .
Wajah

: simetris, tidak pucat dan tidak terdapat odema.

Mata

:simetris,

reflex

glabella

positive,

tidak

ada

pengeluaran, warna konjungtiva merah muda,


sclera putih, tidak ada kelainan.
Hidung

:lubang hidung ada 2, tidak ada pengeluaran dan


pernafasan cuping hidung.

Mulut

:bibir lembab, tidak ada palatum, lidah merah


muda,gusi merah muda, reflex rooting, sucking,
swallowing positive, dan tidak ada kelainan.

Telinga

:simetris, tidak ada pengeluaran, dan tidak ada


kelainan.

Leher

:tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, tidak ada


pembesaran kelenjar tiroid, reflex tonic neck
positive, dan tidak ada kelainan.

Dada

:tidak ada retraksi otot dada,keadaa payudara


normal, putting susu menonjol, tidak ada benjolan,
dan tidak ada pengeluaran.

Abdomen

: tidak ada distensi, tidak ada bising usus, kondisi


tali pusat bersih dan kering, dan tidak ada kelainan.

Punggung
Genitalia

: punggung datar, dan tidak ada kelainan.


: testis jumlahnya 2, ada lubang penis, ada anus dan

tidak ada kelainan.


Ekstremitas (tangan)
: warna merah muda, simetris, jumlah jari
ada 10, gerak aktif, reflex moro positive, reflex
genggam positive, dan tidak ada kelainan.

21

Ekstremitas (kaki) : warna merah muda, simetris, jumlah jari ada 10,
gerak aktif, reflex babyski positive, reflex steping
positive dan tidak ada kelainan.
Menjalankan tugas delegasi dari dokter untuk memberikan bayi injeksi
per set pada pukul 08.00 WITA, telah dilakukan injeksi cefotaxime 175
mg dan metil prednisolon 10 mg dan tidak terjadi reaksi alergi.
Kemudian bayi dilap di dalam incubator dan diganti pakaiannya. Pada
pukul 09.00 WITA bayi diberikan ASI oleh ibunya.

F. Riwayat Bio-Psiko-Spiritual
1. Biologi
Pernafasan bayi tidak mengalami gangguan, bayi menyusui secara On
Demand dan tidak terdapat keluhan. Bayi BAK 1x dengan warna
kuning jernih,bau khas. Bayi BAB 1x warna kehitaman,konsistensi
lembek. Bayi istirahat 8 jam, aktifitas dan pergerakan aktif.
2. Psikologis
Orang tua dan keluarga menerima dan mendukung dengan kelahiran
bayi.
3. Sosial
Dalam keluarga pengambilan keputusan dilakukan oleh suami dan
istri. Tidak terdapat kebiasaan dalam keluarga yang mempengaruhi
kesehatan anak,seperti: merokok, mengkonsumsi NAPZA dll.
Pola asuh anak secara demokratis. Tidak terdapat sibling rivalry dan
tidak terdapat spiritual dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
anak.
G. Pengetahuan Orang Tua
Ibu belum mengetahui tentang:
1. Posisi menyusui dan pelekatan yang benar
DATA OBJEKTIF
A. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Gerak/ aktifitas

: baik
: aktif
22

Tangis
Warna kulit
Turgor
HR
RR
S

: kuat
: kemerahan
: tidak ada
: 118 x/menit
:40 x/menit
: 35,90C

BAK/BAB

: +/+

B. Bounding attachment

: skor 12 (ibu melihat, menyapa dan meraba

bayinya dengan masing-masing skor 4)


C. Pemeriksaan penunjang

: Tidak ada.

ANALISA
Bayi usia 11 jam, neonatus aterm vigorous baby dalam masa adaptasi dengan
hipotermi sedang
PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami, ibu dan
suami mengerti dan menerima hasil pemeriksaan yang disampaikan.
2. Mngobservasi suhu incubator, suhu incubator 360C dan sudah sesuai
dengan suhu perawatan bayi.
3. Membimbing ibu tentang posisi menyusui dan pelekatan yang benar, ibu
memahami dan sudah mampu melakukan sendiri tanpa bimbingan.
4. Menginformasikan kepada ibu untuk memberikan ASI secara On Demand
kepada bayinya. Bayi telah diberikan ASI dan bayi menyusui secara aktif.
5. Melanjutkan observasi kondisi bayi termasuk tanda-tanda vital pada pukul
13.00-19.30 WITA, hasil observasi tercatat dalam lembar catatan
perkembangan.

