PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 28 hari. Kehidupan pada
masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologis
agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari
tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3
kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan
dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan
biokimia dan faali. Dengan terpisahnya bayi dari ibu, maka terjadilah awal proses
fisiologis seperti perubahan sistem peredaran darah, saluran cerna, fungsi ginjal,
hati, sistem imunologik, dan sistem kardiovaskular.
Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan
atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali yang disebabkan oleh
prematuritas, kelainan anatomik, dan lingkungan yang kurang baik dalam
kandungan, pada persalinan maupun sesudah lahir. Masalah pada neonatus
biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa perinatal. Tidak
hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul
sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang
memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, kurangnya
perawatan bayi baru lahir.
Kematian prenatal di Indonesia merupakan kematian nomor 2 setelah
maternal, penelitian ini menunjukan bahwa lebih dari 50 % kematian bayi terjadi
dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan kurang baiknya
penanganan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian.
Misalnya sebagai akibat hipotermia pada bayi baru lahir dapat terjadi cold stress
yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia atau hipoglikemia dan
mengakibatkan kerusakan otak (Sarwono, 2007).
Gejala awal hipotermi apabila suhu tubuh di bawah norma (kurang dari
36,50C) atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Hipotermi merupakan salah
satu penyebab tersering dari kematian bayi baru lahir, terutama dengan berat
1
badan kurang dari 2,5 kg. Pada bayi yang mengalami hipotermi, tubuh dengan
cepat menggunakan energi agar tetap hangat, sehingga pada saat kedinginan bayi
memerlukan lebih banyak oksigen. Karena itu, hipotermia bisa menyebabkan
terjadinya penyempitan pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya
metabolis anerobik meningkatkan kebutuhan oksigen, berkurangnya aliran
oksigen ke jaringan yang dapat menyebabkan terjadinya asidosis metabolik
(keasaman darah), hipoglikemia atau hipoglikemia (kadar gula darah yang
rendah).
Banyak yang harus diperhatikan pada bayi baru lahir, untuk mencegah hal
yang tidak diinginkan pada bayi dalam awal-awal kehidupannya. Adaptasi dari
tubuh bayi setelah kelahirannya perlu mendapat pengawasan dan asuhan yang
tepat untuk mempertahankan kondisi bayi tetap dalam batas normal. Pada bayi
yang setelah kelahirannya mengalami penurunan kondisi, diperlukan pengawasan
dan asuhan yang lebih komprehensif untuk meningkatkan kondisi bayi tersebut.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai antara lain:
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
khususnya asuhan pada kasus patologis dimana disini dikaji bayi dengan
hipotermi, di Ruang Perinatologi RSUD Sanjiwani Gianyar.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan hasil pengkajian asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
khususnya asuhan 11 jam bayi baru lahir
b. Menggambarkan hasil analisa data asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
khususnya asuhan 11 jam bayi baru lahir
c. Mengidentifikasi diagnosa kebidanan pada bayi baru lahir khususnya
asuhan 11 jam bayi baru lahir
d. Merencanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir khususnya asuhan
11 jam bayi baru lahir
e. Menggambarkan hasil implementasi dan evaluasi pada bayi baru lahir
khususnya asuhan 11 jam bayi baru lahir
C. Sistematika Penulisan
Laporan ini terdiri atas 5 bab, dimana bab I merupakan pendahuluan yang
terdiri atas latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
Selanjutnya bab II merupakan kajian pustaka, bab III ialah tinjauan kasus, bab IV
pembahasan dan bab V penutup yang meliputi simpulan dan saran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Asuhan Bayi Baru Lahir
1. Konsep Dasar Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah
Neonatus merupakan masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari)
sesudah kelahiran. Neonatus terdiri atas neonatus dini (usia 0-7 hari) dan neonatus
lanjut (usia 7-28 hari). Bayi adalah masa sejak 28 hari sampai umur 12 bulan
(menurut psikologis sampai umur 18/24 bulan). Balita (bawah lima tahun) ialah
masa umur 3-5 tahun/36-60 bulan dan ini merupakan
setelah bayi sebelum anak awal. Anak prasekolah adalah anak pada rentang usia
5-6 tahun, usia ini merupakan usia dimana anak belum memasuki usia sekolah.
