Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Bencana alam

pada dasarnya

adalah

kondisi

dimana

terjadi

gangguan pada kestabilan alam dan berdampak pada aktivitas dalam


ruang. Dampak langsung yang ditimbulkan dari terjadinya bencana alam
umumnya bersifat merugikan (negatif), meskipun secara tidak langsung
bencana alam juga seringkali memberikan dampak positif. Dalam konteks
pembangunan wilayah dan kota, dampak langsung dari bencana alam perlu
menjadi fokus pertimbangan dilakukannya perencanaan dan pembangunan,
tidak dapat semata-mata hanya memberatkan pada aspek ekonomi saja.
Sekitar 5 juta penduduk di Indonesia tinggal pada kawasan rawan
bencana gunung berapi (PVMBG, 2007), termasuk diantaranya penduduk
Kabupaten Magelang yang tinggal di daerah rawan bencana Gunung Merapi.
Adanya letusan Gunung Merapi yang telah terjadi nyatanya tidak membuat
masyarakat menjauhi Gunung Merapi. Berbagai alasan mendasari keyakinan
masyarakat untuk tetap tinggal di kawasan sekitarnya, antara lain karena
mata pencaharian yang telah memberikan penghidupan hingga saat ini.
Kawasan sekitar Merapi memiliki potensi yang sangat besar bagi
modal kehidupan masyarakat, seperti potensi pertanian, pertambangan,
serta perdagangan dan jasa. Adanya berbagai potensi tersebut menjadikan
masyarakat dapat beradaptasi. Ketika kondisi normal, masyarakat bertani
dan menjual komoditasnya di wilayah Muntilan hingga lingkup regional.
Sedangkan pada pasca erupsi Merapi, mata pencaharian masyarakat beralih
ke

penambangan

pasir.

Dengan

kemampuan

beradaptasi

tersebut

menyebabkan masyarakat mau untuk tetap tinggal meskipun dalam


ancaman bencana.
Pola kehidupan dan aktivitas masyarakat baik permukiman maupun
perdagangan jasa memiliki karakteristik yang unik. Pola permukiman yang
berkembang di kawasan Merapi bervariasi, mulai dari mengelompok,
menyebar,

dan

linier

mengikuti

jaringan

jalan.

Bangunan-bangunan

permukiman tumbuh secara anorganik. Sedangkan pola perdagangan dan


jasa berkembang di sepanjang koridor jalan nasional. Jenisnya meliputi

Studio Manajemen Pembangunan Kota Tahun 2014 | I-1

perdagangan dan jasa umum serta perdagangan dan jasa penunjang


pariwisata.
Terkait dengan pola-pola aktivitas tersebut, masyarakat memiliki nilai
lokal (local value) yang turut mempengaruhi pola tersebut. Nilai lokal
tersebut dapat terlihat pada beberapa wilayah di kawasan Merapi, meliputi
Kecamatan Srumbung, Salam, dan Muntilan. Untuk aktivitas perdagangan
dan jasa berada di Kecamatan Salam dan Muntilan. Sedangkan aktivitas
permukiman berada di Srumbung dan Salam, nilai lokal ditunjukan dari
kuatnya keinginan masyarakat untuk tetap tinggal dan beraktivitas disana.
Masyarakat justru merasa tidak nyaman berada di pengungsian karena
khawatir akan kondisi di rumah yang ditinggalkan. Padahal dalam kondisi
tersebut, mengungsi memang pilihan satu-satunya mengingat akan sangat
berbahaya jika masyarakat tetap bertahan dalam tempat tinggalnya karena
kekuatan erupsi dapat menyababkan kerusakan bangunan rumah dan
mengancam keselamatan jiwa masyarakat.
Seperti yang banyak diketahui oleh khalayak umum, pada tahun 2010
terjadi letusan Gunung Merapi yang memberikan kerugian besar bagi
Pemerintah maupun masyarakat. Erupsi Merapi mengakibatkan lahar dingin
yang mengalir melalui sungai-sungai yang berhulu di Merapi, diantaranya
adalah Sungai Putih berkecepatan tinggi dan meluap (Republika, 2010).
Dampak

dari

letusan

Gunung

Merapi

tersebut,

aktivitas

bermukim

masyarakat yang berada pada radius bencana terpaksa harus dipindahkan


ke lokasi yang lebih aman, diantaranya adalah penduduk di Kecamatan
Srumbung dan Kecamatan Salam Kabupaten Magelang yang hampir terisolir
karena terputusnya jembatan penghubung akibat terjangan lahar Merapi di
Sungai Putih (Bisnis.com, 2012). Sejumlah rumah di Kabupaten Magelang
rusak yang terdiri atas 106 hanyut, 323 rusak berat, 105 rusak sedang, 91
rusak ringan, dan 11 rumah terancam, dengan kondisi terparah berada di
Kecamatan Salam (lensaindonesia, 2011).
Tabel I.1
Dampak Bencana Merapi Terhadap Penduduk di Kecamatan Salam Tahun
2010
No
.

Desa

Korban
Jiwa

Pengung
si (Org)

Kerusakan Rumah (unit)


Robo
Rusak
Rusa Rusak
h
Berat
k
Ringa
Seda
n

Studio Manajemen Pembangunan Kota Tahun 2014 | I-2

1.
2.
3.
4.
5.

Sirahan
Sucen
Seloboro
Jumoyo
Gulon

1
-

1
68
1.005
1.005

11
54
-

ng
7
5
-

58
4
2
36
4

2
-

Sumber: Data BNPB, 2011 dalam Sosiokonsepsia Vol.17, No.02 Tahun 2012

Nilai

lokal

masyarakat

dalam

aktivitas

perdagangan

dan

jasa

ditunjukkan dengan prinsip masyarakat untuk membelanjakan uangnya di


dalam wilayah Kabupaten Magelang. Untuk pemenuhan kebutuhan seharihari, masyarakat berbelanja kebutuhan sehari-hari skala kecil di toko
sembako terdekat di sekitarnya. Sedangkan untuk kebutuhan dalam skala
besar, masyarakat mengakses dari Muntilan. Wilayah Muntilan melayani
perdagangan dan jasa untuk wilayahnya sendiri dan wilayah-wilayah di
sekitarnya.