CATATAN PERKEMBANGAN
23

Tanggal/Waktu
Tgl. 19-11-2013

Penatalaksanaan
S: Bayi AD umur 12 jam 50 menit, tanggal lahir 19-11-

Pk.13.00 WITA

2013, Pk. 00.10 WITA, BBL: 4000 gram, BS : 85 mg/dl


(Pk.04.00WITA), S: 35,60C (Pk. 05.00WITA), IVFD
Glukosa 10% dosis 6 tpm
O: KU: baik, Kesadaran: Compos Mentis, , Menyusu: +,
Muntah: -, BAB/BAK: +/+
A: Bayi AD umur 12 jam 50 menit neonatus aterm dengan
hipotermi sedang
P:
1) Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan
suami, ibu dan suami menerima dan memahami

Pk. 15.00 WITA

informasi yang diberikan.


2) Mengobservasi pemberian nutrisi pada bayi, bayi sedang
disusui oleh ibunya
3) Mengobservasi TTV pada bayi, observasi TTV telah

Pk.16.00 WITA

dilaksanakan dengan hasil ku; baik, kesadaran: compos


mentis HR: 120 x/menit, RR: 61 x/menit, S: 360C
4) Menjalankan tugas delegasi dari dokter untuk
memberikan injeksi cefotaxim 175 mg dan metil
prednisolon 10 mg per set pada bayi, injeksi telah
dilakukan, obat telah masuk dan tidak ada reaksi alergi
5) Memastikan kelancaran tetesan infuse, infuse menetes
lancar dengan dosis 6 tpm.
6) Mengobservasi suhu incubator, suhu incubator 360C dan
telah sesuai dengan suhu perawatan bayi.
7) Mengevaluasi pemberian ASI on demand oleh ibu, ibu
mengatakan telah menyusui bayinya setiap dua jam
sekali
8) Melanjutkan observasi kondisi bayi termasuk tanda-tanda
vital pada Pk.19.30-08.00 (20-11-2013) WITA, hasil
tercatat pada lembar catatan perkembangan.

24

Paraf

Tgl. 19-11-2013

S: Bayi AD umur 19 jam 20 menit, tanggal lahir 19-11-

Pk.19.30 WITA

2013, Pk. 00.10 WITA, BBL: 4000 gram, BS : 85 mg/dl


(Pk.04.00WITA), S: 360C (Pk. 16.00WITA), IVFD
Glukosa 10% dosis 6 tpm
O: KU: baik, Kesadaran: Compos Mentis,

Menyusu: +,

Muntah: -, BAB/BAK: +/+


A: Bayi AD umur 19 jam 20 menit neonatus aterm dengan
hipotermi sedang
P:
1) Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan
suami, ibu dan suami menerima dan memahami
informasi yang diberikan.
2) Memastikan kelancaran tetesan infuse, infuse menetes
lancar dengan dosis 6 tpm.
3) Mengobservasi suhu incubator, suhu incubator 360C dan
telah sesuai dengan suhu perawatan bayi.
4) Mengobservasi TTV bayi, observasi telah dilaksanakan
Pk.21.00 WITA

dengan hasil ku baik, kesadaran compos mentis, HR:


120x/menit, RR: 78 x/menit, S: 360C
5) Meminta ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya, ibu
bersedia memberikan ASI dan ibu sedang menyusui
bayinya.
6) Mengobservasi TTV pada bayi, observasi telah dilakukan
dengan hasil KU bayi baik, kesadaran: compos mentis,

Tgl. 20-11-2013
Pk. 05.00 WITA

HR: 120 x/menit, RR: 69 x/menit, S: 36,20C, Menyusu:


+, Muntah: -, BAB/BAK: +/+
7) Melanjutkan observasi kondisi bayi termasuk tanda-tanda
vital pada tanggal 20-11-2013 Pk.08.00-13.00 WITA,

Tgl. 20-11-2013

hasil tercatat pada lembar catatan perkembangan.


S: Bayi AD umur 1 hari 7 jam 50 menit, tanggal lahir 19-

Pk.08.00 WITA

11-2013, Pk. 00.10 WITA, BBL: 4000 gram, BS : 85 mg/dl


(Tgl.