Lingkup asuhan neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Berat badan neonatus pada saat kelahiran, ditimbang dalam waktu satu jam
sesudah lahir:
a.
b.
c.
d.
UK 37-42 minggu
BBL 2500-4000 gram
Mampu melewati masa transisi (AS 7-10)
Tanpa kelainan kongenital
BB 2500-4000 g
PB 48-52 cm
LD 30-38 cm
LK 33-35 cm
HR 120-160 kali/menit
Pernafasan 40-60 kali/menit
Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup
Rambut lanugo tdk terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
Kuku agak panjang dan lemas
Genetalia :
Perempuan ; labia mayor sudah menutup labia minor
Laki-laki; testis sudah turun, skrotum sdh ada
o. Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dg baik
p. Reflek morrow dan graps sudah baik
q. Eliminasi baik, mekonium keluar dlm 24 jam pertama
Perilaku BBL
a. Periode I transisi (fase I reatifitas): 0-30 menit, HR dan pernafasan
meningkat masih dalam batas normal, kadang rales dan ronchi terlihat,
akral kebiruan, dan bayi terjaga siap menyusui.
b. Periode II transisi: 30 menitt-2 jam, bayi tertidur, fase pemulihan dari
proses persalinan yang traumatic, HR <140 x/mt, dan Px fisik lengkap dan
memandikan ditunda sampai kondisi stabil
c. Periode III transisi (fase II adaptasi): 2-6 jam, bayi terjaga, HR tidak stabil,
aliran darah meningkat, dan bayi siap menyusui.
2. Perubahan-Perubahan yang Segera Terjadi Sesudah Kelahiran
a. Perubahan metabolisme karbohidrat
Dalam waktu 2 jam setelah lahir kadar gula darah tali pusat akan menurun,
energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir
diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar gula darah dapat
mencapai 120 Mg/100 museum Lampung. Bila ada gangguan metabolisme akan
lemah. Sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus maka kemungkinan
besar bayi akan menderita hipoglikemia.
b. Perubahan suhu tubuh
5
Ketika bayi baru lahir, bayi berasa pada suhu lingkungan yang > rendah
dari suhu di dalam rahim. Apabila bayi dibiarkan dalam suhu kamar maka akan
kehilangan panas mil konveksi. Evaporasi sebanyak 200 kal/kg/BB/menit.
Sedangkan produksi yang dihasilkan tubuh bayi hanya 1/100 nya, keadaan ini
menyebabkan penurunan suhu bayi sebanyak 20C dalam waktu 15 menit. Akibat
suhu yang rendah metabolisme jaringan meningkat dan kebutuhan O2 pun
meningkat.
c. Perubahan pernafasan
Selama dalam rahim ibu janin mendapat O2 dari pertukaran gas mill
plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas melalui paru-paru bayi. Rangsangan
gas melalui paru-paru untuk gerakan pernafasan pertama.
1) Tekanan mekanik dari toraks pada saat melewati janin lahir.
2) Menurun kadar pH O2 dan meningkat kadar pH CO2 merangsang
kemoreseptor karohd.
3) Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang, permukaan gerakan
pinafasa.
