Anda di halaman 1dari 3

PORTFOLIO INTERNSHIP KASUS MEDIK

Topik: SVT
Presentan
: dr. Julisa Effendi Tambunan
Tanggal (kasus): 30 Juni 2015
Pendamping : dr. Fauzya/dr. Laura
Tanggal presentasi : 02 Juli 2015
Tempat presentasi : Ruang Komite Medik
Objektif presentasi :
- Keilmuan - Ketrampilan
- Penyegaran
- Tinjauan Pustaka
- Diagnostik - Manajemen
- Masalah
- Istimewa
- Neonatus
- Bayi
- Anak
- Remaja
- Dewasa
- Lansia
- Bumil
Deskripsi:
Seorang perempuan usia 66 tahun datang dengan keluhan nyeri pada dada sebaelah kiri
menjalar hingga ke punggung, dialami sejak pagi tadi, pusing (+), berkeringat dingin (+),
lemas (+), mual-muntah (-). Demam (-),BAK(+/N), BAB(+/N).
Tujuan: Mengetahui komplikasi infark miokard onset lambat dan tata laksananya.
Bahan bacaan:
Cara membahas:

- Tinjauan Pustaka - Riset


- Kasus
- Riset
- Diskusi
- Presentasi dan diskusi
- E-mail
- Pos

Data pasien:
Nama pasien : Nn. A / 66 tahun
Nama klinik : RS BLUD
dr. Soemarno Sosroatmodjo

No. registrasi
Telp
Terdaftar sejak

: 0046XX
:
: 30 Juni 2015

Data utama untuk bahan diskusi:


1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
- Supra Ventrikular Takikardi
2. Riwayat Pengobatan: 3. Riwayat kesehatan/ penyakit:
Riwayat HT dan DM pasien tidak tahu dan tidak pernah memeriksakan ke dokter..
4. Riwayat keluarga:
Hipertensi (-), DM (-), Penyakit jantung (-)
5. Riwayat pekerjaan: 6. Lain-lain: Kebiasaan merokok sejak muda 1 bungkus/hari.
Hasil pembelajaran:
Subjektif:
Pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri. Keluhan ini harus diwaspadai karena memiliki
banyak diagnosis banding. Diagnosis banding tersebut dapat terbagi ke dalam organ-organ
yang terdapat di rongga dada sebelah kiri seperti (1) keluhan pada paru seperti pleuritis,
pneumonia, emboli paru ; (2) keluhan pada jantung seperti infark miokard, diseksi aorta; (3)
nyeri muskuloskeletal; (4) masalah gastrointestinal seperti GERD, ulkus peptikum, atau juga

(5) nyeri psikogenik. Anamnesis yang mengarah akan mampu menegakkan diagnosis nyeri
dada akibat infark miokard.
Objektif
Ditegakkan diagnosis SVT pada pasien ini atas dasar:
1. Status Generalisata :
MATA
KEPALA/LEHER
Dalam Batas Normal
EKSTERMITAS
DLL
ABDOMEN
THORAK

: Nyeri Ulu Hati (+)


: bj I : bj II : regular, singkat dan cepat (+)
Murmur (-) Gallop (-)

Vital Sign
TD : 70/palpasi
HR :180 kali/ menit
RR : 26 kali/menit
Temp : 35 C
2. Pada pemeriksaan fisik didapatkan denyut jantung yang cepat hingga 180 kali per
menit dan disertai penurunan tekanan darah, hingga 70/palpasi dan JVP tidak
meningkat.
3. Pada EKG didapatkan hampir tidak terlihat gelombang P yang ditutupi oleh kompleks
QRS, dan kompleks QRS tersebut sempit (0,12 ms) atau tidak lebih dari tiga kotak
kecil.
4. Pada pemeriksaan darah lengkap didapatkan hasil yang normal.
Kadar gula darah sewaktu
: 117
Cholesterol
: 97
Trigeliserid
: 123
Assesment (penalaran klinis):
takikardi ventrikular adalah disritmia ventrikel yang terjadi ketika kecepatan denyut
ventrikel mencapai 160-250 kali per menit. dengan tingkat waktu pengisian yang terbatas ini,
volume sekuncup akan berkurang atau tidak ada.
seebelum melanjutkan pembahasan ini saya akan membahas sedikit tentang irama
sinus normal.
irama : interval P-P dan R-R teratur
frekuensi 60-100 kali/menit
gelombang P normal, setiap P selalu diikuti gelombang QRS
interval PR normal 0,12-0,20 detik
kompleks QRS normal 0,06-0,10

pasien dengan SVT dapat menunjukan manifestasi klinik yang berupa : angina,
dispneu, hipotensi dan oliguria. jika laju ventrikel <160 kali per menit pasien mungkin tidak
akan menunjukkan gejala atau hanya gejala yang ringan seperti kelelahan dan pusing-pusing.
Plan:
1. Diagnosis. Diagnosis SVT sudah dapat ditegakkan sejak anamnesis dan hasil EKG
keluar. Perlu juga ditegakkan faktor-faktor risiko pada pasien seperti diabates melalui
pemeriksaan GDS/GDP dan HbA1C serta dislipidemia melalui pemeriksaan LDL dan
kolesterol total.
2. Pengobatan. Pasien kemudian dirawat di ruangan ICU.
IVFD Ns di cor 300 dan kemudain dilanjutkan menjadi 20 tpm.
Injeksi Tabutamin 10 mikro/kgBB/menit.
Aspilet 1 x80 mg,
MgSO4 5 mg harus habis dalam 24 jam, dan bila HR sudah kembali normal maka
MgSO4 distop,
Verpamid 3 x 80 mg, dan bila HR juga sudah normal maka dosisnya juga diturunkan
menjadi 2 x 40 mg.
3. Edukasi. Pasien perlu diedukasi untuk kontrol berobat dan minum obat secara rutin.
Selain terapi farmakologis, pasien juga perlu diedukasi untuk diet rendah garam (1-2
gram/sehari).
4. Konsultasi/ Rujukan. Pasien dipertimbangkan untuk dirujuk ke layanan jantung
yang lebih lengkap atau kontrol ke poli jantung.

Daftar Pustaka
1. Lily LS, editor. Pathophysiology of Heart Disease. Edisi ke-5. Boston:Lippincot
Wiliams & Wilkins. 2012. (e-book)
2. Kasper DL, Fauci AS, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, editor.
Harrisons Principle of Internal Medicine. Ed ke -19. USA:Mc Graw Hill. 2012. (ebook)
3. O'Connor RE, Brady W, Brooks SC, Diercks D, Egan J, et. al. Part 13:
Supraventrikular Tachycardi: 2012 American Heart Association Guidelines for
Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation.
2010;122:S787-S817
4. US Department of Health and Human Services. The Seventh Report of the Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure. 2014. (e-book)

Anda mungkin juga menyukai