Data pasien
Nama pasien : An. M. Khoirul
Usia
: 6 tahun
Nama klinik : RS BLUD
dr. Soemarno Sosroatmodjo
No. registrasi
Terdaftar
: 00XXXX
: 13 Juni 2015
Hasil EKG: SR, HR 80 x/menit, Normoaxis, gel p normal, QRS < 0,12 detik, LVH (-), RVH
(-), terdapat RBBB inkomplit, PR interval 0,08 detik.
Assessment (Penalaran Klinis):
Pterygium ini merupakan jaringan fibrovaskular yang menginvasi bagian konjungtiva
sampai kornea. Pterygium dapat mempengaruhi visus seseorang bila invasi jaringan
fibrovaskular menginvasi sampai sumbu penglihatan pasien. Selain itu, invasi jaringan
fibrovaskular sampai bagian stroma kornea akan dapat menyebabkan astigmatisme yang
mengganggu visus pasien.
Tindakan bedah memiliki risiko seperti akan muncul lesi yang lebih agresif di
kemudian hari. Teknik operasi yang berkembang saat ini tidak hanya melakukan ekstirpasi
jaringan fibrovaskular tetapi juga dilakukan graft konjungtiva. Jaringan graft ini dapat
diperoleh dari jaringan konjungtiva pasien sendiri atau plasenta. Jaringan graft ini nanti akan
mengisi kekosongan dari jaringan konjungtiva yang telah diekstirpasi. Dengan adanya
jaringan graft, akan membuat angka rekurensi turun dari 50 % sampai sekitar 5-10 %.
Beberapa penelitian seperti yang dilakukan Luarantanakom (2006) dan Liang (2012)
yang membandingkan kedua teknik operasi tersebut mendapatkan hasil sebagai berikut:
1. Tingkat rekurensi dalam 12 bulan pada pasien yang mendapatkan amniotic graft
lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang mendapatkan konjungtival
autograft.
2. Teknik amniotic graft tidak direkomendasikan sebagai pilihan pertama pada kasus
pterygium biasa. Namun, dapat menjadi pilihan bila pterygium muncul bersamaan
dengan glukoma. Alasannya, kerusakan jaringan kongjungtiva yang minimal akan
mempercepat munculnya filtration bleb setelah operasi glukoma.
Pada pasien dilakukan tindakan konjungtival autograft dengan langkah-langkah
prosedur sebagai berikut:
1. Pasien berbaring telentang.
2. Dilakukan penetesan pantocain 2 % pada mata kiri.
3. Melakukan desinfektasi lapangan operasi dengan betadine dan alkohol.
4. Dilakukan injeksi lidokain 2 % pada subkonjungtiva.
5. Dilakukan ekstirpasi jaringan pada kongjungtiva dan kornea mata kiri.
6. Buat graft konjungtiva dari jaringan mata pasien.
7. Letakkan graft pada area yang telah dilakukan ekstirpasi.
8. Jahit dengan benang Nilon 10.0.
9. Operasi selesai.
Setelah operasi selesai, mata pasien diberi tetes antibiotik dan steroid untuk
mengurangi peradangan. Pasien perlu diedukasi agar mata kiri untuk sementara tidak boleh
kena air. Pasien juga perlu dipantau selama 12 bulan pascaoperasi karena sebanyak 97 %
kasus dapat muncul pterygium kembali.
Selain penatalaksanaan bedah, hal yang penting diedukasi ke pasien adalah mengenai
pencegahan. Tindakan preventif ini dapat dilakukan dengan mengenakan kacamata anti-UV
yang dapat memblokade 99%-100% sinar UV A dan UV B. Selain itu, kondisi mata harus
dijaga agar tetap lembap dan tidak kering.
Plan
1
Diagnosis. Pterygium OS
2 Penatalaksanaan.
- Pre operatif:
Rawat inap
IVFD RL 20 tpm
Pro ekstirpasi pterygium dan graft konjungtiva
- Post operatif:
Cefadroxil 2 x 1 tab
Meloxicam 3 x 1 tab
Cendo Xitrol 6 x 1 tts OS
B komplek 3 x 1 tab
Cendo Floxa 6 x 1 tts OS
Cendo reepitel 6 x 1 tts OS
3 Edukasi.
Mata tidak boleh kena air untuk sementara waktu.
Bila terasa gatal dan tidak nyaman, mata tidak boleh dikucek.
- Bila pasien beraktivitas di luar rumah, diharapkan mengenakan topi, helm, atau
kacamata anti UV.
4
5
Daftar Pustaka
1. Kozarsky R. Pterygium.2012. Diunduh dari http://www.webmd.com/eyehealth/pterygium-surfers-eye?page=2
2. Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan & Asburry Oftalmologi Umum. Ed ke-17.
Jakarta: EGC. 2010; 128-31.
3. Liang W, Li R, Deng X. Comparison of the Efficacy of Pterygium Resection Combined
with Conjungtival Autograft versus Pterygium Resection Combined with Amniotic
Membrane Transplantation. Eye Science 2012:27(2); 102-5.
4. Luanratanakom P, Ratanapakom T, Suwan-apichon O, Chuck RS. Randomised
controlled study of conjungtival autograft versus amniotic membrane graft in pterygium
excision. Br J Ophthalmol. 2006; 90(12): 147680.