Oleh :
Nabilah Urwatul Wutsqo
1112102000095
Kelas D /kelompok 4
I.
Obat steril
Steril dalam pengertian mutlak, yaitu bebas dari mikroorganisme
Obat biasanya dipakai pada mata untuk maksud efek lokal pada
pengobatan bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya. Karena
kapasitas mata untuk menahan atau menyimpan cairan dan salep
terbatas, pada umumnya obat mata diberikan dalam volume kecil.
Preparat cairan sering diberikan dalam bentuk sediaan tetes dan salep
dengan mengoleskan salep yang tipis pada pelupuk mata (Ansel, 2008).
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV yang dimaksud dengan salep
mata adalah salep yang digunakan pada mata, sedangkan menurut BP
1993, salep mata adalah sediaan semisolida steril yang mempunyai
penampilan homogen dan ditujukan untuk pengobatan konjungtiva. Salep
mata digunakan untuk tujuan terapeutik dan diagnostik, dapat
mengandung satu atau lebih zat aktif (kortikosteroid, antimikroba
(antibakteri dan antivirus), antiinflamasi nonsteroid dan midriatik) yang
terlarut atau terdispersi dalam basis yang sesuai (Voight, 1994). Salep
mata dapat mengandung satu atau lebih zat aktif yang terlarut atau
terdispersi dalam basis yang sesuai. Basis yang umum digunakan adalah
lanolin, vaselin, dan parafin liquidum serta dapat mengandung bahan
pembantu yang cocok seperti anti oksidan, zat penstabil, dan pengawet.
Basis salep mata seperti Simple Eye Ointmen BP1988 dapat digunakan
untuk memberikan efek lubrikasi. Salep mata harus steril dan praktis
bebas dari kontaminasi partikel dan harus diperhatikan untuk memelihara
stabilitas sediaan selama shelf-life-nya dan sterilitas selama pemakaian.
Penyiapan dari salep mata harus berlangsung untuk menjamin
kemurniaan secara mikrobiologis yang dibutuhkan di bawah persyaratan
aseptis (Voigt, 1994)
Berbeda dengan salep dermatologi, salep mata harus steril, dibuat dari
bahan-bahan yang sudah steril dalam keadaan bebas hama sepenuhnya
atau disterilkan sesudah pembuatan.
Salep mata harus memenuhi uji sterilitas sebagaimana yang tertera pada
compendia resmi. Zat obat ditambahkan ke dalam dasar salep, baik dalam
bentuk larutan maupun dalam bentuk serbuk halus sekali sampai ukuran
mikron. Pada pembuatan salep mata harus diberikan perhatian khusus.
Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan
aseptik yang ketat serta memenuhi uji sterilitas. Bila bahan tertentu yang
digunakan dalam formulasi tidak dapat disterilkan dengan cara biasa,
maka dapat digunakan bahan yang memenuhi syarat uji sterilitas dengan
pembuatan secara aseptik. Salep mata harus mengandung bahan atau
campuran bahan yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau
memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secara tidak sengaja bila
wadah dibuka pada waktu penggunaan; kecuali dinyatakan lain dalam monografi
atau formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik
Sediaan obat mata adalah sediaan steril berupa salep, larutan atau suspensi, digunakan untuk
mata dengan cara meneteskan, mengoleskan pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata
dan bola mata.
Yang harus diperhatikan:
Pengeluaran dan pengaliran air mata bertentangan dengan arah penembusan obat
Struktur kornea mata yang khas
Obat mata biasanya dipakai untuk maksud efek lokal pada pengobatan bagian permukaan
mata atau pada bagian dalamnya. Yang paling sering digunakan adalah larutan dalam air, tapi
bisa juga dalam bentuk suspensi, cairan bukan air dan salep mata. Berbeda syarat salep
dermatologi dengan salep mata yang baik, yaitu:
Steril
Bebas hama/bakteri
Tidak mengiritasi mata
Difusi bahan obat keseluruh mata yang dibasahi karena sekresi cairan mata
Dasar salep harus mempunyai titik lebur/titik leleh mendekati suhu tubuh (Ansel,
1989; hal 562)
Pembuatan salep mata harus steril serta berisi zat antimicrobial preservative, antioksidan, dan
stabilizer. Menurut USP edisi XXV, salep berisi chlorobutanol sebagai antimicrobial dan
perlu bebas bahan partikel yang dapat membahayakan jaringan mata. Sebaliknya, dari EP
(2001) dan BP (2001) ada batasan ukuran partikel, yaitu setiap 10 mikrogram zat aktif tidak
boleh mempunyai partikel > 90 nm, tidak boleh lebih dari 2 yang memiliki ukuran partikel >
50 nm, dan tidak boleh lebih dari 20,25 nm (Lukas, 2006).