4) Pernafasan pertama pada BBL normal dalam waktu 30 detik setelah
persalinan. Dimana tekanan rongga dada bayi pada melalui jalan lahir
mengakibatkan cairan paru-paru kehilangan 1/3 dari jumlah cairan
tersebut. Sehingga cairan yang hilang tersebut diganti dengan udara. Paruparu mengembang menyebabkan rongga dada troboli pada bentuk semula,
jumlah cairan paru-paru pada bayi normal 80 - 100 museum Lampung.
d. Perubahan struktur
Dengan berkembangnya paru-paru mengakibatkan tekanan O2 meningkat
tekanan CO2 menurun. Hal ini mengakibatkan turunnya resistensi pembuluh
darah paru-paru sebagian sehingga aliran darah ke pembuluh darah tersebut
meningkat. Hal ini menyebabkan darah dari arteri pulmonalis mengalir ke
paru-paru dan duktus arteriosus menutup. Dan menciutnya arteri dan vena
umbilikasis kemudian tali pusat dipotong sehingga aliran darah dari plasenta
melalui vena cava inverior dan foramen oval atrium kiri terhenti sirkulasi
darah bayi sekarang berubah menjadi seperti semula.
e. Perubahaan lain
Alat-alat pencernaan, hati, ginjal dan alat-alat lain mulai berfungsi.
6
b)
2)
Dorong ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah siap (dengan
menunjukkan refleks rooting) jangan paksa bayi untuk menyusu.
Denyut jantung
Tidak ada
>100
7
(pulse)
Usaha nafas
(respisration)
Tidak ada
Lambat, tidak
teratur
Menangis dengan
keras
Lemah
Fleksi pada
ekstremitas
Gerakan aktif
Kepekaan reflek
(gremace)
Tidak ada
Merintih
Menangis kuat
Warna (apperence)
Biru
pucat
Tubuh merah
muda,
ekstremitas biru
Seluruhnya merah
muda
kekeliruan
di
kemudian
hari.
Adapun
prinsip-prinsip
penggunaan alat pengenal ialah, kebal terhadap air, memiliki tepi yang
halus, tidak mudah sobek dan lepas dan tercantum nama bayi dan ibunya,
tanggal lahir, jenis kelamin dan unit.
5) Perawatan Mata
Bertujuan untuk mencegah terjadinya oftalmia neonatorum. Pemberian
obat mata yakni berupa obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1%
dianjurkan untuk mencegah penyakit mata oleh karena ibu yang
mengalami IMS.
6) Pemberian Injeksi Vit.K
Pemberian injeksi dilakukan dengan tujuan untuk mencegah perdarahan
karena defisiensi vitamin K .Vit. K diberi secara injeksi 1 mg IM setelah 1
jam kontak ke kulit dan bayi selesai menyusu untuk mencegah perdarahan
7) Bounding Attachment
Merupakan suatu prose yang menghasilkan interaksi , dimana bersifat
terus menerus dan melibatkan bayi dan orang tua dimana dimainkan secara
aktif oleh kedua pihak.juga dapat dikatakan sebagai hubungan yang
bersifat saling mencintai dan mantap. Bonding attachment memberikan
keduanya pemenuhan emosional, percaya diri, stabilitas. Hubungan ini
bersifat saling membutuhkan.
8) Penimbangan Berat Badan Bayi
9) Merawat Tali Pusat
a) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5% untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh
lainnya.
b) Bilas tangan dengan air matang / desinfeksi tingkat tinggi.
c) Keringkan tangan tersebut dengan handuk / kain bersih dan kering.
d) Ikat puntung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan
menggunakan benang diinfeksi tingkat tinggi / klem plastik tali pusat.
9
c. Memandikan bayi
Bayi harus selalu dijaga agar tetap bersih, hangat, dan kering.
Memandikan bayi sebaiknya ditunda sampai 6 jam kelahiran. Hal ini
dimaksudkan agar bayi tidak hipotermi. Selain itu juga meminimalkan
resiko infeksi. Prinsip yang perlu diperhatikan pada saat memandikan bayi
antara lain :
1) Menjaga bayi agar tetap hangat
2) Menjaga bayi agar tetap aman dan selamat
3) Suhu air tidak boleh terlalu panas atau terlalu dingin
d. Memberi Minum/Menyusui pada Bayi
Pada bayi sebaiknya masih diberi ASI eksklusif sampai ia berumur 6
bulan. ASI eksklusif artinya, bayi hanya diberi ASI saja tanpa makanan
tambahan selama 6 bulan tersebut.
e.