Namun

ketika

terjadi

erupsi

Merapi,

struktur

aktivitas

perdagangan dan jasa menjadi terganggu. Wilayah Muntilan sebagai pusat


perdagangan dan jasa mengalami kelumpuhan (Tempo.co, 2010). Pasokan
barang ke Pasar Muntilan terhambat lumpur dan abu sehingga masyarakat
yang tidak berada di pengungsian kesulitan untuk mengakses kebutuhan
sehari-hari. Akibat dari kelangkaan kebutuhan pokok di pasaran, harga
kebutuhan pokok menjadi meningkat, sedangkan masyarakat sedang
dihadapkan

dengan

lumpuhnya

sebagian

aktivitas

ekonomi

yang

mempengaruhi pendapatan masyarakat.


Kondisi yang telah dijelaskan terkait dengan aktivtas permukiman
serta perdagangan jasa di atas menunjukkan adanya kerentanan pada
kedua aktivitas tersebut baik dari aspek fisik, sosial, maupun ekonomi
masyarakat. Dengan adanya kerentanan tersebut, maka diperlukan upaya
mitigatif yang dapat menekan resiko terjadinya bencana Gunung Merapi.
Untuk aktivitas permukiman, upaya mitigatif bertujuan untuk menekan
korban jiwa yang jatuh akibat erupsi Merapi dan meningkatkan ketahanan
masyarakat. Sedangkan untuk aktivitas perdagangan dan jasa, upaya
mitigatif bertujuan untuk tetap dapat memberikan pelayanan akses
masyarakat terhadap kebutuhan sehari-hari ketika terjadi erupsi Merapi.
Oleh karena itu, pelaksanaan studi ini akan difokuskan untuk mengkaji
aktivitas pra bencana, tanggap darurat, serta pasca bencana terkait dengan
kerentanan akibat bencana Gunung Merapi.

Studio Manajemen Pembangunan Kota Tahun 2014 | I-3

1.2.

Rumusan Masalah

Bencana alam pada dasarnya menjadi fenomena yang menjadi


tantangan dalam pembangunan wilayah dan kota. Namun pada sisi lain,
bencana

alam

juga

seringkali

diangap

sebagai

sumber

rejeki

dan

penghidupan bagi masyarakat di sekitarnya. Hal tersebut terjadi di


Kabupaten Magelang, yakni di sekitar kawasan Gunung Merapi. Erupsi
Gunung Merapi yang terjadi tahun 2010 cukup memberikan banyak
perubahan pada berbagai aktivitas masyarakat. Bencana erupsi Gunung
Merapi telah menyebabkan berubahnya struktur aktivitas masyarakat,
terutama pada aktivitas permukiman serta perdagangan dan jasa.
1.2.1.

Sektor Permukiman

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di Cincin Api


Pasifik (Pacific Ring Of Fire) pada wilayah timur laut sekaligus rangkaian
pegunungan Sabuk Alpen (Alpide Belt) yang ada di wilayah bagian selatan
dan barat. Indonesia juga terletak di area pertemuan 3 (tiga) lempeng
tektonik dunia yang aktif, yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia
dan Lempeng Pasifik yang menjadi pemicu terjadinya gempa-gempa bumi
tektonik. Letak negara ini membuat Indonesia kaya akan gunung api, dan
banyak masyarakat menempati daerah yang terdapat di sekitar tubuh
gunungapi. Daerah tersebut pada umumnya mempunyai daya tarik dalam
rupa, tanah yang subur untuk bercocok tanam, mata air dan pemandangan
yang indah, sehingga masyarakat senang tinggal dan beraktivitas di wilayah
tersebut. Hingga kini tercatat sekitar 5 juta orang yang tinggal di wilayah
sekitar tubuh gunungapi (PVMBG, 2007 dalam YP2SU, 2014). Salah satunya
adalah pada kawasan Gunung Merapi Kabupaten Magelang, seperti di
Kecamatan Srumbung dan Kecamatan Salam.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Kecamatan Srumbung dan
Kecamatan Salam menjadi dua lokasi terdampak bencana lahar dingin
Merapi melalui aliran Sungai Putih yang terakhir terjadi pada tahun 2010
hingga 2011. Beberapa permasalahan yang muncul antara lain:
a. Bahaya

erupsi

dan

banjir

lahar

dingin

Merapi

yang

senantiasa

mengancam kehidupan masyarakat di kawasan rawan bencana (KRB)


Merapi.
b. Permukiman Kecamatan Srumbung berada pada KRB III, KRB II dan KRB I
yang merupakan daerah rawan akan bencana dan terjadinya erupsi

Studio Manajemen Pembangunan Kota Tahun 2014 | I-4

Merapi mengakibatkan rumah, mata pencaharian penduduk dan lahan


pertanian yang ada pada KRB III rusak parah. Membutuhkan waktu lama
untuk mengembalikan dampak bencana tersebut seperti fungsi semula.
c. Permukiman Salam sebagai daerah hilir Sungai Putih dan beberapa aliran
sungai lain membuat permukiman di daerah sekitar sungai pada
khususnya seperti di Desa Jumoyo, Gulon, Seloboro dan Sirahan rusak
parah dan menelan korban jiwa hingga saat ini terdapat sebutan dusun
mati (karena hunian rusak diterjang banjir lahar).
d. Rendahnya pengelolaan resiko bencana berbasis komunitas/ masyarakat
(PRBBK) sehingga tanggap bencana masih kurang optimal.
e. Manajemen pengelolaan pendekatan bencana yang masih belum optimal,
baik dalam mitigasi, ketika kondisi darurat, maupun pasca bencana.
f.

Sebagian besar penduduk telah hidup lama dan melakukan aktivitas


berdampingan dengan Merapi, serta menggantungkan hidup pada sektor
pertanian yang selalu terancam bahaya erupsi Merapi (material erupsi
menutup lahan pertanian dan permukiman).

g. Berkaca pada kejadian tahun 2010 2011, hampir seluruh penduduk


Kecamatan Srumbung dan Salam mengungsi dengan kondisi prasarana
dan sarana penunjang yang sangat minim, diantaranya sistem sanitasi,
penyediaan air bersih, persampahan, dan fasilitas umum lainnya yang
sangat buruk/ kurang layak.
h. Permukiman

penduduk

pasca

erupsi

digunakan

sebagai

lahan

penambangan yang merusak sistem transportasi/ jaringan jalan yang


ada. Jaringan jalan ini juga menjadi prasarana mitigasi yaitu jalur
evakuasi bencana yang apabila terjadi kerusakan dan bencana datang
dapat menghambat proses mitigasi dan evakuasi.