19-11-2013,

Pk.04.00WITA),

S:

36,20C

(Pk.

05.00WITA), IVFD Glukosa 10% dosis 6 tpm


O: KU: baik, Kesadaran: Compos Mentis, Menyusu: +,
Muntah: -, BAB/BAK: +/+
25

A: Bayi AD umur 1 hari 7 jam 50 menit neonatus aterm


dengan hipotermi sedang
P:
1) Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan
suami, ibu dan suami menerima dan memahami
informasi yang diberikan.
2) Membersihkan badan bayi di dalam incubator dan
mengganti pakaian bayi, bayi telah dilap dan berpakaian
bersih.
3) Menjalankan

tugas

delegasi

dari

dokter

untuk

memberikan injeksi cefotaxim 175 mg dan metil


prednisolon 10 mg pada bayi per set, injeksi telah
dilakukan, obat telah masuk dan tidak ada reaksi alergi
4) Memastikan kelancaran tetesan infuse, infuse menetes
lancar dengan dosis 6 tpm.
5) Mengobservasi suhu incubator, suhu incubator 360C dan
telah sesuai dengan suhu perawatan bayi.
6) Mengobservasi TTV bayi, observasi TTV telah dilakukan
dengan hasil observasi ku baik, kesadaran compos
Pk.11.00WITA

mentis, HR: 142 x/menit, RR: 48 x/menit, S: 36,40C


7) Melanjutkan observasi kondisi bayi termasuk tanda-tanda
vital pada Pk.13.00-16.00 WITA, hasil tercatat pada

Tgl. 20-11-2013

lembar catatan perkembangan.


S: Bayi AD umur 1 hari 12 jam 50 menit, tanggal lahir 19-

Pk.13.00 WITA

11-2013, Pk. 00.10 WITA, BBL: 4000 gram, BS : 85 mg/dl


(Tgl.19-11-2013

Pk.04.00WITA),

S:

36,40C

(Pk.

11.00WITA), IVFD Glukosa 10% dosis 6 tpm


O: KU: baik, Kesadaran: Compos Mentis, , Menyusu: +,
Muntah: -, BAB/BAK: +/+
A: Bayi AD umur 1 hari 12 jam 50 menit neonatus aterm
vigerous baby dalam masa adaptasi dengan hipotermi
sedang
P:
1) Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan
suami, ibu dan suami menerima dan memahami
26

Pk.15.00 WITA

informasi yang diberikan.


2) Mengevaluasi pemberian ASI on demand oleh ibu, ibu
sedang menyusui bayinya
3) Mengobservasi TTV bayi,

Pk.16.00WITA

observasi

TTV

telah

dilaksanakan dengan hasil ku baik, kesadaran compos


mentis HR: 124 x/menit, RR: 64 x/menit, S: 36,80C
4) Menjalankan tugas delegasi dari dokter untuk
memberikan injeksi cefotaxim dengan dosis 175 mg per
set, injekksi telah dilakukan, obat telah masuk, dan reaksi
alergi negative.
5) Memastikan kelancaran tetesan infuse, infuse menetes
lancar dengan dosis 6 tpm.
S : Bayi AD umur 1 hari 16 jam 20 menit, tanggal lahir 1911-2013, Pk. 00.10 WITA, BBL: 4000 gram, BS : 85 mg/dl

Pk.16.00 WITA

(Tgl.19-11-2013 Pk.04.00WITA), IVFD Glukosa 10%


dosis 6 tpm
O: Ku baik, Kesadaran: compos mentis, HR: 124 x/menit,
RR: 64 x/menit, S: 36,80C
A : Bayi AD umur 1 hari 16 jam 20 menit neonatus aterm
vigorous baby dalam masa adaptasi dengan riwayat
hipotermi sedang
P:
1) Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan
suami, ibu dan suami menerima dan memahami
informasi yang diberikan.
2) Mengobservasi suhu incubator, suhu incubator 330C dan
telah sesuai dengan suhu perawatan bayi.
3) Melanjutkan pemantauan terhadap kondisi bayi, kondisi
bayi sementara stabil hingga pukul 19.30 WITA