Menyendawakan Bayi
Menyendawakan
bayi
penting
dilakukan
dan
berfungsi
untuk
mengeluarkan udara yang ada di dalam perut bayi atau agar tidak
kembung. Biasanya udara masuk ke perut bayi bersamaan ketika bayi
menyusu.Makin banyak udara yang masuk, semakin kembunglah perut
bayi. Akibatnya bayi merasa tidak nyaman dan akan menyebabkan rewel.
f. Pijat Bayi
Bayi akan merasakan kasih sayang dan kelembutan dari orang tua saat
dipijat. Sentuhan hangat dari tangan dan jari orang tua bisa membuat bayi
merasakan pernyataan kasih sayang orang tua, selain itu :
1) Menguatkan otot
2) Pijatan terhadap bayi sangat bagus untuk menguatkan otot bayi.
3) Membuat bayi lebih sehat
4) Memijat bayi bisa memerlancar sistem peredaran darah, membantu
proses pencernaan bayi, dan juga memerbaiki pernapasan bayi. Bahkan
memijat bayi bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh si bayi.
5) Membantu pertumbuhan
11
kita
mesti
mewaspadainya
karena
ini merupakan
gejala
awal
hipotermia.Bila suhu bayi 32 <36,5 derajat Celsius ini biasa disebut hipotermi
sedang. Bila suhu < 32 derajat Celcius biasa disebut hipotermi berat, pada
hipotermi berat ini biasanya diperlukan termometer ukuran rendah yang dapat
mengukur sampai 25 derajat Celsius.
Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir : (Wiknjosastro,1994)
a. Radiasi
12
b. Epavorasi : karena penguapan cairan yang melekat pada kulit. Contoh : air
ketuban pada bayi baru lahir tidak cepat dikeringkan.
c. Konduksi : panas tubuh di ambil oleh suatu permukaan yang melekat di
tubuh. Contoh : pakaian bayi yang basah tidak cepat dig anti.
d. Konveksi : penguapan dari tubuh ke udara. Contoh : angin dari tubuh bayi
baru lahir.
2. Klasifikasi Hipotermi
Beberapa jenis hipotermia, yaitu:
a. Accidental hypothermia terjadi ketika suhu tubuh inti menurun hingga
<35c.>
b. Primary accidental hypothermia merupakan hasil dari paparan langsung
(seluruh tubuh) yan serius. sebagian besar terjadi pada musin di usim dingin
(salju) dan iklim dingin.
Berdasarkan kejadianya kejadiannya hipotermia pada bayi baru lahir
dibedakan menjadi tiga bagian yaitu:
a. Hipotermia Akut
Terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6 -12 jam.
Umumnya terjadi pada bayi yang lahir di ruang bersalin yang dingin, inkubator
yang tidak cukup panas, kelainan terhadap bayi yang akan lahir, misalnya diduga
mati dalam kandungan tetapi ternyata masih hidup. Gejalanya biasanya lemah,
gelisah, pernapasan dan bunyi jantung lambat serta kedua kaki dingin. Langkah
awal yang harus dilakukan adalah dengan cara memasukkan bayi ke dalam
inkubator yang suhunya telah di atur menurut kebutuhan bayi dan dalam keadaan
telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti.
b. Hipotermia Sepitas
Merupakan penurunan suhu tubuh 1 -2 derajat celcius sesudah lahir. Suhu
tubuh akan menjadi normal kembali sesudah bayi berumur 4 8 jam, bila suhu
lingkungan diatur sebaik-baiknya.