1.2.2.

Sektor Perdagangan Jasa

Sebagai hal yang masih berkaitan dengan isu yang terjadi pada
aktivitas permukiman, aktivitas dan jasa juga merupakan aktivitas yang
terdampak oleh erupsi Gunung Merapi. Terjadinya erupsi Gunung Merapi
menyebabkan berubahnya struktur aktivitas perdagangan dan jasa pada
daerah terdampak, yakni Koridor Muntilan dan Koridor Salam. Pada kondisi
normal, masyarakat dari Kecamatan Salam dan Kecamatan Srumbung juga
memenuhi kebutuhan sehari-hari di Koridor Muntilan. Namun pada saat

Studio Manajemen Pembangunan Kota Tahun 2014 | I-5

terjadi erupsi, aktivitas perdagangan dan jasa pokok di Koridor Muntilan


mengalami kelumpuhan. Berikut beberapa isu yang ditemukan di lapangan
terkait dengan aktivitas perdagangan dan jasa:
a. Pasokan barang yang diperjualbelikan di Koridor Muntilan merupakan
produk lokal dari beberapa wilayah di Kabupaten Magelang, terdapat di
dalamnya adalah produk pertanian dari Kecamatan Salam dan Srumbung
b. Erupsi Gunung Merapi menyebabkan hasil pertanian di Kecamatan
Srumbung

dan

Kecamatan

Salam

rusak

sehingga

mengganggu

ketersediaan barang di Koridor Muntilan


c. Jalur distribusi produk dari Srumbung dan Salam ke Muntilan terganggu
karena akses terputus
d. Masyarakat yang tidak berada di pengungsian harus tetap memenuhi
kebutuhannya sendiri, tetapi mengalami kesulitas mengakses kebutuhan
pokok karena keterbatasan pasokan di Koridor Muntilan
e. Pemasaran produk pertanian dari Kecamatan Salam dan Kecamatan
Srumbung masih mendapat peran besar dari tengkulak sehingga
f.

masyarakat belum dapat memperoleh keuntungan secara optimal


Rendahnya kemampuan masyarakat dalam ketersediaan angkutan untuk

memasarkan sendiri produk pertanian yang ada


g. Demand aktvitas perdagangan hasil kerajinan yang ada di Koridor
Muntilan dan Salam berkurang ketika tejadi erupsi.
Berdasar pada permasalahan-permasalahan yang terjadi baik dari
sektor permukiman maupun sektor perdagangan dan jasa, maka muncul
suatu pemikiran tentang Bagaimana konsep dan strategi pengembangan
kawasan permukiman dan kawasan perdagangan dan jasa yang tanggap
akan bencana di wilayah Magelang?
1.3.

Tujuan dan Sasaran

1.3.1.

Tujuan

Kegiatan

studio

dengan

tema

Pengembangan

Kawasan

Perdagangan Jasa dan Kawasan Permukiman di Kota dan Kabupaten


Magelang bertujuan menemukan suatu konsep dan strategi perencanaan
pembangunan yang tepat dalam mengembangkan kawasan perdagangan
dan jasa serta kawasan permukiman yang mitigatif/ tanggap akan bencana.
1.3.2.

Sasaran

Guna mencapai tujuan yang diharapkan di atas, maka dapat


dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

Studio Manajemen Pembangunan Kota Tahun 2014 | I-6

a. Mengidentifikasi kondisi eksisting, baik fisik maupun non fisik pada


wilayah studi.
b. Mengidentifikasi potensi-potensi pengembangan wilayah yang ada pada
wilayah studi.
c. Menstrukturkan permasalahan yang dihadapi wilayah studi.
d. Mengidentifikasi kawasan yang rawan terhadap ancaman bencana alam
di wilayah studi.
e. Mengidentifikasi tingkat kerentanan yang dihadapi wilayah studi akibat
posisinya yang rawan terhadap bencana alam.
f. Mengidentifikasi upaya mitigasi yang telah dilakukan di wilayah studi.
g. Mengidentifikasi tingkat ketahanan wilayah dalam menghadapi ancaman
bencana alam yang ada pada wilayah studi.
h. Menyusun konsep perencanaan dan pembangunan wilayah yang berbasi
i.

pada penanganan ancaman bencana alam yang ada.


Menyusun strategi pengembangan wilayah studi berdasarkan konsep
yang terpilih.

j. Menyusun indikasi program kegiatan yang harus diterapkan berdasarkan


strategi-strategi yang disusun.
k. Merumuskan tindakan manajemen pembangunan untuk mempermudah
implementasi rencana pembangunan wilayah dalam kondisi nyata.

1.4.

Ruang Lingkup

Ruang lingkup wilayah pada studi ini terbagi menjadi ruang lingkup
wilayah, substansi, perencanaan dan ruang lingkup waktu. Berikut ini
merupakan penjelasan ruang lingkup pada studi ini.
1.4.1.

Ruang Lingkup Wilayah

1.4.1.1. Sektor Permukiman


Ruang lingkup mikro untuk pengembangan kawasan permukiman ini
adalah wilayah Kecamatan Srumbung dan Kecamatan Salam yang dilalui
oleh aliran Sungai Putih. Sungai Putih adalah salah satu sungai besar yang
berhulu di Gunung Merapi dan di sekitarnya banyak dihuni masyarakat
untuk bermukim. Pasca erupsi Merapi tahun 2010, kondisi aliran Sungai
Putih berhulu di Gunung Merapi ini semakin memprihatinkan karena
material

lahar

dingin

menumpuk

dan

berdampak

pada

kerusakan

lingkungan bahkan rusaknya beberapa hunian warga akibat adanya lahar


dingin lanjutan (Republika, 2011). Aliran lahar di Sungai Putih ini melalui
wilayah Kecamatan Srumbung di bagian hulu dan Kecamatan Salam di

Studio Manajemen Pembangunan Kota Tahun 2014 | I-7

bagian

hilir

sungai.

