Anda di halaman 1dari 4

Kerokan Dalam Pandangan Medis ::

Kerokan? Ah kampungan. Bikin iritasi kulit! Begitu


kira-kira pendapat sebagian orang soal pengobatan
tradisional dengan cara menekan dan
menggeserkan benda tumpul di permukaan kulit ini.
Maklum, tak hanya bekas goresan yang
mengganggu kemulusan kulit, modal pengobatan ini
memang jauh dari mentereng, cukup satu koin
benggol produk zaman penjajahan dan minyak
kelapa.
Selebihnya ketelatenan menekan dan menggeser
koin tersebut di punggung, betis, leher. Meringis pun
boleh, sendawa pun tak dilarang bahkan harus
disyukuri sebagai rahmat atas terbuangnya angin
dari tubuh.
Karena caranya gampang tak heran pengobatan
alternatif ini telah ratusan tahun kondang di negaranegara Asia. Masyarakat Vietnam menyebut
pengobatan ini cao giodi, di Kamboja dijuluki goh
kyol dan di China dikenal sebagai gua sua, dengan
menggunakan batu jade sebagai alat pengeroknya.

Menurut Didik Tamtomo, dosen FK UNS yang


menjadikan kerokan sebagai bahan penelitian gelar
doktor di FK Unair, secara ilmiah, praktik
pengobatan ini terbukti mampu mengobati gejala
masuk angin atau sindroma dingin yang memiliki
gejala nyeri otot (mialga).
Pada kerokan, secara ilmu biologi molukuler terjadi
suatu reaksi inflamasi atau radang dengan segala
respon yang mengikutinya seperti perubahan
diameter vaskuler (pembuluh darah), migrasi sel
darah putih (leukosit) dan pengeluaran mediator
inflamasi seperti IL-1 beta, Clq, C3, Beta endorfin
dan PGE2.
Selain mediator inflmasi, pada kerokan juga terjadi
rangsangan pada keratinosit dan endotel atau
lapisan paling dalam pembuluh darah yang akan
bereaksi dengan munculnya propiomelanokortin
(POMC). POMC merupakan polipeptida yang
kemudian akan dipecah dengan hasil akhir salah
satunya adalah Beta endorfin. Dalam penelitian
yang dilakukan Didik, pasca kerokan didapatkan
peningkatan IL-1 beta, Clq, dan Beta endorfin.
Sementara kadar C3 dan PGE2 justru turun. Hasil

ini menyebabkan berkurangnya nyeri otot, rasa


segar, nyaman dan eforia.
Meski efektif dan murah meriah, golongan
masyarakat tertentu dan dokter justru menentang
cara pengobatan tradisional ini dengan alasan akan
timbul nyeri dan kerusakan permukaan kulit.
Padahal secara secara teknis, kerokan yang
dilakukan dengan benar tidak akan menyebabkan
rasa sakit. Alat kerokan biasanya menggunakan
uang logam, koin, atau alat bantu khusus kerokan.
Alat-alat tersebut wajib tumpul supaya tidak melukai
kulit. Lalu dibantu dengan minyak yang fungsinya
selain menghangatkan juga untuk melicinkan
proses kerokan, sehingga menghindari terjadinya
kulit lecet. Timbulnya warna merah yang akibat
inflamasi itu dapat dipakai sebagai petunjuk berat
ringannya masuk angin. Semakin gelap goresan
yang timbul berarti semakin berat masuk angin
yang terjadi.
Para ahli akupunktur berpendapat bahwa saat
terjadi pemijatan, sebaiknya alat kerok melewati titik
akupunktur agar urat syaraf motorik terangsang,
sehingga pada akhirnya memperlancar sirkulasi

darah. Cara kerokan yang dianjurkan adalah tegak


lurus sejajar dengan tulang belakang menyamping,
lalu sejajar dengan arah bahu agar melewati titik
chi.
Satu hal yang patut diingat dan dilakukan bila Anda
sudah kerokan sebaiknya tidak mandi karena poripori kulit dalam kondisi terbuka. Lebih baik seka
dengan lap basah yang dicelupkan pada air hangat
lalu diperas. Tentu saja usai menjalankan
pengobatan ini, Anda wajib beristirahat. Gaya hidup
sehat pun wajib Anda perhatikan agar tidak mudah
terserang masuk angin kembali

Anda mungkin juga menyukai