c. Hipotermia Sekunder
Penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh suhu lingkungan yang
dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, sindrom gangguan pernapasan dengan
13
Biasanya terjadi pada bayi yang terlalu lama dalam ruangan dingin (lebih
dari 12 jam). Gejalanya adalah lemah, tidak mau minum, badan dingin, suhu
berkisar antara 29,5 35 derajat celsius, tak banyak bergerak, edema, serta
kemerahan pada tangan, kaki, dan muka seolah-olah bayi dalam keadaan sehat;
pengerasan jaringan subkutis. Bayi seperti ini sering mengalami komplikasi
infeksi, hipoglikemia, dan perdarahan. Pengobatan bisa dilakukan dengan
memanaskan secara perlahan-lahan, pemberian antibiotik, pemberian larutan
glukosa 10 persen, dan kartikosteroid.
3. Penyebab dan Resiko Hipotermi
Penyebab utama terjadinya hipotermia pada bayi adalah kurang
pengetahuan cara kehilangan panas dari tubuh bayi dan pentingnya mengeringkan
bayi secepat mungkin (Dep.kes RI, 1992). Berikut penyebab terjadinya penurunan
suhu tubuh pada bayi baru lahir :
a.
Ketika bayi baru lahir tidak segera dibersihkan, terlalu cepat dimandikan,
tidak segera diberi pakaian, tutup kepala, dan dibungkus, diletakkan pada
ruangan yang dingin, tidak segera didekapkan pada ibunya, dipisahkan dari
ibunya, tidak segera disusui ibunya.
b.
Bayi berat lahir rendah yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2,5
kg atau bayi dengaan lingkar lengan kurang dari 9,5 cm atau bayi dengan
tanda-tanda otot lembek, kulit kerput.
c.
Bayi lahir sakit seperti asfiksia, infeksi sepsis dan sakit berat.
d.
e.
f.
g.
14
h.
lingkungan, syok, infeksi, gangguang endokrin metabolic, kurang gizi, obatobatan, dan perubahan cuaca.
Resiko untuk terjadinya hipotermia: (Dep.kes RI, 1992)
a.
Perawatan yang kurang tepat setelah bayi baru lahir
b.
Bayi di pisahkan dari ibunya segera setelah lahir
c.
Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan premature
d. Tempat melahirkan yang dingin (putus rantai hangat)
e.
Bayi asfiksi, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis, sindrom dengn
pernafasan, hipoglikemia perdarahan intra cranial.
4. Penilaian Hipotermi Bayi Baru Lahir
Gejala hipotermia yang ditimbulkan akibat hipotermia pada bayi adalah:
a.
Kaki dan tangan bayi teraba lebih dingin dibandingkan dengan bagian
dada
b.
c.
d.
Tangisan lemah
e.
f.
Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit bayi
mengeras (sklerema).
Tanda tanda hipotermia sedang adalah aktifitas berkurang (letargis),
15
memandikan
bayi
bari
lahir
sampai
tubuh
bayi
stabil
Pada bayi baru lahir sehat yaitu lahir cukup bylan, berat > 2500 gram,
langsung menangis kuat, maka memandikan bayi ditunda 24 jam setelah
2)
kelahiran.
Pada bayi baru lahir dengan resiko, keadaan bayi lemah atau bayi dengan
berta lahir < 2500 gram, sebaiknya bayi jangan di mandikan di tunda
beberapa hari sampai keadaan umum membaik yaitu bila suhu tubuh bayi
stabil, bayi sudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan baik.
(Dep.kes RI, 1992)
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN
PADA BY NY DA UMUR 11 JAM NEONATUS ATERM
VIGOROUS BABY DALAM MASA ADAPTASI DENGAN HIPOTERMI
SEDANG
18
By Ny DA
11 jam / 19 november 2013/pk 00.10 Wita
Perempuan
Dua
Anak Kandung
ORANG TUA
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Nama
:
Umur
:
Agama
:
Pendidikan
:
Pekerjaan
:
Status Perkawinan :
Alamat
:
IBU
Ny AD
25 tahun
Hindu
SMP
Tidak bekerja
Sah
Br. Sidan gianyar
SUAMI
Tn KT
27 tahun
Hindu
SMP
Swasta( Tukang Gas)
Sah
Br. Sidan gianyar
19
1. Persalinan ini ditolong oleh dokter dan bidan dan tempat lahir di
Ruang Kunti RSUD Sanjiwani Gianyar.