Wilayah

Kecamatan

Srumbung

lebih

memiliki

karakteristik sebagai permukiman perdesaan dengan dominasi penduduk


yang bekerja di sektor pertanian dan menggantungkan diri pada kondisi
alam yang ada di sekitarnya. Kondisi ini terlihat dari kejadian yang terjadi
pada tahun 2010 dan 2011 yang menyebutkan bahwa penduduk di
Kecamatan Srumbung yang terdampak aliran lahar Merapi mengungsi dan
kemudian memilih kembali ke tempat semula dikarenakan lokasi pertanian
maupun perkebunan yang tidak terlalu jauh dengan permukiman mereka.
Sedangkan Kecamatan Salam yang menjadi hilir Sungai Putih
sebagian sudah mencirikan karakter perkotaan karena wilayahnya yang
dilalui oleh koridor jalan arteri dan perbatasan dengan Kabupaten
Sleman, DIY sehingga memiliki perkembangan permukiman perkotaan
yang cukup pesat. Namun demikian, kedua wilayah yang ada di aliran
Sungai Putih ini tetap perlu diperhatikan agar dapat bertahan dan
bermitigasi di tengah ancaman bencana Merapi yang dapat datang
secara tiba-tiba.

Studio Manajemen Pembangunan Kota Tahun 2014 | I-8

Gambar 1.2
Delineasi Wilayah Studi Mikro Kecamatan Srumbung dan Salam
Sumber: Bappeda Kabupaten Magelang dan Modifikasi Kelompok, 2014

1.4.1.2. Sektor Perdagangan


Ruang lingkup mikro yang diambil untuk sektor perdagangan dan
jasa adalah pada Koridor Muntilan dan Koridor Salam. Justifikasi pemilihan
kedua koridor tersebut didasarkan pada tema besar pelaksanaan studio ini
yang

mengangkat

tentang

kerentanan

(vulnerability)

dan

ketahanan

(resilience). Baik Koridor Muntilan maupun Koridor Salam merupakan


kawasan yang terkena dampak erupsi Gunung Merapi. Di samping itu
Koridor

Muntilan

dan

Koridor

Salam

saat

ini

merupakan

kawasan

perdagangan dan jasa.


Koridor Muntilan saat ini merupakan pusat pelayanan perdagangan
dan jasa untuk wiayah Kabupaten Magelang yang berada di sebelah selatan.
Pada sepanjang koridor jalan nasional tersebut saat ini berkembang
berbagai macam kegiatan perdagangan dan jasa, mulai dari toko sembako,
pasar, kios kerajinan pahat, dan toko oleh-oleh. Sebagai pusat pelayanan
perdagangan dan jasa bagi wilayahnya dan wilayah di sekitarnya, Koridor
Muntilan memiliki kerentanan terhadap bencana erupsi Gunung Merapi.
Ketika terjadi erupsi, perdagangan dan jasa di Koridor Muntilan lumpuh
karena terkena lumpur dan abu vulkanik. Di sisi lain, aktivitas perdagangan
dan jasa tetap diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat
sehari-hari. Pada kondisi eksisiting saat ini, pusat pelayanan perdagangan di
Koridor Muntilan melayani beberapa kecamatan, meliputi Kecamatan
Muntilan, Kecamatan Salam, Kecamatan Sawangan, Kecamatan Dukun,
Kecamatan Srumbung, dan Kecamatan Nguwar. Oleh karena itu, dengan
pemilihan Koridor Muntilan ini, pada akhir kegiatan akan disusun konsep
untuk pemecahan isu yang ada saat ini.
Untuk koridor yang kedua, yakni Koridor Salam juga terkena
dampak dari erupsi Gunung Merpi. Sesuai dengan rencana, Koridor Salam
dialokasikan sebagai penunjang pariwisata, sebagaimana yang tertuang
dalam

RTRW

Kabupaten

Magelang

tahun

2011-2031.

Untuk

kondisi

eksistingnya, saat ini Koridor Salam ditumbuhi aktivitas perdagangan jasa


mulai dari warung makan, toko sembako, bengkel, toko pusat oleh-oleh, dan
toko kerajinan pahatan batu. Namun di samping perdagangan yang nampak
(melalui ketersediaan outlet), Kecamatan Salam juga memiliki potensi

Studio Manajemen Pembangunan Kota Tahun 2014 | I-9

perdagangan hasil pertanian, bahkan hingga ekspor. Namun sistemnya saat


ini masih kurang optimal dari masyarakat. Hal tersebut disebabkan karena
para produsen menjual produknya kepada tengkulak, dengan harga yang
lebih rendah daripada jika dipasarkan langsung tanpa perantara tengkulak.
Di samping itu, potensi perdagangan dengan adanya komoditas
lokal unggulan, terutama salak juga belum dapat dioptimalkan oleh
masyarakat. Produk salak merupakan salah satu potensi perkebunan yang
dapat dioleh untuk mendapatkan nilai jual yang lebih tinggi. Namun hingga
saat ini, belum ada tindakan pengolahan dari masyarakat. Hal ini menjadi
dasar

pemilihan

lokasi

perencanaan

yang

akan

dilakukan

dengan

mengembangkan potensi komoditas perdagangan, SDM masyarakat, serta


pemanfaatan potensi spasial yang ada di Koridor Salam-Muntilan.

Studio Manajemen Pembangunan Kota Tahun 2014 | I-10

Kondisi perdagangan di sepanjang Koridor Muntilan dan Salam, meliputi :


Perdagangan umum (barang dan jasa)
Outlet kerajinan untuk pendukung pariwisata
Toko pusat oleh-oleh
Toko dan kios sembako
Bengkel dan pelayanan jasa

Gambar 1.3
Wilayah Perencanaan Mikro Sektor
Perdagangan
Studio Manajemen Pembangunan Kota Tahun 2014 | I-11

1.4.2.