Adapun sedian salep mata yang ideal adalah :
Sediaan yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh efek terapi yang
diinginkan dan sediaan ini dapat digunakan dengan nyaman oleh penderita.
Salep mata yang menggunakan semakin sedikit bahan dalam pembuatannya akan
memberikan keuntungan karena akan menurunkan kemungkinan interferensi dengan
metode analitik dan menurunkan bahaya reaksi alergi pada pasien yang sensitif.
(Lachman, 1994)
Dasar salep tidak boleh merangsang mata dan harus memberi kemungkinan obat
tersebar dengan perantaraan air mata.
Keuntungan utama suatu salep mata dibandingkan larutan untuk mata adalah waktu kontak
antara obat dengan mata yang lebih lama. Sediaan salep mata umumnya dapat memberikan
bioavailabilitas lebih besar daripada sediaan larutan dalam air yang ekuivalen. Hal ini
disebabkan karena waktu kontak yang lebih lama sehingga jumlah obat yang diabsorbsi lebih
tinggi. Satu kekurangan bagi pengguna salep mata adalah kaburnya pandangan yang terjadi
begitu dasar salep meleleh dan menyebar melalui lensa mata (Ansel, 2008).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyediakan sediaan salep mata, adalah:
1. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta
memenuhi syarat uji sterilitas. Bila bahan tertentu yang digunakan dalam formulasi tidak
dapat disterilkan dengan cara biasa, maka dapat digunakan bahan yang memenuhi syarat uji
sterilitas dengan pembuatan secara aseptik. Salep mata harus memenuhi persyaratan uji
sterilitas. Sterilitas akhir salep mata dalam tube biasanya dilakukan dengan radiasi sinar .
(Remingthon pharmauceutical hal. 1585).
2. Kemungkinan kontaminasi mikroba dapat dikurangi dengan melakukan pembuatan uji
dibawah LAF (Laminar Air Flow).
3. Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mencegah
pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secara tidak sengaja bila
wadah dibuka pada waktu penggunaan. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi atau
formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik (lihat bahan tambahan seperti yang terdapat
pada uji salep mata.
Paraben
4. Wadah salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian dan penutupan. Wadah
salep mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada pemakaian
pertama. Wadah salep mata kebanyakan menggunakan tube, tube dengan rendahnya luas
permukaan jalan keluarnya menjamin penekanan kontaminasi selama pemakaiannya sampai
tingkat yang minimum. Secara bersamaan juga memberikan perlindungan yang baik tehadap
cahaya. Pada tube yang terbuat dari seng, sering terjadi beberapa peristiwa tak tersatukan.
Sebagai contoh dari peristiwa tak tersatukan telah dibuktikan oleh garam perak dan garam air
raksa, lidocain (korosi) dan sediaan skopolamoin yang mengandung air (warna hitam). Oleh
karena itu akan menguntungkan jika menggunakan tube yang sebagian dalamnya dilapisi lak.
5. Pada pembuatan tube yang tidak tepat harus diperhitungkan adanya serpihan serpihan
logam. Waktu penyimpanan tidak hanya tergantung dari stabilitas kimia bahan obat yang
digabungkan, tetapi juga dari kemungkinan terjadinya pertumbuhan partikel dalam interval
waktu tertentu mutlak diperlukan. Jadi dalam setiap hal, selalu diutamakan pembuatan salep
mata secara segar.
Dasar salep yang dipilih tidak boleh mengiritasi mata, memungkinkan difusi obat
dalam cairan mata dan tetap mempertahankan aktivitas obat dalam jangka waktu tertentu
pada kondisi penyimpanan yang tepat (Depkes RI, 1995). Dasar salep yang dimanfaatkan
untuk salep mata harus memiliki titik lebur atau titik melumer mendekati suhu tubuh, tidak
menimbulkan alergi, serta tidak bersifat hidrofilik sehingga tidak mudah tercuci oleh air
mata. Dalam beberapa hal campuran dari petrolatum dan cairan petrolatum (minyak mineral)
digunakan sebagai dasar salep mata (Ansel, 2008). Kadang-kadang zat yang bercampur
dengan air seperti lanolin ditambahkan kedalamnya. Hal ini memungkinkan air dan obat yang
tidak larut dalam air bartahan selama sistem penyampaian obat (Ansel,1989). Basis salep
mata seperti Simple Eye Ointmen BP1988 dapat digunakan untuk memberikan efek lubrikasi.