2. Kala I selama 8 jam dengan KPD, kala II selama 10 menit tanpa
penyulit dan komplikasi, jenis persalinan spontan belakang kepala.
Bayi lahir pukul 00.10 WITA tanggal 19 November 2013. Jenis
kelamin perempuan, keadaan saat lahir gerak aktif, bayi menangis
kuat, dan kulit kemerahan.
E. Riwayat Postnatal
1. Bayi lahir pukul 00.10 Wita pada tanggal 19 November 2013. Dengan
berat lahir 4000 gram, bayi lahir secara spontan belakang kepala, jenis
kelamin perempuan. Suhu bayi 36,5
x/mnt, BAB/BAK : - / + .
APGAR skor saat lahir 8-9. Tidak dilakukan IMD ( Inisiasi Menyusu
Dini) karena terjadi KPD. Bayi mengalami Hipoglikemi (BS: 38 mg/dl
(00.30 WITA)). Tidak terjadi rooming in karena bayi mendapatkan
perawatan intensif berupa perawatan incubator diruang perinatologi
dan dilakukan pemasangan infuse dextrose 10% 6 tetes/menit.
2. Asuhan bayi setelah 1 jam
Gerak/aktifitas aktif, warna kulit kemerahan, tidak ada turgor, HR :
120x/mnt RR: 40x/mnt S: 36,50C
: baik
Gerak/ aktifitas
: aktif
Tangis
: kuat
Warna kulit
: kemerahan
Turgor
: tidak ada
HR
: 120 x/menit
RR
:40 x/menit
: 35,20C
BB
: 4000 gram
20
PB
: 52 cm
LK
: 36 cm
LD
: 36 cm
Kepala
terdapat
cepal
hematoma
dan
caput
sucedanium .
Wajah
Mata
:simetris,
reflex
glabella
positive,
tidak
ada
Mulut
Telinga
Leher
Dada
Abdomen
Punggung
Genitalia
21
Ekstremitas (kaki) : warna merah muda, simetris, jumlah jari ada 10,
gerak aktif, reflex babyski positive, reflex steping
positive dan tidak ada kelainan.
Menjalankan tugas delegasi dari dokter untuk memberikan bayi injeksi
per set pada pukul 08.00 WITA, telah dilakukan injeksi cefotaxime 175
mg dan metil prednisolon 10 mg dan tidak terjadi reaksi alergi.
Kemudian bayi dilap di dalam incubator dan diganti pakaiannya. Pada
pukul 09.00 WITA bayi diberikan ASI oleh ibunya.
F. Riwayat Bio-Psiko-Spiritual
1. Biologi
Pernafasan bayi tidak mengalami gangguan, bayi menyusui secara On
Demand dan tidak terdapat keluhan. Bayi BAK 1x dengan warna
kuning jernih,bau khas. Bayi BAB 1x warna kehitaman,konsistensi
lembek. Bayi istirahat 8 jam, aktifitas dan pergerakan aktif.
2. Psikologis
Orang tua dan keluarga menerima dan mendukung dengan kelahiran
bayi.
3. Sosial
Dalam keluarga pengambilan keputusan dilakukan oleh suami dan
istri. Tidak terdapat kebiasaan dalam keluarga yang mempengaruhi
kesehatan anak,seperti: merokok, mengkonsumsi NAPZA dll.
Pola asuh anak secara demokratis. Tidak terdapat sibling rivalry dan
tidak terdapat spiritual dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
anak.