Ruang Lingkup Substansi

Ruang lingkup substansi dalam proposal ini merupakan penjabaran


dari materi-materi yang akan dikaji, perlu dibatasi supaya hasil kajian
menjadi lebih fokus dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dalam hal
ini, ruang lingkup materi yang akan dikaji meliputi beberapa hal sebagai
berikut:
1. Bahaya (hazard) bencana alam
Bencana alam merupakan fenomena alam yang tidak dapat dihindari
dalam suatu ruang dengan karakteristik yang berbeda antar wilayah.
Dalam

konteks

pembangunan

wilayah

dan

kota,

bencana

alam

merupakan tantangan yang perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan


perencanaan dan pembangunan. Justifikasi dari dimasukannya kajian
mengenai bencana alam dalam kajian ini adalah terkait dengan tema
utama dari kegiatan ini. Kajian mengenai bencana alam akan meliputi
kajian jenis bencana alam yang ada pada wilayah studi, kawasan yang
rawan terhadap bencana tersebut, serta dampak dari bencana alam
terhadap kehidupan dalam wilayah dan kota.
2. Kerentanan/ Vulnerability
Kerentananan secara umum merupakan dampak dari perubahan iklim
dan bencana alam.Jenis kerentanan yang ada pada umumnya meliputi
kerentanan fisik, ekonomi, sosial, dan lingkungan.Maksud dari perlibatan
kajian mengenai kerentanan dalam studi ini adalah karena dapat
menggambarkan kondisi yang terjadi pasca terjadinya bencana alam.
Melalui kajian tentang kerentanan ini , maka dapat diketahui sejauh mana
bencana alam memberikan dampak terhadap keepat aspek tersebut
sehingga dapat dipertimbangkan tindak lanjut yang dibutuhkan.
3. Mitigasi Bencana/ Mitigation
Mitigasi bencana merupkan upaya mengurangi resiko bencana alam yag
dilakukan dengan tindakan sebelum terjadinya bencana. Dalam studi ini,
kajian mengenai mitigasi bencana dilibatkan untuk menyusun model yang
sesuai dalam rangka meminimalisasi dampak dari terjadinya bencana
alam.Dengan demikian, maka sebelum bencana alam terjadi, dapat
diantisipasi dampak buruk yang mungkin terjadi.
4. Ketahanan/ Resilience
Ketahanan merupakan kemampuan untuk menyerap guncangan dan
kemampuan untuk beradaptasi ketika terjadi bencana alam. Kajian ini

Studio Manajemen Pembangunan Kota Tahun 2014 | I-12

dimasukkan ke dalam studi sebagai tolak ukur sebesar apa suatu wilayah
dan kota mampu nertahan terhadap terjadinya bencana alam. Oleh
karena setiap wilayah memiliki tingkat ketahanan yang berbeda, maka
untuk studi ini akan dikaji seberapa besar wilayah Kabupaten dan Kota
Magelang mampu bertahan jika terjadi bencana alam.
5. Aktivitas Permukiman
Kajian mengenai aktivitas permukiman dibutuhkan karena aktivitas
permukiman

merupakan

aktivitas

yang

terdampak

langsung

dari

terjadinya bencana alam. Upaya yang akan dilakukan bertujuan untuk


mengembangkan

suatu

kawasan

permukiman

yang

tanggap

akan

bencana, mitigatif, efektif dan efisien (resilience settlement) dengan


mengacu pada konsep besar resilience city.
6. Aktivitas Perdagangan dan Jasa
Aktivitas perdagangan dan jasa merupakan aktivitas perekonomian dasar
untuk

memenuhi

kebutuhan

sehari-hari.Jika

terjadi

bencana

alam,

terutama gunung meletus, maka aktivitas perdagangan dan jasa tentu


saja terganggu.Oleh karena itu, aktivitas perdagangan dan jasa menjadi
salah satu fokus utama yang dikaji dalam studi ini.
1.4.3.

Ruang Lingkup Waktu

Perencanaan yang akan digunakan dalam studi ini adalah model


perencanaan

strategis.

Perencanaan

strategis

adalah

proses

dimana

organisasi mencoba mengendalikan nasibnya daripada membiarkan


kejadian-kejadian di masa depan yang mengendalikan nasibnya. Jangka
waktu perencanaan dalam kegiatan ini adalah selama 20 tahun. Hal ini
disebabkan karena konteks perencanaan terkait dengan bencana alam yang
kurang

dapat

diprediksi

secara

tepat

waktu

terjadinya

sehingga

perencanaan dilakukan dengan jangka panjang untuk mengantisipasinya.


Sedangkan

data-data

yang

dihimpun

untuk

mengetahui

tingkat

keterpaparan dan hal-hal spesifik mengenai kebencanaan diharapkan


bersifat series minimal 10 tahun ke belakang.
1.5.

Metode Perencanaan

Subbab ini akan mengulas tentang pendekatan studi, ketersediaan


data dan kerangka analisis yang akan dijadikan acuan dalam melakukan
perencanaan di wilayah studi. Pendekatan dari beberapa sektor yang
mempunyai keterkaitan dalam mitigasi bencana di wilayah studi nantinya

Studio Manajemen Pembangunan Kota Tahun 2014 | I-13

dapat digunakan sebagai panduan dalam menentukan rencana yang akan


dilakukan. Di dalam penentuan metode yang akan dipakai, bergantung pada
ketersediaan data yang telah dikumpulkan sebelumnya.
1.5.1.

Pendekatan Perencanaan

Proses perencanaan atau planning adalah bagian dari kegiatan


manajemen yang berhubungan dengan pengambilan keputusan (decision
making) untuk masa depan, baik jangka panjang maupun jangka pendek.
Perencanaan berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan: apa, siapa,
bagaimana, kapan, di mana, dan berapa. Perbedaan perencanaan baik itu
komprehensif,

strategis,

maupun

lainnya

menyangkut

metode

yang

digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.


Menurut Friedmann (1987), perencanaan dapat digolongkan menjadi
empat tradisi atau teori, yaitu: (1) tradisi policy analysis (analisis kebijakan);
(2) tradisi perubahan sosial (social reform); (3) tradisi pembelajaran sosial
(social

learning);

(4)

mobilisasi

sosial

(social

mobilization).

Berikut

perbedaan mendasar dari keempat tradisi tersebut:


Tabel I.2
Tradisi Perencanaan Menurut John Friedmann
Hakikat
Kedudukan/
Posisi
Perencanaan -

Peran
Perencana

Akar
Intelektual

Analisis
Kebijakan
Otoritas ilmiah
Menjaga statusquo
Pengambilan
keputusan
rasional
Lengkap
Teknokrat
Insinyur sosial

- Aliran neo-klasik
- Sosiologi weber
- Pluralisme

Proses
- Prinsip optimasi
Pengambilan - Efisiensi
- Utilitas/ hasil
Keputusan

Partisipasi &

Perencana

Perubahan
Sosial
- Panduan
masyarakat
- Efisiensi

Pembelajaran
Sosial
- Teori & praktek,
menjembatani
diantara
keduanya
- Pengetahuan dan
tindakan

- Administrator
- Menjaga proses
pengambilan
keputusan
- Meningkatkan
efektivitas
tindakan oleh
negara
- Institutional
economic
- Macro-sociology
- Political
philosophy