Basis yang umum digunakan adalah lanolin, vaselin, dan paraffin liquidum. (Voight, 1994).
Basis atau bahan dasar salep mata sering mengandung vaselin, dasar absorpsi atau
dasar salep larut air. Vaselin merupakan dasar salep mata yang banyak digunakan. Beberapa
bahan dasar salep yang dapat menyerap air, bahan dasar yang mudah dicuci dengan air dan
bahan dasar larut dalam air dapat digunakan untuk obat yang larut dalam air. Bahan dasar
salep seperti ini memungkinkan dispersi obat larut air yang lebih baik, tetapi tidak boleh
menyebabkan iritasi pada mata (Depkes RI, 1995). Semua bahan yang dipakai untuk salep
mata harus halus, tidak enak dalam mata. Salep mata terutama untuk mata yang luka,
haruslah steril dan diperlukan syarat-syarat yang lebih teliti.
bahan obat di dalam air sangat baik, sehingga proses penghabluran tidak perlu dikhawatirkan.
Untuk membuat salep mata digunakan lumping dan alunya atau lempeng salep kasar dengan
porfirisator. Tingkat distribusi bahan obat dalam salep suspensi dapat diperbaiki melalui
penggiling salep (Voight, 1995).
II.
3. Pencemaran
Pencemaran kimiawi atau mikroba terhadap suatu obat yang dapat merugikan kesehatan
atau mempengaruhi daya terapetik dan kualitas suatu produk tidak diperbolehkan.
Perhatian khusus hendaklah diberikan pada masalah pencemaran silang, karena sekalipun
sifat dan tingkatannya tidak berpengaruh langsung pada kesehatan, hal ini menunnjukkan
pelaksanaan pembuatan obat yang tidak sesuai CPOB.
4. Sistem penomoran bets atau lot
Suatu sistem yang menjabarkan cara penomoran bets atau lot secara rinci diperlukan
untuk memastikan bahwa produk antara, produk ruahan, atau obat jadi suatu bets atau lot
dapat dikenali dengan nomor bets atau lot tertentu dan tidak digunakan secara berulang.
5. Penimbangan dan penyerahan
Penimbangan dan penyerahan bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan produk
ruahan dianggap suatu bagian dari siklus produksi dan memerlukan dokumentasi yang
lengkap.
6. Pengembalian
Semua bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang
dikembalikan ke tempat penyimpanan hendaklah didokumentasikan dan dicek dengan
baik barang barang tersebut tidak boleh dikembalikan ke gudang kecuali bila tidak
memenuhi spesifikasi bahan.
7. Pengolahan
Pemeriksaan awal pada pengolahan baik bahan, kondisi daerah pengolahan, peralatan dan
wadah harus mengikuti prosedur tertulis yang telah ditetapkan guna mencegah terjadinya
pencemaran silang dalam seluruh tahap pengolahan.
8. Produk steril
Produk steril hendaklah dibuat dengan pengawasan khusus untuk menghilangkan
pencemaran mikroba dan partikel lain. Untuk membuat produk steril diperlukan suatu
ruangan terpisah yang selalu bebas debu dan dialiri udara yang melewati saringan bakteri.
Tekanan udara dalam ruangan hendaklah lebih tinggi dari ruangan di sebelahnya.
9. Pengemasan
Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk ruahan menjadi obat
jadi. Proses pengemasan hendaknya dilaksanakan di bawah pengawasan ketat untuk
menjaga identitas, keutuhan dan kualitas barang yang sudah dikemas.
10. Karantina obat jadi dan penyerahan ke gudang obat jadi
Karantina obat jadi merupakan titik akhir pengawasan sebelum obat jadi diserahkan ke
gudang dan siap didistribusikan.
11. Pengawasan distribusi obat jadi
Sistem distribusi hendaknya dirancang dengan tepat sehingga menjamin obat jadi yang
pertama masuk didistribusikan terlebih dahulu (First In First Out atau FIFO dan First
Expired First Out atau FEFO).
12. Penyimpanan bahan awal, produk antara, produk ruahan dan obat jadi, disimpan rapi
dan teratur untuk mencegah resiko tercampur atau pencemaran serta memudahkan
pemeriksaan dan pemeliharaan.
2. Pencampuran padat
Alat: : blade mixture dan tumbler
3.
Pencampuran semipadat
Alat :blade mixture
and knider
4.
pendispersi
Alat :
Homogenizers, Colloid mill, atau perangkat ultrasonik
1.