G. Pengetahuan Orang Tua
Ibu belum mengetahui tentang:
1. Posisi menyusui dan pelekatan yang benar
DATA OBJEKTIF
A. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Gerak/ aktifitas
: baik
: aktif
22
Tangis
Warna kulit
Turgor
HR
RR
S
: kuat
: kemerahan
: tidak ada
: 118 x/menit
:40 x/menit
: 35,90C
BAK/BAB
: +/+
B. Bounding attachment
: Tidak ada.
ANALISA
Bayi usia 11 jam, neonatus aterm vigorous baby dalam masa adaptasi dengan
hipotermi sedang
PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami, ibu dan
suami mengerti dan menerima hasil pemeriksaan yang disampaikan.
2. Mngobservasi suhu incubator, suhu incubator 360C dan sudah sesuai
dengan suhu perawatan bayi.
3. Membimbing ibu tentang posisi menyusui dan pelekatan yang benar, ibu
memahami dan sudah mampu melakukan sendiri tanpa bimbingan.
4. Menginformasikan kepada ibu untuk memberikan ASI secara On Demand
kepada bayinya. Bayi telah diberikan ASI dan bayi menyusui secara aktif.
5. Melanjutkan observasi kondisi bayi termasuk tanda-tanda vital pada pukul
13.00-19.30 WITA, hasil observasi tercatat dalam lembar catatan
perkembangan.
CATATAN PERKEMBANGAN
23
Tanggal/Waktu
Tgl. 19-11-2013
Penatalaksanaan
S: Bayi AD umur 12 jam 50 menit, tanggal lahir 19-11-
Pk.13.00 WITA
Pk.16.00 WITA
24
Paraf
Tgl. 19-11-2013
Pk.19.30 WITA
Menyusu: +,
Tgl. 20-11-2013
Pk. 05.00 WITA
Tgl. 20-11-2013
Pk.08.00 WITA
19-11-2013,
Pk.04.00WITA),
S:
36,20C
(Pk.
tugas
delegasi
dari
dokter
untuk
Tgl. 20-11-2013
Pk.13.00 WITA
Pk.04.00WITA),
S:
36,40C
(Pk.
Pk.15.00 WITA
Pk.16.00WITA
observasi
TTV
telah
Pk.16.00 WITA
27
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil pengkajian data subjektif dan objektif
pada tanggal 19
November 2013 pukul 07.00 WITA sampai dengan tanggal 20 November 2013
pukul 19.30 WITA terhadap By NY AD diperoleh data bahwa By Ny AD
mengalami hipotermi dan memiliki riwayat hipoglikemi.
Berdasarkan data riwayat persalinan ibu, ibu mengalami ketuban pecah
dini. Yaitu pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda-tanda persalinan yang
dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu. Hal ini dapat
28
29
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari kasus di atas adalah :
1. By NY AD lahir dengan kadar gula darah kurang yaitu 38 mg/dl
(hasil laboratorium) pada Pk.00.30 WITA sehingga dapat memacu
terjadinya hipotermia.
2. By NY AD di berikan asuhan berupa pemberian terapi infuse
dextrosa 10% dengan dosis 6 tpm, methyl prednisolon dengan dosis
10 mg dan perawata di inkubator terjadi peningkatan kadar gula
darah bayi yaitu 85 mg/dl pada Pk 04.00 WITA.
3. By NY AD Setelah diberikan asuhan, Bayi mengalami perubahan
kondisi suhu bayi mengalami peningkatan menjadi 36,8 OC dan
30
suhu tersebut masih tetap stabil hingga pukul 19.30 WITA ( 20-112013 ). Setelah suhu bayi normal, dilakukan perawatan lanjutan
untuk bayi serta memantau bayi selama 12 jam dan mengukur
suhunya tiap 3 jam.
B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan terkait dengan kasus yang dikaji ialah,
penulis berharap dengan adanya pemantauan berkala terhadap bayi dengan
kegawatdaruratan maka tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan dapat ikut
menyukseskan program pemerintah terkait penurunan AKB (Angka Kematian
Bayi).
31