- Top down
- Mendorong
demokrasi
perwakilan
Sangat terbatas

Fasilitator
Mediator
Percobaan sosial
Belajar dari
kesalahan

Mobilisasi Sosial
- Tindakan kolektif
dari bawah
- Transformasi
sosial
- Sangat bersifat
politis dalam
transformasi
- Tertarik pada
masyarakat yg
terpinggirkan
- Pemberdayaan
orang miskin

- Pragmatism
- Utopian
- Learning by doing - Anarchist
- Emphasis on social
rejecting all
change
systems of
social, norma,
culture
- Menjembatani teori - Kolektif
dengan praktek - Small leader
- Pengetahuan
dihasilkan dari
kenyataan
- Sangat partisipatif - Partisipatif

Studio Manajemen Pembangunan Kota Tahun 2014 | I-14

Analisis
Kebijakan
umumnya hanya
melayani yg
punya kuasa

Interes
kepada
publik

Pendekatan
- Incrementalism
Perencanaan - komprehensif

Perubahan
Sosial
dalam lingkup
negara atas
nama interes
publik
- scientific
- comprehensive
- plecerneal social
engineering

New Managerialism

Pembelajaran
Sosial
Penekanan pada
dialog
Pembelajaran
mutual
Menghubungkan
formal-informal
participatory
action research

Mobilisasi Sosial
- Melayani orang yg
terpinggirkan

- confrontation in
achieving
transformation
- disengagement to
new way of
living
Communicative Action
Collaborative Planning

Sumber: Diadaptasi dari Friedmann (1987) dalam Setyono, 2007

Berdasarkan pendekatan-pendekatan di atas, pendekatan perencanaan


yang digunakan dalam pekerjaan Studio Manajemen Pembangunan Kota ini
menggunakan pendekatan top-down dengan sudut pandang policy analysis (analisis
kebijakan). Dengan pendekatan ini, pemberdayaan masyarakat tidak begitu
ditekankan, dikarenakan keterbatasan waktu dan sumberdaya yang ada. Perencana
melakukan analisis terhadap data-data dan kebijakan-kebijakan pemerintah yang
ada di dalam obyek kajian.

1.5.2.

Ketersediaan Data

1.5.2.1. Sektor Permukiman


Setelah melakukan survey lapangan baik primer maupun sekunder,
telah dirinci ketersediaan data sektor permukiman sebagai berikut:
Tabel I.3
Ketersediaan Data Sektor Permukiman
Teknik
Pengumpula
Bentuk Data
n Data
1. - Perkembangan
- Survei
- Tabel
jumlah penduduk
sekunder
perkembangan - Dinamika/
struktur - Survei primer
penduduk
penduduk
- Tabel
struktur
(berdasar
usia,
penduduk
tingkat
menurut usia,
pendidikan,
pendidikan,
pekerjaan, sosial
pekerjaan
- Deskriptif kondisi
budaya)
sosial budaya
2. - Jumlah rumah
- Survei
- Tabel
- Trendline
jumlah
sekunder
perkembangan penduduk
- Survei primer
jumlah rumah

No
.

3. -

Kebutuhan Data

Kondisi topografi
- Survei
Kelerengan
sekunder
Jenis tanah
- Survei primer
Hidrologi
Geologi
Daerah
rawan

Ceklist Data
Sumber

Tahun

Ada

BPS
Bappeda

Series
(2009 2013)
Terbaru
(2013)

Bappeda
BPBD

Series
(2009 2013)

- Deskriptif
- Bappeda
- Peta
- BPBD
- Tabel
daerah
rawan bencana

Terbaru
(2014)

Tidak ada

Studio Manajemen Pembangunan Kota Tahun 2014 | I-15

No
.

Kebutuhan Data

bencana
4. - Penggunaan
lahan (TGL)
- Pemanfaatan
bangunan
- Daerah konservasi,
preservasi/
dilindungi
- Rencana pola ruang
RTRW Magelang
5. - Persebaran
permukiman
- Sebaran fasilitas
- Kondisi
jaringan
prasarana

6. - Cakupan
daerah rawan
bencana
(KRB) Merapi
- Rawan bencana lain
(gerakan
tanah,
dll)
7.
Kerentanan fisik: - Kerusakan
infrastruktur
krn -

Teknik
Pengumpula
n Data

Sumber

Tahun

Ada

Survei
sekunder
Survei primer

- Peta
- Bappeda
- Tabel
perkembangan
guna lahan
- Dokumen RTRW
2010 - 2030

Terbaru
(2014)

Survei
sekunder
Survei primer

- Tabel jumlah & sebaran


fasilitas
- Tabel
kondisi
prasarana
- Peta
sebaran
permukiman &
tabel luasan
- Peta
- Data statistik
(numeric)
- Foto

Bappeda
BPS

Terbaru
(2014)

Balai pengamatan
bencana
BPBD

Series
(10
tahun/
lebih)

Survei
sekunder
Survei primer

Survei
sekunder
Survei primer

- Peta
- Data statistik
(numeric)
- Foto

- Balai pengamatan
bencana
- BPBD
- Bappeda

Series
(10
tahun)
Terbaru
(2014)

Survei
sekunder
Survei primer

- Peta
- Data statistik
(numeric)
- Foto

- Balai pengamatan
bencana
- BPBD

Series
(10
tahun)
Terbaru
(2014)

Survei
- Tabel
data - BPS
- Balai pengamatan
sekunder
statistik
Survei primer
(numeric)
bencana
- BPBD
(kuesioner,
- Disnakersostrans
wawancara)

Terbaru
(2014)

Survei
sekunder

Terbaru
(2014)

hazard
- Persentase kawasan
terbangun
- Kepadatan
bangunan
- Persentase
bangunan
konstruksi darurat
- Jaringan listrik
- Rasio panjang jalan
- Jaringan
telekomunikasi
- Jaringan PDAM

Kerentanan
lingkungan:
- Kondisi
geografis dan
geologis
kawasan
- Statistik
kebencanaan
Kerentanan
sosial:
- Kepadatan
penduduk
- Laju
pertumbuhan
penduduk
- Persentase
pddk
usia tua-balita dan
pddk wanita
- Angka
pengangguran
Kerentanan
ekonomi:

Ceklist Data
Bentuk Data

- Tabel
statistik

data - BPS
- BPBD

Tidak ada

Studio Manajemen Pembangunan Kota Tahun 2014 | I-16

No
.