27

BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil pengkajian data subjektif dan objektif

pada tanggal 19

November 2013 pukul 07.00 WITA sampai dengan tanggal 20 November 2013
pukul 19.30 WITA terhadap By NY AD diperoleh data bahwa By Ny AD
mengalami hipotermi dan memiliki riwayat hipoglikemi.
Berdasarkan data riwayat persalinan ibu, ibu mengalami ketuban pecah
dini. Yaitu pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda-tanda persalinan yang
dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu. Hal ini dapat
28

disebabakan oleh berkurangnya kekuatan membran yang diakibatkan adanya


infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks atau beberapa penyebab
lainnya. Pecahnya ketuban sebelum waktunya menyebabkan stress pada bayi.
Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang dimiliki bayi karena
terjadi peningkatan penggunaan cadangan glukosa dalam kehamilan. Hal inilah
yang menyebabkan bayi lahir dengan cadangan glukosa yang rendah
(hipoglikemi). By NY AD lahir dengan kadar gula darah kurang yaitu 38 mg/dl
(hasil laboratorium) pada Pk.00.30 WITA. Setelah diberikan asuhan berupa
pemberian terapi infuse dextrosa 10% dengan dosis 6 tpm, methyl prednisolon
dengan dosis 10 mg dan perawata di inkubator terjadi peningkatan kadar gula
darah bayi yaitu 85 mg/dl pada Pk 04.00 WITA.
Adanya riwayat hipoglikemi pada By Ny AD menjadi salah satu faktor
penyebab terjadinya penurunan suhu tubuh bayi yaitu 35,6 0C (hipotermi sedang)
pada Pk.05.00 WITA. Untuk itu diperlukan asuhan komprehensif yang bertujuan
meningkatkan suhu tubuh bayi. Asuhan yang kami lakukan adalah dengan
menginformasikan kepada ibu untuk memberikan ASI on demand kepada bayi.
Setelah diberikan ASI, bayi kembali dihangatkan di dalam inkubator. Melakukan
pemantauan suhu incubator untuk memastikan suhu incubator telah sesuai dengan
suhu perawatan bayi. Mengganti pakaian bayi yang dingin atau basah dengan
pakaian yang hangat, memakaikan topi, sarung tangan, sarung kaki, dan pengalas
yang hangat. Memeriksa kondisi bayi termasuk tanda-tanda vital bayi sesuai
waktu yang telah ditentukan yaitu pada Pk.05.00, Pk 11.00, Pk 16.00, dan Pk.
21.00 WITA. Selain itu juga menjalankan tugas delegasi dari dokter untuk
memberikan injeksi obat kepada bayi.
Setelah asuhan diberikan, Bayi mengalami perubahan kondisi suhu bayi
mengalami peningkatan menjadi 36,8 OC dan suhu tersebut masih tetap stabil
hingga pukul 19.30 WITA ( 20-11-2013 ). Setelah suhu bayi normal, dilakukan
perawatan lanjutan untuk bayi serta memantau bayi selama 12 jam dan mengukur
suhunya tiap 3 jam. Suhu bayi masih tetap dalam batas normal sampai pukul
19.30 ( 20-11-2013 ) dan bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain
yang memerlukan perawatan di rumah sakit.

29

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari kasus di atas adalah :
1. By NY AD lahir dengan kadar gula darah kurang yaitu 38 mg/dl
(hasil laboratorium) pada Pk.00.30 WITA sehingga dapat memacu
terjadinya hipotermia.
2. By NY AD di berikan asuhan berupa pemberian terapi infuse
dextrosa 10% dengan dosis 6 tpm, methyl prednisolon dengan dosis
10 mg dan perawata di inkubator terjadi peningkatan kadar gula
darah bayi yaitu 85 mg/dl pada Pk 04.00 WITA.
3. By NY AD Setelah diberikan asuhan, Bayi mengalami perubahan
kondisi suhu bayi mengalami peningkatan menjadi 36,8 OC dan
30

suhu tersebut masih tetap stabil hingga pukul 19.30 WITA ( 20-112013 ). Setelah suhu bayi normal, dilakukan perawatan lanjutan
untuk bayi serta memantau bayi selama 12 jam dan mengukur
suhunya tiap 3 jam.
B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan terkait dengan kasus yang dikaji ialah,
penulis berharap dengan adanya pemantauan berkala terhadap bayi dengan
kegawatdaruratan maka tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan dapat ikut
menyukseskan program pemerintah terkait penurunan AKB (Angka Kematian
Bayi).

31

Anda mungkin juga menyukai