Teknik
Pengumpula
n Data
Persentase
rumah - Survei primer
tangga yg bekerja
(kuesioner,
di sektor rentan
wawancara)
Persentase
rumah
tangga miskin di
daerah
rentan
kawasan Merapi
Kebijakan/
aturan - Survei
pemerintah
sekunder
mitigasi bencana - Survei primer
Ketersediaan
jalur
(kuesioner,
evakuasi bencana
wawancara)
Ketersediaan sistem
EWS
Organisasi
penanganan
bencana
Kebijakan
mitigasi - Survei
dan
tanggap
sekunder
- Survei primer
bencana
Tingkat
(kuesioner,
pengetahuan
wawancara)
masyarakat thdp
bencana
Cara
pandang
masyarakat thdp
bencana
Localwisdom
dlm
menanggapi
hazard
Sebaran
- Survei
permukiman
sekunder
Kondisi hazard
- Survei primer Upaya mitigatif
Ketahanan
penduduk
Kebutuhan Data

8. -

9. -

10. -

Ceklist Data
Bentuk Data

Tahun

Ada

BPS
BPBD
Disnakersostrans
Masyarakat

Terbaru
(2014)

Deskriptif data
Dokumen
kebencanaan
& mitigasi

- BPBD
- Disnakersostrans
- Masyarakat

Terbaru
(2014)

Deskriptif data
Tabulatif
Dokumen
kebencanaan
& mitigasi

- BPBD
- Bappeda
- Masyarakat

Terbaru
(2014)

(numeric)

Sumber

Tidak ada

- Disnakersostrans
- Masyarakat

Deskriptif data Diagram struktur kelembagaan penanganan


bencana
Tabel
data
statistik
(numeric)

Sumber: Survey, 2014

1.5.2.2.

Sektor Perdagangan

Hasil dari kegiatan survey lapangan yang telah dilakukan selama


kurang lebih 2(dua) minggu yakni menghasilkan ketersediaan data yang
diperlukan dalam melakukan analisis sektor perdagangan di Koridor
Muntilan-Salam yang dirinci pada tabel di bawah ini:

Tabel I.4
Ketersediaan Data Sektor Perdagangan
Teknik
Bentuk
Pengumpulan
Sumber
Data
Data
- Peta jangkauan - Survei
- Peta
- BPBD
rawan
sekunder
jangkauan
Kabupaten
bencana
rawan
Magelang
erupsi Merapi
bencana
Kebutuhan
Data

Tahun

Cek list Data


Tidak
Ada
Ada

Terbaru

Studio Manajemen Pembangunan Kota Tahun 2014 | I-17

Kebutuhan
Data

Teknik
Pengumpulan
Data

- Infrastruktur
- Jangkauan
- Survei primer
- Survei
pelayanan
- Besarnya skala
sekunder
pembeli
- PDRB
kecamatan

- Survei
sekunder

- Jenis
aktivitas
perdagangan
dan jasa
- Supply
- Survei primer
- Survei
komoditas
- Asal demand
sekunder
- Asal
pelaku
usaha
dan
tenaga kerja
- Jenis komoditas
yang
diperjualbelika - Survei primer
n
- Asal komoditas
- Sarana
pengangkutan
- Survei primer
- Kondisi jaringan
- Survei
jalan
sekunder
- Tujuan
pemasaran
- Kondisi jaringan
jalan
- Survei primer
- Radius
erupsi
Merapi
Sumber: Survey, 2014

Bentuk
Data

Sumber

erupsi
Merapi
- Bappeda
Tabel
Peta
Kabupaten
jangkauan
Magelang
pelayanan - Lapangan
- Dinas
Foto
Jumlah
Perdagang
pembeli
an
- BPS
Tabel
Kabupaten
Magelang

Tahun

Cek list Data


Tidak
Ada
Ada

Terbaru

Time
series

- Tabel
- Deskripsi
- Foto

- Dinas
Perdagang
an
Kabupaten
Magelang
- Lapangan

Terbaru

- Deskripsi

- Lapangan

Terbaru

- Deskripsi
- Peta

- Lapangan

Terbaru

- Deskripsi

- Lapangan

Terbaru

Studio Manajemen Pembangunan Kota Tahun 2014 | I-18

Kondisi kelembagaan penduduk


1.5.3.

Kerangka Analisis

1.5.3.1. Sektor
Permukiman

Gambar 1.4
Kerangka Analisis Sektor
Permukiman
Sumber: Analisis Kelompok
Permukiman, 2014

Studio Manajemen Pembangunan Kota Tahun 2014 | I-19

1.5.3.2. Sektor
Perdagangan
INPUT

PROSES

OUTPUT

Lokasi aktivitas perdagangan


Jenis aktivitas perdagangan
Pola dan perkembangan aktivitas perdagangan di Koridor Muntilan serta kete
Jumlah fasilitas perdagangan
Analisis Aktivitas Perdagangan Koridor Muntilan-Salam
Komoditas perdagangan
Aktivitas lain yang merupakan sumber pemasok komoditas

Lokasi sumber komoditas


Asal pembeli
Jenis komoditas
Analisis Supply-Demand Perdagangan Pola
Koridor
Muntilan-Salam
supply-demand
komoditas perdagangan di Koridor Mun
Pelaku usaha perdagangan
Harga komoditas
Proyeksi penduduk 20 th ke depan
Sarana pendukung supply-demand
Tingkat ketergantungan
Struktur penduduk

Kondisi dukungan jaringan jalan terhadap keberlangsungan aktivitas perdagan


Kondisi infrastruktur jaringan
Analisisjalan
Akses Pendukung Aktivitas Perdagangan Koridor Muntilan-Salam
Alur distribusi
Moda transportasi

Luas lahan pertanian (time series)


Prosentase
alih fungsi
lahan pertanian
sebagaidi
akibat
perkembangan
aktivitas perda
Analisis Konversi Lahan Pertanian akibat
Perkembangan
Aktivitas
Perdagangan
Koridor
Muntilan-Salam
Luas lahan terbangun
Perkembangan aktivitas non pertanian

Sektor yang dapat dikembangkan untuk mendongkrak perekonomian wilayah, sal


Analisis Kontribusi Sektor Perdagangan terhadap Perekonomian Wilayah
PDRB Kabupaten Magelang
PDRB Kecamatan Muntilan
PDRB Kecamatan Salam

Analisis
Jangkauan
Pelayanan
Aktivitas Perdagangan dan Kebutuhan Sarana Perdagangan Baru Koridor Muntilan-Salam
Jumlah
penduduk
(time series)
Pemenuhan pelayanan perdagangan yang sesuai dengan standar kelayak
Jumlah fasilitas perdagangan
Jarak jangkauan pelayanan

Lokasi-lokasi rawan erupsi yang perlu dihindari untuk pengembangan aktivitas perda
Analisis
Peta erupsi
MerapiKeterdampakan Erupsi Merapi terhadap Aktivitas Perdagangan Koridor Muntilan-Salam
Peta tata guna lahan
Peta lokasi aktivitas perdagangan

Peta jaringan jalan


Kondisi jalan
Jalur alternatif yang dapat digunakan untuk menyikapi terputusnya jalur distribu
Analisis
Jalur Alternatif Supply Barang Ketika Erupsi Merapi
Akses yang tidak terputus ketika erupsi
Merapi
Moda transportasi yang dapat digunakan

Gambar 1.5
Kerangka
Analisis Pembangunan
Sektor Perdagangan
Studio Manajemen
Kota Tahun 2014 | I-20

Sumber: Analisis Kelompok Perdagangan dan Jasa, Studio Manajemen Pembangunan Kota, 2014

Spasial & Deskriptif Kualitatif

1.6.

Kerangka Pikir
Tingginya jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di daerah rawan bencana gunung berapi, salah satunya kawasan

Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap mata pencaharian di sekitar Gunung Merapi tinggi

LATAR
Erupsi Gunung Merapi memberikan dampak pada aktivitas permukiman serta perdagangan dan jasa di wilayah s

Penduduk di radius erupsi harus mengungsi ke lokasi yang amanStruktur aktivitas perdagangan dan jasa mengalami pe

Masyarakat tidak nyaman berada di pengungsian karena mengkhawatirkan


tempat
Pasokan
ketinggalnya
sumber supply di Pasar Muntilan terhambat akse

Masyarakat kesulitan mengakses kebutuhan pok

Terjadi kerentanan fisik, sosial, dan ekonomi masyarakat di Kecamatan Muntilan, Srumbung,
dan S
RUMUSAN

Konsep dan strategi pengembangan aktivitas permukiman serta perdagangan dan jasa yang tanggap terhadap bencana di Kecam

TUJU

Analisis Karakteristik Aktivitas


Analisis Kawasan Rawan Bencana
Analisis Kerentanan Wilayah
Analisis Tingkat Ketahanan Wilay

Rencana dan Konsep Pengembangan Wilayah Kabupaten dan Kota Magelang yang tanggap dan tangguh terhada

Strategi Pengembangan Wilayah yang Tanggap dan Tangguh terhadap bencana alam

Indikasi Program

Manajemen Pengorganisasian

MANAJEMEN PEM
Manajemen Pelaksanaan

Monitoring dan Evaluasi

Studio Manajemen Pembangunan Kota Tahun 2014 | I-21

Gambar 1.6
Kerangka Pikir

Sumber: Penyusun, 2014

1.7.

Sistematika Penulisan

Penyusunan sistemtika penulisan dalam penyusunan laporan ini


adalah sebagai pedoman untuk menstrukturkan seluruh substansi yang
harus dimuat dalam pelaporan. Berikut sistematika penulisan dari laporan
ini:
BAB I

PENDAHULUAN
Bagian pendahuluan dalam laporan ini memuat beberapa hal
meliputi latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sasaran,
rung

lingkup

baik

substansi

maupun

wilayah,

metode

perencanaan, kerangka pikir, serta sistematika penuliasan.


BAB II

GAMBARAN WILAYAH PERENCANAAN SEKTOR PERMUKIMAN


DAN PERDAGANGAN
Bab ini berisi gambaran umum dengan menyajikan data-data di
lapangan yang telah diperoleh dari hasil survey lapangan.
Gambaran umum yang akan disajikan meliputi kondisi fisik, sosial,
dan budaya terkait dengan sektor permukiman dan perdagangan
pada wilayah perencanaan.

BAB III

IDENTIFIKASI

POTENSI

DAN

PERMASALAHANSEKTOR

PERMUKIMAN SERTA PERDAGANGAN


Pada bab ini akan dijabarkan berbagai potensi dan permasalahan
yang ada di lapangan. Tujuan dari penyajian potensi dan
permasalahan adalah sebagai dasar dari tindajan perencanaan
yang akan diterapkan pada wilayah perencanaan sehingga tidak
menyimpang pada kondisi yang telah ada saat ini.
BAB IV

ANALISIS
KECAMATAN

PENGEMBANGAN

SEKTOR

SRUMBUNG-SALAM

DAN

PERMUKIMAN
OPTIMALISASI

AKTIVITAS PERDAGANGAN KORIDOR MUNTILAN-SALAM


Bab analisis dalam laporan ini dapat dikatakan sebagai bagian
vital pelaporan karena akan menjabarkan secara rincii kegiatan
pengolahan data yang telah diperoleh dari lapangan. Hasil dari
analisis akan digunakan sebagai dasar pedomen penyusunan
konsep, strategi, hingga indikasi program yang akan diterapkan
pada wilayah perencanaan.
BAB V

KONSEP DAN STRATEGI

Studio Manajemen Pembangunan Kota Tahun 2014 | I-22

Bab ini akan memuat penyusunan konsep dari masing-masing


sektor perencanaan yang akan disesuaikan dengan tema besar
yang telah ditentukan. Melalui konsep tersebut akan disusun
strategi-strategi yang dapat digunakan untuk menyusun rencana
yang lebih teknis pada bagian selanjutnya.
BAB VI

INDIKASI PROGRAM
Bab ini memuat rincian dari seluruh rencana indikasi kegiatan
yang akan dilaksanakan untuk mencapai konsep yang telah
ditetapkan dengan alokasi waktu selama 20 tahun.

BAB VII PENUTUP


Bagian penutup yang merupakan bagian akhir dari pelaporan ini
akan memuat kesimpulan dari seluruh kajian perencanaan yang
telah dilakukan pada wilayah perencanaan.

Studio Manajemen Pembangunan Kota Tahun 2014 | I-23

Anda mungkin juga menyukai